Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam industri e-commerce yang semakin kompetitif, kecepatan pengiriman menjadi faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan daya saing bisnis. Same-Day Delivery (SDD) muncul sebagai solusi inovatif untuk memenuhi ekspektasi pelanggan yang menginginkan fleksibilitas dan kecepatan dalam layanan pengiriman. Namun, implementasi SDD tidak hanya berdampak pada tingkat layanan, tetapi juga pada keberlanjutan dan biaya operasional perusahaan.
Penelitian ini menganalisis integrasi opsi SDD dalam rantai pasok e-commerce dengan studi kasus Beerwulf, perusahaan ritel bir yang beroperasi di 10 negara Eropa. Dengan fokus pada pasar Amsterdam dan London, penelitian ini mengevaluasi dampak layanan SDD dari tiga aspek utama: tingkat layanan, keberlanjutan, dan biaya operasional.
Tantangan dalam Implementasi Same-Day Delivery
Metode Penelitian dan Model Simulasi
1. Pendekatan Simulasi untuk Evaluasi Kinerja SDD
Penelitian ini menggunakan pendekatan simulasi berbasis Discrete Event Simulation (DES) untuk mengevaluasi performa SDD dalam berbagai skenario permintaan. Model simulasi ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
Studi ini dilakukan di dua pasar utama Beerwulf: Amsterdam (Belanda) dan London (Inggris), dengan perbedaan struktur logistik sebagai faktor pembanding.
2. Desain Eksperimen dan Parameter Simulasi
Peneliti membangun delapan skenario simulasi untuk masing-masing kota, mencakup dua periode permintaan utama:
Hasil simulasi dibandingkan dengan metrik kinerja utama (KPI) yang mencakup:
Hasil Penelitian: Efektivitas Same-Day Delivery dalam E-Commerce
1. Dampak pada Tingkat Layanan
2. Dampak Keberlanjutan
3. Dampak Finansial
Studi Kasus: Implementasi Same-Day Delivery di Beerwulf
Amsterdam (Belanda)
London (Inggris)
Tantangan dan Rekomendasi dalam Implementasi SDD
1. Mengatasi Variabilitas Permintaan
Solusi:
2. Meningkatkan Keberlanjutan
Solusi:
3. Menurunkan Biaya Operasional
Solusi:
Kesimpulan
Implementasi Same-Day Delivery dalam industri e-commerce menawarkan manfaat dalam hal kepuasan pelanggan dan daya saing, tetapi memiliki tantangan dari sisi keberlanjutan dan biaya operasional.
✅ SDD efektif dalam meningkatkan tingkat layanan hingga 99,9% dalam kondisi tertentu.
✅ Namun, dalam banyak skenario, biaya operasional per pesanan lebih tinggi dibandingkan pengiriman standar.
✅ Keberlanjutan harus menjadi perhatian utama, dengan strategi pengurangan emisi dan optimasi rute pengiriman.
Keputusan untuk mengadopsi SDD harus mempertimbangkan keseimbangan antara biaya, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan, dengan pendekatan berbasis data dan simulasi.
Sumber Artikel: Collot, C. (2022). Assessing the integration of same-day delivery option from the sustainable, financial, and service angles: a case study in the e-commerce sector. University of Twente.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Last mile delivery adalah tahap akhir dalam rantai pasok yang memiliki dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan. Dengan meningkatnya e-commerce, tantangan dalam pengiriman jarak terakhir semakin besar, terutama dalam hal efisiensi operasional, emisi karbon, dan kemacetan perkotaan.
Penelitian ini mengeksplorasi berbagai solusi keberlanjutan untuk meningkatkan efisiensi pengiriman last mile dengan wawasan dari penyedia layanan logistik pihak ketiga dan pakar mobilitas publik di Belgia. Studi ini menggabungkan analisis literatur dan wawancara dengan pelaku industri untuk memahami praktik terbaik dan tantangan dalam mengimplementasikan solusi ramah lingkungan.
Tantangan dalam Last Mile Delivery
1. Fragmentasi dan Ketidakefisienan Operasional
2. Dampak Lingkungan
3. Regulasi dan Kebijakan Perkotaan
Solusi Berkelanjutan dalam Last Mile Delivery
1. Peningkatan Efisiensi Rute Pengiriman
2. Konsolidasi Pengiriman dan Penggunaan Micro-Hubs
3. Penggunaan Moda Transportasi Alternatif
4. Penggunaan Pickup Points dan Parcel Lockers
Studi Kasus: Implementasi Keberlanjutan dalam Last Mile Delivery
1. DHL: Penggunaan Micro-Hubs dan Sepeda Kargo
2. UPS: Sistem Konsolidasi Pengiriman
3. Bpost: Kebijakan Pengiriman Berbasis Keberlanjutan
Tantangan dan Rekomendasi dalam Implementasi Solusi Berkelanjutan
1. Biaya Implementasi yang Tinggi
2. Perubahan Kebiasaan Konsumen
3. Regulasi yang Beragam di Setiap Kota
Kesimpulan
Keberlanjutan dalam last mile delivery menjadi semakin penting di era e-commerce yang berkembang pesat. Optimalisasi rute, konsolidasi pengiriman, penggunaan transportasi ramah lingkungan, dan strategi pickup points adalah solusi utama yang dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi.
✅ Penggunaan AI dan big data dapat meningkatkan efisiensi operasional.
✅ Micro-hubs dan UCCs membantu mengurangi fragmentasi pengiriman.
✅ Moda transportasi alternatif seperti sepeda kargo dan kendaraan listrik dapat mengurangi emisi CO₂ secara signifikan.
✅ Parcel lockers dan pickup points mengurangi pengiriman gagal dan meningkatkan fleksibilitas pelanggan.
Dengan kombinasi strategi ini, industri logistik dapat menciptakan sistem last mile delivery yang lebih berkelanjutan dan efisien di masa depan.
Sumber Artikel: Ducarme, Dimitri. Sustainable solutions for “last mile” deliveries in the parcel industry: A qualitative analysis using insights from third-party logistics service providers and public mobility experts. Louvain School of Management, Université catholique de Louvain, 2019.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan e-commerce dan urbanisasi telah meningkatkan kebutuhan akan last-mile logistics, yaitu tahap akhir dalam rantai pasok di mana barang dikirim dari pusat distribusi ke pelanggan akhir. Namun, sektor ini juga menyumbang 25% dari total emisi CO₂ transportasi di perkotaan dan menyebabkan peningkatan polusi udara serta kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, berbagai pemangku kepentingan mulai mencari solusi untuk menjadikan last-mile logistics lebih berkelanjutan.
Studi ini mengkaji skenario potensial untuk tahun 2035 dengan fokus pada tiga faktor utama: kerja sama antar pemangku kepentingan, regulasi pemerintah, dan inovasi teknologi. Dengan menggunakan pendekatan Disaggregative Policy Delphi, penelitian ini mengumpulkan perspektif dari 26 pemangku kepentingan logistik yang berperan dalam perencanaan dan implementasi sistem distribusi di tiga kota Eropa.
Tantangan dalam Last-Mile Logistics
1. Dampak Lingkungan
2. Fragmentasi dan Ketidakefisienan Operasional
3. Regulasi dan Kebijakan Perkotaan
Skenario Masa Depan Last-Mile Logistics di 2035
Penelitian ini mengembangkan enam skenario potensial berdasarkan faktor regulasi, inovasi, dan kerja sama.
1. The Old Wild West – Minim Regulasi dan Inovasi
2. The New Wild West – Inovasi Didorong oleh Pasar
3. New Cool Collective – Kolaborasi Optimal antara Pemerintah dan Swasta
4. Revolution by Design – Regulasi Ketat Mendorong Transformasi
5. Thriving, Individually – Inovasi Tinggi, tetapi Minim Kerja Sama
6. Good Intentions Abound – Regulasi Berlebihan Tanpa Implementasi Efektif
Solusi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics
1. Optimalisasi Rute dan Konsolidasi Pengiriman
2. Penggunaan Moda Transportasi Ramah Lingkungan
3. Pemanfaatan Parcel Lockers dan Pickup Points
Studi Kasus Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics
1. DHL: Micro-Hubs dan Sepeda Kargo Listrik
2. UPS: Optimasi Rute Berbasis AI
3. Bpost: Penggunaan Parcel Lockers
Tantangan dan Rekomendasi Implementasi Solusi Berkelanjutan
1. Biaya Implementasi yang Tinggi
Solusi: Insentif pajak dan subsidi bagi perusahaan yang beralih ke kendaraan listrik dan pusat distribusi ramah lingkungan.
2. Kurangnya Kesadaran Konsumen
Solusi: Kampanye edukasi pelanggan tentang dampak lingkungan dari pilihan pengiriman mereka.
3. Regulasi yang Tidak Konsisten
Solusi: Standarisasi kebijakan keberlanjutan antar kota untuk menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien.
Kesimpulan
Keberlanjutan dalam last-mile logistics memerlukan kombinasi inovasi teknologi, regulasi yang efektif, dan kerja sama antara pemangku kepentingan.
✅ Optimalisasi rute dan pusat konsolidasi dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi.
✅ Kendaraan listrik dan moda transportasi alternatif menjadi solusi utama untuk kota besar.
✅ Pickup points dan parcel lockers dapat mengurangi perjalanan kendaraan dan meningkatkan fleksibilitas pelanggan.
Dengan strategi ini, masa depan last-mile logistics yang lebih berkelanjutan dan efisien dapat terwujud pada tahun 2035.
Sumber Artikel: Plazier, P., Rauws, W., Neef, R., & Buijs, P. (2024). Towards sustainable last-mile logistics? Investigating the role of cooperation, regulation, and innovation in scenarios for 2035. University of Groningen.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Seiring dengan meningkatnya e-commerce, last-mile delivery menjadi tantangan utama dalam rantai pasok karena biaya tinggi dan ketidakpastian penerimaan pelanggan. Laporan industri terbaru menunjukkan bahwa biaya last-mile delivery menyumbang sekitar 20% dari total biaya logistik dan sering kali disubsidi oleh pengecer karena pelanggan enggan membayar biaya pengiriman penuh.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi sikap konsumen terhadap berbagai model pengiriman. Dengan menggunakan metode wawancara kualitatif dengan pakar industri e-food dan eksperimen terkontrol, penelitian ini mengidentifikasi preferensi konsumen serta peran faktor seperti privasi, kenyamanan, dan kualitas layanan dalam adopsi model pengiriman yang lebih efisien.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery
1. Biaya Logistik yang Tinggi
2. Risiko Privasi dalam Model Pengiriman Baru
3. Keengganan Pelanggan terhadap Model Otomatisasi
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran, terdiri dari:
Temuan Utama: Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Last-Mile Delivery
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berperan dalam preferensi pelanggan terhadap model pengiriman:
1. Preferensi Konsumen terhadap Model Pengiriman yang Berbeda
Berdasarkan eksperimen, model pengiriman dengan interaksi langsung lebih disukai dibandingkan model otomatis.
2. Peran Risiko Privasi dalam Pengambilan Keputusan
3. Kontribusi Kenyamanan terhadap Adopsi Model Baru
Studi Kasus Implementasi Model Pengiriman Inovatif
1. Amazon Key: In-Home Delivery dengan Smart Lock
2. Walmart: In-Fridge Delivery sebagai Model Berbasis Kenyamanan
3. Starship Technologies: Kendaraan Otonom untuk Pengiriman Jarak Pendek
Tantangan dan Rekomendasi untuk Masa Depan Last-Mile Delivery
1. Mengatasi Kekhawatiran Privasi Konsumen
Solusi:
2. Meningkatkan Efisiensi Biaya Pengiriman
Solusi:
3. Meningkatkan Kepercayaan terhadap Pengiriman Otomatis
Solusi:
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pelanggan memandang berbagai model last-mile delivery. Preferensi terhadap pengiriman langsung masih dominan, tetapi model berbasis kenyamanan seperti in-fridge delivery mulai diterima.
✅ Privasi menjadi faktor utama dalam adopsi model otomatisasi, terutama dalam in-home delivery.
✅ Model berbasis kenyamanan seperti smart box dan in-fridge delivery lebih disukai dibandingkan drone dan kendaraan otonom.
✅ Solusi crowdsourcing logistics dan pickup points dapat membantu menekan biaya pengiriman dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Dengan memahami preferensi pelanggan dan mengelola risiko yang ada, industri logistik dapat mengembangkan model pengiriman yang lebih efisien, terjangkau, dan dapat diterima oleh pelanggan di masa depan.
Sumber Artikel: Klink, B. D., & Schweizer, S. (2024). Identifying and testing drivers of consumers’ attitude towards last-mile delivery modes. Electronic Commerce Research.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Perkembangan e-commerce dan urbanisasi telah meningkatkan permintaan akan logistik yang lebih cepat dan efisien. Namun, segmen last-mile delivery tetap menjadi bagian paling tidak efisien dalam rantai pasok, menyumbang hingga 28% dari total biaya pengiriman. Sementara itu, first-mile logistics juga mengalami tantangan karena fragmentasi volume pengambilan barang.
Penelitian ini mengeksplorasi solusi berkelanjutan dalam logistik first-mile dan last-mile, termasuk crowdshipping, parcel lockers, kendaraan listrik, sepeda kargo, dan pusat konsolidasi perkotaan (UCC). Studi ini juga mengidentifikasi manfaat dan hambatan dalam implementasi solusi ini untuk meningkatkan efisiensi logistik dan mengurangi dampak lingkungan.
Tantangan dalam Logistik First-Mile dan Last-Mile
1. Biaya Tinggi dan Ketidakefisienan Operasional
2. Dampak Lingkungan yang Signifikan
3. Ketidakpastian Penerimaan Pelanggan
Solusi Berkelanjutan dalam Logistik First-Mile dan Last-Mile
Studi ini mengidentifikasi beberapa solusi utama untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam logistik perkotaan.
1. Crowdshipping: Mengoptimalkan Kapasitas Transportasi
2. Parcel Lockers: Mengurangi Kegagalan Pengiriman
3. Kendaraan Listrik: Solusi Rendah Emisi untuk Perkotaan
4. Sepeda Kargo: Efisiensi di Pusat Kota
5. Urban Consolidation Centers (UCC): Pengurangan Kepadatan Lalu Lintas
Studi Kasus Implementasi Solusi Berkelanjutan
1. DHL: Penggunaan Kendaraan Listrik dan Sepeda Kargo
2. Amazon: Parcel Lockers dan Opsi Pengiriman Fleksibel
3. Walmart: Pengiriman Langsung ke Kulkas Pelanggan (In-Fridge Delivery)
Tantangan dan Rekomendasi untuk Implementasi
1. Keterbatasan Infrastruktur
2. Kepercayaan Pelanggan terhadap Model Baru
3. Skalabilitas dan Biaya Implementasi
Kesimpulan
Solusi berkelanjutan dalam logistik first-mile dan last-mile memiliki potensi besar untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi operasional, dan menekan emisi karbon.
✅ Parcel lockers dan pickup points dapat meningkatkan tingkat keberhasilan pengiriman hingga 98%.
✅ Sepeda kargo dan kendaraan listrik mengurangi emisi CO₂ hingga 75%.
✅ Urban Consolidation Centers mengurangi kepadatan lalu lintas di pusat kota hingga 30%.
Dengan kombinasi strategi ini, perusahaan logistik dapat meningkatkan layanan pelanggan sambil mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih luas.
Sumber Artikel: Dupont, M. (2022). Sustainable solutions in first and last mile logistics: potential benefits and barriers. HEC-Ecole de gestion de l'Université de Liège.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Di Nigeria, keterbatasan akses terhadap obat-obatan dan layanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama tingginya angka kematian. Last-mile delivery (LMD), atau tahap akhir distribusi, memainkan peran krusial dalam memastikan pasokan medis sampai ke pasien tepat waktu dan dalam kondisi baik. Namun, tantangan logistik yang kompleks sering kali menghambat efisiensi sistem ini.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor utama yang memengaruhi efisiensi last-mile delivery dalam sektor kesehatan, khususnya di Kaduna State Health Supplies Management Agency (KADSHMA) dan fasilitas kesehatan terkait. Lima variabel utama yang diuji dalam studi ini adalah:
Dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM), penelitian ini mengevaluasi hubungan antara faktor-faktor tersebut terhadap efisiensi pengiriman di fasilitas kesehatan.
Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Sektor Kesehatan
1. Biaya Pengiriman yang Tinggi
2. Keterlambatan dalam Distribusi
3. Kompleksitas dalam Produk Medis
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data dari KADSHMA dan staf fasilitas kesehatan, dengan total 261 observasi. Metode PLS-SEM digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor penentu efisiensi LMD.
Temuan Utama: Faktor yang Memengaruhi Efisiensi Last-Mile Delivery
1. Biaya Pengiriman (DC) Positif dan Signifikan
2. Waktu Pengiriman (DT) Berpengaruh Signifikan
3. Mode Pengiriman (MD) Mempengaruhi Efisiensi LMD
4. Teknologi Fasilitas (FT) Meningkatkan Efisiensi
5. Kompleksitas Produk (PM) Berdampak Negatif
Studi Kasus Implementasi Efisiensi LMD di Kaduna
1. Optimalisasi Manajemen Persediaan dan Pengiriman
2. Peningkatan Efisiensi Gudang
Rekomendasi untuk Meningkatkan Efisiensi Last-Mile Delivery
1. Penggunaan Teknologi Digital
✅ Sistem pelacakan berbasis AI dapat meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
✅ Integrasi data antara fasilitas kesehatan dan pusat distribusi dapat mengurangi kekurangan stok.
2. Pemilihan Mode Transportasi yang Tepat
✅ Motor dan kendaraan kecil lebih efisien untuk daerah perkotaan.
✅ Truk besar lebih sesuai untuk pengiriman dalam jumlah besar ke daerah terpencil.
3. Penyederhanaan Produk dalam Setiap Pengiriman
✅ Mengurangi variasi produk dalam satu pengiriman dapat mengurangi waktu pemrosesan hingga 20%.
Kesimpulan
Penelitian ini mengonfirmasi bahwa efisiensi last-mile delivery sangat dipengaruhi oleh biaya, waktu, mode transportasi, teknologi, dan kompleksitas produk.
✅ Reduksi waktu pengiriman dari 14 hari menjadi 4 hari meningkatkan akses kesehatan di Kaduna.
✅ Akurasi manajemen stok meningkat hingga 98%, menurunkan risiko kedaluwarsa obat dari 5% menjadi 2%.
✅ Penggunaan teknologi pelacakan meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 95%.
Peningkatan efisiensi distribusi kesehatan akan menyelamatkan lebih banyak nyawa, terutama di daerah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau.
Sumber Artikel:
Nuraddeen Usman Miko & Usman Abbas (2024). Determinants of efficient last-mile delivery: Evidence from health facilities and Kaduna Health Supplies Management Agency. Journal of Humanitarian Logistics and Supply Chain Management, 14(1), 4-16.