Badan Usaha Milik Negara
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 19 Februari 2025
Depok- Sebagai negara yang dominan dengan wilayah perairan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian melalui sektor perikanan dan kemaritiman. Vindaniar Yuristanda Putri, S.I.A., M.M., dosen Program Studi Administrasi Keuangan dan Perbankan, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), mengatakan pengembangan model ekonomi biru dapat menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Konsep ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut.
Menurutnya, model bisnis ekonomi biru dapat diterapkan oleh masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai mata pencaharian. “Model bisnis ini tidak hanya melibatkan nelayan, tetapi juga pengusaha yang mengembangkan produk olahan hasil perikanan dan kelautan,” kata Vinda.
Pada awalnya, konsep ekonomi biru hanya mencakup semua produk perikanan yang bernilai ekonomis, namun kini konsep tersebut berkembang dan mencakup keberlanjutan ekosistem laut sebagai salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Keberlanjutan dalam ekonomi biru mengintegrasikan triple bottom line pembangunan berkelanjutan, yaitu antara lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
“Implikasinya bagi produsen produk kelautan adalah agar produk kelautan yang dihasilkan juga memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut, mengelola produk kelautan yang zero waste, dan melarang praktik eksploitasi yang berlebihan,” kata Vinda. Saat ini, kata dia, penerapan ekonomi biru di Indonesia tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mencontohkan salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh Kemenparekraf, yaitu program desa wisata. Setiap desa di Indonesia diakomodir untuk mengeksplorasi karakteristik daerahnya masing-masing, yang berkontribusi pada penerapan ekonomi biru.
Vinda menambahkan, “Masyarakat pesisir yang awalnya hanya berfokus pada kegiatan menangkap ikan, kini mampu mengembangkan potensi sektor perikanan dan kelautan.” Tidak hanya diversifikasi hasil laut, tetapi juga kerajinan tangan yang dapat menjadi ciri khas daerah. Di beberapa desa atau daerah, mereka bahkan sudah mulai 'mempercantik' diri untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional.
Depok- Sebagai negara yang dominan dengan wilayah perairan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian melalui sektor perikanan dan kemaritiman. Vindaniar Yuristanda Putri, S.I.A., M.M., dosen Program Studi Administrasi Keuangan dan Perbankan, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), mengatakan pengembangan model ekonomi biru dapat menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Konsep ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut.
Menurutnya, model bisnis ekonomi biru dapat diterapkan oleh masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai mata pencaharian. “Model bisnis ini tidak hanya melibatkan nelayan, tetapi juga pengusaha yang mengembangkan produk olahan hasil perikanan dan kelautan,” kata Vinda.
Pada awalnya, konsep ekonomi biru hanya mencakup semua produk perikanan yang bernilai ekonomis, namun kini konsep tersebut berkembang dan mencakup keberlanjutan ekosistem laut sebagai salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Keberlanjutan dalam ekonomi biru mengintegrasikan triple bottom line pembangunan berkelanjutan, yaitu antara lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
“Implikasinya bagi produsen produk kelautan adalah agar produk kelautan yang dihasilkan juga memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut, mengelola produk kelautan yang zero waste, dan melarang praktik eksploitasi yang berlebihan,” kata Vinda. Saat ini, kata dia, penerapan ekonomi biru di Indonesia tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mencontohkan salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh Kemenparekraf, yaitu program desa wisata. Setiap desa di Indonesia diakomodir untuk mengeksplorasi karakteristik daerahnya masing-masing, yang berkontribusi pada penerapan ekonomi biru.
Vinda menambahkan, “Masyarakat pesisir yang awalnya hanya berfokus pada kegiatan menangkap ikan, kini mampu mengembangkan potensi sektor perikanan dan kelautan.” Tidak hanya diversifikasi hasil laut, tetapi juga kerajinan tangan yang dapat menjadi ciri khas daerah. Di beberapa desa atau daerah, mereka bahkan sudah mulai 'mempercantik' diri untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional.
(Vindaniar Yuristamanda Putri, dosen program studi Administrasi Keuangan dan Perbankan)
Meskipun demikian, katanya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapan ekonomi biru di Indonesia. Pertama, eksploitasi sumber daya alam oleh nelayan yang menangkap hasil laut secara berlebihan dan mengganggu ekosistem laut. Dengan demikian, perlu adanya inovasi dalam menghasilkan produk yang optimal tanpa merusak lingkungan.
Kedua, masalah database kinerja ekonomi biru untuk industri perikanan di setiap daerah yang belum memenuhi standar. Masih banyak pelaku industri yang berfokus pada produksi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pengolahan hasil laut. Ketiga, industri perikanan di sebagian besar setiap daerah hanya dilakukan pada level usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sehingga volume produksinya masih dapat dikatakan cukup rendah. Minimnya pengetahuan dan bahan baku yang masih sulit, menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan produk olahan laut masyarakat.
Peran akademisi sangat penting untuk mengisi kekosongan pengetahuan masyarakat pesisir terkait penerapan ekonomi biru. “Selain itu, kondisi saat ini menunjukkan bahwa hasil olahan laut Indonesia, seperti berbagai jenis ikan hingga rumput laut, lebih banyak diekspor ke luar negeri dibandingkan di dalam negeri,” kata Vinda. Ia berharap kesejahteraan masyarakat pesisir melalui konsep ekonomi biru dapat meningkat. Diharapkan dengan meningkatnya kesejahteraan, taraf hidup dan pengetahuan pengelolaan hasil laut akan berdampak pada peningkatan kualitas hasil laut di Indonesia.
Disadur dari: vokasi.ui.ac.id
Transportasi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025
Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik di pinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki dalam ber lalu lintas, pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki.
Fasilitas pada ruas dan persimpangan
Pejalan kaki bersiap di seberang jalan di Helsinki, Finlandia.
Perjalanan pejalan kaki dilakukan di pinggir jalan. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan, sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya jangan beranggapan, bahwa para pejalan kaki itu diperlakukan sebagai penduduk kelas dua, dibandingkan dengan para pemilik kendaraan. Oleh sebab itu prioritas pertama adalah, melihat apakah tersedia fasilitas untuk para pejalan kaki yang mencukupi, kedua bahwa fasilitas fasilitas tersebut mendapat perawatan sewajarnya.
Menelusuri tepi jalan
Sebagian besar dari jalan jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai trotoar, kecuali apabila alternatif alternatif sistem pengaturan yang lain telah dilaku¬kan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh dari sisi jalan, seperti pada jalan jalan tol.
Pejalan kaki berjalan dijalan kendaraan disebabkan karena jalur pejalan kaki tidak mencukupi/ sesuai. Semua jalan diperkotaan (kecuali jalan tol/ jalan express) seharusnya dilengkapi dengan jalur pejalan kaki dikedua sisi jalan. Jalur ini harus dipelihara supaya kondisinya tetap baik.
Menyeberangi Jalan
Metode umum yang digunakan untuk mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi pada saat pejalan kaki menyeberangi jalan adalah melalui pengukuran konflik kendaraan/pejalan kaki, baik PV maupun PV2, dimana:
P =volume pejalan kaki yang menyeberangi jalan pada jarak 100 - 150 meter.
V =volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak dibagi (tidak ada median).
Survei harus dilakukan minimal untuk selama 6 jam pada periode jam sibuk. dihitung untuk masing masing jam, dan 4 nilai tertinggi PV2 rata rata. Gambar di samping memberikan kriteria untuk zebra cross, pelican, dan penyeberangan tidak sebidang.
Kewajiban pengemudi
Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki:
Kewajiban pejalan kaki
Pejalan kaki harus:
Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan, pejalan kaki dapat menyeberang ditempat yang dipilihnya dengan memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
Rombongan pejalan kaki di bawah pimpinan seseorang harus mempergunakan lajur paling kiri menurut arah lalu lintas.
Pejalan kaki yang merupakan penyandang cacat tuna netra wajib mempergunakan tanda-tanda khusus yang mudah dikenali oleh pemakai jalan lain.
Kawasan pejalan kaki
Kawasan pejalan kaki Bauman Street di Kazan.
Kawasan pejalan kaki kawasan yang khusus diperuntukkan bagi pejalan kaki, kendaraan pribadi dilarang masuk kekawasan ini, dikawasan ini pejalan kaki yang diutamakan. Kawasan ini biasanya dibangun didaerah pertokoan, kawasan wisata, salah satu contoh di Jakarta adalah dikawasan Pasar Baru.
Sumber Artikel : Wikipedia
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025
Pendahuluan
Industri 4.0 menjadi tonggak revolusi digital dalam dunia manufaktur dan rantai pasokan. Dengan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, blockchain, dan digital supply chain twin, rantai pasokan digital kini menawarkan pendekatan yang lebih cerdas, efisien, dan berorientasi pada data. Artikel ini mengulas komponen utama dari rantai pasokan digital, termasuk tantangan dan manfaat aplikasinya, serta memberikan studi kasus yang relevan untuk menunjukkan dampaknya dalam skenario nyata.
Definisi Rantai Pasokan Digital (Digital Supply Chain)
Rantai pasokan digital didefinisikan sebagai sistem yang mengintegrasikan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi untuk mendukung interaksi antarorganisasi dalam rantai pasokan global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan nilai bisnis melalui teknologi inovatif.
Beberapa perbedaan utama antara rantai pasokan digital dan rantai pasokan cerdas (smart supply chain) adalah:
Komponen Utama Teknologi
Artikel ini menyoroti empat komponen teknologi utama dalam rantai pasokan digital:
1. Internet of Things (IoT)
IoT menghubungkan perangkat secara langsung melalui jaringan, memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses secara real-time. Studi menunjukkan:
2. Big Data
Big data menyediakan analisis prediktif yang mendukung pengambilan keputusan strategis. Implementasi big data memungkinkan:
3. Blockchain
Blockchain menghadirkan transparansi dan keamanan dalam transaksi rantai pasokan. Contoh aplikasinya adalah:
4. Digital Supply Chain Twin
Digital twin menciptakan model virtual dari sistem fisik untuk simulasi dan optimalisasi. Studi menunjukkan bahwa digital twin meningkatkan fleksibilitas rantai pasokan hingga 25% dan mengurangi biaya operasional sebesar 15%.
Studi Kasus
1. IoT di Industri Pertanian
IoT digunakan untuk memantau kondisi tanah dan cuaca secara real-time, memungkinkan petani mengambil keputusan cepat. Hasil:
2. Blockchain dalam Rantai Pasokan Pangan
Blockchain memungkinkan pelacakan transparan dari petani hingga konsumen, memastikan kualitas dan keaslian produk. Sebagai contoh:
3. Digital Twin dalam Manufaktur Otomotif
Dengan simulasi produksi menggunakan digital twin, produsen mobil berhasil:
Manfaat Teknologi
Tantangan
Namun, adopsi teknologi ini tidak tanpa kendala. Beberapa tantangan utama meliputi:
Kesimpulan
Rantai pasokan digital memegang peran penting dalam transformasi industri modern. Dengan memanfaatkan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, dan digital twin, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan. Meskipun terdapat tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, menjadikannya investasi yang layak untuk masa depan.
Sumber:
Juan, S.-J. (2023). The Technologies of Digital Supply Chain in Industry 4.0: The Principles of Internet of Things, Big Data, Blockchain, and Digital Supply Chain Twin and Their Challenges. In Proceedings of The International Conference on Electronic Business (pp. 659-666). Chiayi, Taiwan.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Februari 2025
Manajemen sumber daya air adalah aktivitas merencanakan, mengembangkan, mendistribusikan, dan mengelola penggunaan sumber daya air secara optimal. Manajemen sumber daya air adalah subbagian dari manajemen siklus air. Dalam kondisi yang ideal, perencanaan manajemen sumber daya air memperhatikan semua kebutuhan air dan mengalokasikan air berbasis kesetaraan yang memuaskan semua pengguna air. Secara praktik, hal in jarang terjadi.
Sumber daya air
Visualisasi distribusi air di bumi berdasarkan volume. Setiap satu kubus kecil mewakili 1000 km kubik air. Jumlah total sebanyak satu juta kubus kecil.
Air adalah sumber daya yang penting bagi kehidupan di planet. Dari seluruh sumber daya air di bumi, hanya tiga persen yang merupakan air tawar, dan dua pertiganya berada dalam kondisi beku di es kutub dan gletser. Seperlima dari satu persennya berada di lokasi yang tidak terjangkau atau tidak bisa dimanfaatkan (misal air yang mengalir sebagai banjir akibat hujan deras). Kurang lebih hanya 0.08 persen dari total air tawar yang mampu dimanfaatkan oleh manusia dan kebutuhan tersebut terus berkembang untuk berbagai kebutuhan.
Pertanian sebagai konsumen utama air
Pertanian adalah pengguna utama dari sumber daya air tawar dunia, mencapai 70 persennya. Populasi dunia terus berkembang dan kebutuhan terhadap bahan pangan serta meningkatnya kebutuhan pertanian untuk menghasilkan bahan bakar (biofuel) meningkatkan kebutuhan sumber daya air bagi pertanian. Kelangkaan air menjadi masalah utama. Sebuah studi yang dilakukan di Sri Lanka oleh International Water Management Institute dilakukan pada tahun 2007 menemukan bahwa seperlima dari populasi dunia berada di area dengan kelangkaan air fisik, di mana tidak terdapat cukup air untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup.
Sebuah laporan lain menyatakan bahwa masih memungkinkan untuk memproduksi bahan pangan pada masa depan namun dengan akibat masalah lingkungan yang akan terjadi di berbagai belahan dunia. Mengenai produksi pangan, Bank Dunia menargetkan produksi pangan dan manajemen sumber daya air sebagai masalah global yang harus dibahas dan ditangani.
Masa depan sumber daya air
Irigasi poros berputar (center pivot irrigation) di Kufra, sebelah tenggara Cyrenaica, Libya. Kekayaan hasil minyak bumi telah memungkinkan bagi Libya untuk menargetkan proyek besar di bidang pertanian seperti Sungai Buatan Raya di gurun Sahara
Salah satu masalah utama dari manajemen berbasis air adalah keberlanjutan dari alokasi sumber daya air sekarang dan pada masa depan. Karena air menjadi langka sehingga pengelolaan menjadi sebuah kepentingan yang terus tumbuh. Mencari keseimbangan antara yang dibutuhkan manusia dan yang dibutuhkan lingkungan menjadi tahap awal dari manajemen sumber daya air. Usaha menemukan sistem sumber daya air tawar yan berkelanjutan telah dilakukan pada skala nasional di berbagai negara pada seperti Australia.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Ekonomi dan Bisnis
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 19 Februari 2025
Biaya operasional
Biaya operasional untuk produsen atau distributor biasanya mencakup biaya bahan dan produksi, biasanya disebut sebagai harga pokok penjualan (HPP), ditambah biaya untuk menjalankan bisnis, seperti biaya penjualan, umum, dan administrasi (SG&A). Biaya operasional di bidang manufaktur mencakup hal-hal seperti biaya perjalanan, perlengkapan kantor, pemeliharaan, gaji, utilitas, pajak atas fasilitas produksi, dan banyak lagi. Biaya operasional dapat bersifat variabel atau tetap.
Biaya variabel
Biaya variabel disebut demikian karena bervariasi sesuai dengan jumlah barang yang diproduksi. Biaya variabel dalam manufaktur naik saat produksi meningkat dan turun saat produksi menurun. Biaya kayu, tenaga kerja produksi, dan pengemasan adalah biaya variabel untuk produksi tusuk gigi.
Biaya tetap
Biaya tetap dalam manufaktur tidak terkait dengan volume produksi dan harus dibayar apakah produksi aktif atau tidak. Petugas keamanan adalah biaya tetap, seperti biaya real estat dan fasilitas pabrik, asuransi, dan biaya lain yang diperlukan untuk menjalankan bisnis manufaktur. Pelajari lebih lanjut tentang mengotomatiskan biaya tetap dan aset.
Menghitung harga pokok produksi (COGM) dan harga pokok penjualan (HPP)
Ada banyak nuansa dalam dunia akuntansi manufaktur. Meskipun harga pokok penjualan (COGS) adalah ukuran yang umum, harga pokok produksi (COGM) juga dapat dipertimbangkan. COGM membawa waktu persediaan disimpan ke dalam persamaan biaya akuntansi manufaktur. Inilah perbedaan utamanya:
COGM hanya menangkap biaya barang yang diproduksi dan dimasukkan ke dalam persediaan baik sebagai barang jadi atau barang dalam proses. COGM dapat dinyatakan sebagai berikut:
HPP menangkap biaya produksi dari semua barang yang dijual ditambah biaya penjualan dan administrasi. HPP dapat dinyatakan sebagai berikut:
Yang penting untuk diketahui adalah bagaimana penilaian dan metode persediaan memengaruhi HPP dan COGM untuk akuntansi manufaktur. Karena keuangan dilaporkan secara berkala, tingkat persediaan akan berubah dari waktu ke waktu dan memengaruhi HPP dan COGM. Misalnya, pada bulan Februari, produsen dapat memproduksi 1.000 widget tetapi hanya menjual 925 widget. Dalam hal ini, tingkat persediaan barang jadi naik sebanyak 75 kotak, tetapi persediaan barang yang belum selesai mungkin tidak berubah.
Penilaian persediaan
Penilaian persediaan mewakili biaya barang yang diproduksi tetapi tidak dijual. Barang yang diinventarisasi dapat mewakili sebagian besar biaya yang ditangguhkan yang terkait dengan produksi karena persediaan mungkin menunggu untuk dikemas dan dikirim ke pelanggan. Unit barang dalam proses (WIP) juga memerlukan biaya yang akurat untuk unit yang belum selesai.
Metode penetapan biaya untuk persediaan
Biaya produksi dan penilaian persediaan dapat dihitung melalui beberapa metode. Metode yang berbeda ini dapat memengaruhi biaya persediaan dan HPP karena harga bahan baku atau pasar berfluktuasi, terutama untuk proses produksi yang lebih lama.
1) Masuk pertama, keluar pertama (FIFO)
Akuntansi FIFO untuk inventaris manufaktur menganggap unit pertama yang diterima ke dalam inventaris adalah yang pertama kali dijual. Bayangkan sebuah tempat penyimpanan yang diisi dari belakang dengan unit yang paling baru diproduksi, tetapi pengiriman diambil dari depan. Biaya dari unit yang paling baru dijual didasarkan pada set bahan baku yang paling lama dibeli.
2) Masuk terakhir, keluar terakhir (LIFO)
Akuntansi LIFO untuk persediaan manufaktur mempertimbangkan unit terbaru yang dimasukkan ke dalam persediaan sebagai unit berikutnya yang dijual. Bayangkan sebuah tempat penyimpanan yang diisi dari depan dengan unit yang paling baru diproduksi dan pengiriman juga diambil dari depan. Biaya unit yang paling baru terjual didasarkan pada set bahan baku yang paling baru dibeli.
3) Biaya rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost/WAC)
Akuntansi WAC menggunakan biaya rata-rata dari semua unit dalam persediaan dan diperbarui setiap kali pembelian baru dilakukan. Biaya rata-rata yang diperbarui digunakan untuk menilai persediaan yang tersisa. WAC lebih mudah untuk akuntansi biaya produksi dan dapat memperhalus fluktuasi biaya atau harga jual.
Metode biaya produksi
Akuntansi manufaktur harus melacak semua biaya yang terkait dengan menjalankan bisnis. Tetapi produksi adalah hal yang unik dalam industri manufaktur, sehingga akuntan harus mempertimbangkan bagaimana biaya produksi ditentukan dan dievaluasi. Seperti kebanyakan metode penetapan biaya untuk manufaktur, ada lebih dari satu metode yang dapat dipilih.
1) Penentuan biaya pesanan pekerjaan
Penetapan biaya pesanan pekerjaan untuk manufaktur diinginkan untuk produsen yang memproduksi barang yang disesuaikan atau variabel. Setiap pelanggan mungkin menerima versi produk yang unik dengan menggunakan bahan baku atau opsi yang berbeda, sehingga biaya ditentukan untuk setiap pesanan pekerjaan.
2) Penentuan biaya proses
Penentuan biaya proses untuk manufaktur umumnya digunakan oleh produsen yang memproduksi barang standar dengan menggunakan proses yang serupa atau sama. Setiap pelanggan menerima produk yang identik atau serupa yang diproduksi dengan menggunakan proses yang identik atau serupa.
3) Penentuan biaya berdasarkan aktivitas
Activity-Based Costing (ABC) memperhitungkan biaya overhead dan biaya tidak langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. Metode ini menggunakan unit kerja, atau aktivitas, untuk menentukan biaya produksi. Jika karyawan pembentuk tusuk gigi menghasilkan $50 per jam dan dapat membentuk 1.000 tusuk gigi per jam, maka biaya berbasis aktivitas dari operasi pembentukan adalah $0,05 per tusuk gigi. Menjumlahkan ABC dari semua operasi akan menghasilkan total ABC untuk barang jadi.
Praktik terbaik untuk meningkatkan akuntansi manufaktur
Akuntansi manufaktur adalah proses yang unik dan menantang. Ada banyak hal yang harus dipelajari dan banyak keputusan yang harus diambil di sepanjang prosesnya, tetapi ini adalah tugas penting bagi produsen.Untuk membantu meningkatkan dan memudahkan akuntansi manufaktur.
Berikut adalah 5 praktik terbaik untuk metode akuntansi persediaan dan biaya produksi
1. Mengalokasikan Biaya Tidak Langsung Secara Akurat
Tim akuntansi manufaktur dapat bekerja untuk memastikan bahwa biaya tidak langsung dialokasikan dengan tepat dan akurat. Metode biaya produksi yang berbeda yang dibahas sebelumnya dalam artikel ini dapat memiliki dampak signifikan pada bagaimana bisnis beroperasi dan hasil keuangan ditafsirkan. Tentukan metode penetapan biaya produksi mana yang menghasilkan perhitungan paling akurat dan paling banyak peluang untuk berkembang. Pertimbangkan juga situasi unik, seperti ketika karyawan membeli barang untuk produksi menggunakan kartu kredit perusahaan. Biaya-biaya ini harus dialokasikan dengan benar ke pekerjaan atau produk atau pesanan yang tepat, dan perangkat lunak akuntansi manufaktur dapat sangat membantu.
2. Merampingkan proses produksi
Merampingkan dan menghilangkan inefisiensi dari proses produksi dapat memudahkan perhitungan yang diperlukan dalam akuntansi biaya. Biaya dapat diturunkan ketika pemborosan dihilangkan, atau langkah-langkah yang tidak perlu dihilangkan dari operasi. Meninjau metode produksi yang digunakan, dan biaya yang terkait, dapat membantu menentukan area produksi di mana biaya produksi terlalu tinggi.
3. Menerapkan pelacakan persediaan waktu nyata
Sistem pelacakan inventaris secara real-time dapat meminimalkan tugas akuntansi manual yang biasa dilakukan dalam menilai inventaris dengan benar. Menerapkan pelacakan inventaris secara real-time juga dapat meningkatkan perencanaan, penetapan harga, pengiriman, dan pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Menerapkan mesin perencanaan manufaktur modern juga dapat memastikan persediaan yang cukup tersedia untuk memenuhi permintaan bisnis, tetapi persediaan yang berlebihan tidak menyebabkan tekanan yang tidak semestinya pada bisnis. Rootstock memiliki fitur yang dibuat khusus untuk manajemen inventaris waktu nyata bagi produsen.
4. Menerapkan penentuan biaya komponen dan barang jadi secara Real-Time
Penentuan biaya real-time untuk komponen dan barang jadi dapat memberikan wawasan yang lebih akurat bagi produsen. Hal ini meningkatkan biaya dan akuntansi manufaktur dengan fitur-fitur untuk mengintegrasikan data, menyoroti biaya, dan mengevaluasi kesehatan bisnis secara berkelanjutan. Rootstock Financials menyediakan perangkat lunak akuntansi manufaktur untuk visibilitas, analisis, dan pelaporan keuangan penuh untuk tim akuntansi dan keuangan.
5. Mengadopsi perangkat lunak akuntansi manufaktur tingkat lanjut
Perangkat lunak akuntansi manufaktur tingkat lanjut harus dimiliki oleh produsen modern dan tim akuntansi manufaktur yang bertanggung jawab untuk melacak keuangan bisnis. Produsen menuntut pelaporan keuangan yang kuat dan intuitif dengan dasbor yang dapat disesuaikan untuk memantau biaya, profitabilitas, arus kas, dan kesehatan keuangan secara real-time. Mereka membutuhkannya untuk menangani kompleksitas bisnis manufaktur seperti anak perusahaan dan mata uang asing, mengelola transaksi kartu kredit dari pelanggan dan karyawan, dan menghasilkan laporan berdasarkan dimensi apa pun untuk memberikan data yang dapat ditindaklanjuti secara real-time kepada para pengambil keputusan. Rootstock Financials adalah solusi ideal untuk akuntansi manufaktur, dan masih banyak lagi.
Rootstock Financials adalah sistem akuntansi manufaktur All-in-One
Bagian Akuntansi dan Keuangan melacak dan memandu kesehatan keuangan operasi manufaktur, tetapi tim ini tidak bisa efektif jika mengandalkan spreadsheet manual yang lambat dan bergelut dengan data yang tidak lengkap dari sistem yang terputus. Perangkat lunak akuntansi manufaktur Rootstock menyatukan piutang usaha, utang usaha, dan buku besar untuk memberikan wawasan keuangan secara real-time bagi produsen. Rootstock Financials juga menawarkan:
Kemampuan jejak audit penuh dari buku besar kembali ke sumber transaksi
Kontrol dan persetujuan internal yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik produsen. Kemampuan untuk menganalisis dan memantau keuangan secara real-time, memungkinkan Bagian Keuangan bereaksi cepat terhadap fluktuasi tren, hasil, aktual vs. perkiraan, dan banyak lagi. Sumber kebenaran tunggal untuk mengelola proses dan hasil bisnis yang lengkap dalam satu platform, mulai dari penjualan dan layanan pelanggan hingga rantai pasokan dan pengadaan, dan tentu saja, akuntansi manufaktur.
Disadur dari: rootstock.com
Transportasi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025
Penyeberangan jalan atau penyeberangan saja adalah sebuah tempat yang didesain khusus bagi pejalan kaki untuk menyeberangi suatu jalan. Penyeberangan jalan dirancang agar para pejalan kaki dapat menyeberang dengan aman dan juga dapat terlihat jelas oleh pengendara dan pengemudi kendaraan bermotor, serta terletak di lokasi yang menjamin keselamatan ketika melalui arus lalu lintas kendaraan.
Di Eropa, dan juga di Indonesia, penyeberangan pejalan (zebra crossing) adalah jenis fasilitas penyeberangan yang paling umum. Kata-kata "penyeberangan jalan" (pedestrial crossing) digunakan dalam beberapa perjanjian internasional tentang lalu lintas jalan dan rambu-rambu jalan, seperti "Konvensi Wina tentang Lalu Lintas Jalan" (Vienna Convention on Road Traffic) beserta "Konvensi Wina tentang Rambu dan Sinyal Jalan" (Vienna Convention on Road Signs and Signals).
Penyeberangan jalan bermarkah sering ditemukan di setiap persimpangan jalan, tetapi mungkin juga terdapat pada titik-titik tertentu pada jalan-jalan yang sibuk, yang apabila penyeberangan jalan tidak terpasang maka akan terlalu berisiko dan tidak aman bagi pejalan kaki untuk menyeberang tanpa bantuan karena terhambat oleh jumlah kendaraan, kecepatan kendaraan atau jalan yang sangat lebar. Penyeberangan jalan juga sering dipasang di titik-titik di mana terdapat jumlah pejalan kaki yang cukup besar yang ingin melintasi jalan tersebut (seperti di daerah pusat perbelanjaan) atau di mana pejalan kaki merupakan orang-orang yang rentan terhadap kecelakaan (seperti anak-anak sekolah) yang sering melintas di titik itu. Hukum-hukum di berbagai negara biasanya mengatur penggunaan penyeberangan jalan untuk memastikan keamanan mereka yang tertuang dalam undang-undang. Misalnya, di beberapa daerah, pejalan kaki harus telah melewati lebih dari setengah penyeberangan sebelum pengemudi boleh mulai melaju.
Penyeberangan jalan bersinyal (atau berlampu lalu lintas) secara jelas dan bergiliran dapat menentukan selang waktu antara arus lalu lintas kendaraan berjalan dan arus pejalan kaki melintas. Penyeberangan jalan tidak bersinyal biasanya bertujuan membantu pejalan kaki dan bisa saja memprioritaskan pejalan kaki tergantung tempatnya, tetapi tidak membagi secara jelas arus lalu lintas di sana. Selain itu, pnyeberangan pejalan kaki juga secara tidak sadar dapat jugu menjadi sebagai teknik pengontrolan lalu lintas terutama bila dikombinasikan dengan fitur lain seperti rambu lalu lintas.
Desain dan tata letak
Salah satu bentuk penyeberangan: penyeberangan pejalan
Penyeberangan bermarkah dapat ditemui hampir pada setiap persimpangan jalan, kecuali di lokasi di mana penyeberangan secara tegas dilarang.
Penyeberangan jalan bermarkah dengan bentuk paling sedehana adalah penyeberangan pejalan (zebra crossing), yaitu bagian tertentu jalan yang diberi tanda garis-garis hitam dan putih (atau garis-garis putih saja, tetapi antar garis diberi jarak). Jika pada suatu wilayah pejalan kaki memiliki prioritas lebih penting daripada arus lalu lintas kendaraan ketika menggunakan penyeberangan, maka mereka diharuskan untuk menggunakan penyeberangan tersebut, bukan menyeberang pada tempat-tempat lain. Di beberapa negara, pejalan kaki mungkin tidak memiliki prioritas, tapi mungkin menjadi suatu pelanggaran jika mereka menyeberang jalan pada tempat-tempat tanpa penyeberangan. Tanda-tanda khusus sering dibuat pada permukaan jalan untuk mengarahkan pejalan kaki dan untuk mencegah pengendara dari kendaraan berhenti di tengah-tengah arus pejalan kaki yang melintas. Ada banyak jenis tata letak sinyal, tanda, dan markah di seluruh dunia dan bahkan di dalam satu negara.
Beberapa penyeberangan memiliki lampu lalu lintas yang memungkinkan pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan untuk melintasi penyeberangan secara bergantian. Pada beberapa lampu lalu lintas, diharuskan tombol pada lampu lalu lintas agar lampu dapat digunakan dan pejalan kaki dapat melintas. Sinyal-sinyal untuk para difabel juga dapat disertakan untuk membantu orang-orang yang memiliki penglihatan dan gangguan-gangguan lainnya. Di banyak kota, beberapa atau sebagian besar lampu lalu lintas dilengkapi dengan penghitung waktu mundur untuk memberikan pemberitahuan kepada para pengemudi dan pejalan kaki waktu yang tersisa pada persimpangan sinyal. Di tempat-tempat di mana arus lalu lintas pejalan kaki sangat tinggi, terdapat lampu-lampu kecil sepanjang penyeberangan untuk memberi tahu keberadaan lokasi penyeberangan.
Jembatan dan terowongan penyeberangan orang
Lihat pula: Jembatan penyeberangan orang dan Terowongan penyeberangan orang
Sebuah JPO di persimpangan sibuk di Cina
Jembatan atau terowongan penyeberangan orang (JPO atau TPO) dapat digunakan sebagai pengganti penyeberangan pejalan di persimpangan-persimpangan sibuk serta di lokasi dimana terdapat jalan akses terbatas dan jalan bebas hambatan terkendali yang sering diseberangi oleh pejalan kaki. Selain itu, jembatan atau terowongan bermanfaat pula di lokasi di mana trotoar letaknya terlalu tinggi atau terlalu rendah daripada ketinggian jalan. Namun, JPO tidak efektif di sebagian besar lokasi; karena biaya yang dibutuhkan, biasanya hanya jarang JPO yang dibangun. Selain itu, tangga, eskalator, dan lift menjadi penghambat, sehingga pejalan kaki lebih suka menggunakan penyeberangan pejalan, atau malah menyeberang jalan tidak pada tempat penyeberangan.
Sumber Artikel : Wikipedia