Nilai Layanan Logistik dalam Industri Konstruksi – Meningkatkan Koordinasi dalam Sistem Modular

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 07.25

freepik.com

Masalah Umum: Sistem yang Longgar dan Minim Koordinasi

Industri konstruksi digambarkan sebagai "loosely coupled system" — sistem longgar yang rentan terhadap miskomunikasi antar aktor. Banyak kontraktor utama yang mewajibkan penggunaan sistem logistik tertentu kepada subkontraktor, tanpa partisipasi mereka dalam desain sistem tersebut. Ini seringkali menimbulkan resistensi dan rendahnya pemanfaatan layanan.

Selain itu, kompleksitas logistik dalam konstruksi ditambah dengan keterbatasan ruang, risiko keamanan, dan tekanan waktu membuat penanganan logistik menjadi titik kritis. Paper ini menawarkan pendekatan solusi melalui modul layanan logistik yang terintegrasi.

Studi Kasus: Proyek Perkantoran di Gothenburg, Swedia

Studi ini dilakukan pada proyek pembangunan kantor besar di pusat kota Gothenburg yang memiliki keterbatasan ruang dan akses terbatas. Tiga modul layanan logistik yang digunakan dalam proyek ini adalah:

1. Modul Manajemen Material

  • Dikelola oleh penyedia layanan logistik khusus.
  • Melibatkan sistem pemesanan berbasis kalender dan pengiriman malam.
  • Hasil: Mengurangi kemacetan dan antrian truk, mempercepat waktu kerja di pagi hari.
  • Tantangan: Subkontraktor merasa terbebani administrasi dan tidak melihat nilai ekonomis secara langsung.

2. Modul On-Site Vendor Managed Inventory (VMI)

  • Berupa toko mobile 85 m2 di lantai dua dengan 2000 item material umum.
  • Waktu pengisian ulang 1–2 hari.
  • Hasil: Mengurangi kebutuhan bepergian ke toko luar, mempercepat pengadaan material.
  • Tantangan: Tidak semua jenis pekerjaan terlayani (misalnya, kebutuhan elektrikal terbatas).

3. Modul Manajemen Limbah

  • Penyedia layanan mengatur stasiun limbah di setiap lantai.
  • Pengangkutan dilakukan malam hari untuk menghindari antrian elevator.
  • Hasil: Meningkatkan efisiensi waktu dan keamanan kerja.
  • Tantangan: Potensi tercampurnya limbah antar subkontraktor menyebabkan masalah penagihan.

Dimensi Nilai Layanan Logistik

Paper ini menggunakan kerangka nilai layanan dari tiga aspek:

  • Teknis: Bagaimana layanan berfungsi sesuai perannya.
  • Moneter: Nilai ekonomis yang dirasakan pengguna.
  • Persepsi: Bagaimana layanan dipandang dalam konteks kebutuhan aktor.

Kontraktor utama cenderung menilai tinggi dari sisi teknis dan persepsi, sedangkan subkontraktor lebih kritis terhadap nilai moneter karena mereka diwajibkan menggunakan dan membayar layanan tanpa dilibatkan dalam desainnya.

Kunci Co-Creation: Komitmen, Kepercayaan, dan Visualisasi

Studi menunjukkan bahwa nilai tidak dapat sepenuhnya dihasilkan saat desain layanan, tapi terbentuk selama proyek berjalan. Tiga temuan utama terkait proses co-creation:

  1. Kepercayaan dan komitmen adalah fondasi interaksi antara penyedia layanan, kontraktor, dan subkontraktor.
  2. Blueprinting layanan membantu memperjelas siapa melakukan apa, serta nilai apa yang dihasilkan dari tiap modul.
  3. Keterlibatan awal semua aktor sangat penting. Keterlibatan subkontraktor yang terjadi belakangan justru memperlambat pemahaman nilai.

Kritik dan Refleksi: Apa yang Bisa Ditingkatkan?

Kelebihan Studi

  • Menggunakan pendekatan kasus nyata dengan aktor multipihak.
  • Memberikan insight tentang co-creation value dalam lingkungan yang kompleks.
  • Menawarkan kerangka konseptual yang dapat direplikasi.

Kelemahan

  • Studi dilakukan pada satu proyek di Swedia, dengan keterbatasan generalisasi.
  • Tidak ada evaluasi kuantitatif biaya-manfaat layanan logistik.

Saran Pengembangan

  • Libatkan semua aktor dalam fase desain modul.
  • Pertimbangkan penggunaan satu penyedia logistik untuk semua modul demi integrasi.
  • Bangun sistem pelatihan untuk meningkatkan literasi logistik aktor lapangan.

Implikasi Praktis dan Industri

  • Untuk kontraktor utama: Penting memiliki peran sebagai "jembatan nilai" antara penyedia layanan dan subkontraktor.
  • Untuk TPL provider: Dibutuhkan kemampuan beradaptasi dan pemahaman mendalam terhadap proses konstruksi.
  • Untuk industri konstruksi: Modularisasi layanan membuka peluang efisiensi besar, tapi harus dibarengi dengan koordinasi yang kuat.

Kesimpulan: Logistik Bukan Lagi Pelengkap, Tapi Inti Proyek

Logistik dalam konstruksi bukan hanya soal pengangkutan barang, tapi tentang menciptakan nilai melalui sinergi antar aktor. Studi ini menunjukkan bahwa sistem modular dalam Construction Logistics Setup (CLS) dapat meningkatkan efisiensi, tetapi kesuksesannya tergantung pada trust, komunikasi, dan keterlibatan bersama.

Kita sedang bergerak ke era di mana logistik bukan lagi aspek teknis semata, tetapi bagian dari strategi manajemen proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam desain, pelatihan, dan komunikasi menjadi krusial untuk memaksimalkan potensi co-creation value.

Sumber Artikel

Fredriksson, A., Kjellsdotter Ivert, L., & Naz, F. (2025). Creating logistics service value in construction – a quest of coordinating modules in a loosely coupled system. Construction Management and Economics.