Perhubungan

Peran Kendaraan Listrik dalam Mengatasi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global: Langkah Menteri Perhubungan untuk Menurunkan Emisi Karbon di Sektor Transportas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Menhub: Penggunaan Kendaraan Listrik Mampu Mengatasi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, bahwa percepatan transisi penggunaan kendaraan bahan bakar fosil ke listrik dapat membantu mengatasi masalah perubahan iklim dan pemanasan global

Selain itu Budi Karya juga menyebutkan, penggunaan kendaraan listrik secara massal merupakan salah satu upaya dalam rangka menurunkan emisi karbon di sektor transportasi.

"Bicara tentang penanganan perubahan iklim, penurunan emisi (dekarbonisasi) sektor transportasi merupakan salah satu hal yang paling signifikan yang harus dilakukan," ucap Budi Karya, Senin (13/2/2022).

Lebih lanjut, Budi Karya mengatakan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik secara massal di Indonesia melalui berbagai kebijakan turunannya.

"Sejumlah upaya telah dilakukan Kemenhub dalam mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik secara massal," ucap Budi Karya.

Upaya tersebut antara lain, menyusun peta jalan transformasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sebagai kendaraan operasional pemerintahan dan transportasi umum untuk selanjutnya dapat dijadikan kebijakan.

"Upaya lainnya yaitu, memberikan insentif penurunan tarif uji tipe untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai," kata Budi Karya.

Semakin banyaknya pengguna kendaraan listrik, menurut Budi Karya, dapat diikuti dengan pembangunan pembangkit listrik yang lebih bersih, sehingga tidak mengalihkan masalah emisi dari sektor transportasi ke pembangkit listrik.

Sumber: tribunnews.com

 

Selengkapnya
Peran Kendaraan Listrik dalam Mengatasi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global: Langkah Menteri Perhubungan untuk Menurunkan Emisi Karbon di Sektor Transportas

Perhubungan

Perubahan Menuju Kendaraan Listrik: Pemerintah Indonesia Aktif Dukung Penekanan Emisi Karbon

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Pemerintah Indonesia sedang aktif mendukung penggunaan kendaraan listrik dalam upaya menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan konvensional. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, menyatakan bahwa beberapa negara sedang berupaya mengatasi perubahan iklim dan lingkungan dengan menekan polusi udara. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mendorong perubahan dari kendaraan bahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik.

Kementerian Perhubungan terus berusaha mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang mengenai percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan. Dalam sektor perhubungan, percepatan penggunaan kendaraan listrik dilakukan melalui beberapa tahapan.

Tahap awal dimulai dengan penggunaan kendaraan dinas operasional pemerintah pusat dan daerah, TNI, dan Kepolisian. Selanjutnya, dilanjutkan dengan angkutan umum massal, Bus Rapid Transit (BRT) melalui program Buy The Service (BTS) untuk angkutan umum perkotaan, angkutan bandara, angkutan pariwisata di wilayah KSPN, dan AKAP.

Budi menjelaskan bahwa kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi udara, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang didorong. Dalam Peraturan Presiden 55 Tahun 2019 tersebut, terdapat upaya percepatan produksi dan penggunaan kendaraan listrik. Kementerian Perhubungan juga telah membuat Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang konversi kendaraan dengan mesin pembakaran internal menjadi kendaraan listrik yang dapat didaftarkan secara legal.

Saat ini, fokus adalah mempercepat penggunaan mobil dan sepeda motor listrik. Salah satu langkah yang dapat didorong adalah konversi kendaraan operasional pemerintah. Ketentuan mengenai konversi sepeda motor dengan penggerak motor bakar menjadi sepeda motor listrik berbasis baterai telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2020.

Dengan adanya dukungan pemerintah dan implementasi langkah-langkah tersebut, diharapkan penggunaan kendaraan listrik dapat dipercepat sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Perubahan Menuju Kendaraan Listrik: Pemerintah Indonesia Aktif Dukung Penekanan Emisi Karbon

Perhubungan

Perjalanan Revolusi: Kisah Perintis Pesawat Jet Komersial Pertama, de Havilland Comet

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Revolutionizing the world of aviation, the inaugural test flight of the world's first commercial jet aircraft, the British de Havilland Comet, on July 27, 1949, in England, marked a pivotal moment in aviation history. The adoption of jet engines successfully transformed the aviation industry by drastically reducing air travel time by half, enabling planes to ascend faster and fly at higher altitudes.

The brainchild of aircraft designer and British aviation pioneer Geoffrey de Havilland (1882-1965), the Comet's inception was rooted in de Havilland's diverse engineering background. Initially involved in designing motorcycles and buses, de Havilland's fascination with flight was sparked after witnessing Wilbur Wright's aircraft demonstration in 1908. Inspired, he embarked on crafting his aircraft, achieving his first successful flight in 1910. Subsequently, he worked for British aircraft manufacturers before establishing his own company in 1920. The De Havilland Aircraft Company became an industry leader renowned for its development of lightweight engines and sleek, swift aircraft.

In 1939, Germany debuted an experimental jet-powered aircraft. During World War II, Germany emerged as the first nation to deploy jet fighters. De Havilland also contributed to wartime efforts by designing fighter planes. In recognition of his aviation contributions, he was knighted in 1944. Post-war, de Havilland shifted focus to commercial jets, spearheading the development of the Comet and Ghost jet engines. Following the July 1949 test flight, the Comet underwent three more years of testing and training flights. Subsequently, on May 2, 1952, the British Overseas Aircraft Corporation (BOAC) initiated the world's first commercial jet service with the Comet 1A, accommodating 44 passengers on a paid journey from London to Johannesburg. The Comet boasted a remarkable speed of 480 miles per hour, setting a speed record at the time.

However, the early commercial service proved short-lived as a series of fatal accidents occurred in 1953 and 1954, prompting a ban on the entire fleet. Investigators concluded that the aircraft's metal structure weakened due to the need for repeated pressurization and depressurization.

Four years later, de Havilland introduced an upgraded and recertified Comet. However, by then, American aircraft manufacturers Boeing and Douglas had unveiled their own jets, faster and more efficient, establishing dominance in the industry. By the early 1980s, most Comet aircraft operated by commercial airlines had been retired from service.

The legacy of the de Havilland Comet as the world's first commercial jet aircraft is indelible, despite its brief commercial lifespan. Its pioneering advancements laid the groundwork for subsequent innovations in commercial aviation, shaping the trajectory of air travel for generations to come.

Disadur dari Artikel : kompas.com

Selengkapnya
Perjalanan Revolusi: Kisah Perintis Pesawat Jet Komersial Pertama, de Havilland Comet

Perhubungan

Kisah Tragedi Penerbangan yang Membentuk Masa Depan Keselamatan Udara

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Industri penerbangan telah mengalami transformasi besar dalam hal keselamatan dari waktu ke waktu. Terlepas dari kemajuan teknologi yang membuat penerbangan dengan pesawat jet menjadi jauh lebih aman, banyak dari perbaikan keselamatan ini berasal dari pelajaran yang dipetik dari sejumlah tragedi penerbangan yang mengubah cara dunia memandang keselamatan udara.

Salah satu contoh terbesar adalah tragedi tabrakan di langit Grand Canyon pada tahun 1956, yang mengakibatkan 128 jiwa melayang. Dari kecelakaan tersebut, Amerika Serikat menggelontorkan dana besar untuk meningkatkan sistem kontrol lalu lintas udara (ATC), yang pada gilirannya mengarah pada pembentukan Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk mengawasi keselamatan udara. Kejadian serupa yang melibatkan pesawat kecil di Los Angeles pada tahun 1986 memaksa FAA untuk memperketat regulasi, termasuk penggunaan transponder dan sistem penghindaran tabrakan (TCAS II).

Peningkatan keselamatan juga terjadi di dalam pesawat, seperti di United Airlines 173 pada tahun 1978, di mana penerapan prosedur pelatihan Cockpit Resource Management (CRM) menjadi standar industri setelah kegagalan komunikasi dalam kokpit menyebabkan kecelakaan fatal. Begitu pula dengan peningkatan deteksi bahaya, seperti pada Air Canada 797 pada tahun 1983, yang menyebabkan penggunaan detektor asap dan pemadam api otomatis di pesawat.

Selain itu, tragedi seperti Aloha Airlines 243 pada tahun 1988, di mana sebagian besar badan pesawat terkoyak di udara, mendorong perubahan dalam cara pesawat diinspeksi dan dirawat, untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh korosi dan tekanan berulang selama penerbangan. Begitu juga dengan peningkatan dalam pelatihan pilot, seperti yang dilihat dalam kecelakaan Air France 447 pada tahun 2009, yang menyoroti ketergantungan pada otomatisasi dan mendorong upaya untuk melatih ulang pilot dalam penerbangan manual.

Kesimpulannya, tragedi-tragedi penerbangan yang menyedihkan telah menjadi katalisator bagi perbaikan besar dalam keselamatan penerbangan. Dari peningkatan sistem kontrol hingga inovasi dalam deteksi bahaya dan pelatihan pilot, industri penerbangan terus belajar dari masa lalu untuk menciptakan masa depan yang lebih aman bagi semua penumpang udara.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Kisah Tragedi Penerbangan yang Membentuk Masa Depan Keselamatan Udara

Perhubungan

Produsen Pesawat Terbesar di Dunia: Menghadapi Tantangan dan Inovasi dalam Era Pandemi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Industri penerbangan dunia telah mengalami perkembangan pesat sejak zaman Wright bersaudara sebagai perintis pesawat terbang. Potensinya diperkirakan akan mencapai pangsa pasar sebesar 562 miliar dollar AS (Rp 8 kuadriliun) pada tahun 2022. Industri ini merupakan salah satu puncak teknologi dalam masyarakat modern, dengan tingkat inovasi yang signifikan, seperti efisiensi bahan bakar yang lebih baik pada pesawat komersial dan penggabungan fitur siluman pada jet tempur militer.

Namun, pasar penerbangan dunia menghadapi gangguan akibat pandemi Covid-19 yang telah mengganggu manufaktur, rantai pasokan, dan operasi penerbangan di seluruh dunia. Dalam sebuah laporan oleh Nuffield Research, diperkirakan sekitar 400.000 orang dari tenaga kerja industri penerbangan dunia kehilangan pekerjaan akibat penghentian operasional dalam masa penguncian. Pengiriman pesawat ke maskapai juga mengalami penurunan signifikan, hanya setengah dari jumlah yang semula diperkirakan, yaitu lebih dari 1000 pesawat.

Artikel ini membahas tentang lima produsen pesawat terbesar di dunia berdasarkan data tahun 2020. Peringkat kelima dipegang oleh Northrop Grumman Corporation, perusahaan teknologi pertahanan dan kedirgantaraan multinasional berbasis di Amerika Serikat. Perusahaan ini memiliki 90.000 karyawan dan berada di peringkat 96 dalam daftar Fortune 500. Northrop Grumman Corporation memiliki basis pelanggan di 25 negara dan menghasilkan produk seperti drone otonom tak berawak X-47B dan pembom siluman B2 Spirit.

Peringkat keempat ditempati oleh Boeing Co, perusahaan multinasional Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam merancang, mengembangkan, dan memproduksi pesawat sipil dan militer, roket, dan satelit. Boeing Co memiliki basis pelanggan global dan sebelum pandemi Covid-19, perusahaan ini berada di peringkat kedua dalam industri kedirgantaraan. Namun, kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max serta dampak pandemi menyebabkan penurunan posisi perusahaan dalam daftar Fortune 500.

Pada peringkat ketiga terdapat Raytheon Technologies Corporation, produsen pertahanan dan kedirgantaraan internasional yang terbentuk setelah merger antara Raytheon Company dan United Technologies Corporation. Perusahaan ini memiliki 181.000 karyawan dan merancang serta memproduksi komponen untuk industri kedirgantaraan dan pertahanan. Pendapatan utama Raytheon Technologies berasal dari kontrak dengan Pemerintah AS.

Airbus SE menempati peringkat kedua sebagai produsen pesawat terbesar di dunia. Perusahaan ini adalah perusahaan kedirgantaraan multinasional yang merancang, mengembangkan, memproduksi, dan menjual pesawat sayap tetap dan sayap putar untuk sektor sipil dan militer. Airbus telah menjual ribuan unit pesawat komersialnya, terutama Airbus A320 yang terkenal. Perusahaan ini memiliki pelanggan komersial seperti Delta Airlines, Jetblue Airways, dan IndiGo.

Peringkat pertama diduduki oleh Lockheed Martin Corporation, perusahaan AS yang bergerak dalam merancang, menguji, memproduksi, dan menjual teknologi kedirgantaraan dan pertahanan. Lockheed Martin menjadi produsen kedirgantaraan terbesar berdasarkan pendapatan pada tahun 2020, mengalahkan Boeing dan Airbus. Perusahaan ini memiliki karyawan sekitar 110.000 orang dan fokus utamanya adalah melayani Pemerintah AS, terutama Departemen Pertahanan, CIA, dan NASA. Produk unggulan Lockheed Martin termasuk pesawat SR71 Blackbird yang memiliki kecepatan dan ketinggian terbang yang mengesankan.

Meskipun industri penerbangan dunia menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19, produsen pesawat terbesar ini tetap berperan penting dalam mengembangkan dan memproduksi pesawat-pesawat inovatif untuk memenuPermintaan pesawat komersial mengalami penurunan yang signifikan akibat pandemi COVID-19. Banyak maskapai penerbangan mengurangi pesanan atau menundanya karena penurunan jumlah penumpang dan penggunaan pesawat yang terbatas. Beberapa produsen pesawat telah mengalami dampak yang cukup besar akibat penurunan permintaan ini.

Namun, produsen pesawat terus melakukan inovasi dan pengembangan untuk menghadapi tantangan ini. Mereka berfokus pada efisiensi bahan bakar yang lebih baik, teknologi yang lebih ramah lingkungan, dan peningkatan dalam hal keamanan dan kenyamanan penumpang. Selain itu, mereka juga memperluas portofolio produk mereka, misalnya dengan mengembangkan pesawat berbadan lebar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah.

Selain produsen pesawat terbesar yang disebutkan sebelumnya, ada juga produsen pesawat lain yang berperan penting dalam industri penerbangan, seperti Embraer (Brasil), Bombardier (Kanada), dan COMAC (China). Setiap produsen memiliki kekuatan dan spesialisasi tertentu dalam segmen pasar tertentu.

Secara keseluruhan, industri penerbangan terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan tantangan yang dihadapi. Dalam jangka panjang, diperkirakan permintaan akan pulih seiring dengan pemulihan ekonomi global dan pemulihan sektor penerbangan setelah pandemi COVID-19. Produsen pesawat akan terus berperan penting dalam memenuhi kebutuhan akan transportasi udara yang aman, efisien, dan inovatif.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Produsen Pesawat Terbesar di Dunia: Menghadapi Tantangan dan Inovasi dalam Era Pandemi

Teknik Industri

Apa Bahaya Ergonomis?

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Februari 2025


Bahaya ergonomis adalah faktor fisik di lingkungan yang dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal.

Informasi penting bagi pengusaha tentang penyediaan pelatihan 'cara mengangkat' di tempat kerja
Organisasi Heads of Workplace Safety Authorities (HWSA) telah menerbitkan position paper (PDF, 897.0 KB) dan Pertanyaan yang Sering Diajukan (PDF, 119.6 KB) yang menguraikan alasan mengapa pelatihan 'cara mengangkat' bukanlah metode yang efektif untuk mengelola tugas-tugas manual yang berbahaya di tempat kerja.

Jenis-jenis bahaya ergonomis

Area utama yang menjadi perhatian untuk bahaya ergonomis meliputi:

  • Tata letak dan pengoperasian peralatan
  • Mengangkat, mendorong dan menarik (penanganan manual)
  • Pencahayaan
  • Kebisingan
  • Sistem dan program komputer
  • Desain tugas, pekerjaan dan tempat kerja
  • Desain dan ketinggian stasiun kerja.

Kami telah mengembangkan alat Office Safety untuk membantu Anda mengidentifikasi risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja atau kantor Anda.

Menghilangkan bahaya ergonomis

1. Desain kerja yang baik

Desain kerja yang baik adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan bahaya karena prosesnya mempertimbangkan masalah kesehatan dan keselamatan selama tahap konsep dan perencanaan.

Pada tahap awal ini, Anda memiliki kesempatan terbaik untuk:

  • Merancang bahaya
  • Mengendalikan risiko secara efektif
  • Mendesain secara efisien.

Lihat Prinsip-prinsip Desain Kerja yang Baik dari Safe Work Australia untuk mengetahui serangkaian prinsip dan buku panduan untuk desain kerja yang baik yang kami bantu susun, serta panduan lainnya.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat:

  • Panduan dan laporan desain pekerjaan yang baik - Safe Work Australia
  • Kode Etik Desain Struktur yang Aman.

Berpartisipasi dalam pekerjaan yang baik bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis dan fisik. Comcare telah mengembangkan serangkaian sumber daya untuk membantu para manajer dan penyelia garis depan membangun kemampuan dalam merancang pekerjaan yang baik untuk mendukung tim mereka.

Lihat rangkaian sumber daya desain pekerjaan yang baik dari Comcare.

2. Penanganan manual (Mengangkat, mendorong, dan menarik)

Tugas manual yang berbahaya adalah tugas yang mengharuskan Anda mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa, menahan, atau menahan sesuatu. Tugas-tugas ini dapat mencakup faktor-faktor yang membuat tubuh stres, seperti:

  • Gerakan yang berulang-ulang
  • Tenaga yang besar atau tiba-tiba
  • Postur tubuh yang canggung
  • Terpapar getaran.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat:

  • Panduan, laporan, dan studi kasus tentang mengangkat, menarik, dan mendorong (penanganan manual) - Safe Work Australia
  • Kode etik tugas manual berbahaya
  • Petunjuk Manajemen risiko untuk tugas manual berbahaya (PDF, 183,7 KB)
  • Daftar periksa tugas manual pekerja (PDF, 112,4 KB)
  • Makalah posisi Kepala Otoritas Keselamatan Tempat Kerja tentang pelatihan 'cara mengangkat' (PDF, 897.0 KB)

3. Pekerjaan yang tidak banyak bergerak (Duduk dan berdiri)

Terlalu banyak duduk-duduk selama lebih dari 30 menit tanpa istirahat sejenak dan duduk sepanjang hari-dapat membahayakan kesehatan Anda.

Terlalu banyak duduk dikaitkan dengan:

  • Peningkatan risiko kelebihan berat badan
  • Cedera fisik ketika postur tubuh tidak diubah secara teratur
  • Diabetes tipe 2 dan penyakit jantung
  • Gangguan muskuloskeletal
  • Beberapa jenis kanker dan depresi.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat:

  • BeUpstanding - Comcare bermitra dengan inisiatif tempat kerja berbasis bukti ini untuk mengajak para pekerja berdiri, mengurangi duduk dan lebih banyak bergerak
  • Manfaat Gerakan - Lembar fakta BeUpstanding (PDF, 118,5 KB)
  • Mengurangi duduk terlalu lama di tempat kerja: Sebuah tinjauan bukti - VicHealth
  • Laporan dan saran tentang duduk dan berdiri - Safe Work Australia
  • Stand up Comcare - Mempromosikan Kesehatan dengan Mengatasi Duduk sebagai Faktor Risiko Penyakit Kronis lembar informasi (PDF, 358,7 KB)
  • Menyiapkan lembar fakta stasiun kerja Anda (PDF, 618.8 KB)
  • Panduan tentang bekerja dari rumah dari Safe Work Australia

4. Terpeleset, tersandung dan jatuh

Terpeleset, tersandung, dan jatuh menyebabkan ribuan cedera yang dapat dicegah setiap tahunnya. Yang paling umum adalah cedera muskuloskeletal, luka, memar, patah tulang, dan dislokasi, tetapi cedera yang lebih serius juga dapat terjadi.

Faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terpeleset, tersandung, dan jatuh adalah:

  • Permukaan yang licin setelah terkena tumpahan atau hujan
  • Trotoar yang dirancang atau dipelihara dengan buruk
  • Pencahayaan yang buruk di tangga dan jalan setapak
  • Bahaya tersandung seperti material yang disimpan dengan buruk.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat:

  • Laporan dan saran tentang terpeleset, tersandung, dan jatuh - Safe Work Australia
  • Mengelola risiko jatuh di tempat kerja kode etik praktik
  • Mencegah jatuh dalam kode etik konstruksi perumahan.

Disadur dari: comcare.gov.au

Selengkapnya
Apa Bahaya Ergonomis?
« First Previous page 678 of 865 Next Last »