Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Keselamatan dalam industri transportasi merupakan prioritas utama yang tidak dapat diabaikan. Dengan kompleksitas operasional serta berbagai risiko yang melekat, organisasi di sektor ini terus mencari cara untuk meningkatkan manajemen risiko dan proses pengambilan keputusan. Salah satu pendekatan yang semakin banyak diterapkan adalah Safety Management System (SMS).
Penelitian oleh Kathleen Fox dalam tesisnya di Lund University berjudul How has the implementation of Safety Management Systems (SMS) in the transportation industry impacted on risk management and decision-making? menyoroti bagaimana SMS telah memengaruhi pengelolaan risiko dan pengambilan keputusan di sektor transportasi. Studi ini mengulas laporan investigasi kecelakaan dari Transportation Safety Board of Canada (TSB) yang melibatkan operator yang telah atau sedang menerapkan SMS. Selain itu, penelitian ini membahas tantangan dan manfaat dari implementasi SMS serta dampaknya dalam menciptakan lingkungan keselamatan yang lebih baik.
Latar Belakang dan Teori Dasar
1. Manajemen Risiko dalam Industri Transportasi
Dalam industri transportasi, pengambilan keputusan oleh manajer sering kali melibatkan prioritas yang saling bertentangan, seperti keselamatan, efisiensi operasional, dan keuntungan finansial. Seiring dengan meningkatnya regulasi keselamatan, banyak perusahaan mulai menerapkan SMS sebagai pendekatan sistematis untuk mengelola risiko.
Fox mengacu pada berbagai teori yang mendukung implementasi SMS, seperti model pengambilan keputusan oleh March (1994) dan konsep High-Reliability Organizations (HRO). HRO adalah organisasi yang secara konsisten berhasil menghindari kegagalan meskipun beroperasi dalam kondisi berisiko tinggi, seperti dalam penerbangan dan lalu lintas udara.
2. Definisi dan Komponen Safety Management System (SMS)
SMS didefinisikan sebagai kerangka kerja sistematis untuk mengelola risiko keselamatan, yang mencakup:
SMS telah diadopsi secara luas di berbagai sektor transportasi, termasuk penerbangan, perkapalan, dan perkeretaapian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis laporan investigasi kecelakaan dari TSB Kanada. Laporan-laporan ini memberikan wawasan mengenai bagaimana kelemahan dalam manajemen risiko dan pengambilan keputusan berkontribusi terhadap kecelakaan. Selain itu, Fox juga melakukan wawancara dengan para manajer dan ahli industri untuk memahami tantangan serta keberhasilan dalam implementasi SMS.
Hasil dan Temuan Utama
1. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan SMS
Studi ini menemukan bahwa keberhasilan implementasi SMS bergantung pada beberapa faktor kunci:
2. Studi Kasus dari Laporan Investigasi TSB
Fox mengulas berbagai kecelakaan yang terjadi di Kanada, di mana kurangnya penerapan SMS atau kelemahan dalam sistem ini berkontribusi terhadap insiden serius.
Dari studi kasus ini, Fox menyoroti bahwa kegagalan dalam mengelola risiko sering kali terjadi karena adanya tekanan operasional, kurangnya sumber daya, atau ketidakseimbangan antara prioritas keselamatan dan efisiensi bisnis.
3. Tantangan dalam Implementasi SMS
Meskipun SMS memiliki manfaat besar, penerapannya juga menghadapi berbagai tantangan:
Implikasi dan Rekomendasi
Fox menyimpulkan bahwa implementasi SMS yang sukses dapat mengurangi risiko kecelakaan secara signifikan dan meningkatkan efisiensi operasional. Untuk memperbaiki sistem ini, ia memberikan beberapa rekomendasi:
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa SMS merupakan alat yang efektif dalam mengelola risiko keselamatan di industri transportasi. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada komitmen manajemen, budaya keselamatan, dan sumber daya yang tersedia. Dengan menerapkan sistem ini secara konsisten, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan efisien.
Sumber Asli
Fox, Kathleen. How has the implementation of Safety Management Systems (SMS) in the transportation industry impacted on risk management and decision-making? Thesis submitted in partial fulfillment of the requirements for the MSc in Human Factors and System Safety, Lund University, Sweden, 2009.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Manajemen keselamatan dalam industri penerbangan menjadi prioritas utama dalam menjaga keberlangsungan operasional yang aman dan efisien. Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System/SMS) adalah kerangka kerja yang mencakup prosedur, dokumentasi, serta sistem pengetahuan untuk mengontrol dan meningkatkan kinerja keselamatan suatu organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sybert Stroeve, Job Smeltink, dan Barry Kirwan dalam jurnal Safety tahun 2022 mengkaji cara-cara menilai dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan dalam industri penerbangan. Dengan menggunakan alat penilaian tingkat kematangan SMS serta pendekatan berbasis faktor manusia, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperbaiki dalam sistem keselamatan organisasi penerbangan.
Studi ini menggunakan pendekatan berbasis Hesitant Fuzzy Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengevaluasi tingkat kematangan SMS. Pendekatan ini memungkinkan organisasi penerbangan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam sistem keselamatannya dan mengembangkan strategi perbaikan yang lebih efektif. Penelitian ini juga membandingkan berbagai metode manajemen keselamatan yang digunakan oleh organisasi penerbangan di Eropa.
Komponen Utama Sistem Manajemen Keselamatan (SMS)
Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization), SMS terdiri dari empat komponen utama:
Penelitian ini menerapkan model evaluasi SMS pada beberapa organisasi penerbangan, termasuk maskapai, bandara, dan penyedia layanan navigasi udara di Eropa. Hasil studi menunjukkan beberapa temuan penting:
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa strategi utama disarankan untuk meningkatkan efektivitas SMS dalam industri penerbangan:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan SMS yang efektif sangat bergantung pada keterlibatan manajemen, integrasi teknologi, serta faktor manusia dalam organisasi penerbangan. Dengan meningkatkan aspek-aspek ini, industri penerbangan dapat secara signifikan mengurangi insiden keselamatan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Sumber Asli
Stroeve, S., Smeltink, J., & Kirwan, B. Assessing and Advancing Safety Management in Aviation. Safety 2022, 8(20). https://doi.org/10.3390/safety8020020
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi aspek fundamental dalam operasional industri yang berisiko tinggi, termasuk industri galangan kapal kecil. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 mengatur penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagai standar wajib bagi perusahaan yang memiliki potensi bahaya besar atau mempekerjakan minimal 100 pekerja. Penelitian oleh Hugo Nainggolan dan Hendra dalam Jurnal Kesehatan Tambusai mengkaji implementasi SMK3 di industri galangan kapal kecil PT. X, menggunakan audit awal berdasarkan 64 kriteria yang ditetapkan dalam PP No. 50 Tahun 2012. Hasilnya menunjukkan tingkat kepatuhan hanya 21,88%, sementara ketidaksesuaian mencapai 78,12%, mencerminkan tantangan besar dalam implementasi SMK3 di sektor ini.
Hasil Evaluasi Penerapan SMK3 di PT. X
Penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat penerapan SMK3 di PT. X masih jauh dari optimal, dengan rincian sebagai berikut:
Kekurangan utama yang ditemukan meliputi kurangnya kebijakan keselamatan yang efektif, minimnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), serta kurangnya pelatihan keselamatan bagi pekerja. Selain itu, belum adanya prosedur standar operasional (SOP) untuk beberapa pekerjaan berisiko tinggi semakin memperburuk kondisi K3 di perusahaan.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya penerapan SMK3 di industri galangan kapal kecil meliputi:
Untuk meningkatkan implementasi SMK3 di industri galangan kapal kecil, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan meliputi:
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa penerapan SMK3 di industri galangan kapal kecil PT. X masih jauh dari standar yang diharapkan. Dengan tingkat kepatuhan hanya 21,88%, banyak aspek yang perlu diperbaiki untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja di lingkungan kerja yang berisiko tinggi ini. Implementasi kebijakan yang lebih ketat, pelatihan yang memadai, serta peningkatan fasilitas dan pengawasan merupakan langkah kunci dalam meningkatkan efektivitas SMK3 di sektor ini.
Sumber Asli
Nainggolan, Hugo & Hendra. Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Industri Galangan Kapal Kecil di Indonesia. Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 4, Nomor 4, Desember 2023. ISSN: 2774-5848 (Online), ISSN: 2774-0524 (Cetak).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, termasuk di lingkungan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Grace Katunge Jonathan dan Rosemary Wahu Mbogo (2016) menyoroti bagaimana peran karyawan dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman di sekolah menengah, khususnya di Mbooni West, Kenya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan guru dalam kebijakan keselamatan kerja dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka. Dengan menggunakan metode survei deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data dari guru dan kepala sekolah dengan total 49 responden, yang terdiri dari 25 pria (51%) dan 24 wanita (49%).
Temuan Utama dan Studi Kasus
1. Kesadaran dan Keterlibatan Karyawan dalam K3
2. Tingkat Kecelakaan dan Kejadian di Sekolah
3. Peran Manajemen dalam Keselamatan Kerja
Tantangan dalam Implementasi K3
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan di Sekolah
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja di sekolah menengah masih kurang diperhatikan, terutama dalam keterlibatan guru dan staf dalam perumusan kebijakan K3. Dengan menerapkan pelatihan berkala, penyediaan fasilitas keselamatan, serta pelibatan lebih aktif dari pihak manajemen dan pemerintah, lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dapat diwujudkan.
Sumber: Jonathan, G. K. & Mbogo, R. W. (2016). ‘Maintaining Health and Safety at Workplace: Employee and Employer’s Role in Ensuring a Safe Working Environment’. Journal of Education and Practice, 7(29), 1-10.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri manufaktur. Studi terbaru oleh Fasil Kebede Tesfaye, Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry, menyoroti tantangan dan solusi dalam meningkatkan keselamatan kerja di industri logam di Ethiopia. Dengan menganalisis data dari 215 responden, penelitian ini menawarkan model struktural yang menghubungkan budaya keselamatan, kebijakan, dan iklim kerja terhadap produktivitas perusahaan.
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Manufaktur
Industri manufaktur, khususnya di negara berkembang, memiliki tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), sekitar 125 juta pekerja mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja setiap tahunnya, dengan 220.000 kematian. Di Ethiopia, laporan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial (MOLSA, 2016) mencatat 25.812 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Penelitian ini menemukan bahwa pada tahun 2009, jumlah kecelakaan di Akaki Basic Metal Industry mencapai 125 kasus dengan 2.336 jam kerja, menghasilkan rasio kecelakaan sebesar 0,0535 per jam kerja. Angka ini menurun menjadi 0,0210 per jam kerja pada tahun 2013, menunjukkan perbaikan yang masih belum cukup signifikan.
Model Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Dikembangkan
Penelitian menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk membangun model keselamatan yang dapat meningkatkan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Model ini membuktikan bahwa peningkatan budaya dan kebijakan keselamatan lebih efektif dibandingkan hanya memberikan pelatihan atau komunikasi terkait keselamatan kerja.
Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Produktivitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja di industri ini adalah:
Perusahaan ini mengalami tantangan serius dalam penerapan keselamatan kerja. Beberapa temuan utama dari penelitian ini antara lain:
Dampak dari kondisi ini adalah tingginya angka absensi karena kecelakaan kerja, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas perusahaan.
Penelitian ini menawarkan beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan di industri manufaktur lain:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja tidak hanya berhubungan dengan kesejahteraan pekerja, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas perusahaan. Dengan meningkatkan budaya keselamatan, menerapkan kebijakan yang ketat, dan memastikan lingkungan kerja yang aman, industri manufaktur dapat mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi produksi.
Sumber Asli
Tesfaye, Fasil Kebede. Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry. College of Engineering and Technology, Mechanical Engineering, Mizan Tepi University, Tepi, Ethiopia. Preprints.org, 4 August 2023. doi:10.20944/preprints202308.0401.v1.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Maret 2025
Penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki peran penting dalam mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja. Namun, pengukuran dampak ekonomi dari penelitian ini masih menjadi tantangan. Studi oleh Bushnell, Pana-Cryan, Howard, Quay, dan Ray (2022) membahas upaya National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam menilai manfaat penelitian K3 dengan metrik ekonomi. Dengan menggandeng RAND Corporation, NIOSH melakukan enam studi kasus untuk menghitung manfaat penelitian dalam biaya yang dihemat, cedera dan penyakit yang dicegah, serta nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.
NIOSH dan RAND Corporation menganalisis enam studi kasus utama:
NIOSH menggunakan dua pendekatan utama untuk menghitung manfaat ekonomi dari penelitian K3:
Tantangan dalam Pengukuran Manfaat Penelitian K3
Kesimpulan
Penelitian oleh NIOSH menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dan analisis ekonomi dapat digunakan untuk mengukur manfaat penelitian K3. Dengan studi kasus yang beragam, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana investasi dalam penelitian keselamatan kerja dapat menghasilkan penghematan ekonomi yang besar dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber: Bushnell, P. T., Pana-Cryan, R., Howard, J., Quay, B., & Ray, T. K. (2022). ‘Measuring the Benefits of Occupational Safety and Health Research with Economic Metrics: Insights from the National Institute for Occupational Safety and Health’. American Journal of Industrial Medicine, 65(5), 323-342.