Manajemen Keuangan

Spekulasi

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024


Spekulasi, keuangan dalam artian sempit yaitu termasuk membeli, memiliki, menjual, dan menjual short saham, cryptocurrency, obligasi, komoditi, mata uang, koleksi, real estate, derivatif, ataupun instrumen keuangan lainnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari fluktuasi harga di mana pembelian tersebut

Bukannya untuk digunakan sendiri atau untuk memperloeh penghasilan yang timbul dari deviden atau bunga. Spekulasi atau agiotage pada pasar keuangan adalah berbeda dengan apa yang disebut lindung nilai, investasi jangka panjang ataupun pendek, dan arbitrasi.

Spekulasi dapat terjadi pada sebagian besar perdagangan komoditas namun yang terbanyak adalah pada transaksi perdagangan berjangka dan transaksi derivatif lainnya. Spekulan biasanya mengejar keuntungan yang tinggi, bukan probabilitas untung yang tinggi.

Benjamin Graham seorang pakar analisis sekuriti memberikan definisi dari spekulasi ditinjau dari sudut investasi yaitu " suatu kegiatan investasi adalah investasi yang dilakukan dengan cara melakukan analisis keuangan secara saksama, menjanjikan keamanan modal dan kepuasan atas tingkat imbal hasil . Kegiatan yang tidak memenuhi prasyarat tersebut adalah tindakan spekulatif. "

Manfaat ekonomi dari kegiatan spekulasi

Layanan jasa yang disediakan oleh spekulator kepada pasar utamanya adalah dengan menaruh modalnya kedalam suatu risiko dengan harapan memperoleh suatu keuntungan, mereka menambahkan likuiditas kepada pasar dan mempermudah bagi orang lain untuk mengurangi risiko, termasuk mereka-mereka yang diklasifikasikan sebagai hedger dan arbitraser.

Efek negatif dari kegiatan spekulatif

Aktivitas spekulasi di pasar dapat mempengaruhi tingkat volatilitas, dan spekulan mendorong harga pasar, yang mengakibatkan aset bernilai lebih rendah (undervalued) atau lebih tinggi (overvalued), yang tidak dapat secara akurat mencerminkan nilai intrinsik aset atau sekuritas yang sebenarnya, sementara meningkatkan volatilitas dan risiko jangka pendek, yang mengarah ke gelembung ekonomi.

Etimologi

Kata "spekulasi" berasal dari bahasa Latin speculatus, yang merupakan bentuk kalimat lampau dari speculari, yang artinya "melihat kedepan", mengamati, dan menelaah. Kata speculari itu sendiri merupakan turunan dari kata specula, yang berasal dari specere yang artinya "untuk melihat", yang merupakan serdadu Roma yang bertugas mengawasi perkampungan serdadu yang disebut castrum.

Dalam kata ini ditemukan persamaan etimologik dari kalimat kontemporer yang menunjukkan pada suatu aktivitas "memandang dari jauh" di angkasa dan juga di dalam waktu. Dari kalimat "specula" inilah asal kata dalam bahasa Latin "speculatio, speculationis", suatu aktivitas penyelidikan filosofi.

Kalimat ini masih digunakan saat ini dalam dunia filosofi sebagai "suatu kegiatan berteori tanpa didukung dengan suatu dasar fakta yang kuat, sebagaimana halnya dalam dunia keuangan modern di mana seorang spekulator melaksanakan suatu transaksinya dengan tanpa didukung oleh suatu dasar statistik.

Sumber artikel: Wikipedia

Selengkapnya
Spekulasi

Manajemen Keuangan

Diversifikasi (ekonomi)

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024


Diversifikasi ekonomi adalah usaha penganekaragaman produk atau bidang usaha yang dilakukan suatu perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil.ini dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis ekonomi.

Sehingga apabila suatu perusahaan mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu produk atau negara/daerah, di produk atau negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan sehingga kekurangan yang terjadi bisa tertutupi. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahan multinasional karena perusahaan dapat menjamin pendapatan/arus kas yang lebih stabil sehingga meningkatkan kepercayaan kepada pemegang saham.

Tujuan

Diversifikasi produk bertujuan untuk meningkatkan volume/kuantitas penjualan yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah berada pada tahap kedewasaan. Dengan diversifikasi produk, suatu perusahaan tidak akan bergantung pada satu jenis produk tetapi perusahaan juga dapat mengandalkan produk lainnya karena jika salah satu jenis produknya mengalami penurunan, maka akan dapat teratasi dengan produk jenis lainnya.

Dalam operasional bisnis, perusahaan yang bergantung pada satu produk akan terpapar risiko lebih tinggi apabila produk tersebut gagal di pasaran. Itu sebabnya, perusahaan perlu melakukan diversifikasi dengan menghasilkan produk atau jasa lainnya agar perusahaan terhindar dari risiko kegagalan.

Selain mengurangi risiko karena ketergantungan pada satu produk atau jasa, mendiversifikasi usaha berarti semakin banyak peluang keuntungan yang bisa didapatkan sehingga membuat perusahaan semakin stabil dalam menjalankan bisnisnya.

Strategi

Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan dalam diversifikasi ekonomi. Ketiga strategi itu adalah:

  1. Diversifikasi konsentris. Diversifikasi konsentris adalah jenis diversifikasi yang dilakukan dengan cara penambahan produk atau layanan serupa ke bisnis yang ada. Contoh dari diversifikasi konsentris seperti ketika sebuah perusahaan yang dahulu hanya memproduksi komputer kemudian juga mulai memproduksi laptop berarti perusahaan tersebut sedang menggunakan strategi diversifikasi konsentris.
  2. Diversifikasi horizontal. Diversifikasi horizontal adalah jenis diversifikasi yang dilakukan dengan cara penyediaan produk atau layanan baru dan tidak terkait kepada konsumen yang sudah ada. Misalnya, produsen notebook yang ikut memproduksi serta memasukki pasar pena adalah contoh perusahaan yang sedang strategi diversifikasi horizontal.
  3. Diversifikasi konglomerat. Diversifikasi konglomerat jenis diversifikasi yang dilakukan dengan cara menambahkan produk atau layanan baru yang tidak terkait dengan perusahaan serta tanpa kesamaan teknologi. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan komputer memutuskan untuk memproduksi televisi berarti perusahaan tersebut sedang mengejar strategi diversifikasi konglomerat. Dari dua jenis strategi diversifikasi sebelumnya, diversifikasi konglomerat adalah strategi paling berisiko. Diversifikasi konglomerat mengharuskan perusahaan untuk memasuki pasar baru dan menjual produk atau layanan ke basis konsumen baru. Perusahaan mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan yang lebih besar dan biaya iklan yang besar pula. Selain itu,peluang kegagalan jauh lebih besar dalam strategi diversifikasi konglomerat..

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diversifikasi

Dalam diversifikasi ada beberapahal yang harus diperhatikan untuk dapat memilih jenis barang atau jasa yang akan diproduksi atau diperdagangkan, yaitu:

  1. Luas pemasaran. Setiap perusahaan hendaknya dapat meramalkan luas pemasaran dari barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Luas pemasaran ini harus selalu dihubungkan dengan kemampuan modal yang disediakan serta fasilitas lain dari perusahaan.
  2. Tingkat persaingan. Jika ingin memproduksi suatu barang atau jasa harus dapat meneliti seberapa jauh tingkat persaingan dalam usaha tersebut dan sampai seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk ikut terjun dalam persaingan tersebut.
  3. Kemampuan teknis. Hal ini perlu diperhatikan karena akan memengaruhi kualitas dari barang atau jasa yang akan dibuat dan kualitas pasar. Hal ini juga sering disebut harga penetrasi-pasar (market-penetration pricing).
  4. Menyaring pasar secara maksimum (maximum product skimming). Perusahaan menetapkan harga tertinggi bagi setiap produk baru yang dikeluarkan, dimana kemudian secara berangsur-angsur perusahaan menurunkan harga untuk menarik segmen lain yang peka terhadap harga.
  5. Kepemimpinan mutu produk. Tujuan ini dipilih oleh perusahaan jika perusahaan ingin menjadi pemimpin pasar dalam hal kualitas produk, dan harga yang ditetapkan menjadi relatif tinggi untuk menutupi biaya-biaya penelitian dan pengembangan serta biaya untuk menghasilkan mutu produk yang tinggi.

Sumber: Wikipedia

Selengkapnya
Diversifikasi (ekonomi)

Manajemen Keuangan

Biaya Peluang

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024


Biaya peluang atau biaya kesempatan (bahasa Inggris: Opportunity Cost) adalah biaya yang dikeluarkan seseorang atau institusi ketika memilih suatu kegiatan. 

Berbeda dengan biaya sehari-hari, biaya peluang muncul dari kegiatan alternatif yang tidak bisa kita lakukan. Bentuk biaya peluang dapat berbentuk berbagai macam hal, seperti waktu, uang, atau utilitas.

Sebagai contoh, misalkan seseorang memiliki uang Rp 10.000.000. Dengan jumlah uang sebesar itu, ia memiliki kesempatan untuk bertamasya ke Bali atau membeli sebuah TV. Jika ia memilih untuk membeli TV. 

Akan kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahan Bali; begitu pula sebaliknya, apabila ia memilih untuk bertamasya ke Bali, ia akan kehilangan kesempatan untuk menonton TV. "Kesempatan yang hilang" itulah yang disebut sebagai biaya peluang.

Dimensi biaya peluang dapat berbentuk berbagai hal, termasuk waktu, uang, atau utilitas. Pilihan ekonomi adalah keputusan sadar untuk menggunakan sumber daya yang langka dengan cara tertentu.

Kita harus memutuskan untuk memilih dan menentukan berapa banyak barang yang akan dibeli. Untuk membuat pilihan, kita perlu menyeimbangkan manfaat yang kita peroleh jika kita memiliki sesuatu dan biaya yang harus kita keluarkan jika kita harus mengorbankan sesuatu. Biaya peluang memilih suatu alternatif.

Sumber artikel: Wikipedia

Selengkapnya
Biaya Peluang

Manajemen Keuangan

Aset Keuangan

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024


Aset keuangan (Inggris:financial assets) adalah aset tak wujud yang memiliki nilai karena adanya klaim kontrak, dalam bentuk deposito bank, obligasi, reksadana, sertifikat deposito dan saham. Aset keuangan biasanya lebih likuid daripada aset wujud, seperti tanah atau real-estat (lahan yasan), dan diperdagangkan di pasar keuangan.

Menurut International Financial Reporting Standards (IFRS), aset keuangan memiliki beberapa definisi:

  • Uang tunai atau setara dengan uang tunai;
  • Instrumen ekuitas lembaga lain;
  • Hak kontrak untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lainnya dari lembaga lain atau bertukar aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan lembaga lain sesuai syarat yang bisa menguntungkan lembaga tersebut;
  • Kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dengan instrumen ekuitas lembaga dan bukan merupakan non-derivatif yang karena itu lembaga tersebut wajib atau mungkin diwajibkan menerima sejumlah instrumen ekuitas lembaga, atau derivatif yang akan atau bisa diselesaikan dengan cara selain pertukaran uang tunai atau aset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas lembaga dalam jumlah tetap.

Sumber artikel: Wikipedia

Selengkapnya
Aset Keuangan

Manajemen Keuangan

Analisis Fundamental

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari pada 13 Juni 2024


Analisis fundamental (bahasa Inggris: Fundamental analysis) adalah metode analisis perusahaan yang didasarkan pada faktor-faktor fundamental ekonomi suatu perusahaan termasuk sisi kinerja keuangan dan bisnis perusahaan. Teknis ini menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental dibagi dalam tiga tahapan analisis yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan.

Analisis fundamental perusahaan

Secara umum, analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali data variabel yang harus dianalisis, di mana beberapa di antara variabel tersebut yang cukup penting untuk diperhatikan yaitu:

  • Pertumbuhan pendapatan (revenue growth)
  • Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per share-EPS)
  • Rasio pertumbuhan EPS
  • Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning ratio)
  • Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price earning growth ratio)
  • Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio)
  • Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value)
  • Rasio hutang perseroan ( debt ratio)
  • Margin keuntungan bersih (net profit margin)

Menghitung rasio

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu: keuntungan (profitability), harga (price ), likuiditas (liquidity), daya ungkit (leverage), dan efisiensi.

Rasio laba terhadap saham beredar (EPS)

EPS= Keuntungan bersih / jumlah saham beredar Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.

Rasio pertumbuhan EPS

Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap saham beredar (EPS) pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.

Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham

P/E Ratio = Harga saham / EPS biasa juga disebut dengan P/E Ratio yang dihitung dengan cara membagi harga saham dengan keuntungan per lembar saham. Rasio ini digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan P/E Ratio rata-rata dari perusahaan dalam kelompok industri sejenis.

Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (PEG ratio)

PEG Ratio = P/E ratio / pertumbuhan tahunan EPS semakin rendah PEG Ratio suatu perusahaan maka berarti harga sahamnya adalah dibawah harga semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio pertumbuhan EPS yang tinggi. Misalnya suatu perusahaan dengan pertumbuhan EPS sebesar 21.5% dengan P/E Ratio sebesar 37.3% maka PEG Ratio nya adalah 37.3/21.5=1.73.

Rasio harga saham terhadap penjualan (P/S ratio)

P/S Ratio = Harga saham / penjualan per lembar saham rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan keuntungan di mana rasio ini. Semakin rendah P/S ratio suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kelompok industri yang sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.

Rasio harga saham terhadap nilai buku (PB/V Ratio)

PB/V Ratio = Harga saham / (total harta - total hutang) semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada dibawah harga sebenarnya, tetapi hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan XXX memiliki harta sebesar Rp. 100 miliar dan hutangnya sebesar Rp. 70 miliar maka nilai buku perusahan tersebut adalah Rp. 30 miliar dan apabila saham yang beredar 500 juta maka berarti setiap saham mewakili Rp. 600 nilai buku, dengan harga perlembar saham sebesar Rp. 1.200 maka berarti PB/V rasio perusahaan tersebut adalah 1.200/600 = 2.

Rasio hutang perseroan

Debt Ratio = Total utang / total aset rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Misalnya, rasio hutang 30 % artinya bahwa 30% dari aset dibiayai oleh hutang. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, di mana perusahaan yang memiliki debt ratio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, tetapi selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan.

Marjin keuntungan bersih

Net profit margin = Keuntungan bersih / total penjualan marjin keuntungan bersih, atau marjin laba bersih (bahasa Inggris: Net profit margin), adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi keuntungan bersih dengan total penjualan. Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan.

Perputaran inventaris

Perputaran inventaris=Biaya barang yang terjual /inventaris perputaran inventaris (inventory turnover) adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual dengan inventaris, yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu berapa kali perputaran inventaris selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana perusahaan berada. Sebagai contoh, toko kue akan mempunyai tingkat perputaran yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pesawat. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah membandingkan hasil yang diperoleh dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri sejenis.

Analisis fundamental memberi pengaruh kepada trend perubahan harga (arah dari harga suatu mata uang secara keseluruhan) yang lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah (otoritas moneter) ataupun data-data yang dirilis oleh berbagai sumber maupun berita-berita tertentu yang belum pasti kebenarannya (market sentiment dan market rumors).

Faktor-faktor fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori besar, yaitu:

  1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Adakalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, tetapi adakalanya tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar.
  2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu untama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.
  3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. Para fund manager, investor, dan hedge funds yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.
  4. Faktor ekonomi: indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisis fundamental, yaitu:
  • Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/ berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu.
  • Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode tertentu.
  • Tingkat inflasi: Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di mancanegara.

Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor:

  • Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.
  • Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.
  • Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank Sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit. Secara garis besar Balance of Payment dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
  • Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset finansial dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan indikator tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari total ekspor dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor barang dan jasa di mana sejumlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah penawaran akan mata uang negara importir.
  • Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung, di mana pada investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya saja membangun pabrik, gedung perkantoran dll.Investasi ini biasanya bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita temui di dalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia.
  • Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisis sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan tercapai tingkat pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.
  • Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu tren pertumbuhan.
  • PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan tunai sektor publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sebab pemerintah sering kali mengeluarkan lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara untuk menambah kekurangannya adalah dari meminjam.

Sumber artikel: Wikipedia

Selengkapnya
Analisis Fundamental

Perindustrian

Masih Ekspansif, PMI Manufaktur Indonesia Ungguli Thailand dan China

Dipublikasikan oleh Natasya Anggita Saputri pada 13 Juni 2024


Aktivitas sektor industri manufaktur di tanah air masih cukup menggeliat hingga tutup tahun 2021, sejalan dengan meningkatnya produksi dan permintaan pasar ekspor. Hal ini tercemin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Desember sebesar 53,5 atau masih di atas level ekspansif (50), berdasarkan hasil survei IHS Markit.

“Kami mengapresiasi kepercayaan para pelaku industri manufaktur yang masih tinggi. Bahkan, mereka tetap optimistis pada tahun ini seiring dengan tekad pemerintah dalam menjalankan berbagai kebijakan strategis untuk meciptakan iklim usaha yang kondusif,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta.

Menperin menyampaikan, pihaknya tetap fokus memacu hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri. Upaya ini dinilai telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, di antaranya pembukaan lapangan kerja dan penerimaan devisa dari ekspor, yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.

“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, ekonomi nasional mulai pulih dan kuat kembali. Hal ini ditandai dengan neraca dagang kita yang surplus USD34,4 miliar, dan kondisi surplus tersebut dapat dipertahankan selama 19 bulan. Ekspor kita juga naik secara y-on-y hingga 49,7 persen,” ungkapnya.

Menperin menyebutkan, selama ini sektor industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada Januari-November 2021, nilai ekspor dari industri manufaktur mencapai USD160 miliar atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar Rp131 miliar, dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019.

Jika dibandingkan dengan Januari-November 2020 (c-to-c), kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 meningkat sebesar 35,36 persen. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak bulan Mei 2020.

“Kenapa ekspor kita bisa naik setinggi itu? Salah satunya karena kita berani untuk menghentikan ekspor raw material, seperti bahan mentah dari minerba, yaitu nikel. Dari awalnya, ekspor sekitar USD1-2 miliar, kini sudah hampir mencapai USD21 miliar. Oleh sebab itu, Bapak Presiden telah memberikan arahan untuk melanjutkan setop ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya, karena hilirisasi menjadi kunci dalam kenaikan ekspor kita,” paparnya.

Sementara itu, impor untuk bahan baku dan bahan penolong juga naik sebesar 52,6 persen. Bahan baku dan bahan penolong ini sebagai kebutuhan untuk diolah oleh industri di dalam negeri sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Indikator pulihnya perekonomian nasional, juga ditunjukkan dari peringkat daya saing Indonesia yang terus meningkat, baik itu dari aspek bisnis maupun digital. “Dalam posisi yang sangat berat pada tahun 2021 karena dampak pandemi, kita masih mampu naik ranking. Di aspek bisnis dan digital, naik tiga peringkat semuanya,” tutur Agus.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, Menperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5-5 persen pada tahun 2022. “Kami fokus untuk terus membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif,” tegasnya.

Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia terkini, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director IHS Markit mengatakan, keseluruhan sentimen bertahan sangat positif, dengan tingkat kepercayaan diri bisnis di atas rata-rata jangka panjang menunjukkan bahwa manufaktur Indonesia masih optimistis terhadap pertumbuhan produksi berkelanjutan selama periode tahun 2022.

PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2021 melampaui PMI Manufaktur negara-negara ASEAN seperti Thailand (50,6), Filipina (51,8), Vietnam (52,2), dan Malaysia (52,8). Bahkan juga mampu unggul terhadap PMI Manufaktur Korea Selatan (51,9), Rusia (51,6), dan China (49,9).

Sumber Artikel: kemenperin.go.id

Selengkapnya
Masih Ekspansif, PMI Manufaktur Indonesia Ungguli Thailand dan China
« First Previous page 52 of 773 Next Last »