Perindustrian

Apa Itu Kawasan Industri? Berikut Penjelasannya!

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Februari 2025


Kawasan Industri

Kawasan Industri adalah sebuah area yang dikhususkan dan direncanakan untuk tujuan pengembangan industri. Sebuah kawasan industri dapat disebut sebagai versi lebih berat dari sebuah kawasan bisnis atau kawasan perkantoran, yang lebih banyak diisi oleh perkantoran dan industri ringan, bukannya industri berat. 

Kawasan Industri biasanya didirikan terletak dekat dengan fasilitas transpportasi seperti jalan tol, stasiun, bandar udara dan pelabuhan. Hal ini bermanfaaat untuk :

1. Agar dapat memusatkan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri di dalam satu kawasan, sehingga dapat mengurangi pengeluaran industri tersebut.

2. Menarik investasi dengan menyediakan infrastruktur terintegrasi dalam satu lokasi.

3. Dapat lebih mudah memberikan insentif-insentif kepada industri

4. Dapat lebih mudah mengawasi dampak industri terhadap lingkungan.

Beberapa Kawasan Industri di Indonesia

1. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sumatera Utara

2. Kawasan Industri JIIPE Gresik Jawa Timur

3. Kawasan Industri Kendal Semarang Jawa Tengah

4. Kawasan Berikat Nusantara Cakung & Marunda

5. Jakarta Industrial Estate Pulogadung

6. Surabaya Industrial Estate Rungkut

 

Sumber : Wikipedia

Selengkapnya
Apa Itu Kawasan Industri? Berikut Penjelasannya!

Pertanian

Melacak Asal-usul dan Perjalanan Ubi Kayu dari Deskripi sampai Etimologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Ubi kayu, atau disebut juga singkongkaspeketela pohonubi sampa atau ubi prancis (Manihot esculenta, sinonim: Manihot utilissima), adalah perdu tropis dan subtropis tahunan dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Deskripsi

Perdu bisa mencapai hingga 7 meter dengan cabang agak jarang. Singkong memiliki akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Umbi dari ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, tetapi sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.

Sejarah dan pengaruh ekonomi

  • Sejarah budidaya dan penyebarannya

Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih 10 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun ada banyak spesies Manihot yang liar, semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan. Walaupun demikian, bukti-bukti arkeologis budidaya singkong justru banyak ditemukan di kebudayaan Indian Maya, tepatnya di Meksiko dan El Salvador.

Produksi singkong dunia, diperkirakan mencapai 192 juta ton pada tahun 2004. Nigeria menempati urutan pertama dengan 52,4 juta ton, disusul Brasil dengan 25,4 juta ton. Indonesia menempati posisi ketiga dengan 24,1 juta ton, diikuti Thailand dengan 21,9 juta ton (FAO, 2004) Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

  • Di Hindia Belanda

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16. Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan. “Sifat itulah yang menyebabkan tanaman ubi kayu sering kali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah,” tulis Haryono.

Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa. Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan memercayainya sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia.

Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek, dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka.

Peningkatan penanaman singkong sejalan dengan pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang pesat. Ditambah lagi produksi padi tertinggal di belakang pertumbuhan penduduk. “Singkong khususnya menjadi sumber pangan tambahan yang disukai,” tulis Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia V. Hingga saat ini, singkong telah menjadi salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung.

Hindia Belanda pernah menjadi salah satu pengekspor dan penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Di Jawa banyak sekali didirikan pabrik-pabrik pengolahan singkong untuk dijadikan tepung tapioka. Seperti dalam buku Handbook of the Netherlands East Indies, pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi tapioka diekspor ke Amerika Serikat, 16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7% dikirim ke Belanda, Jerman, Belgia, Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung olahan singkong tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku lem dan permen karet, industri tekstil dan furniture.

Sampai dan Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Portugis "castilla" (dibaca "kastiya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).

Pengolahan

Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun.

Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).

Penggunaan

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk pengidap alergi gluten.

Kadar gizi

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:

  • Kalori 121 kal
  • Air 62,50 gram
  • Fosfor 40,00 gram
  • Karbohidrat 34,00 gram
  • Kalsium 33,00 miligram
  • Vitamin C 30,00 miligram
  • Protein 1,20 gram
  • Besi 0,70 miligram
  • Lemak 0,30 gram
  • Vitamin B1 0,01 miligram

Sedangkan daun singkong yang banyak dijadikan sayuran pada masakan Sunda dan masakan Padang memiliki nutrisi sebagia berikut:

Nutrisi: Protein, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, Vitamin C

Satuan: gram, mg, mg, mg, IU, mg

Kadar: 6.8, 165, 54, 2.0, 11000, 275

Varietas tanaman singkong

Tanaman singkong disebut manis atau beracun, tergantung kandungan asam hydrocyanic dalam akarnya, yang umum diakui mengandung kurang dari 50 miligram asam hydrocyanic per kilogram bahan segar. Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.

Varietas untuk pangan adalah

  • N1 Mekarmanik
  • Adira 1
  • Malang 1
  • Malang 2
  • Darul Hidayah.

Sedangkan untuk ubi industri adalah

  • N1 Mekarmanik
  • Adira 2
  • Adira 4
  • Malang 4
  • Malang 6
  • UJ 5
  • UJ 3.

Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram

Beberapa varietas unggul singkong yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, Malang 4 maupun Malang 6.

Etimologi

Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).

Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya Telo, bahasa Sangihe bungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu. Sementara dalam bahasa Rejang, tanaman ini dikenal sebagai ubai.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Melacak Asal-usul dan Perjalanan Ubi Kayu dari Deskripi sampai Etimologi

Properti dan Arsitektur

Mengenal Lebih dalam Rumah kongsi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Landhuis (bahasa Belanda untuk "rumah besar, rumah bangsawan", jamak landhuizen; bahasa Indonesia: rumah kongsi; bahasa Portugis: kas di shon atau kas grandi) adalah sebuah rumah pedesaan kolonial Belanda, yang sering kali menjadi pusat administratif sebuah tanah partikulir atau wilayah pribadi di Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia. Banyak rumah-rumah pedesaan yang dibangun oleh Belanda di permukiman kolonial lainnya, seperti Galle, Cape Town, dan Curaçao, tetapi tidak ada yang seluas atau serumit di Karesidenan Batavia (sebuah wilayah yang meliputi sebagian wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten saat ini). Reputasi Batavia sebagai "Ratu dari Timur" banyak bertumpu pada kemegahan rumah-rumah mewah abad ke-18 ini.

Rumah-rumah ini dibangun sebagai replika arsitektur Belanda. Belakangan, desainnya memasukkan fitur-fitur dari arsitektur vernakular Jawa, sebagian sebagai respons terhadap iklim tropis. Hasilnya, perpaduan arsitektur Barat dan Jawa, yang kemudian dikenal sebagai 'Gaya Hindia' dari Hindia Belanda. Gaya Hindia adalah bentuk pertama dari perpaduan arsitektur Belanda dan lokal yang kemudian memunculkan gaya arsitektur Rasionalis Belanda di Indonesia. Meskipun berstatus sebagai warisan budaya dan dilindungi, banyak rumah-rumah bergaya Hindia Belanda yang dibiarkan rusak atau dihancurkan, sering kali karena kurangnya perawatan. Banyak dari rumah-rumah ini berada di dalam kompleks yang dimiliki oleh Kepolisian Republik Indonesia. Banyak yang diubah menjadi asrama dengan perawatan yang tidak tepat.

Sejarah

Pada abad ke-17 Belanda, semakin pentingnya Belanda sebagai negara maritim utama dengan kerajaan komersial yang berkembang, terutama di Timur, telah menghasilkan modal bagi kelas pedagang di Amsterdam. Para pedagang yang semakin kaya ini mulai menginvestasikan keuntungan mereka di tempat tinggal kedua di luar Amsterdam. Tempat tinggal kedua ini, atau landhuizen, berkisar dari tempat peristirahatan pedesaan yang sederhana hingga rumah-rumah bangsawan yang mewah, dan biasanya terletak di sepanjang sungai Amstel dan Vecht. Di Batavia, tren serupa terjadi pada pertengahan abad ke-18. Ketika Batavia semakin tidak sehat pada abad ke-18, para pejabat VOC yang kaya raya menjadi orang pertama yang melarikan diri dan membangun rumah-rumah megah di daerah pedesaan, biasanya terletak di antara sungai-sungai dan jalan-jalan menuju Batavia.

Para pejabat VOC membangun rumah-rumah pedesaan di luar kota bertembok Batavia ketika Ommelanden (daerah pedalaman yang berada tepat di luar kota bertembok) telah berhasil ditenangkan dan dijaga agar tidak diserang oleh para pemberontak Jawa, yang berusaha mengusir penjajah Belanda. Hal ini dicapai dengan membangun barisan melingkar pos-pos berbenteng di tempat-tempat seperti Antjol, Jacatra, Noordwijk, Rijswijk, Angke, dan Vijfhoek; yang sebagian besar didirikan pada pertengahan abad ke-17.

Rumah-rumah pertama merupakan bangunan sederhana, namun seiring berjalannya waktu, rumah-rumah ini menjadi rumah pedesaan yang mewah dengan taman-taman yang mewah, sering kali dilengkapi dengan paviliun musik dan menara lonceng.

Gaya Hindia

Gaya Hindia tampak sangat menonjol di rumah-rumah pedesaan di Hindia Belanda. Gaya ini muncul pada akhir abad ke-18 dan secara bertahap beradaptasi dengan iklim tropis. Gaya ini dapat dibagi menjadi tiga pola dasar utama: Rumah bergaya Belanda, rumah bergaya Hindia Belanda Transisi, dan rumah bergaya Hindia. Setidaknya satu dari setiap gaya tersebut masih bertahan hingga tahun 2015.

  • Rumah-rumah bergaya Belanda

Rumah-rumah bergaya Belanda (Nederlandse stijl) sangat populer antara tahun 1730 dan 1770. Rumah-rumah ini biasanya berupa bangunan dua lantai yang hampir mirip dengan rumah-rumah Belanda. Pengaruh Belanda terlihat jelas pada atap berpinggul, fasad yang tertutup dan kokoh, serta jendela-jendela yang tinggi. Mereka sering kali dilengkapi dengan menara lonceng, paviliun musik, dan taman hiburan khas Eropa. Satu-satunya kelonggaran terhadap iklim tropis adalah atap yang relatif besar dibandingkan dengan aslinya. Tidak seperti rumah-rumah Belanda, rumah-rumah di Batavia memiliki ruang tambahan yang luas untuk mengakomodasi para pelayan, yang biasanya berada di bagian belakang rumah. Interiornya biasanya lebih besar daripada rumah Belanda, dengan langit-langit yang jauh lebih tinggi.

Contohnya adalah rumah negara Weltevreden, Rumah Groeneveld di Condet, rumah negara Reynier de Klerck (sekarang menjadi gedung Arsip Nasional Indonesia), dan rumah negara Jan Schreuder.

  • Rumah-rumah pedesaan pada masa transisi Hindia Belanda

Rumah-rumah bergaya Nederlands-Indische stijl ini muncul antara tahun 1750 dan 1800. Struktur dan bentuknya menunjukkan akulturasi dengan iklim tropis. Masih berupa bangunan dua lantai, fasadnya terlindung dari sinar matahari dan hujan lebat oleh atap yang menjorok ke dalam di semua sisinya. Profil atapnya menyerupai atap gaya joglo lokal yang secara tradisional diperuntukkan bagi bangsawan Jawa. Lantai atas biasanya dicapai dengan tangga eksternal dan sering kali bagian tengahnya dibiarkan terbuka untuk ventilasi maksimum; serta jendela tinggi dengan daun jendela. Gaya ini juga populer di Sumatera.

Contohnya adalah Rumah Cililitan Besar (1775), yang masih ada hingga sekarang, meskipun sudah rusak. Contoh lainnya adalah rumah pedesaan Pondok Gedeh dan rumah pedesaan Cengkareng.

  • Rumah-rumah pedesaan bergaya Hindia-Belanda

Juga dikenal sebagai rumah Indo-Eropa (Indo Europeesche Stijl)[3] atau Indische stijl, tipe ini muncul antara tahun 1790 dan 1820. Bentuknya merupakan perpaduan gaya Belanda dan pribumi (Jawa). Rumah-rumah bergaya Hindia-Belanda biasanya dibangun sebagai bangunan satu lantai dengan beranda depan (pringgitan) dan beranda belakang (gadri), ditutupi oleh atap bernada tinggi berbentuk joglo yang membentang di atas beranda. Sering kali beranda dihubungkan ke galeri samping untuk perlindungan dari cuaca. Beranda sering kali memiliki pot-pot pohon palem, ubin beton atau marmer yang dingin dan dilapisi dengan tikar bambu yang dibelah. Referensi barat muncul dalam kolom-kolom neo-klasik Tuscan yang menopang atap besar yang menggantung dan pintu serta jendela yang dihias.

Gaya ini ditiru di seluruh nusantara pada periode selanjutnya. Salah satu dari beberapa contoh yang masih ada adalah rumah Cimanggis yang bobrok, yang atapnya runtuh sebelum tahun 2013. Contoh lainnya adalah Rumah Jepang (dibangun untuk Andries Hartsinck pada akhir abad ke-18, dihancurkan pada tahun 1996), Rumah Tjitrap (Citeureup), Rumah Telukpucung, Rumah Camis, dan Rumah Tjilodong (Cilodong).

Kemunduran

Dengan bubarnya VOC, rumah-rumah pedesaan menjadi kurang populer. Selama abad ke-19, dua kelompok gerakan arsitektur menguasai Hindia Belanda: gaya Neoklasik yang diterima secara universal namun mulai memudar, yang sesuai untuk sebuah kerajaan kolonial; dan Modernis, yang memunculkan aliran neo-vernakular yang digabungkan dengan Art Deco untuk menciptakan gaya tropis yang dijuluki Gaya Hindia Baru. Jika sebelumnya Gaya Hindia pada dasarnya adalah rumah-rumah Indonesia dengan sentuhan Eropa, pada awal abad ke-20, trennya adalah pengaruh modernis yang diekspresikan dalam bangunan-bangunan Eropa dengan sentuhan Indonesia. Langkah-langkah praktis yang dibawa dari Gaya Hindia sebelumnya, yang menanggapi iklim Indonesia, termasuk atap yang menjorok, jendela yang lebih besar, dan ventilasi di dinding.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Lebih dalam Rumah kongsi

Perindustrian

Apa Itu Limbah Industri/Sampah Industri? Berikut Penjelasannya!

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Februari 2025


Limbah Industri

Limbah Industri merupakan material sisa atau material yang sudah tidak terpakai lagi yang berasal dari kegiatan industri. Sampah industri dapat berupa limbah kegiatan industri yang dapat mencemari lingkungan. 

Limbah adalah zat yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah dapat berupa sampah, air kaskus , dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya.

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara Kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Beberapa Jenis Limbah B3 Industri

1. Limbah B3 cair lebih dikenel sebagai entitas pencemar air. Karena biasanya terdiri dari bahan buangan padat, buangan organik dan buangan anorganik

2. Limbah B3 padat

3. Limbah B3 gas

4. Limbah B3 partikel

Jenis Limbah B3 Menurut Sumbernya

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

2. Limbah B3 dari sumber spesifik

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa

Karakteristik Limbah B3

1. Limbah mudah meledak

2. Limbah mudah terbakar

3. Limbah beracun

4. Limbah menyebabkan infeksi

5. Limbah bersifat korosif

 

Sumber : Wikipedia

 

Selengkapnya
Apa Itu Limbah Industri/Sampah Industri? Berikut Penjelasannya!

Riset dan Inovasi

Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farida Rahayu mengungkapkan, permasalahan sulitnya fermentasi etanol yang selama ini dilakukan dalam produksi bioetanol. Di mana, biomassa dikonversi menjadi etanol melalui tahapan yang cukup panjang.

“Metode ini dianggap kurang efektif karena menyebabkan tingginya biaya produksi,” ungkap Farida, dalam webinar Friday Scientific Sharing Seminar series 31, Jumat (15/3).

Dijelaskannya, perkembangan generasi bioetanol berdasarkan jenis substratnya saat ini sudah sampai generasi ke-4, yaitu dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme.

Sehingga dalam risetnya, Farida menawarkan metode fermentasi baru dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang telah direkayasa genetiknya.

“Dalam kegiatan riset ini, kita menggunakan bakteri acetogen,” rincinya.

“Untuk metode riset ini kita menawarkan tahapan yang dipersingkat, di mana antara tahapan sakarifikasi, fermentasi, dan distilasi dijadikan satu dalam satu bioreaktor,” imbuh Farida.

Farida meyakini, dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang notabene memiliki suhu optimum pertumbuhan tinggi dan hampir berdekatan dengan destilasi. Sehingga, harapannya tidak perlu untuk memindahkan mikroorganisme ini untuk melakukan destilasi.

“Diharapkan pula dengan metode fermentasi thermophilic ini, hasil etanol yang didapatkan menjadi lebih optimal. Karena selain proses destilasi itu terjadi, mikroba masih bisa melakukan produksi. Berbeda dengan bila kita menggunakan mikroorganisme mesofilik pada saat destilasi, maka kegiatan produksi itu akan berhenti,” jelas Farida.

Harapannya, lanjut dia, menggunakan thermophilic fermentasi dengan mikroorganisme yang sudah di rekayasa genetiknya akan bisa mendapatkan hasil etanol yang lebih optimal.

“Adapun pendekatan dari strain improvement bisa kita lakukan melalui mutant selectionrecombination atau recombinant DNA Technology. Kegiatan riset yang dilakukan di sini menggunakan recombinant DNA technology,” terang Farida.

Dirinya mengatakan tujuan riset tersebut untuk meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan aktivitas regulasi dari suatu enzim.

Selain itu, tujuan lainnya adalah memanfaatkan ilmu dan teknologi recombinant DNA/genetic engineering, untuk bisa mendapatkan suatu mutan yang bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri.

Menurutnya, ilmu dan teknologi tentang manipulating dan improving microbial strains penting untuk meningkatkan kapasitas metabolisme mikroorganisme yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Maka, ilmu semakin berkembang dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai informasi, dijelaskan juga oleh Farida tiga generasi bioetanol sebelumnya. Pada bioetanol generasi pertama masih menggunakan substrat yang berdekatan dengan pangan seperti gula atau pati. Karena dirasa ada kompetisi antara pangan dan energi, maka ilmu itu akan berkembang terus hingga pada generasi kedua.

“Di generasi kedua ini, substrat yang digunakan untuk produksi bioetanol adalah dari residu/limbah lignoselulosa biomassa. Dari sini diharapkan ada renewable energy. Karena kalau berasal dari lignoselulosa ke biomassa bisa diperbarui setiap saat,” jelasnya.

Setelah itu, berkembang lagi di generasi ke-3, dengan memanfaatkan biomassa alga atau mikroalga yang juga digunakan sebagai substrat untuk produksi bioetanol.

Hingga dalam perkembangannya saat ini, generasi ke-4 dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Arsitektur

Apa Itu Gaya Arsitektur?

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Februari 2025


Gaya Arsitektur

Gaya arsitektur merupakan sebuah gaya pada suatu kelompok bangunan berdasarkan masa atau sebuah letak geografis tertentu. Gaya ini merupakan sebuah gaya dalam seni visual dan sebagian besar terkait dengan gaya artistik kontemporer yang lebih luas. Gaya arsitektur sendiri mencakup berbagai elemen, seperti bentuk, metode konstruksi, bahan bangunan dan karakter daerah.

Kebanyakan gaya arsitektur mencerminkan adanya perubahan mode, kepercayaan dan agama, atau munculnya ide, teknologi dan bahan baku baru yang memungkinkan lahirnya gaya baru.

Suatu gaya arsitektur dapat menyebar ke wilayah lainnya, terutama ke daerah di sekitar tempat gaya tersebut berasal. Hal ini memungkinkannya untuk terus berkembang dengan cara baru dan unik sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan geografi wilayah yang bersangkutan.

Suatu gaya arsitektur yang telah ditinggalkan dapat dihidupkan kembali melalui suatu kebangunan rohani dan interpretasi ulang. Ketika suatu gaya arsitektur dihidupkan kembali, gaya tersebut akan berbeda dengan gaya sebelumnya, tetapi tetap mempertahankan prinsip dasar dari gaya yang dianut. 

 

Sumber : Wikipedia

Selengkapnya
Apa Itu Gaya Arsitektur?
« First Previous page 641 of 1.119 Next Last »