Logistik Cerdas

Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri e-commerce, last-mile delivery (LMD) memainkan peran kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi rantai pasok. LMD menyumbang hingga 37% dari total biaya logistik, sehingga efektivitasnya sangat menentukan daya saing perusahaan.

Penelitian ini mengevaluasi bagaimana DHL eCommerce Vietnam mengadopsi strategi LMD untuk menghadapi tantangan logistik di pasar e-commerce yang berkembang pesat. Studi ini menyoroti tantangan utama, inovasi teknologi, serta peran DHL dalam menciptakan layanan pengiriman yang lebih cepat, murah, dan andal bagi pelanggan di Vietnam.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery di Pasar Vietnam

1. Biaya Operasional yang Tinggi

  • LMD menyumbang 13% hingga 37% dari total biaya rantai pasok.
  • Biaya tinggi disebabkan oleh kegagalan pengiriman pertama, biaya pengembalian barang, serta infrastruktur yang belum optimal.

2. Persaingan Ketat di Industri Logistik

  • Vietnam mengalami lonjakan bisnis e-commerce, mendorong peningkatan layanan pengiriman dari perusahaan lokal seperti Giaohangnhanh dan Viettel Post.
  • DHL bersaing dengan perusahaan besar seperti Grab Express dan Shopee Express yang menawarkan layanan pengiriman instan.

3. Kegagalan Pengiriman dan Ketergantungan pada Pembayaran COD

  • 30% dari pengiriman pertama gagal, mengakibatkan biaya tambahan dan keterlambatan.
  • 88% transaksi e-commerce di Vietnam masih menggunakan metode Cash on Delivery (COD), meningkatkan risiko gagal bayar dan retur barang.

4. Infrastruktur dan Kemacetan Lalu Lintas

  • Kemacetan di kota besar seperti Ho Chi Minh City dan Hanoi memperlambat pengiriman.
  • Minimnya sistem drop-box dan parcel lockers menghambat efisiensi pengiriman tanpa kontak langsung.

Strategi DHL eCommerce Vietnam dalam Last-Mile Delivery

DHL eCommerce Vietnam telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan efisiensi LMD:

1. Sistem Pelacakan Real-Time dan Transparansi Pengiriman

✅ Pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi ketidakpastian.
✅ Notifikasi otomatis dikirim ke pelanggan untuk memastikan kesiapan penerimaan barang.

2. Jaringan Service Points yang Luas

✅ DHL memiliki jaringan service points yang lebih luas dibandingkan pesaing lokal.
✅ Pelanggan dapat mengambil atau mengembalikan barang dengan lebih fleksibel.

3. Opsi Pengiriman Cepat dan Fleksibel

✅ DHL Parcel Metro menawarkan layanan same-day delivery untuk kota besar seperti Ho Chi Minh dan Hanoi.
✅ Tersedia pilihan waktu pengiriman yang lebih fleksibel untuk menekan angka gagal pengiriman pertama.

4. Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan

✅ DHL menguji penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi emisi karbon di perkotaan.
✅ Inisiatif ini sejalan dengan strategi global DHL untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.

Studi Kasus: Implementasi LMD oleh DHL di Vietnam

1. Efektivitas Layanan DHL Parcel Metro

  • Layanan ini menjamin pengiriman dalam waktu 4 jam untuk pelanggan di wilayah kota besar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan meningkat 22% sejak peluncuran layanan ini.

2. Penurunan Tingkat Pengiriman Gagal

  • Dengan sistem notifikasi otomatis dan fleksibilitas jam pengiriman, DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18%.
  • Cash remittance dalam waktu 24 jam membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap pembayaran COD.

3. Persaingan dengan Perusahaan Logistik Lokal

  • Tiki Now menjamin pengiriman dalam 2 jam untuk 100.000 produk, memberikan tantangan besar bagi DHL.
  • DHL mengatasi tantangan ini dengan investasi dalam teknologi AI untuk optimasi rute dan efisiensi operasional.

Tantangan dan Rekomendasi untuk DHL eCommerce Vietnam

1. Mengatasi Kegagalan Pengiriman Pertama

✅ Solusi: Menyediakan lebih banyak opsi drop-box dan parcel lockers untuk memungkinkan pengambilan mandiri.

2. Meningkatkan Efisiensi Operasional

✅ Solusi: Mengoptimalkan rute pengiriman menggunakan AI dan Machine Learning, serta memperluas penggunaan kendaraan listrik.

3. Mengurangi Ketergantungan pada COD

✅ Solusi: Mendorong penggunaan dompet digital dan pembayaran non-tunai melalui edukasi pelanggan dan promosi cashback.

4. Menyesuaikan dengan Tren Pasar

✅ Solusi: Mengembangkan sistem fulfillment lokal untuk mempercepat pengiriman tanpa perlu transportasi jarak jauh.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa DHL eCommerce Vietnam telah berhasil meningkatkan daya saing dalam layanan LMD dengan strategi inovatif seperti layanan same-day delivery, sistem pelacakan real-time, dan ekspansi service points.

✅ DHL berhasil menurunkan tingkat pengiriman gagal dari 30% menjadi 18% melalui fleksibilitas waktu dan sistem notifikasi otomatis.
✅ Penggunaan AI dalam optimasi rute dan kendaraan listrik membantu meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
✅ Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk persaingan ketat dengan layanan lokal seperti Tiki Now dan Shopee Express.

Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar, DHL eCommerce Vietnam dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam layanan LMD yang kompetitif dan berkelanjutan di Vietnam.

Sumber Artikel:

Hiep Cong Pham, Dat Nguyen, Chau Doan, Quyen Thai, & Ngoc Nguyen. (2019). Last Mile Delivery as a Competitive Logistics Service – A Case Study. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam.

 

Selengkapnya
Strategi Last-Mile Delivery oleh DHL eCommerce Vietnam dalam Menghadapi Tantangan Logistik di Pasar E-Commerce

Logistik Cerdas

Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Konsep smart city semakin berkembang dengan tujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan smart city adalah last-mile logistics, yang mencakup distribusi barang dalam kota yang sering menghadapi kemacetan, biaya tinggi, dan dampak lingkungan yang signifikan.

Artikel ini membahas tantangan utama dalam last-mile logistics serta solusi yang diterapkan dalam smart cities, termasuk konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, dan mobile depots.

Tantangan dalam Last-Mile Logistics di Smart Cities

1. Peningkatan Urbanisasi dan Mobilitas Terbatas

Pertumbuhan populasi perkotaan mengarah pada pembatasan mobilitas dan akses logistik di beberapa wilayah kota. Infrastruktur perkotaan yang padat memperumit distribusi barang, meningkatkan waktu pengiriman, serta biaya operasional.

2. Ledakan E-Commerce dan Kapasitas Terbatas

Meningkatnya permintaan e-commerce mempercepat kebutuhan distribusi barang secara efisien. Namun, keterbatasan kapasitas dalam rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan infrastruktur logistik yang tersedia.

3. Ekspektasi Pelanggan yang Berubah

Konsumen saat ini menuntut pengiriman lebih cepat, biaya lebih rendah, dan fleksibilitas lebih besar. Permintaan terhadap layanan same-day delivery terus meningkat, mendorong perusahaan logistik untuk mencari solusi lebih efisien.

4. Masalah Lingkungan dan Kemacetan Lalu Lintas

Tingginya volume kendaraan logistik di perkotaan berkontribusi terhadap polusi udara, kebisingan, dan emisi karbon yang tinggi. Hal ini menimbulkan tekanan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

5. Biaya Operasional yang Tinggi

Last-mile logistics sering kali memiliki biaya distribusi yang tinggi karena ketidakefisienan dalam rute pengiriman, kegagalan pengiriman pertama, dan kurangnya fasilitas konsolidasi yang memadai.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Logistics

1. Konsolidasi Pusat Distribusi di Perkotaan

Konsep urban consolidation centers (UCCs) memungkinkan penyimpanan dan distribusi barang di lokasi yang lebih dekat dengan konsumen. UCCs mengurangi kebutuhan kendaraan besar memasuki pusat kota, sehingga menekan biaya logistik dan mengurangi kemacetan.

Keunggulan:

  • Optimalisasi kapasitas kendaraan untuk mengurangi perjalanan kosong.
  • Reduksi emisi karbon melalui penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo.

2. Micro Logistics dan Micro Consolidation Centers

Micro logistics mengacu pada pengelolaan distribusi dalam skala kecil dengan pusat konsolidasi yang lebih dekat dengan penerima barang.

Keunggulan:

  • Efektif untuk pengiriman e-commerce dan last-mile delivery.
  • Dapat mengurangi kemacetan dengan menggunakan kendaraan kecil atau sepeda listrik.

3. Mobile Depots untuk Fleksibilitas Pengiriman

Konsep mobile depots memungkinkan kendaraan logistik berfungsi sebagai gudang sementara yang berpindah-pindah di dalam kota. Mobile depots telah diuji oleh TNT Express di Brussels, yang menghasilkan pengurangan waktu pengiriman dan peningkatan efisiensi logistik.

Keunggulan:

  • Meningkatkan fleksibilitas pengiriman dengan menyesuaikan lokasi gudang sesuai permintaan.
  • Mengurangi kepadatan lalu lintas dengan menempatkan stok barang lebih dekat ke pelanggan.

4. Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengiriman

Integrasi teknologi seperti AI, IoT, dan blockchain membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam last-mile logistics. Teknologi ini memungkinkan optimasi rute otomatis, pelacakan paket secara real-time, serta pembayaran dan verifikasi pengiriman yang lebih aman.

Keunggulan:

  • Mengurangi kegagalan pengiriman pertama dengan memberikan notifikasi otomatis ke pelanggan.
  • Meningkatkan efisiensi operasional dengan pemantauan kondisi lalu lintas secara real-time.

Studi Kasus: Implementasi Solusi Smart Logistics

1. Urban Consolidation Centers di Eropa

Beberapa kota di Eropa telah menerapkan UCCs sebagai bagian dari strategi smart logistics. Misalnya, London dan Paris telah mengembangkan pusat konsolidasi logistik untuk mengurangi jumlah kendaraan pengiriman di pusat kota.

Hasil:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30%.
  • Jumlah kendaraan logistik di jalanan berkurang hingga 25%.

2. TNT Express Mobile Depot di Brussels

TNT Express menguji konsep mobile depot sebagai bagian dari proyek STRAIGHTSOL di Brussels.

Hasil:

  • Waktu pengiriman berkurang sebesar 20%.
  • Efisiensi operasional meningkat dengan penempatan depot sementara di lokasi strategis.

3. Penggunaan Micro Logistics di Jerman

Di Jerman, beberapa perusahaan logistik telah beralih ke micro logistics untuk mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan efisiensi pengiriman.

Hasil:

  • Kapasitas pengiriman meningkat hingga 35%.
  • Biaya operasional berkurang sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Pengembangan Smart Logistics

  1. Investasi dalam Infrastruktur Konsolidasi
    • Pemerintah kota perlu mendukung pengembangan urban consolidation centers dan micro consolidation centers untuk meningkatkan efisiensi logistik.
  2. Pemanfaatan Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Mendorong penggunaan sepeda kargo, kendaraan listrik, dan drone untuk mengurangi emisi karbon.
  3. Peningkatan Teknologi Digital
    • Memanfaatkan AI dan machine learning untuk optimasi rute pengiriman dan prediksi permintaan.
  4. Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta
    • Meningkatkan kerja sama antara penyedia layanan logistik dan pemerintah kota untuk menciptakan kebijakan logistik yang lebih berkelanjutan.

Kesimpulan

Last-mile logistics merupakan tantangan utama dalam pengelolaan smart cities. Namun, dengan penerapan strategi inovatif seperti konsolidasi pusat distribusi, micro logistics, mobile depots, dan teknologi digital, efisiensi logistik dapat ditingkatkan secara signifikan.

Beberapa pencapaian dari implementasi solusi smart logistics:

  • Emisi karbon berkurang hingga 30% dengan urban consolidation centers.
  • Waktu pengiriman berkurang 20% melalui konsep mobile depots.
  • Efisiensi pengiriman meningkat hingga 35% dengan penggunaan micro logistics.

Dengan inovasi yang terus berkembang dan dukungan regulasi yang tepat, masa depan last-mile logistics akan semakin efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi ekspektasi pelanggan di era smart city.

Sumber Artikel

Özbekler, T. M., & Karaman Akgül, A. (2020). Last Mile Logistics in the Framework of Smart Cities: A Typology of City Logistics Schemes. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XLIV-4/W3-2020, 335-337.

Selengkapnya
Inovasi Last-Mile Logistics dalam Smart Cities: Tantangan, Solusi, dan Implementasi di Eropa

Logistik Cerdas

E-Commerce dan Logistik Last-Mile: Peran Touchpoints Pelanggan dalam Keberlanjutan Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Dengan meningkatnya aktivitas e-commerce global, jumlah pengiriman paket meningkat pesat. Namun, last-mile logistics menjadi tantangan utama dalam rantai pasok karena menyumbang emisi karbon yang signifikan, menyebabkan kemacetan lalu lintas, dan meningkatkan konsumsi sumber daya. Studi ini menyoroti bagaimana touchpoints pelanggan dalam perjalanan belanja e-commerce dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk memilih opsi pengiriman yang lebih berkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis dan analisis empiris berbasis wawancara dengan para ahli industri untuk mengidentifikasi titik-titik interaksi pelanggan yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dalam last-mile logistics.

Tantangan Keberlanjutan dalam Logistik Last-Mile

1. Dampak Lingkungan dari Last-Mile Logistics

  • Rantai pasok menyumbang 90% dari total emisi karbon perusahaan, dengan bagian terbesar berasal dari pengiriman last-mile (Lawton, 2021).
  • 20–30% emisi CO₂ perkotaan berasal dari aktivitas last-mile logistics (European Commission, 2020).
  • Lonjakan 27% dalam volume pengiriman global pada 2020, dengan proyeksi peningkatan tahunan 11% hingga 2026 (Pitney Bowes, 2021).

2. Preferensi Pelanggan yang Bertentangan

  • Studi menemukan bahwa 50% pelanggan lebih memilih pengiriman rendah karbon, tetapi kebanyakan tetap memilih opsi tercepat dan termurah.
  • 65% pelanggan merasa tidak mendapatkan informasi cukup tentang dampak lingkungan dari pengiriman (Nogueira et al., 2021).

3. Peran E-Commerce dalam Keberlanjutan

  • Retailer online beralih ke strategi omnichannel untuk mengintegrasikan penjualan fisik dan digital.
  • Peningkatan transparansi informasi keberlanjutan dapat mengubah kebiasaan belanja pelanggan.

Solusi: Mengoptimalkan Customer Touchpoints untuk Keberlanjutan

Penelitian ini mengidentifikasi bahwa pelanggan dapat dipengaruhi melalui touchpoints di sepanjang perjalanan belanja mereka, termasuk:

1. Komunikasi dan Iklan Berbasis Keberlanjutan

  • Menyediakan informasi eksplisit tentang jejak karbon opsi pengiriman.
  • Menggunakan sosial media dan platform digital untuk meningkatkan kesadaran pelanggan tentang dampak lingkungan.
  • Menampilkan opsi pengiriman hijau lebih awal dalam proses checkout untuk meningkatkan adopsi.

2. Teknologi dan Data-Driven Decision Making

  • AI dan machine learning untuk menawarkan rekomendasi produk dan opsi pengiriman berdasarkan riwayat pelanggan.
  • Blockchain untuk transparansi rantai pasok, memastikan pelanggan memahami asal dan metode distribusi produk.
  • Virtual reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk meningkatkan pengalaman pelanggan tanpa perlu pengiriman sampel fisik.

3. Program Loyalitas dan Insentif untuk Pengiriman Berkelanjutan

  • Poin reward atau diskon bagi pelanggan yang memilih opsi pengiriman ramah lingkungan.
  • Menampilkan dampak positif dari setiap keputusan pelanggan, seperti jumlah emisi karbon yang berhasil dikurangi.

4. Penggunaan Label Hijau dan Sertifikasi Keberlanjutan

  • Label hijau yang menunjukkan opsi pengiriman dengan jejak karbon lebih rendah.
  • Integrasi skema kompensasi karbon otomatis untuk pelanggan yang ingin mengurangi dampak lingkungan.

5. Penggunaan Infrastruktur Logistik Berkelanjutan

  • Integrasi pusat distribusi lokal dan sistem pengiriman berbasis EV (Electric Vehicles).
  • Meningkatkan penggunaan parcel lockers dan pick-up points untuk mengurangi perjalanan pengiriman individu.
  • Menjalin kemitraan dengan layanan logistik ramah lingkungan, seperti penggunaan kendaraan listrik atau sepeda untuk pengiriman di area perkotaan.

Studi Kasus Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics

  1. Amazon – Penggunaan Parcel Lockers
    • Meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 97% dan mengurangi pengiriman gagal.
    • Mengurangi lalu lintas kendaraan pengiriman di area perkotaan.
  2. DHL Packstations di Jerman
    • Mengintegrasikan lokasi pick-up di stasiun transportasi umum untuk memudahkan pelanggan.
    • Mengurangi 30% lalu lintas kendaraan pengiriman, mengoptimalkan rute logistik.
  3. Walmart – Strategi Hybrid Pengiriman dan Pengambilan Mandiri
    • Meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 85% dengan opsi pengambilan fleksibel.
    • Mengurangi biaya pengiriman last-mile dengan mendorong pengambilan di toko.

Tren Masa Depan dalam E-Commerce dan Logistik Berkelanjutan

  1. Hyper-Personalized Delivery
    • Opsi pengiriman berbasis kebiasaan pelanggan dengan mempertimbangkan pola perjalanan mereka.
    • Model berbasis langganan untuk layanan premium yang ramah lingkungan.
  2. Green Logistics dengan Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Kendaraan listrik dan autonomous delivery bots untuk mengurangi emisi CO₂.
    • Rute pengiriman berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi energi.
  3. Edukasi Konsumen dan Perubahan Perilaku
    • Platform e-commerce harus lebih transparan tentang dampak lingkungan pengiriman.
    • Pelanggan didorong untuk memilih opsi yang lebih hijau dengan informasi yang jelas dan menarik.

Tantangan Implementasi Keberlanjutan dalam Last-Mile Logistics

  1. Biaya Implementasi Teknologi Hijau
    • Perusahaan harus berinvestasi dalam EV, parcel lockers, dan pusat distribusi lokal.
    • Solusi: Insentif pemerintah untuk transisi ke logistik ramah lingkungan.
  2. Kesadaran Konsumen yang Masih Rendah
    • Tidak semua pelanggan memahami pentingnya keberlanjutan dalam pengiriman.
    • Solusi: Edukasi melalui iklan interaktif dan kampanye kesadaran di e-commerce.
  3. Kompleksitas Integrasi Teknologi
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem lama yang sulit diadaptasi.
    • Solusi: Penerapan bertahap dengan pendekatan hybrid digital dan manual.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa mengoptimalkan customer touchpoints dalam e-commerce dapat meningkatkan keberlanjutan logistik last-mile secara signifikan. Dengan langkah-langkah berikut, perusahaan dapat mengurangi emisi karbon, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menghemat biaya operasional:
✅ Gunakan AI dan big data untuk menampilkan opsi pengiriman hijau secara otomatis.
✅ Terapkan parcel lockers dan pick-up points untuk mengurangi pengiriman individu.
✅ Berikan insentif bagi pelanggan yang memilih opsi pengiriman berkelanjutan.
✅ Gunakan teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi rantai pasok.

Dengan strategi ini, e-commerce dapat berkembang dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, mencapai keseimbangan antara efisiensi bisnis dan kepedulian lingkungan.

Sumber Artikel

Hasler, Jannik Alfred (2023). E-Commerce and Last Mile Logistics: Customer Touchpoints Impacting Sustainability. Johannes Kepler University Linz.

 

Selengkapnya
E-Commerce dan Logistik Last-Mile: Peran Touchpoints Pelanggan dalam Keberlanjutan Rantai Pasok

Keamanan Air

Menilai Keamanan Air di Kota Kekeringan – Studi Kasus Madaba, Yordania dengan Integrated Urban Water Security Index (IUWSI)

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 24 Juni 2025


Kota-kota di dunia kini menghadapi tantangan air yang semakin kompleks: keterbatasan pasokan, perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi yang pesat. Madaba, Yordania, adalah contoh nyata kota yang berada di garis depan krisis air. Paper “Assessing Water Security in Water-Scarce Cities: Applying the Integrated Urban Water Security Index (IUWSI) in Madaba, Jordan” karya Hassan Tolba Aboelnga dkk. (2020) menawarkan pendekatan baru dalam mengukur keamanan air perkotaan secara holistik, dengan menyesuaikan indikator pada konteks lokal dan memprioritaskan intervensi berbasis bukti. Artikel ini sangat relevan di tengah urgensi SDG 6 (air bersih dan sanitasi) dan kebutuhan tata kelola air yang adaptif di kawasan rawan kekeringan.

Konsep Keamanan Air Urban: Tantangan Definisi dan Pengukuran

Keamanan air perkotaan adalah konsep multidimensi yang mencakup ketersediaan, kualitas, aksesibilitas, keandalan, perlindungan ekosistem, ketahanan terhadap bencana, dan keberlanjutan sosial-ekonomi. Namun, banyak studi sebelumnya menggunakan indikator yang sama berat tanpa mempertimbangkan kondisi lokal, sehingga hasilnya sering tidak operasional bagi pengambil kebijakan123.

Studi ini mengembangkan kerangka penilaian baru berbasis DECS (Drinking water, Ecosystems, Climate change and water-related hazards, Socioeconomic aspects) dan menerapkan IUWSI (Integrated Urban Water Security Index) dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk memprioritaskan indikator sesuai kebutuhan Madaba413.

Studi Kasus Madaba: Kota di Tengah Krisis Air

Profil Kota dan Sistem Air

Madaba terletak 35 km dari Amman, memiliki populasi sekitar 200.000 jiwa (2018), dengan 98% penduduk terhubung ke layanan air, namun hanya 65% yang terhubung ke jaringan limbah domestik43. Distribusi air sangat tidak merata dan bersifat intermiten—air hanya mengalir sekali atau dua kali per minggu, memaksa warga menyimpan air dalam tangki besar atau membeli dari truk swasta. Sistem distribusi sepanjang 1000 km harus mengalirkan air dari sumur Heedan dan Wala ke reservoir utama, membutuhkan energi besar karena perbedaan elevasi lebih dari 400 meter.

Metodologi: Kerangka DECS dan IUWSI

Penilaian keamanan air di Madaba dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

  • Mengukur indikator DECS: air minum, ekosistem, perubahan iklim/bencana, dan aspek sosial-ekonomi.
  • Normalisasi skor indikator pada skala 1–5 (1=buruk, 5=sangat baik).
  • Penentuan bobot dengan AHP, melibatkan pakar lokal dan data sekunder dari laporan pemerintah dan utilitas air.
  • Agregasi skor dan bobot menghasilkan IUWSI, yang diinterpretasikan dalam lima kategori: Poor (<1.5), Fair (1.5–2.5), Reasonable (2.5–3.5), Good (3.5–4.5), Excellent (>4.5)53.

Hasil dan Analisis Dimensi Keamanan Air Madaba

1. Air Minum dan Kesejahteraan Manusia

  • IUWSI: 2,6 (Reasonable)
  • Ketersediaan air: Hanya 135 m³/kapita/tahun (jauh di bawah ambang batas kelangkaan absolut 500 m³/kapita/tahun).
  • Diversifikasi sumber: Reuse air limbah hanya 30%; kontribusi sumber alternatif <10%.
  • Non-revenue water (NRW): Sangat tinggi, 40,7% air hilang akibat kebocoran dan pencurian; kerugian finansial mencapai 2,8 juta USD/tahun63.
  • Akses: 98% penduduk memiliki akses air minum aman, namun hanya 65% akses sanitasi layak.
  • Kualitas: 80% sampel air memenuhi standar WHO, namun kualitas menurun saat musim hujan akibat tingginya kekeruhan.
  • Keandalan: Rata-rata suplai air hanya 7 jam/hari, memicu ketidaksetaraan dan biaya coping tinggi.

2. Ekosistem

  • IUWSI: 2,52 (Reasonable)
  • Pengolahan limbah: Hanya 67% limbah domestik diolah; sisa dibuang ke lingkungan.
  • Kualitas air tanah: 90% sampel memenuhi standar, namun ekosistem tetap rentan.
  • Ruang hijau: Hampir tidak ada green roofing dan ruang terbuka hijau (hanya 0,001% dari luas kota).
  • Efektivitas jaringan limbah: 3529 blokir/tahun, menandakan infrastruktur drainase buruk.

3. Perubahan Iklim dan Bencana Air

  • IUWSI: 1,6 (Fair–Poor)
  • Emisi GRK: 6,07 kg CO₂/m³ air (tinggi, akibat konsumsi energi pompa dan NRW).
  • Risiko kesehatan: 1728 kasus diare/100.000 penduduk/tahun, terkait suplai air intermiten dan kontaminasi.
  • Banjir: 13 korban jiwa akibat banjir besar 2018; area rawan banjir 0,29% dari total kota.
  • Curah hujan: 245 mm/tahun (rendah); suhu rata-rata 28°C (tinggi, memperparah evaporasi dan kebutuhan air).

4. Aspek Sosial-Ekonomi

  • IUWSI: 2,24 (Reasonable–Fair)
  • Energi: Konsumsi energi air 4,98 kWh/m³, limbah 1,31 kWh/m³ (tinggi, akibat topografi dan sistem pompa).
  • Tarif: Air sangat disubsidi (USD 0,78/15 m³); hanya 78% biaya operasi yang tertutup oleh pendapatan.
  • Anggaran: Hanya 1,05% APBN dialokasikan ke sektor air dan sanitasi.
  • Illegal use: 396 kasus/tahun; keluhan pelanggan sangat tinggi (1961/10.000 pelanggan/tahun), menandakan ketidakpuasan layanan.

Studi Kasus Kritis: NRW dan Kebocoran di Madaba

Studi terpisah oleh Aboelnga dkk. (2018) menunjukkan NRW di Madaba mencapai 3,5 juta m³/tahun, setara kerugian USD 2,8 juta. Kebocoran fisik dan komersial menjadi tantangan utama, dengan 37,2% kerugian berasal dari kegagalan yang dilaporkan, 26,6% dari kegagalan tak terlaporkan, dan sisanya akibat tekanan jaringan dan deteksi yang lambat. Intervensi IREAP (infrastruktur, perbaikan, edukasi, manajemen tekanan) direkomendasikan untuk menurunkan NRW secara sistemik6.

Kritik, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain

Nilai Tambah dan Inovasi

  • Studi ini menawarkan kerangka penilaian yang adaptif dan berbasis bukti, menyesuaikan bobot indikator dengan konteks lokal, bukan sekadar “one size fits all”413.
  • IUWSI dan AHP memberikan alat prioritas bagi pengambil keputusan untuk fokus pada indikator berdampak tinggi dengan skor rendah.
  • Studi ini menyoroti pentingnya diversifikasi sumber air (reuse limbah, sumber alternatif), efisiensi energi, dan reformasi tarif untuk meningkatkan keberlanjutan.

Kritik dan Keterbatasan

  • Penilaian masih bergantung pada data sekunder dan pakar lokal, belum sepenuhnya partisipatif.
  • Aspek ekosistem dan adaptasi iklim masih dipandang sebagai pelengkap, bukan prioritas utama.
  • Solusi berbasis ekosistem dan teknologi digital (IoT, smart metering) belum banyak diulas sebagai peluang inovasi.

Perbandingan dengan Studi Lain

  • Studi di Beirut, Lebanon, dengan IUWSI juga menunjukkan skor “fair” (2,48), menandakan bahwa tantangan keamanan air di kota-kota Mediterania umumnya serupa: ketergantungan pada air tanah, infrastruktur tua, dan adaptasi iklim yang lemah5.
  • Literatur global (Hoekstra, UN-Water) menekankan pentingnya integrasi tata kelola, investasi infrastruktur, dan partisipasi masyarakat sebagai kunci keamanan air berkelanjutan.

Relevansi Industri dan Tren Masa Depan

Tren Industri

  • Smart Water Management: Digitalisasi, smart metering, dan monitoring kebocoran menjadi tren utama untuk menurunkan NRW dan meningkatkan efisiensi.
  • Reuse dan Daur Ulang: Pengolahan limbah untuk irigasi dan recharge air tanah menjadi solusi masa depan di kawasan kering.
  • Blended Finance: Investasi inovatif dan kemitraan publik-swasta diperlukan untuk menutup gap pendanaan sektor air.

Peluang dan Tantangan

  • Peluang: IUWSI dapat diadopsi kota lain di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk benchmarking dan perbaikan kebijakan.
  • Tantangan: Fragmentasi tata kelola, subsidi yang tidak tepat sasaran, dan resistensi terhadap reformasi tarif masih menjadi hambatan utama.

Rekomendasi Kebijakan dan Jalan ke Depan

  1. Diversifikasi Sumber Air: Perluasan reuse limbah dan sumber alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah.
  2. Reformasi Tarif dan Subsidi: Penyesuaian tarif air agar mencerminkan biaya nyata dan mendorong efisiensi, dengan subsidi tepat sasaran untuk kelompok rentan.
  3. Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi: Investasi dalam efisiensi pompa, energi terbarukan, dan pengurangan NRW untuk menurunkan emisi GRK.
  4. Penguatan Infrastruktur dan Respons Kebocoran: Implementasi IREAP dan smart monitoring untuk mempercepat deteksi dan perbaikan kebocoran.
  5. Peningkatan Akses Sanitasi: Perluasan jaringan limbah domestik dan pengolahan limbah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas ekosistem.
  6. Adaptasi Iklim dan Manajemen Risiko: Investasi pada infrastruktur tahan banjir, early warning system, dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan resiliensi kota.
  7. Pelibatan Publik dan Partisipasi: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan monitoring, serta meningkatkan transparansi data dan layanan.

Madaba sebagai Cermin Kota Kering Dunia

Madaba adalah cerminan tantangan keamanan air urban di kawasan kering dunia. Dengan IUWSI 2,5 (reasonable), kota ini mampu memenuhi kebutuhan dasar, namun masih jauh dari keberlanjutan jangka panjang. Tanpa diversifikasi sumber, efisiensi sistem, dan reformasi tata kelola, Madaba dan kota-kota serupa akan terus terjebak dalam siklus kekurangan air, risiko kesehatan, dan ketidaksetaraan layanan. IUWSI dan pendekatan DECS menawarkan peta jalan baru bagi pembuat kebijakan untuk menargetkan intervensi pada indikator berdampak tinggi, membangun sistem air yang lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.

Sumber Artikel Asli

Hassan Tolba Aboelnga, Hazim El-Naser, Lars Ribbe, Franz-Bernd Frechen. “Assessing Water Security in Water-Scarce Cities: Applying the Integrated Urban Water Security Index (IUWSI) in Madaba, Jordan.” Water 2020, 12, 1299.

Selengkapnya
Menilai Keamanan Air di Kota Kekeringan – Studi Kasus Madaba, Yordania dengan Integrated Urban Water Security Index (IUWSI)

Logistik Cerdas

Masa Depan Logistik Last-Mile: Peran Lokasi Pengiriman Alternatif dalam Efisiensi dan Keberlanjutan Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam ekosistem rantai pasok modern, last-mile logistics memainkan peran penting dalam memastikan kepuasan pelanggan. Namun, segmen ini juga menjadi tantangan terbesar dalam industri logistik karena biaya tinggi, inefisiensi, dan dampak lingkungan yang signifikan. Penelitian ini meninjau lebih dari 257 publikasi akademik mengenai strategi Alternative Delivery Locations (ADL) yang mencakup locker paket, titik pengambilan dinamis, dan mekanisme distribusi bergerak.

Dengan analisis bibliometrik dan sistematis, studi ini mengeksplorasi bagaimana ADL dapat mengurangi biaya pengiriman hingga 53%, mengoptimalkan distribusi, serta meningkatkan fleksibilitas layanan bagi pelanggan e-commerce.

Tantangan Logistik Last-Mile dan Peran ADL

1. Tantangan dalam Last-Mile Logistics

  1. Biaya Pengiriman Tinggi
    • Last-mile logistics menyumbang 53% dari total biaya pengiriman, terutama karena kompleksitas pengantaran individual.
    • E-commerce di AS mengalami lonjakan paket harian, meningkatkan biaya operasional dan tekanan pada infrastruktur logistik.
  2. Dampak Lingkungan
    • Meningkatnya jumlah kendaraan pengiriman memperburuk kemacetan dan polusi udara di perkotaan.
    • Model pengiriman konvensional berkontribusi pada emisi karbon yang tinggi akibat penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil.
  3. Kepuasan Pelanggan
    • Ekspektasi pelanggan terhadap pengiriman cepat dan fleksibel meningkat.
    • Pengiriman gagal karena pelanggan tidak berada di lokasi saat paket tiba, menimbulkan biaya tambahan bagi perusahaan.

2. Solusi: Alternative Delivery Locations (ADL)

ADL menawarkan berbagai solusi inovatif untuk meningkatkan efisiensi logistik, antara lain:

  1. Parcel Lockers
    • Locker otomatis 24/7 memungkinkan pelanggan mengambil paket kapan saja, mengurangi risiko pengiriman gagal.
    • Meningkatkan efisiensi operasional dan menurunkan emisi karbon dengan mengurangi perjalanan pengiriman.
  2. Roaming Delivery Points
    • Titik pengambilan dinamis memungkinkan pelanggan mengambil paket di lokasi yang berubah sesuai dengan kebutuhan mereka.
    • Mengurangi kepadatan lalu lintas dengan mendistribusikan pengiriman ke berbagai titik strategis.
  3. Mobile Distribution Centers
    • Kendaraan yang berfungsi sebagai pusat distribusi bergerak, memungkinkan pengiriman lebih fleksibel.
    • Efektif untuk area dengan permintaan pengiriman tinggi tetapi akses terbatas.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review sistematis, dengan data dari Scopus dan Web of Science. Dari 257 artikel akademik, mayoritas (89%) diterbitkan dalam enam tahun terakhir, menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap solusi ADL.

Metode analisis meliputi:

  • Bibliometrik Analysis: Menilai tren publikasi, penulis terkemuka, dan jurnal paling berpengaruh dalam topik ADL.
  • Systematic Content Review: Mengklasifikasikan strategi ADL dan dampaknya terhadap efisiensi dan keberlanjutan rantai pasok.

Studi Kasus Implementasi ADL dalam Industri

  1. E-Commerce – Amazon Hub Locker
    • Meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 97% di kota-kota besar.
    • Mengurangi biaya operasional dan gagal kirim dengan menyediakan titik pengambilan mandiri.
  2. Transportasi Publik – DHL Packstations di Jerman
    • DHL mengintegrasikan locker paket di stasiun transportasi publik, memungkinkan pelanggan mengambil paket saat bepergian.
    • Mengurangi 30% lalu lintas kendaraan pengiriman di perkotaan.
  3. Retail – Walmart Pickup Points
    • Menggunakan model hybrid antara locker dan toko fisik sebagai titik pengambilan pesanan online.
    • Meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 85% dengan opsi pengambilan yang lebih fleksibel.

Tren Masa Depan dalam Logistik Last-Mile

  1. AI dan Big Data dalam Optimasi ADL
    • AI digunakan untuk memprediksi permintaan dan menyesuaikan lokasi ADL secara dinamis.
    • Penggunaan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan dalam rantai pasok.
  2. Green Logistics dan Kendaraan Listrik
    • Penggunaan kendaraan listrik untuk distribusi last-mile guna mengurangi emisi karbon.
    • Optimalisasi rute pengiriman berbasis AI untuk mengurangi konsumsi bahan bakar.
  3. Hyper-Personalized Delivery
    • Pelanggan dapat memilih lokasi pengambilan berdasarkan pola perjalanan mereka.
    • Model berbasis langganan untuk akses premium ke layanan ADL tanpa biaya tambahan.

Tantangan dalam Implementasi ADL

  1. Investasi Infrastruktur
    • Pemasangan locker dan pusat distribusi membutuhkan biaya awal yang besar.
    • Perlu kolaborasi dengan pemerintah dan perusahaan swasta untuk memperluas jaringan ADL.
  2. Keamanan dan Privasi Data
    • Locker otomatis memerlukan sistem keamanan yang kuat untuk mencegah pencurian paket.
    • Pengelolaan data pelanggan secara etis agar tidak melanggar privasi pengguna.
  3. Kesadaran Konsumen dan Perilaku Pembelian
    • Masih ada resistensi dari pelanggan yang terbiasa dengan pengiriman langsung ke rumah.
    • Diperlukan kampanye edukasi untuk meningkatkan adopsi ADL sebagai metode pengiriman yang lebih efisien.

Kesimpulan & Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa Alternative Delivery Locations (ADL) adalah solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan logistik last-mile. Dengan penerapan yang tepat, ADL dapat:
✅ Mengurangi biaya operasional dengan mengoptimalkan jalur distribusi.
✅ Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan opsi pengiriman yang lebih fleksibel.
✅ Mengurangi dampak lingkungan melalui efisiensi transportasi dan integrasi teknologi ramah lingkungan.

Untuk memaksimalkan manfaat ADL, perusahaan logistik dan e-commerce disarankan untuk:

  • Mengadopsi AI dan big data dalam strategi pengiriman.
  • Berinvestasi dalam jaringan locker paket dan pusat distribusi bergerak.
  • Meningkatkan kolaborasi dengan mitra retail dan pemerintah untuk memperluas akses ke ADL.

Dengan strategi ini, logistik last-mile dapat berkembang menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan sesuai dengan tuntutan pasar modern.

Sumber : Pourmohammadreza, N., Jokar, M.R.A., & Van Woensel, T. (2025). Last-Mile Logistics with Alternative Delivery Locations: A Systematic Literature Review. Results in Engineering, 25, 104085.

Selengkapnya
Masa Depan Logistik Last-Mile: Peran Lokasi Pengiriman Alternatif dalam Efisiensi dan Keberlanjutan Rantai Pasok

Logistik Cerdas

Analisis Metode Self-Organizing dalam Optimalisasi Pengiriman Last-Mile

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025


Pendahuluan

Artikel "Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery" oleh J.H.R. van Duin dkk. yang diterbitkan di Transportation Research Record (2021) menyajikan metode baru untuk mengalokasikan paket ke kendaraan pengiriman dan menyusun rute kendaraan secara real time melalui sistem lelang. Metode ini bertujuan meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman last mile.

Latar Belakang

Pertumbuhan pesat e-commerce telah meningkatkan permintaan layanan pengiriman paket. Namun, operator pengiriman menghadapi tekanan untuk memenuhi permintaan ini sambil menjaga kelayakan huni kota dan meminimalkan dampak lingkungan. Pengiriman last mile menjadi tantangan utama karena merupakan bagian yang paling tidak efisien, mahal, dan tidak ramah lingkungan dari proses pengiriman. Penyebab utamanya adalah duplikasi area layanan oleh berbagai operator, sehingga terjadi redundansi jarak tempuh kendaraan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengembangkan metode self-organizing untuk alokasi paket dan penyusunan rute kendaraan secara real-time.
  2. Memungkinkan pengiriman kolaboratif dan intermodal.
  3. Meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman last mile.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pengembangan metode baru berbasis sistem lelang, simulasi berbasis agen untuk menguji kinerja metode baru, dan perbandingan dengan teknik yang digunakan saat ini.

Hasil Utama

Metode baru berhasil meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman secara signifikan. Sistem lelang memungkinkan alokasi paket dan penyusunan rute secara real-time. Pendekatan self-organizing memungkinkan pengiriman kolaboratif dan intermodal.

Analisis Mendalam

Metode ini menerapkan konsep self-organizing logistics, di mana sistem berfungsi berdasarkan interaksi lokal antar aktor, tidak memerlukan entitas pusat untuk panduan, serta meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas sistem logistik. Fitur utama metode ini adalah sistem lelang real-time di mana paket dan kendaraan berperan sebagai agen otonom. Kendaraan menawar untuk mengangkut paket, dan paket memilih kendaraan berdasarkan kriteria tertentu, sehingga memungkinkan penyesuaian cepat terhadap perubahan kondisi. Metode ini mendukung kolaborasi antar operator pengiriman, penggunaan berbagai moda transportasi, optimalisasi kapasitas kendaraan, dan pengurangan duplikasi area layanan.

Implikasi Praktis

Peningkatan efisiensi dengan mengurangi jarak tempuh kendaraan dan biaya operasional. Fleksibilitas tinggi karena mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan atau gangguan. Kolaborasi antar operator yang memungkinkan penggunaan sumber daya bersama secara optimal. Pengurangan dampak lingkungan dengan menurunkan emisi melalui optimalisasi rute dan kapasitas.

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini menggunakan simulasi berbasis agen untuk menguji metode baru. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode ini mampu meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional. Namun, detail angka peningkatan tidak disebutkan secara spesifik.

Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan

Penelitian ini perlu pengujian lebih lanjut dalam skenario dunia nyata. Terdapat tantangan implementasi terkait privasi data dan keamanan informasi. Penelitian selanjutnya dapat fokus pada potensi pengembangan untuk integrasi dengan teknologi lain seperti kendaraan otonom.

Kesimpulan

Metode self-organizing untuk pengiriman paket last mile yang diusulkan dalam penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman. Pendekatan inovatif ini dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan pertumbuhan e-commerce dan tuntutan keberlanjutan dalam industri logistik.

Sumber : van Duin, J.H.R., Vlot, T.S., Tavasszy, L.A., Duinkerken, M.B., & van Dijk, B. (2021). Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery. Transportation Research Record, 2675(4), 260–270.

Selengkapnya
Analisis Metode Self-Organizing dalam Optimalisasi Pengiriman Last-Mile
« First Previous page 27 of 1.107 Next Last »