Riset dan Inovasi

Menggunakan Biomassa Kelapa Sawit untuk Membuat Ban

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025


Agus Kissmant, seorang peneliti di Pusat Penelitian Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah mengembangkan karbon hitam hijau sebagai bahan baku dari biomassa kelapa sawit. Karbon hitam tersebut digunakan sebagai pewarna dan penguat dalam produk non-ban, seperti ban mobil, ikat pinggang, tabung, dan barang-barang karet lainnya.

Pada acara monitoring dan evaluasi hibah penelitian kelapa sawit yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Samaung Samadikun BRIN Bandung Sains dan Bidang Teknologi pada 10 hingga 11 Januari, Agus menjelaskan latar belakang penelitian ini. Dia menyoroti bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan sumber biomassa yang sangat melimpah. Namun, limbah seperti daun-daun, tandan kosong, dan batang pohon kelapa sawit yang tersisa dari proses reboisasi belum dimanfaatkan secara optimal.

Agus menekankan bahwa limbah tandan kosong kelapa sawit yang mencapai 59 juta ton per tahun dapat diolah menjadi karbon hitam, menghasilkan sekitar 3 juta ton. Pengembangan teknologi ini dianggap sebagai potensi besar untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknologi produksi karbon hitam dari biomassa, dengan melakukan proses pirolisis biomassa di bagian hulu untuk mencapai efisiensi ekonomi yang optimal.

Agus menyoroti bahwa karbon hitam dari biomassa kelapa sawit menjadi pasar baru yang penting, terutama karena selama ini hanya tersedia dari bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mencapai net-zero emisi, yang menjadi prioritas saat ini. Teknologi produksi yang diusulkan melibatkan proses gasifikasi pada tandan kosong pada suhu rendah untuk menghasilkan gas sintesis dan minyak pirolisis atau tar. Gas sintesis digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi, sementara minyak pirolisis berfungsi sebagai bahan baku.

Hasil dari penelitian tahun pertama telah menghasilkan karbon hitam berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku di beberapa pabrik ban. Teknologi pengolahan bahan baku dan bahan bakar jelaga berbasis gas sintesis termal harus segera diimplementasikan. Penelitian lebih lanjut akan meliputi penyiapan bahan baku produksi gas pirosin dari tandan kosong kelapa sawit, optimalisasi produksi di reaktor karbon hitam untuk mencapai kualitas yang lebih baik, dan pengembangan ekstraksi karbon hitam dari jelaga.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
Menggunakan Biomassa Kelapa Sawit untuk Membuat Ban

Riset dan Inovasi

BRIN dan PT Nafas Indonesia Kolaborasi untuk Mengembangkan Teknik Investigasi Polusi Menggunakan Data Sensor

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025


Humas BRIN di Tangsel, Jakarta, sebuah wilayah metropolitan yang padat penduduk di Asia Tenggara dan sekitarnya, mengidentifikasi polusi udara sebagai masalah serius. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, urbanisasi yang cepat, dan mobilitas penduduk yang tinggi telah meningkatkan emisi gas dan partikel berbahaya ke atmosfer. Sumber polusi ini berasal dari aktivitas industri, lalu lintas, dan gaya hidup sehari-hari, yang menghasilkan emisi yang merusak kualitas udara. Tingkat partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2.5) di wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi perhatian utama. Partikel PM 2.5 berasal dari berbagai sumber seperti knalpot kendaraan, industri, pembakaran biomassa, serta proses alami seperti debu dan bakteri. Kepadatan lalu lintas dan banyaknya industri di wilayah tersebut memperparah tingkat PM 2.5.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan PT Nafas Applications India melalui Pusat Pengujian Teknologi dan Standar (PRTPS) untuk mengembangkan data sensor dan metode berbasis data dalam mempelajari sumber polusi. Kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan memantau kualitas udara menggunakan data sensor dari berbagai sumber, yang kemudian digunakan untuk menyelidiki sumber pencemaran, termasuk menentukan sumber yang paling berkontribusi terhadap peningkatan PM 2.5. Selain itu, kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk mengurangi tingkat PM 2.5.

Direktur Organization for Research on Energy and Manufacturing (OREM), Hasnan Abimanyu, menyatakan bahwa kemitraan ini akan memperkuat kontribusi BRIN dalam kemajuan teknologi dan penelitian terkait pengumpulan data. Sementara itu, CEO PT Nafas Applications India, Nathan Roestady, menggarisbawahi pentingnya kerja sama dengan BRIN dalam mengatasi masalah polusi udara yang kompleks. Teg Muttaky, direktur Pusat Penelitian Teknologi dan Standar Pengujian, menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal yang baik untuk tahun 2024. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga dan langkah nyata dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya, serta memberikan dasar untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi seluruh masyarakat di wilayah tersebut.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
BRIN dan PT Nafas Indonesia Kolaborasi untuk Mengembangkan Teknik Investigasi Polusi Menggunakan Data Sensor

Riset dan Inovasi

Turbin ORC Mini Diharapkan Menjadi Alternatif Energi Bersih dan Ekonomis

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025


Humas BRIN melaporkan bahwa Teknologi Organic Rankine Cycle (ORC) dianggap sebagai solusi potensial untuk energi baru terbarukan (EBT) yang efisien dan dapat diandalkan. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dari berbagai sumber panas, termasuk energi panas bumi, limbah panas, dan energi matahari. ORC adalah siklus termodinamika yang menggunakan cairan organik sebagai media kerja untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini dapat digunakan pada berbagai rentang suhu panas, termasuk sumber panas yang tidak dapat dimanfaatkan dengan teknologi konvensional, seperti panas bumi suhu rendah dan limbah panas.

Untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi ORC guna meningkatkan efisiensi dan kinerjanya, Organisasi Penelitian Energi dan Manufaktur (OREM) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Bumi Resik Nusantara Raya (PT. BRNR) sepakat untuk bekerja sama. Mereka akan mengoptimalkan penggunaan listrik dan menghasilkan energi listrik yang lebih bersih dan terjangkau. Kesepakatan ini dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada Rabu (17 Januari 2021) di BJ Habibie Serpong KST.

Hasnan Abimanyu, Ketua OREM, menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah penting dalam mengeksplorasi potensi energi terbarukan. Xhaka, perwakilan PT Bumi Resik Nusantara Raya, menyambut baik kesempatan untuk berkolaborasi dengan BRIN dalam pengembangan teknologi ORC. Mereka berharap kerja sama ini dapat mencapai kemajuan signifikan dalam energi ramah lingkungan.

Proyek pengembangan prototipe turbin ORC yang dilakukan oleh tim kolaboratif ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap penyediaan listrik yang bersih dan terjangkau. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antara sektor publik dan swasta. Pengembangan turbin ORC kecil ini dianggap sebagai langkah maju dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat.

Sebagai informasi tambahan, kegiatan ini didukung oleh mekanisme RISPRO (Pendanaan Penelitian Inovatif-Produktif Komersial) - LPDP - dan kontribusi dari mitra PT. Bumi Resik Nusantara.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
Turbin ORC Mini Diharapkan Menjadi Alternatif Energi Bersih dan Ekonomis

Riset dan Inovasi

Inovasi Teknologi Meningkatkan Mutu Hasil Pertanian

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025


Inovasi Teknologi Presisi dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Pertanian Untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, diperlukan inovasi teknologi, salah satunya adalah teknologi presisi. Teknologi presisi merupakan pengelolaan sistem informasi teknologi yang menggabungkan strategi manajemen dan teknologi untuk efisiensi penggunaan sumber daya, dengan tujuan mencapai hasil optimal dan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH), bekerja sama dengan PT Habibi Digital Nusantara dalam mengembangkan riset keberlanjutan menggunakan teknologi presisi dengan layanan Internet of Things (IoT) dan sensor real time. Tujuan kerja sama ini adalah mengembangkan pengetahuan terkait teknologi berbasis digital untuk mendukung keberlanjutan di sektor energi dan pangan.

Kepala PR SPBPDH BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menjelaskan bahwa kerja sama ini melibatkan riset keberlanjutan dalam pemanfaatan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, termasuk analisis keberlanjutan dan penilaian daur hidup. BRIN dan PT Habibi Digital Nusantara akan melakukan identifikasi potensi keberlanjutan dan pengembangan menggunakan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, serta melakukan penilaian keberlanjutan dan daur hidup budi daya di lingkungan terkendali komoditas hortikultura.

Sebagai badan berbasis riset, BRIN akan terlibat dalam penyusunan proposal pembiayaan riset kepada pihak ketiga, penyusunan karya tulis ilmiah nasional/internasional, dan penyusunan permohonan kekayaan intelektual. Metodologi yang digunakan dalam analisis keberlanjutan adalah MSA dan dalam analisis penilaian daur hidup menggunakan LCA. Direktur PT Habibi Digital Nusantara, Irsan Rajamin, menegaskan bahwa perusahaannya berfokus pada inovasi teknologi pertanian. Visi perusahaan tersebut adalah membangun peradaban melalui IoT agriculture. Harapannya, kerja sama ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan sektor pertanian.


Sumber: brin.go.id

Selengkapnya
Inovasi Teknologi Meningkatkan Mutu Hasil Pertanian

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Strategi Efektif dalam Manajemen Inventaris, Pergudangan, dan Transportasi untuk Meningkatkan Kinerja Logistik Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Kinerja logistik dalam rantai pasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan suatu organisasi di era globalisasi. Paper ini, yang ditulis oleh Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, dan Kamal Imran Sharif dari Universiti Utara Malaysia, membahas bagaimana manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memengaruhi efisiensi rantai pasok dan daya saing perusahaan.

Studi ini menyoroti bahwa pengelolaan logistik yang efisien dapat meningkatkan efisiensi hingga 30%, dengan strategi yang tepat dalam pengelolaan stok, penyimpanan barang, dan distribusi.

Metodologi Penelitian

Kajian literatur tentang faktor utama yang memengaruhi kinerja logistik.
Analisis hubungan antara inventaris, pergudangan, dan transportasi dalam rantai pasok.
Studi kasus industri manufaktur dan ritel, mengukur efektivitas strategi logistik yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Peran Manajemen Inventaris dalam Kinerja Logistik

📌 Inventaris berlebih dapat meningkatkan biaya operasional hingga 25%, tetapi persediaan yang terlalu rendah meningkatkan risiko kekurangan stok.
📌 Just-in-Time (JIT) dan Economic Order Quantity (EOQ) terbukti meningkatkan efisiensi rantai pasok dengan mengurangi biaya penyimpanan dan stok berlebih.
📌 Penerapan teknologi prediktif dalam manajemen inventaris dapat meningkatkan akurasi peramalan permintaan hingga 35%.

2. Efisiensi Pergudangan dan Dampaknya terhadap Rantai Pasok

📌 Desain gudang yang optimal dapat mengurangi waktu pencarian barang hingga 40%, meningkatkan efisiensi operasional.
📌 Sistem pergudangan otomatis berbasis AI dan IoT telah mengurangi kesalahan pencatatan inventaris hingga 50% di beberapa perusahaan logistik global.
📌 Penempatan gudang yang strategis membantu dalam mengoptimalkan rute distribusi dan mengurangi biaya transportasi.

3. Transportasi sebagai Tulang Punggung Kinerja Logistik

📌 Pemilihan moda transportasi yang tepat dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20%.
📌 Integrasi third-party logistics (3PL) meningkatkan efisiensi pengiriman dan mengurangi keterlambatan distribusi.
📌 Optimasi rute berbasis AI dan big data membantu dalam mengurangi waktu pengiriman dan meningkatkan ketepatan waktu hingga 90%.

Studi Kasus: Implementasi Manajemen Logistik di Industri Manufaktur dan Ritel

📌 Industri manufaktur yang menerapkan metode JIT mengalami penurunan biaya inventaris hingga 28%.
📌 Perusahaan ritel yang mengadopsi sistem pergudangan berbasis teknologi AI mencatat peningkatan efisiensi stok sebesar 37%.
📌 Optimasi transportasi dengan 3PL mengurangi biaya operasional pengiriman hingga 22%.

Tantangan dalam Implementasi Strategi Logistik

Kurangnya integrasi teknologi dalam sistem logistik.
➡ Solusi: Menggunakan ERP dan sistem manajemen rantai pasok berbasis cloud.

Tingginya biaya investasi dalam sistem logistik otomatis.
➡ Solusi: Mengadopsi strategi bertahap dalam digitalisasi logistik.

Variabilitas permintaan pasar yang sulit diprediksi.
➡ Solusi: Analisis data real-time untuk meningkatkan ketepatan prediksi permintaan.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Logistik

Penerapan Sistem Digital dalam Manajemen Inventaris

  • Menggunakan AI dan machine learning untuk optimasi stok.
  • Menerapkan blockchain untuk transparansi dalam rantai pasok.

Optimalisasi Pergudangan dengan Automasi

  • Sistem pergudangan berbasis robotik untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang.
  • Teknologi IoT untuk monitoring stok secara real-time.

Efisiensi Transportasi dengan Analitik Data

  • Optimasi rute pengiriman berbasis AI untuk mengurangi keterlambatan distribusi.
  • Penggunaan kendaraan ramah lingkungan untuk meningkatkan keberlanjutan rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen inventaris, pergudangan, dan transportasi memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasok dan kinerja logistik perusahaan.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
Meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
Menekan biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas.
Mempercepat waktu pengiriman dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Penerapan teknologi digital dan integrasi sistem dalam manajemen logistik menjadi kunci untuk mencapai rantai pasok yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Sumber : Mohd Fathi Mohamad, Zulkifli M Udin, Kamal Imran Sharif (2018). Inventory, Warehousing, and Transportation Management Impacts Towards Logistics Performance in Supply Chain Management. International Journal of Supply Chain Management, Vol. 7, No. 6, December 2018.

 

Selengkapnya
Strategi Efektif dalam Manajemen Inventaris, Pergudangan, dan Transportasi untuk Meningkatkan Kinerja Logistik Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja Green Supply Chain dengan Model GSCOR: Studi Kasus Industri Pertanian

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025


Pendahuluan

Industri pertanian telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, tetapi menyumbang lebih dari 19% emisi gas rumah kaca global. Tantangan utama dalam rantai pasok pertanian adalah pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk mengurangi jejak ekologis.

Penelitian ini, yang dilakukan oleh Arjuna, Santoso, dan Rainisa Maini Heryanto dari Universitas Kristen Maranatha, mengevaluasi kinerja rantai pasok hijau menggunakan Green Supply Chain Operations Reference (GSCOR) Model dalam industri pertanian.

Metodologi Penelitian

Analisis GSCOR Model → Mengukur performa rantai pasok berdasarkan aspek keberlanjutan.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) → Untuk menentukan bobot parameter kinerja.
Metode Objective Matrix (OMAX) & Traffic Light System (TLS) → Untuk menilai dan mengkategorikan tingkat pencapaian kinerja.
Studi kasus perusahaan agrikultur → Fokus pada produksi sayuran dataran tinggi untuk pasar ekspor ke Jepang dan Singapura.

Temuan Utama

1. Evaluasi Kinerja Rantai Pasok Hijau

📌 Performa rantai pasok perusahaan dikategorikan dalam level kuning dengan skor 6.357, menunjukkan kinerja rata-rata.
📌 Tiga indikator utama (KPI) dalam kategori merah yang perlu diperbaiki:

  • Penggunaan air (KPI2) → Konsumsi air tinggi dalam proses produksi.
  • Bahan berbahaya dalam inventaris (KPI7) → Persentase bahan kimia masih tinggi.
  • Limbah berbahaya (KPI10) → Manajemen limbah belum optimal.

2. Strategi Optimalisasi Green Supply Chain

📌 Efisiensi penggunaan sumber daya:

  • Mengurangi bahan kimia sintetis dalam produksi.
  • Meningkatkan penggunaan energi alternatif seperti biofuel dan tenaga surya.
    📌 Peningkatan sistem pengelolaan limbah:
  • Menerapkan metode Water Pinch Analysis untuk mengurangi limbah air.
  • Menggunakan material biodegradable untuk kemasan.
    📌 Pelatihan karyawan tentang praktik pertanian ramah lingkungan:
  • 80% karyawan dilatih mengenai standar keberlanjutan (KPI15).
  • Standarisasi proses dengan sertifikasi ISO 14001.

3. Studi Kasus: Implementasi GSCOR Model dalam Industri Pertanian

📌 Penggunaan metode GSCOR di perusahaan agrikultur Indonesia:

  • Efisiensi penggunaan bahan baku meningkat 25% setelah implementasi GSCOR.
  • Limbah produksi berkurang 18% melalui sistem daur ulang.
  • Adopsi teknologi pertanian hijau meningkatkan produktivitas hingga 30%.

📌 Perbandingan dengan industri lain:

  • Industri batik menggunakan pendekatan yang lebih berfokus pada bahan baku ramah lingkungan.
  • Industri kertas mengadopsi integrasi pemangku kepentingan untuk meningkatkan keberlanjutan.

Tantangan dalam Implementasi Green Supply Chain

Kurangnya regulasi yang mendukung keberlanjutan di industri pertanian.
➡ Solusi: Menerapkan kebijakan insentif bagi perusahaan yang menerapkan green supply chain.

Tingginya biaya investasi untuk teknologi hijau.
➡ Solusi: Penggunaan teknologi bertahap dan pengembangan kemitraan dengan pemerintah.

Kurangnya kesadaran dan pelatihan karyawan.
➡ Solusi: Program edukasi berkelanjutan tentang praktik ramah lingkungan bagi pekerja pertanian.

Strategi Implementasi Green SCOR Model di Perusahaan Agrikultur

Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya

  • Mengurangi konsumsi energi fosil dengan mengadopsi bioenergi.
  • Menggunakan sistem irigasi hemat air untuk mengurangi konsumsi air bersih.

Meningkatkan Manajemen Limbah

  • Menerapkan sistem pengolahan limbah organik menjadi pupuk kompos.
  • Memantau penggunaan bahan kimia dalam proses produksi.

Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan

  • Mengintegrasikan pemasok dalam rantai pasok hijau dengan standar ISO 14001.
  • Menggunakan blockchain untuk transparansi dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok hijau menggunakan GSCOR Model dapat membantu perusahaan agrikultur meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat:
Meningkatkan efisiensi operasional hingga 30%.
Mengurangi limbah produksi dan konsumsi bahan berbahaya.
Meningkatkan kepatuhan terhadap standar lingkungan global.

Implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) berbasis GSCOR dapat menjadi solusi jangka panjang bagi industri pertanian dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan daya saing global.

Sumber : Arjuna, Santoso, Rainisa Maini Heryanto (2022). Green Supply Chain Performance Measurement using Green SCOR Model in Agriculture Industry: A Case Study. Jurnal Teknik Industri, Vol. 24, No. 1, June 2022.

 

Selengkapnya
Pengukuran Kinerja Green Supply Chain dengan Model GSCOR: Studi Kasus Industri Pertanian
« First Previous page 630 of 1.306 Next Last »