Transportasi Publik
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada karakteristik New Town Kolkata sebagai kota dengan konektivitas intens melalui jalan arteri lebar, di mana bus bertindak sebagai tulang punggung utama perjalanan intra dan antar-wilayah. Namun, karena panjangnya rute perjalanan, moda paratransit sering kali jarang dan tidak memadai. Ketergantungan komuter pada bus terhambat oleh ketidakpastian operasional.
Kerangka teoretis proyek ini adalah Sistem Informasi Penumpang (Passenger Information System - PIS), yang didefinisikan sebagai sistem otomatis untuk menyediakan informasi real-time tentang status layanan transportasi. New Town Kolkata Development Authority (NKDA) menugaskan Webel Technology Ltd. (perusahaan BUMN Benggala Barat) pada 2019 untuk mengembangkan RPIDS guna mengurangi ketidakpastian waktu tunggu dan mendorong penggunaan transportasi umum.
Metodologi dan Teknologi
Studi SAAR ini mengadopsi pendekatan studi kasus teknis dan evaluatif. Tim peneliti meninjau laporan teknis, melakukan survei pengintaian (reconnaissance survey) di halte bus, dan mengumpulkan data sekunder dari NKDA.
Sistem RPIDS yang diimplementasikan memiliki fitur teknologi canggih:
Tampilan LED & Audio: Layar LED yang kuat dipasang di 30 halte bus di seluruh New Town, dilengkapi dengan sistem audio untuk pengumuman.
Algoritma Cerdas: Sistem menggunakan algoritma pengambilan keputusan cerdas untuk menampilkan 5 baris informasi dengan fitur auto-overwrite.
Fitur Keamanan & Pemeliharaan: Inovasi utama termasuk sistem deteksi vandalisme otomatis, geo-fencing berbasis lokasi otomatis, dan deteksi pemadaman listrik otomatis, yang memastikan ketahanan infrastruktur.
Analitik Data: Sistem mencakup analisis data harian, laporan per-halte bus, dan mekanisme peringatan otomatis.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis implementasi proyek menghasilkan temuan positif mengenai kualitas eksekusi dan fungsi:
Pengurangan Ketidakpastian: Tujuan utama proyek tercapai. Dengan menyediakan informasi kedatangan dan keberangkatan real-time, sistem ini memungkinkan penumpang untuk "melakukan perjalanan dengan percaya diri" dan mengambil langkah yang diperlukan jika terjadi penundaan.
Kualitas Implementasi: Survei pengintaian mengonfirmasi bahwa implementasi proyek di sebagian besar halte bus dilakukan dengan tepat sesuai anggaran. Halte bus seperti di Nazrul Tirtha, Novotel, dan DLF-I (total 29 halte yang terdaftar dalam studi) telah dilengkapi dengan papan PIS yang berfungsi.
Integrasi Fasilitas Tambahan: NKDA mengambil pendekatan "lebih cerdas" dengan tidak hanya memasang layar, tetapi juga menyediakan fasilitas layanan lain di beberapa halte bus, meningkatkan kenyamanan pengguna secara keseluruhan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun sukses secara teknis, studi ini menyoroti tantangan inheren dalam sistem PIS, yaitu ketersediaan dan akurasi data. Efektivitas RPIDS sangat bergantung pada data GPS real-time dari bus itu sendiri. Jika bus tidak dilengkapi pelacak atau jika transmisi data gagal, informasi yang ditampilkan menjadi tidak akurat, yang dapat mengikis kepercayaan pengguna.
Selain itu, meskipun studi menyebutkan sistem deteksi vandalisme, detail mengenai efektivitas respons terhadap insiden vandalisme di lapangan tidak dijabarkan secara mendalam dalam ringkasan yang tersedia.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini menunjukkan bahwa digitalisasi halte bus adalah langkah penting menuju modernisasi angkutan umum di kota-kota India. Fitur deteksi vandalisme otomatis adalah inovasi yang patut ditiru untuk melindungi aset publik.
Rekomendasi tersirat dari studi ini adalah perlunya pemeliharaan berkelanjutan terhadap perangkat keras (layar LED) dan perangkat lunak (aliran data) untuk memastikan keandalan jangka panjang. Ekspansi sistem ke lebih banyak rute dan integrasi dengan aplikasi seluler pengguna akan semakin meningkatkan nilai RPIDS bagi warga.
Sumber
Studi Kasus C11: A critical appraisal of Real-Time Passenger Information Display System (RPIDS) for public bus stops in New Town Area. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 98-101). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada masalah lingkungan yang mendesak: India menghasilkan sekitar 35 lakh ton limbah plastik selama 2019-2020, yang sering kali menyumbat saluran air atau dibakar secara terbuka, melepaskan gas beracun. Di sisi lain, konstruksi jalan konvensional membutuhkan bitumen dalam jumlah besar yang mahal dan rentan terhadap kerusakan air.
Kerangka teoretis proyek ini adalah pemanfaatan limbah untuk kekayaan (waste-to-wealth). Konsep penggunaan limbah plastik dalam konstruksi jalan (diperkenalkan di India sejak 2001) diadopsi oleh New Town Kolkata Development Authority (NKDA) untuk merenovasi jalan layanan sepanjang 400 meter di dekat lapangan Mela, Action Area-1. Tujuannya adalah untuk menguji tingkat kinerja material hibrida ini sebagai solusi berkelanjutan untuk jaringan jalan kota di masa depan.
Metodologi dan Implementasi
Studi SAAR ini mengadopsi pendekatan studi kasus teknis dan evaluatif. Tim peneliti dari IIEST Shibpur menganalisis proses perencanaan, pelaksanaan, dan persepsi pengguna pasca-implementasi.
Proses Teknis: Proyek ini menggunakan "Proses Kering" (Dry Process) sesuai standar IRC: SP 98-2013. Limbah plastik kering (kantong PET, botol) dikumpulkan dari rumah tangga, dipilah, dan dicacah hingga ukuran 2,36 mm - 600 mikron. Plastik cacah ini kemudian dicampur dengan agregat panas sebelum ditambahkan bitumen.
Spesifikasi: Plastik digunakan untuk menggantikan 6% dari total konten bitumen. Jalan ini dilapisi dengan pre-mix carpet dan seal coat.
Lingkup Tambahan: Selain jalan, proyek ini juga membangun dua ramp aksesibilitas menggunakan paving block plastik untuk penyandang disabilitas, serta mengintegrasikan fasilitas cerdas seperti bangku bertenaga surya dan layar LED.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus menyoroti manfaat kinerja dan keberlanjutan yang signifikan:
Peningkatan Durabilitas dan Efisiensi Biaya: Temuan teknis utama adalah bahwa jalan plastik memiliki umur kinerja yang lebih panjang dibandingkan perkerasan bitumen atau beton biasa karena resistensi yang lebih baik terhadap air. Secara finansial, NKDA melaporkan bahwa biaya proyek (Rs. 57,07 Lakh) "relatif lebih rendah" dibandingkan proses perkuatan konvensional. Hingga saat laporan dibuat, jalan tersebut belum memerlukan perawatan yang berarti.
Manajemen Limbah Terintegrasi: Proyek ini berhasil mendemonstrasikan rantai pasok sirkular. Limbah dikumpulkan dari rumah tangga di New Town dan diproses di tempat pemilahan Pathuriyaghata, mengubah sampah lokal menjadi aset infrastruktur lokal.
Integrasi Fasilitas Cerdas: Berbeda dengan proyek jalan biasa, inisiatif ini menggabungkan elemen Smart City. Jalan ini dilengkapi dengan "bangku pintar yang dilengkapi panel surya dan layar LED" serta titik pengisian daya kendaraan listrik (E-vehicle), menjadikannya koridor modern yang multifungsi.
Persepsi Pengguna: Survei menunjukkan penerimaan yang tinggi, dengan 67% pengguna lebih memilih berjalan kaki di jalan ini. Pengguna merasa puas dengan kualitas berkendara (riding quality) yang dihasilkan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Tinjauan ini mencatat satu keterbatasan data teknis: data uji Marshall Flow tidak disediakan, yang membatasi penilaian independen terhadap kualitas campuran aspal secara mendalam.
Secara kritis, studi ini menyoroti kontras kualitas. Meskipun bagian jalan plastik baru sangat baik, jalan eksisting di sekitarnya yang hanya ditambal (patchwork) menunjukkan kualitas yang buruk, menciptakan ketidakkonsistenan bagi pengguna. Selain itu, fasilitas cerdas yang dipasang dilaporkan mengalami "layanan yang buruk" (poor services) karena kurangnya perawatan pada fitur-fitur tambahan tersebut, menunjukkan bahwa fokus pada infrastruktur fisik jalan tidak diimbangi dengan pemeliharaan amenitas pendukungnya.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini membuktikan bahwa jalan plastik adalah solusi skalabel dan layak secara ekonomi untuk kota-kota di India. Penggantian 6% bitumen dengan plastik menawarkan penghematan biaya langsung dan solusi pembuangan limbah yang efektif.
Rekomendasi utamanya adalah untuk mereplikasi model ini pada jaringan jalan yang lebih luas di area perencanaan. Namun, perhatian khusus harus diberikan pada pemeliharaan fasilitas cerdas (bangku, layar) agar tidak menjadi aset yang terbengkalai. Penelitian masa depan disarankan untuk melakukan uji siklus hidup (Life Cycle Cost Analysis) jangka panjang untuk memvalidasi penghematan biaya pemeliharaan selama 5-10 tahun ke depan.
Sumber
Studi Kasus C10: Strengthening and renovation of the existing street by using Shredded waste plastic. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 92-97). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Lingkungan & Pembangunan Kota
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada krisis kesehatan global di mana Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama. WHO merekomendasikan aktivitas fisik rutin untuk mencegahnya, namun biaya keanggotaan gimnasium konvensional sering kali menjadi hambatan bagi masyarakat umum.
Inisiatif "Swastha Kanpur" (Kanpur Sehat) bertujuan mendemokratisasi akses kebugaran dengan memasang gimnasium terbuka (Open-Air Gymnasiums) di taman-taman publik. Tujuannya adalah menyediakan fasilitas olahraga gratis yang inklusif, memanfaatkan lingkungan alam untuk meningkatkan kesehatan fisik dan interaksi sosial warga.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi kualitatif dan observasional. Tim peneliti dari IIT Roorkee melakukan survei lapangan di enam lokasi taman (termasuk Kargil Park, Nana Rao Park, dan Water Park) untuk menilai kondisi fisik peralatan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara persepsi pengguna untuk memahami pola penggunaan, kepuasan, dan demografi penerima manfaat.
Kebaruan dari proyek ini terletak pada pergeseran paradigma dari infrastruktur "keras" (jalan/jembatan) ke infrastruktur "kesehatan preventif" yang berbasis komunitas dan gratis.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus mengungkap keberhasilan dalam perubahan perilaku, namun kegagalan signifikan dalam manajemen aset:
Sukses Mengubah Perilaku: Temuan paling positif adalah bahwa 40% pengguna adalah "pengguna pertama kali" (first-time users), yang berarti fasilitas ini berhasil mendorong orang yang sebelumnya tidak aktif untuk mulai berolahraga. Retensi pengguna juga tinggi, dengan 50% berlatih setiap hari.
Kesenjangan Gender: Data demografis menunjukkan disparitas yang jelas: 70% pengguna adalah laki-laki dan hanya 30% perempuan, mengindikasikan bahwa faktor keamanan atau norma sosial mungkin masih membatasi akses perempuan di ruang publik ini.
Krisis Pemeliharaan (Temuan Kritis): Studi ini mengidentifikasi kegagalan total dalam pemeliharaan. Meskipun kontraktor memiliki kewajiban Operasi & Pemeliharaan (O&M) selama 5 tahun, ditemukan bahwa peralatan rusak di 4 dari 5 gimnasium yang dikunjungi. Di taman populer seperti Nana Rao Park, kerusakan alat menyebabkan waktu tunggu yang lama dan frustrasi warga.
Masalah Desain Aksesibilitas: Evaluasi teknis menemukan bahwa di beberapa lokasi (Water Park, Mahapalika Park), area gym dibangun di atas platform tinggi tanpa ramp, memutus konektivitas dengan jalur jogging dan menyulitkan akses bagi lansia atau penyandang disabilitas.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan utama proyek ini adalah kurangnya mekanisme pengawasan terhadap kontraktor. Studi mencatat bahwa keluhan warga sering diabaikan oleh otoritas. Namun, sebuah fenomena menarik muncul: di Water Park, warga secara sukarela mengumpulkan uang untuk memperbaiki alat sendiri, menunjukkan rasa kepemilikan (sense of ownership) yang kuat meskipun sistem formal gagal.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, studi ini menyimpulkan bahwa penyediaan aset fisik saja tidak cukup. Rekomendasi utamanya adalah perlunya penegakan kontrak O&M yang ketat dan pertimbangan model pembiayaan partisipatif (karena 65% pengguna bersedia membayar biaya kecil untuk jaminan pemeliharaan). Perluasan jaringan gym ke lebih banyak lokasi juga disarankan untuk mengurangi jarak tempuh rata-rata pengguna yang saat ini mencapai 1,2 km.
Sumber
Studi Kasus C9: Open-Air Gymnasium: An initiative for Swastha Kanpur. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 84-90). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Transportasi Publik
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada visi Bhubaneswar untuk menjadi "Transit-Oriented City" dan "Eco-City." Latar belakang masalahnya adalah dominasi kendaraan pribadi yang tidak berkelanjutan dan rendahnya pangsa angkutan umum (hanya 24% perjalanan menggunakan auto-rickshaw sebelum reformasi).
Kerangka teoretis proyek ini menggabungkan dua pilar utama: Smart Transit (angkutan umum cerdas) dan Smart Traffic (manajemen lalu lintas cerdas). Tujuannya adalah untuk menyediakan fasilitas transportasi yang terpusat, meningkatkan keselamatan melalui penegakan hukum otomatis, dan mengurangi jejak karbon. Pembentukan Capital Region Urban Transport (CRUT) dan peluncuran layanan "Mo Bus" pada 2018 menjadi tulang punggung intervensi ini.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif dan observasional. Tim peneliti melakukan kunjungan lapangan ke depo bus (Patrapada dan Patia) untuk mengamati proses operasional (pra, selama, dan pasca-operasi). Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pejabat kunci (CEO BSCL, GM CRUT, Polisi Lalu Lintas) dan survei opini terhadap 32 warga/pemilik kendaraan untuk mengukur dampak multidimensi.
Kebaruan dari proyek ini terletak pada pendekatan holistiknya yang tidak hanya mengandalkan perangkat keras (hardware) IoT, tetapi juga rekayasa sosial. Proyek ini mengintegrasikan kelompok terpinggirkan ke dalam tenaga kerja formal transportasi, sebuah langkah progresif yang jarang ditemukan dalam proyek smart city murni teknis.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus mengungkap keberhasilan signifikan dalam efisiensi operasional dan dampak sosial:
Ekosistem Transportasi Cerdas (Mo Bus): Layanan "Mo Bus" berhasil mengoperasikan 225 bus dengan fitur cerdas seperti pelacakan lokasi otomatis (AVLS), sistem informasi penumpang (PIS), dan pembayaran non-tunai. Hasilnya, rata-rata penumpang harian mencapai 1,5 lakh, dengan 57% penumpang beralih dari moda transportasi lain, menandakan keberhasilan modal shift.
Manajemen Lalu Lintas Adaptif: Implementasi Adaptive Traffic Signal Control (ATSC) di 50 persimpangan memungkinkan penyesuaian waktu sinyal secara real-time berdasarkan kepadatan lalu lintas. Sistem Deteksi Pelanggaran Lalu Lintas (TVDS) membantu polisi mendeteksi pelanggaran lampu merah dan kecepatan, terutama pada malam hari saat pengawasan manual minim.
Inklusi Sosial sebagai Pilar Cerdas: Temuan paling unik adalah integrasi sosial. Proyek ini mempekerjakan kaum transgender untuk mengelola lahan parkir dan melatih 100% wanita serta transgender sebagai pengemudi untuk layanan feeder "Mo E-Ride," secara langsung berkontribusi pada SDG 5 (Kesetaraan Gender). Staf bus diberi gelar "Kapten" dan "Pemandu" untuk menanamkan rasa harga diri.
Keselamatan dan Respons Darurat: Integrasi 450 CCTV dan tombol darurat di kios-kios pintar meningkatkan persepsi keselamatan warga. Sistem penyeberangan pelican dipasang untuk memprioritaskan pejalan kaki di koridor sibuk.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun sukses, studi ini menyoroti kesenjangan kritis dalam desain inklusif. Audit menemukan bahwa pertimbangan untuk aksesibilitas universal (bagi penyandang disabilitas dan lansia) di fasilitas angkutan umum (bus, halte, depo) masih kurang memadai. Ini merupakan hambatan signifikan bagi visi kota yang benar-benar inklusif.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, model Bhubaneswar menunjukkan bahwa "kota cerdas" bukan hanya tentang sensor, tetapi tentang bagaimana teknologi dapat memberdayakan manusia. Integrasi Gender-Sensitive Design dalam operasional transportasi adalah praktik terbaik yang patut ditiru.
Rekomendasi utama untuk masa depan adalah perlunya pendekatan komprehensif untuk memastikan akses bebas hambatan di seluruh jaringan transportasi dan perancangan antarmuka warga yang lebih sensitif terhadap pengguna rentan. Penelitian selanjutnya harus mengevaluasi dampak jangka panjang dari model ketenagakerjaan inklusif ini terhadap kesejahteraan ekonomi kelompok marginal yang terlibat.
Sumber
Studi Kasus C8: Smart Bus and Traffic Infrastructure, Bhubaneswar. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 72-83). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada konteks unik Gangtok, sebuah kota kecil (19,2 km persegi) dengan kontur pegunungan yang ekstrem. Karena jarak yang pendek, berjalan kaki adalah moda transportasi yang sangat efektif bagi penduduk dan wisatawan. Namun, infrastruktur pejalan kaki yang ada (dibangun bertahap sejak 2007) telah rusak, tidak standar, dan terputus-putus, memaksa pejalan kaki—termasuk kelompok rentan seperti wanita, anak-anak, dan lansia—untuk berbagi jalan sempit dengan kendaraan bermotor.
Kerangka teoretis proyek ini, yang dilaksanakan di bawah Smart City Mission dengan biaya Rs 25,94 crore, berfokus pada pencapaian SDG 3 (Kesehatan), SDG 11 (Kota Berkelanjutan), dan SDG 13 (Aksi Iklim). Tujuannya adalah untuk menciptakan jaringan pejalan kaki yang aman, inklusif, dan terus menerus di sepanjang arteri utama kota (NH-10), yang mencakup 96% wilayah kota.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi metode campuran (mixed-methods). Ini mencakup tinjauan literatur tentang standar desain, observasi lapangan dan dokumentasi foto untuk audit teknis, serta wawancara mendalam dengan pejabat Gangtok Smart City Development Ltd (GSCDL) dan konsultan proyek. Selain itu, survei persepsi warga dilakukan terhadap penduduk, pemilik toko, dan pejalan kaki untuk mengukur dampak kualitatif.
Kebaruan dari proyek ini terletak pada solusi rekayasa strukturalnya untuk mengatasi kendala lahan di daerah berbukit. Alih-alih memotong tebing yang tidak stabil, proyek ini menggunakan "trotoar gantung" (overhanging footpaths) yang didukung oleh dinding penahan beton (plumb concrete retaining walls) dan penyangga (props). Teknik ini memungkinkan pelebaran ruang pejalan kaki tanpa mengganggu stabilitas lereng atau mengurangi lebar jalan kendaraan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus menyoroti keberhasilan teknis dan fungsional, namun juga mengungkap kekurangan dalam detail pelaksanaan.
Inovasi Struktural dan Utilitas: Wawancara dengan insinyur proyek mengungkapkan bahwa tantangan utama adalah menjaga kontinuitas jalur di medan yang sulit. Solusi struktur kantilever (gantung) terbukti efektif. Selain itu, proyek ini mengintegrasikan utilitas dengan menanam pipa HDPE di bawah trotoar untuk kabel masa depan, mengurangi kebutuhan penggalian jalan yang berulang.
Peningkatan Keselamatan dan Kenyamanan: Survei persepsi menunjukkan dampak positif yang kuat. Penggunaan paver block (30mm) menggantikan permukaan lama yang rusak, meningkatkan kenyamanan berjalan. Pagar pengaman (railings) baru memberikan rasa aman fisik yang krusial bagi pejalan kaki yang berjalan di tepi lereng curam.
Kebijakan "Bebas Pedagang Kaki Lima": Sebuah temuan kebijakan yang menarik adalah keputusan tegas bahwa "tidak ada pedagang kaki lima (vending) yang diizinkan di jalan." Pemerintah kota menyediakan ruang khusus di lantai dasar bangunan publik untuk pedagang, menjaga trotoar tetap bersih untuk pergerakan pejalan kaki sepenuhnya.
Kesenjangan Implementasi Standar (Temuan Kritis): Meskipun berhasil secara makro, audit detail mengungkap kegagalan mikro.
Aksesibilitas Tunanetra: Meskipun Ubin Pemandu Taktil (Tactile Ground Surface Indicators - TGSI) dipasang, "tata letak dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar" (IRC: SP-117:2018), yang berpotensi membingungkan atau membahayakan pengguna tunanetra.
Hambatan Fisik: Ditemukan kasus di mana tiang listrik menghalangi trotoar karena kurangnya koordinasi dengan Departemen Tenaga Listrik untuk pemindahan utilitas.
Kendala Topografi: Di peregangan curam dekat Ranipool, kemiringan terlalu tinggi untuk ramp kursi roda, sehingga tangga terpaksa digunakan, yang memutus aksesibilitas universal.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan utama proyek ini, sebagaimana disorot oleh studi, adalah tantangan topografi yang tak terelakkan. Keharusan menggunakan tangga di beberapa bagian menunjukkan bahwa aksesibilitas universal 100% mungkin merupakan tujuan yang tidak realistis di medan pegunungan ekstrem tanpa solusi mekanis (seperti lift/eskalator luar ruang). Selain itu, studi mencatat bahwa durasi proyek melampaui target awal (tertunda 6-8 bulan) akibat pandemi dan tantangan teknis.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini menetapkan tolok ukur (benchmark) rekayasa bagi kota-kota bukit lainnya di India dan Asia Tenggara yang menghadapi kendala serupa. Penggunaan struktur kantilever adalah solusi yang dapat direplikasi.
Namun, rekomendasi studi ini menekankan perlunya kepatuhan yang lebih ketat terhadap standar aksesibilitas (seperti TGSI yang benar) dan koordinasi antar-lembaga yang lebih baik (misalnya dengan departemen listrik) sebelum konstruksi dimulai untuk menghindari obstruksi fisik. Penelitian masa depan harus mengeksplorasi solusi material yang lebih ramah lingkungan dan berdaya cengkeram tinggi untuk daerah curam dan basah seperti Gangtok.
Sumber
Studi Kasus C6: Pedestrianisation, Gangtok. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 20, 49-50, 53, 57-58). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada konteks unik Gangtok, di mana Smart City Mission (SCM) tidak hanya berfokus pada infrastruktur digital, tetapi juga pada "pencitraan ulang kota sebagai pusat pertukaran ekonomi dan peleburan budaya." Fokus studi ini adalah Kompleks Istana Tsuklakhang—simbol kerajaan Sikkim yang dibangun oleh Chogyal ke-9, Thutob Namgyal. Kompleks ini terdiri dari Istana Kerajaan, Kapel Kerajaan, Yabring (paviliun), dan gerbang masuk.
Kerangka teoretis proyek ini adalah konservasi terintegrasi yang menyelaraskan pelestarian fisik (warisan benda) dengan kelangsungan tradisi hidup (warisan tak benda). Latar belakang masalahnya adalah bahwa struktur bersejarah ini menghadapi ancaman kerusakan fisik (seperti defleksi kolom dan kerusakan kayu) dan kebutuhan untuk mengakomodasi fungsi baru sebagai destinasi wisata publik yang dapat menghasilkan pendapatan bagi daerah. Tujuannya adalah untuk melakukan "restorasi, renovasi, retrofitting, dan pembangunan kembali" yang menghormati tatanan warisan yang ada.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi kualitatif deskriptif. Pendekatan ini melibatkan tinjauan literatur, dokumentasi foto, survei lapangan, dan wawancara mendalam dengan para ahli kunci, termasuk CEO Gangtok Smart City Development Ltd (GSCDL), arsitek proyek (TDW Architects), insinyur struktur, dan manajer estat dari Tsuklakhang Trust.
Kebaruan dari proyek ini terletak pada strategi desainnya yang sensitif terhadap konteks topografi dan visual. Alih-alih membangun struktur vertikal yang mendominasi, arsitek merancang bangunan baru (seperti asrama biksu) dengan memanfaatkan kemiringan lereng, menempatkannya di bawah level tanah agar tidak menghalangi pandangan atau melebihi ketinggian Kapel Kerajaan yang sakral.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus menyoroti keberhasilan teknis dan kultural dari intervensi ini:
Intervensi Struktural Presisi: Wawancara dengan insinyur struktur mengungkapkan tantangan teknis yang signifikan. Ditemukan bahwa kolom di istana telah mengalami defleksi sebesar 4 inci. Solusi yang diterapkan adalah "penyaketan kolom" (column jacketing) dari level pondasi menggunakan pneumatic grouting dan agen pengikat (HIBOND) untuk menyatukan beton lama dan baru, sebuah contoh aplikasi teknik modern untuk menyelamatkan struktur kuno.
Pelestarian Integritas Visual dan Autentisitas: Proyek ini berhasil mempertahankan keaslian material. Lantai kayu yang rusak akibat rayap diganti dengan kayu yang telah dikeringkan (seasoned timber). Yang krusial, tidak ada perubahan besar yang dilakukan pada rencana tapak (site plan) asli; penambahan baru seperti Dukhang (aula pertemuan) dan Chimey Lhakhang (kuil lampu mentega) dirancang untuk selaras dengan arsitektur vernakular "gaya Tibet Pusat" yang ada.
Pengelolaan Warisan Tak Benda: Proyek ini melampaui batu dan bata. Dengan membangun fasilitas baru untuk 600 biksu dan kuil khusus untuk ritual lampu mentega, proyek ini secara aktif "membina praktik warisan tak benda" seperti ritual keagamaan, lukisan Lamaist, dan tarian topeng, memastikan bahwa istana tetap menjadi pusat budaya yang hidup, bukan sekadar museum mati.
Transisi dari Privat ke Publik: Secara fungsional, proyek ini menandai pergeseran signifikan. Kompleks yang dulunya merupakan properti pribadi Chogyal kini dipersiapkan untuk dibuka bagi publik dan wisatawan. Fasilitas pengunjung seperti loket tiket dan toko suvenir telah dibangun untuk mendukung model ekonomi pariwisata yang berkelanjutan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Studi ini mencatat beberapa keterbatasan penelitian, terutama ketidaktersediaan gambar teknis detail yang membatasi analisis mendalam mengenai strategi konservasi material tertentu.
Secara kritis, tantangan konservasi masih ada. Studi ini menyoroti masalah kerusakan akibat kotoran burung merpati pada dinding lumpur-dan-batu Kapel Kerajaan. Rekomendasi mendesak diberikan untuk pemasangan jaring pelindung dan penolak burung yang tidak mengganggu estetika visual. Selain itu, karena proyek belum sepenuhnya dibuka untuk umum saat studi dilakukan, dampak pariwisata terhadap ketenangan spiritual tempat tersebut belum dapat dievaluasi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini menetapkan tolok ukur (benchmark) bagi wilayah Himalaya tentang bagaimana memodernisasi fasilitas warisan tanpa kehilangan "kemegahan dan keanggunan masa lalu." Strategi menyembunyikan massa bangunan baru di balik kontur tanah adalah pelajaran desain yang sangat berharga.
Untuk penelitian di masa depan, studi ini menyarankan perlunya evaluasi pasca-hunian untuk mengukur dampak "komersialisasi" pariwisata terhadap komunitas monastik yang tinggal di sana. Keseimbangan antara pendapatan ekonomi dari pariwisata dan kesakralan tempat ibadah akan menjadi area studi longitudinal yang penting.
Sumber
Studi Kasus C7: Palace Rejuvenation, Retrofitting and Redevelopment, Gangtok. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 61-68). National Institute of Urban Affairs (NIUA).