Industri Kontruksi
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Masalah Umum: Sistem yang Longgar dan Minim Koordinasi
Industri konstruksi digambarkan sebagai "loosely coupled system" — sistem longgar yang rentan terhadap miskomunikasi antar aktor. Banyak kontraktor utama yang mewajibkan penggunaan sistem logistik tertentu kepada subkontraktor, tanpa partisipasi mereka dalam desain sistem tersebut. Ini seringkali menimbulkan resistensi dan rendahnya pemanfaatan layanan.
Selain itu, kompleksitas logistik dalam konstruksi ditambah dengan keterbatasan ruang, risiko keamanan, dan tekanan waktu membuat penanganan logistik menjadi titik kritis. Paper ini menawarkan pendekatan solusi melalui modul layanan logistik yang terintegrasi.
Studi Kasus: Proyek Perkantoran di Gothenburg, Swedia
Studi ini dilakukan pada proyek pembangunan kantor besar di pusat kota Gothenburg yang memiliki keterbatasan ruang dan akses terbatas. Tiga modul layanan logistik yang digunakan dalam proyek ini adalah:
1. Modul Manajemen Material
2. Modul On-Site Vendor Managed Inventory (VMI)
3. Modul Manajemen Limbah
Dimensi Nilai Layanan Logistik
Paper ini menggunakan kerangka nilai layanan dari tiga aspek:
Kontraktor utama cenderung menilai tinggi dari sisi teknis dan persepsi, sedangkan subkontraktor lebih kritis terhadap nilai moneter karena mereka diwajibkan menggunakan dan membayar layanan tanpa dilibatkan dalam desainnya.
Kunci Co-Creation: Komitmen, Kepercayaan, dan Visualisasi
Studi menunjukkan bahwa nilai tidak dapat sepenuhnya dihasilkan saat desain layanan, tapi terbentuk selama proyek berjalan. Tiga temuan utama terkait proses co-creation:
Kritik dan Refleksi: Apa yang Bisa Ditingkatkan?
Kelebihan Studi
Kelemahan
Saran Pengembangan
Implikasi Praktis dan Industri
Kesimpulan: Logistik Bukan Lagi Pelengkap, Tapi Inti Proyek
Logistik dalam konstruksi bukan hanya soal pengangkutan barang, tapi tentang menciptakan nilai melalui sinergi antar aktor. Studi ini menunjukkan bahwa sistem modular dalam Construction Logistics Setup (CLS) dapat meningkatkan efisiensi, tetapi kesuksesannya tergantung pada trust, komunikasi, dan keterlibatan bersama.
Kita sedang bergerak ke era di mana logistik bukan lagi aspek teknis semata, tetapi bagian dari strategi manajemen proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam desain, pelatihan, dan komunikasi menjadi krusial untuk memaksimalkan potensi co-creation value.
Sumber Artikel
Fredriksson, A., Kjellsdotter Ivert, L., & Naz, F. (2025). Creating logistics service value in construction – a quest of coordinating modules in a loosely coupled system. Construction Management and Economics.
Lean Management
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Persaingan global dan tuntutan efisiensi operasional telah mendorong industri manufaktur, termasuk sektor perkeretaapian, untuk mengadopsi pendekatan manajemen yang lebih ramping dan berorientasi pada perbaikan berkelanjutan. Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah penerapan prinsip dan alat Lean. Paper berjudul "Implementation of Lean Tools to Visualize Performance and Eliminate Waste – With a Focus on Continuous Improvement at a Railway Depot" karya Tony Kaya dan Morteza Najafi, yang merupakan tesis tingkat master di Mälardalen University, memberikan studi kasus nyata penerapan Lean di depo Norsborg, Swedia. Kolaborasi antara universitas dan Alstom, produsen kereta ternama, menjadikan penelitian ini tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga strategis secara industri.
Tujuan dan Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan utama:
Dengan menggunakan pendekatan campuran (mixed methods), peneliti menggabungkan wawancara semi-terstruktur, observasi Gemba Walk, serta pembuatan diagram seperti Value Stream Mapping (VSM) dan spaghetti diagram.
Studi Kasus: Alstom dan Proyek C30 di Depo Norsborg
Depo Norsborg merupakan salah satu dari 21 fasilitas Alstom di Swedia, berfungsi sebagai lokasi perawatan dan modifikasi rangkaian kereta proyek C30, hasil kerja sama antara Alstom, MTR, dan Stockholm Public Transport (SL). Alur prosesnya meliputi:
Masalah utama yang dihadapi depo ini adalah:
Identifikasi Waste: Muda dalam Praktik
Melalui pendekatan Lean, peneliti mengidentifikasi 7+1 jenis pemborosan (waste) yang signifikan di depo:
1. Waiting
Waktu tunggu mendominasi pemborosan, khususnya dalam menunggu pengiriman kereta dari operator MTR. Dalam kasus ekstrem, teknisi bisa menunggu hingga 8 jam dalam satu shift, tanpa statistik resmi yang mencatat kerugian waktu tersebut.
2. Movement dan Transportation
Karena keterbatasan ruang dan penyimpanan tersebar, teknisi harus berjalan jauh untuk mengambil peralatan, suku cadang, atau dokumen. Spaghetti diagram menunjukkan pola pergerakan kompleks yang mengindikasikan inefisiensi tinggi.
3. Defects dan Excess Processing
Kesalahan perbaikan ganda akibat miskomunikasi serta penggunaan komponen cacat menciptakan kebutuhan rework.
4. Inventory dan Overprocessing
Stok berlebihan di beberapa area dan kekurangan di tempat lain menunjukkan ketidakseimbangan supply chain internal. Ini diperburuk oleh tidak adanya sistem pelacakan persediaan yang konsisten.
5. Unutilized Talent
Peneliti mencatat bahwa pengalaman dan kompetensi teknisi tidak dimanfaatkan secara optimal. Usulan perbaikan sering diabaikan, menunjukkan rendahnya partisipasi dalam proses perbaikan.
Solusi Lean: Visualisasi, 5S, dan Dashboard APSYS
Implementasi 5S
Penataan area kerja berbasis prinsip 5S diterapkan sebagai langkah awal untuk mengurangi pemborosan:
Pengembangan Dashboard APSYS
Dashboard berbasis sistem APSYS dikembangkan untuk mengatasi masalah visualisasi performa. Dashboard ini mengintegrasikan KPI seperti:
Dashboard ini memungkinkan tim untuk melakukan monitoring real-time dan mendukung keputusan berbasis data.
VSM dan Perubahan Proses
Value Stream Mapping digunakan untuk memetakan kondisi saat ini (Current State) dan kondisi ideal (Future State). Contoh konkret dari Future State Map menunjukkan:
Implikasi dan Pembelajaran
Peningkatan Keterlibatan Karyawan
Program ini juga mendorong budaya continuous improvement melalui pelatihan dan pelibatan teknisi dalam evaluasi performa. Mereka dilatih untuk mengenali pemborosan dan diberi wewenang untuk mengusulkan solusi.
Digitalisasi dengan Maximo
Penggunaan Maximo, sistem manajemen aset digital, mempercepat pengumpulan dan pelaporan data. Sistem ini menggantikan dokumentasi manual yang rawan kesalahan dan duplikasi.
Kekuatan dan Kritik terhadap Studi
Kekuatan:
Kritik:
Relevansi Industri dan Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Lean tools secara sistematis dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan memperbaiki komunikasi di lingkungan kerja yang kompleks seperti depo kereta. Strategi visualisasi performa melalui dashboard dan standardisasi proses melalui 5S dan VSM terbukti efektif dalam menciptakan budaya perbaikan berkelanjutan.
Di era transformasi digital dan sustainability, pendekatan seperti ini tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi kebutuhan mendesak bagi industri transportasi publik. Industri lain dengan karakteristik serupa, seperti manufaktur berat atau energi, juga dapat mengadaptasi strategi ini untuk mencapai efisiensi operasional yang lebih baik.
Sumber Artikel
Tony Kaya & Morteza Najafi. Implementation of Lean Tools to Visualize Performance and Eliminate Waste – With a Focus on Continuous Improvement at a Railway Depot. Master Thesis, School of Innovation, Design and Engineering, Mälardalen University, 2024.
Supply Chain Management
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Industri konstruksi India telah berkembang pesat dalam dekade terakhir, menjadi salah satu pilar penting bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Namun, pertumbuhan ini juga membawa tantangan besar: keterlambatan proyek, pembengkakan biaya, dan inefisiensi logistik. Dalam konteks inilah peran Supply Chain Management (SCM) menjadi sangat krusial. Paper berjudul "Supply Chain Management in Construction Projects: A Comprehensive Analysis of the Indian Context – Review" karya K.B. Jaisree dan B. Palani, memberikan tinjauan literatur mendalam mengenai dinamika, tantangan, dan inovasi dalam SCM konstruksi India.
Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian
Studi ini bertujuan untuk:
Penelitian ini disusun sebagai tinjauan pustaka komprehensif dengan pendekatan multidisipliner, mencakup aspek teknis, sosial, dan kebijakan publik.
Kerangka Konseptual: Komponen Utama SCM dalam Konstruksi
Penulis membagi SCM dalam konstruksi menjadi lima tahap utama:
Setiap tahap ini memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam konteks proyek skala besar yang melibatkan banyak pihak dengan latar belakang budaya, bahasa, dan kepentingan berbeda.
Evolusi SCM di India: Dari Tradisional ke Teknologi Canggih
Model Tradisional: Fragmentasi dan Inefisiensi
Praktik lama di India cenderung:
Modernisasi: Integrasi dan Proaktif
Dengan kemajuan teknologi dan tekanan global, praktik SCM berubah menjadi:
Statistik Relevan:
Tantangan Unik di Konteks India
A. Faktor Budaya dan Sosial
B. Regulasi dan Birokrasi
C. Keterbatasan Infrastruktur
Studi Kasus: Adaptasi Lokal di Proyek Infrastruktur
Beberapa proyek besar seperti proyek jalan tol di Maharashtra berhasil mengurangi waktu logistik 15% dengan pendekatan logistik modular dan sourcing lokal yang efisien.
Elemen Kunci SCM dalam Proyek Konstruksi India
1. Pengadaan dan Manajemen Vendor
2. Logistik dan Transportasi
3. Manajemen Risiko
4. Keberlanjutan dan Green Supply Chain
Keberlanjutan dalam SCM Konstruksi India
Salah satu bagian paling kuat dari studi ini adalah sorotan pada praktik SCM yang berkelanjutan:
Contoh Nyata:
Proyek kampus universitas di Gujarat berhasil mencapai 40% efisiensi energi melalui strategi SCM berkelanjutan, seperti penggunaan solar panel dan sistem pemanenan air hujan terintegrasi.
Integrasi Teknologi dalam SCM: Masa Depan yang Cerdas
Teknologi memainkan peran kunci dalam modernisasi SCM di India:
Penulis menekankan bahwa adopsi teknologi dapat meningkatkan efisiensi hingga 25%, dan memangkas pemborosan logistik secara signifikan.
Kesimpulan: Jalan Menuju SCM yang Lebih Efisien dan Berkelanjutan
Makalah ini berhasil menyajikan analisis menyeluruh tentang dinamika Supply Chain Management dalam proyek konstruksi di India. Ditemukan bahwa modernisasi SCM—yang mencakup integrasi teknologi, perencanaan risiko yang lebih baik, dan fokus pada keberlanjutan—adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi, menekan biaya, dan menciptakan proyek yang tahan terhadap gangguan.
Rekomendasi Penulis:
Nilai Tambah dan Relevansi Global
Studi ini tidak hanya relevan bagi India, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi negara-negara berkembang lainnya yang menghadapi tantangan serupa dalam integrasi SCM di sektor konstruksi. Konteks unik India—baik dari segi budaya, infrastruktur, maupun regulasi—menawarkan pelajaran penting tentang fleksibilitas, adaptasi, dan pentingnya pendekatan lokal dalam manajemen rantai pasok.
Sumber Artikel
K.B. Jaisree, B. Palani. Supply Chain Management in Construction Projects: A Comprehensive Analysis of the Indian Context – Review. International Journal of Research and Review. 2024; 11(1): 298-308.
Industri Kontruksi
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Mengapa Lean Construction Jadi Solusi Masa Depan Proyek Konstruksi?
Dalam dunia konstruksi yang penuh ketidakpastian, keterlambatan waktu adalah mimpi buruk yang sering menghantui manajer proyek. Faktor-faktor risiko seperti keterlambatan bahan, pekerja tidak terampil, hingga birokrasi internal klien, dapat menyebabkan kerugian besar baik secara finansial maupun reputasi. Artikel ini mengulas bagaimana penerapan lean construction techniques, khususnya Last Planner System (LPS), terbukti mampu memangkas waktu pelaksanaan proyek secara signifikan, berdasarkan studi kasus nyata di Mesir.
Apa Itu Lean Construction?
Lean construction berasal dari filosofi produksi Toyota Production System (TPS), yang menitikberatkan pada eliminasi pemborosan dalam setiap proses produksi. Dalam konteks konstruksi, pendekatan ini difokuskan untuk:
Studi Kasus: Proyek Industri di Minia, Mesir
Latar Belakang Proyek
Proyek yang menjadi objek penelitian adalah pembangunan gudang penyimpanan tepung di pabrik penggilingan di Zona Industri Minia, Mesir. Proyek ini melibatkan:
Proyek memiliki tenggat waktu ketat: hanya 72 hari tanpa opsi perpanjangan waktu, karena pemasangan silos harus dilakukan pada tanggal tertentu.
Metodologi Lean yang Diterapkan
Penulis menggunakan pendekatan LPS untuk mengintegrasikan tiga tingkat perencanaan proyek:
Setiap tiga minggu dilakukan evaluasi terhadap:
Hasil Utama: Waktu Proyek Berkurang 15,57%
Analisis Angka-angka
Dengan penerapan lean techniques, proyek berhasil diselesaikan tepat waktu tanpa perpanjangan, walau sempat menghadapi kendala signifikan seperti:
Analisis Risiko: Faktor Paling Mempengaruhi Waktu
Faktor Risiko yang Dikendalikan Efektif oleh Lean:
Faktor yang Tidak Terdampak oleh Lean:
Transformasi Lewat LPS: Dari Masalah ke Solusi
Dengan memanfaatkan LPS, proyek menunjukkan perbaikan berkelanjutan dalam beberapa aspek:
Insight Visual: Validasi Model Fuzzy PET
Dua indikator utama PET dan tingkat pekerjaan yang tidak selesai menunjukkan pola penurunan seiring waktu, mengindikasikan efektivitas model PET sebagai alat evaluasi. Visualisasi dengan boxplot menunjukkan bahwa impact index dari faktor risiko juga menurun signifikan dari minggu ke minggu.
Relevansi Global: Perbandingan Internasional
Penelitian ini menguatkan temuan serupa di:
Di mana lean construction terbukti relevan dan efektif di berbagai konteks negara berkembang yang memiliki tantangan serupa dalam produktivitas dan pengelolaan risiko proyek.
Implikasi Industri dan Rekomendasi
Mengapa Lean Construction Harus Diterapkan di Negara Berkembang?
Rekomendasi Penulis:
Penutup: Lean Construction Bukan Sekadar Tren, Tapi Kebutuhan
Dengan makin kompleksnya proyek konstruksi dan tekanan waktu yang tinggi, lean construction bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Studi kasus ini memberikan bukti konkret bahwa pendekatan sistematis seperti LPS bukan hanya teori manajemen, tetapi solusi nyata yang mampu menyelamatkan proyek dari potensi kegagalan.
Sumber Artikel Asli:
Issa, U. H. (2013). Implementation of lean construction techniques for minimizing the risks effect on project construction time. Alexandria Engineering Journal, 52(4), 697–704. Alexandria University.
Lean Construction
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Mengapa Industri Konstruksi Masih Boros?
Industri konstruksi dikenal sebagai salah satu sektor dengan tingkat pemborosan tertinggi. Keterlambatan proyek, overbudget, bahan menumpuk tak terpakai, hingga pengerjaan ulang akibat kesalahan teknis, menjadi persoalan klasik yang kerap merugikan semua pihak. Maka, konsep Lean Construction hadir sebagai solusi konkret. Dengan filosofi efisiensi tinggi ala Toyota Production System, Lean berupaya memangkas aktivitas tanpa nilai tambah agar proyek berjalan lebih cepat, hemat, dan berkualitas.
Sekilas Tentang Lean Construction
Lean Construction (LC) adalah pendekatan sistematis yang bertujuan memaksimalkan nilai dan meminimalkan limbah dalam proyek konstruksi. Filosofi ini memetakan alur kerja, mengidentifikasi pemborosan (waste), dan mengatur ulang proses agar lebih ramping. Dalam studi ini, LC diimplementasikan menggunakan tiga alat utama:
Studi Kasus: Proyek Al Fatih Islamic Center, Pekanbaru
Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan gedung Al Fatih Islamic Center, Pekanbaru, Indonesia. Fokus analisisnya terletak pada pembangunan struktur lantai pertama dari total enam lantai yang dirancang. Lantai ini sangat penting karena menopang beban keseluruhan bangunan tinggi.
Metodologi: Langkah Sistematis Lean untuk Eliminasi Waste
Tahapan Implementasi LC:
Temuan Penting: Jenis Waste yang Paling Menghambat Proyek
Berdasarkan WAQ dan WRM, ditemukan tiga jenis pemborosan paling berpengaruh:
Penjelasan:
Diagram Fishbone: Menguak Akar Masalah
Kategori Penyebab Waste:
Rekomendasi Perbaikan: Dari SOP Hingga Just-In-Time
Solusi yang Diusulkan:
Dampak Penerapan Lean Construction
Implementasi LC berhasil meningkatkan efisiensi waktu dan mengurangi aktivitas tak bernilai. Ini menjadi contoh konkret bagaimana pendekatan ilmiah dapat diadopsi secara praktis dalam proyek real.
Relevansi Global & Tren Industri
Studi ini menambah daftar panjang keberhasilan Lean Construction di berbagai negara:
Kritik & Implikasi Tambahan
Kelebihan Studi:
Keterbatasan:
Kesimpulan: Lean Construction = Efisiensi yang Terukur
Penerapan Lean Construction terbukti mampu menekan pemborosan hingga 30% dan meningkatkan efisiensi kerja proyek secara signifikan. Dengan mengidentifikasi dan menangani akar masalah baik manusia, mesin, metode, atau material proyek dapat berjalan lebih cepat, hemat, dan berkualitas. Studi ini patut dijadikan referensi oleh manajer proyek, kontraktor, maupun instansi pemerintah yang menangani pembangunan skala besar.
Saran Pengembangan Selanjutnya
Sumber Artikel Asli:
Anggraini, W., Harpito, Siska, M., & Novitri, D. (2022). Implementation of Lean Construction to Eliminate Waste: A Case Study Construction Project in Indonesia. Jurnal Teknik Industri, 23(1), 1–16.
Industri Kontruksi
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Krisis Perumahan dan Inovasi Material Bangunan
Nigeria, seperti banyak negara berkembang lainnya, menghadapi tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat. Biaya material bangunan yang tinggi, waktu konstruksi yang lama, serta kurangnya tenaga kerja terampil memperparah backlog perumahan yang kini menyentuh lebih dari 17 juta unit. Dalam konteks ini, Machinblock Tetrix hadir sebagai solusi inovatif: sistem blok bangunan tanpa semen yang bisa disusun seperti Lego, cepat dipasang, kuat, dan hemat biaya.
Apa Itu Machinblock Tetrix?
Machinblock Tetrix adalah sistem interlocking hollow block (IHB) yang dipasang tanpa mortar. Teknologi ini menggunakan mekanisme tongue-and-groove yang memungkinkan setiap blok saling terkunci secara presisi tanpa perekat tambahan. Sistem ini berasal dari Republik Dominika dan memiliki dua tipe blok utama: tipe A dan tipe B, masing-masing tersedia dalam tinggi 100 mm dan 200 mm. Selain itu, disediakan blok sambungan seperti Connect A-A dan Connect B-B untuk membentuk dinding yang kokoh.
Konstruksi dinding dilakukan dengan cara dry stacking blok cukup ditumpuk mengikuti pola sambungan yang telah dirancang secara geometris. Tidak ada campuran semen yang dibutuhkan kecuali di fondasi awal. Hal ini memungkinkan proses pembangunan yang lebih cepat dan bersih.
Fokus Penelitian: Uji Simulasi dan Eksperimen
Penelitian oleh Babasola Osundina menggunakan pendekatan kombinasi antara uji laboratorium dan simulasi digital menggunakan perangkat lunak Ansys versi 17.0. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan tekan, kekuatan tarik, serta stabilitas sambungan dari blok Machinblock Tetrix.
Blok diuji berdasarkan:
Hasil Menakjubkan dari Uji Teknis
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua jenis blok Machinblock Tetrix memiliki kekuatan tekan yang melebihi standar internasional (ASTM dan NIS) yang disyaratkan sebesar 3,45 N/mm². Misalnya, pada usia 28 hari, blok tipe A setinggi 200 mm memiliki kekuatan tekan hingga 6,22 N/mm², sedangkan blok tipe B setinggi 200 mm mencapai 5,43 N/mm². Hasil ini sangat signifikan, terutama karena blok ini tidak memerlukan mortar dan tetap mempertahankan kekuatan struktural yang tinggi.
Simulasi menggunakan Ansys juga memberikan hasil yang konsisten, dengan nilai kekuatan tekan sangat dekat dengan uji eksperimen. Deformasi total maksimum yang tercatat dari simulasi hanya 0,12 mm, dan sliding antar sambungan juga sangat kecil, menunjukkan bahwa sistem sambungan antarblok sangat stabil.
Untuk uji kuat tarik, hasil eksperimen bahkan menunjukkan performa lebih tinggi dibandingkan dengan hasil simulasi. Pada usia 28 hari, kuat tarik rata-rata mencapai 0,36 N/mm², sedangkan hasil simulasi berada di kisaran 0,13 hingga 0,30 N/mm². Ini menandakan bahwa sistem sambungan fisik Machinblock sangat efektif dalam menahan gaya tarik.
Keunggulan Machinblock Dibandingkan Sistem Konvensional
Beberapa keunggulan utama dari Machinblock Tetrix yang ditemukan dalam studi ini adalah:
Studi Kasus: Simulasi Dinding Realistis
Dalam studi ini, dilakukan juga simulasi pada sebuah dinding yang dirakit dari kombinasi blok-blok Machinblock Tetrix. Dinding setinggi 400 mm menunjukkan kekuatan tekan melebihi 10 N/mm² dan deformasi sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa sistem ini layak digunakan tidak hanya untuk bangunan non-struktural, tapi juga struktur ringan seperti rumah satu lantai, sekolah darurat, atau bangunan modular.
Perbandingan dengan Teknologi Sejenis
Teknologi interlocking block bukan hal baru. Sistem seperti Hydraform, Thai Brick, dan Mecano Block telah digunakan di berbagai negara. Namun, Machinblock Tetrix memiliki keunikan karena:
Berbeda dengan Hydraform yang berat dan mahal, atau sistem Thailand yang mengandalkan grouting untuk stabilitas, Machinblock hanya perlu penyesuaian desain dan sambungan antarblok untuk menghasilkan struktur yang stabil.
Tantangan dan Keterbatasan
Meski menjanjikan, Machinblock Tetrix memiliki beberapa keterbatasan:
Rekomendasi dan Masa Depan Machinblock
Penelitian ini merekomendasikan penggunaan Machinblock Tetrix secara luas dalam proyek perumahan massal di Nigeria dan negara-negara berkembang lainnya. Beberapa langkah lanjutan yang direkomendasikan antara lain:
Dengan kemudahan produksi, pemasangan cepat, dan performa struktural yang menjanjikan, Machinblock Tetrix dapat menjadi tulang punggung revolusi industri bangunan hemat biaya dan ramah lingkungan di abad 21.
Kesimpulan
Machinblock Tetrix bukan hanya inovasi material, tetapi juga solusi sosial dan ekonomi. Ia menawarkan efisiensi, kekuatan, dan kesederhanaan dalam satu sistem konstruksi yang dapat diandalkan. Melalui kombinasi uji fisik dan simulasi digital, artikel ini menunjukkan bahwa teknologi ini layak untuk diterapkan secara luas dalam menjawab tantangan besar penyediaan perumahan yang terjangkau, cepat, dan berkualitas di masa depan.
Sumber Artikel Asli:
Osundina, B. (2021). Investigation on Mortarless Dry-Stack Interlocking Hollow Block Using Finite Element Modelling; Case Study of Machinblock Tetrix. Department of Civil Engineering, University of Ibadan.