Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Di tengah industri konstruksi yang semakin didorong oleh inovasi teknologi dan kompleksitas manajerial, kebutuhan akan para profesional yang memiliki kompetensi hibrida—menguasai baik aspek teknis maupun manajemen—menjadi semakin mendesak. Dokumen kurikulum "Construction Technology and Management 2023" ini hadir sebagai sebuah respons pedagogis yang terstruktur terhadap tantangan tersebut. Latar belakang masalah yang secara implisit diangkat adalah adanya kesenjangan antara pendidikan teknik sipil tradisional yang sering kali berfokus pada aspek desain dan rekayasa, dengan kebutuhan industri akan para pemimpin proyek yang juga mahir dalam manajemen strategis, keuangan, dan kualitas.
Kerangka teoretis yang diusung oleh kurikulum ini adalah pendekatan pendidikan yang holistik dan terintegrasi. Alih-alih memperlakukan teknologi dan manajemen sebagai dua disiplin yang terpisah, program ini secara sadar merajut keduanya ke dalam satu jalinan kurikulum yang koheren. Hipotesis yang mendasari desain kurikulum ini adalah bahwa dengan membekali mahasiswa dengan fondasi yang kuat di berbagai domain—mulai dari akuntansi konstruksi hingga struktur pracetak—lulusan yang dihasilkan akan lebih siap untuk menavigasi dan memimpin dalam lingkungan proyek yang dinamis. Tujuan utama dari program ini, sebagaimana tercermin dalam struktur dan kontennya, adalah untuk mencetak generasi baru manajer konstruksi yang tidak hanya kompeten secara teknis tetapi juga cerdas secara manajerial.
Metodologi dan Kebaruan
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan dokumen ini adalah desain kurikulum sistematis. Pendekatan ini melibatkan identifikasi kompetensi inti yang dibutuhkan oleh industri, yang kemudian diterjemahkan ke dalam serangkaian mata kuliah wajib dan pilihan yang terstruktur. Struktur program ini sendiri mencerminkan sebuah alur pembelajaran yang logis, yang dibagi ke dalam beberapa semester dan kategori mata kuliah, termasuk mata kuliah inti program, pilihan program, dan komponen penelitian seperti seminar dan disertasi.
Setiap mata kuliah didefinisikan dengan jelas melalui silabus terperinci, yang menguraikan tujuan pembelajaran, topik-topik utama, dan hasil yang diharapkan. Penilaian terhadap penguasaan materi oleh mahasiswa dilakukan melalui kombinasi perkuliahan (L - Lecture), tutorial (T - Tutorial), dan praktik/laboratorium (P - Practical), yang bobotnya dikuantifikasi dalam bentuk kredit.
Kebaruan dari kurikulum ini tidak terletak pada penemuan satu konsep tunggal, melainkan pada sintesisnya yang komprehensif. Dengan secara eksplisit memasukkan mata kuliah seperti "Construction Accounting" dan "Strategic Management Concepts" ke dalam program magister teknologi, kurikulum ini secara inovatif menjembatani kesenjangan antara ruang rekayasa dan ruang rapat dewan direksi, sebuah pendekatan yang sangat relevan namun sering kali kurang terwakili dalam program teknik tradisional.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis terhadap struktur dan isi silabus dari kurikulum ini menghasilkan identifikasi beberapa pilar pengetahuan utama yang menjadi fondasi program.
Pilar Manajemen Bisnis dan Keuangan: Salah satu temuan yang paling menonjol adalah penekanan yang kuat pada literasi bisnis dan keuangan yang spesifik untuk industri konstruksi. Mata kuliah seperti Construction Accounting secara mendalam membahas topik-topik krusial seperti laporan laba rugi, neraca, analisis rasio keuangan, dan manajemen arus kas. Demikian pula, mata kuliah Strategic Management Concepts membekali mahasiswa dengan pemahaman tentang tujuan strategis, analisis lingkungan eksternal dan internal, serta formulasi dan implementasi strategi. Pilar ini secara langsung menjawab kebutuhan industri akan manajer yang tidak hanya dapat membangun, tetapi juga dapat mengelola bisnis konstruksi secara menguntungkan.
Pilar Teknologi dan Metode Konstruksi Lanjutan: Kurikulum ini memastikan bahwa mahasiswa tetap berada di garis depan inovasi teknis. Mata kuliah pilihan seperti Prefabricated Structures memperkenalkan konsep-konsep modern seperti komponen pracetak, modularitas, dan teknik penyambungan, yang sangat relevan dengan tren konstruksi efisien saat ini. Selain itu, mata kuliah seperti Formwork and false work, Temporary work systems memberikan pengetahuan praktis yang mendalam mengenai sistem kerja sementara yang merupakan aspek kritis namun sering kali kompleks dalam pelaksanaan proyek.
Pilar Kualitas dan Keberlanjutan: Penekanan pada kualitas tertanam kuat dalam kurikulum melalui mata kuliah Quality Management. Silabusnya mencakup studi tentang para "guru kualitas" (Quality Gurus), kebijakan kualitas dalam industri konstruksi, dan kepuasan konsumen. Ini menunjukkan bahwa program ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya fokus pada penyelesaian proyek, tetapi juga pada penyampaian produk dengan standar keunggulan tertinggi.
Pilar Penelitian dan Pengembangan Profesional: Komponen wajib seperti Seminar dan Dissertation berfungsi sebagai puncak dari pengalaman belajar. Komponen-komponen ini menuntut mahasiswa untuk tidak hanya menyerap pengetahuan tetapi juga untuk menghasilkan pengetahuan baru, melakukan penelitian independen, dan mengkomunikasikan temuan mereka secara efektif. Ini mempersiapkan mereka untuk peran kepemimpinan di masa depan yang menuntut kemampuan analisis kritis dan inovasi.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Sebagai sebuah dokumen kurikulum, keterbatasan utamanya adalah bahwa ia menyajikan sebuah rencana ideal (das Sollen) tanpa menyediakan data mengenai implementasi aktualnya (das Sein). Dokumen ini tidak memberikan informasi mengenai hasil belajar mahasiswa, tingkat keberhasilan lulusan di dunia kerja, atau umpan balik dari industri terhadap efektivitas program.
Secara kritis, meskipun cakupannya luas, kurikulum ini dapat diperkaya lebih lanjut dengan penekanan yang lebih eksplisit pada topik-topik yang sedang berkembang pesat seperti keberlanjutan dan konstruksi hijau, serta integrasi mendalam dari alat-alat digitalisasi canggih seperti Building Information Modeling (BIM) tingkat lanjut dan Kecerdasan Buatan (AI) dalam manajemen proyek.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, kurikulum ini memiliki implikasi yang signifikan. Ia berfungsi sebagai sebuah model atau cetak biru yang berharga bagi institusi pendidikan tinggi lainnya yang ingin mengembangkan atau mereformasi program pascasarjana di bidang manajemen konstruksi. Bagi industri, dokumen ini memberikan gambaran yang jelas mengenai profil kompetensi yang dapat diharapkan dari lulusan program ini, sehingga memudahkan proses rekrutmen dan pengembangan talenta.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara efektif meletakkan dasar untuk serangkaian studi evaluatif. Penelitian selanjutnya harus berfokus pada pengukuran dampak dari kurikulum ini, misalnya melalui studi pelacakan (tracer studies) terhadap alumni untuk menilai kesuksesan karir mereka, survei kepada para pemberi kerja untuk mengukur tingkat kepuasan mereka terhadap kompetensi lulusan, dan analisis kuantitatif terhadap kinerja akademik mahasiswa selama program berlangsung.
Sumber
Construction Technology and Management 2023. (2023). Dokumen Kurikulum Program M.Tech.
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Bagaimana sebuah negara kecil pasca-Soviet dengan sumber daya terbatas berhasil mentransformasikan sistem pendidikannya menjadi salah satu yang berkinerja tertinggi di dunia, secara konsisten menduduki peringkat teratas dalam penilaian PISA? Pertanyaan ini menjadi titik berangkat dari studi kasus komprehensif yang disajikan oleh Eve Eisenschmidt dkk. dalam "Aim High and Work Hard: Building a World-Class Learning System in Estonia." Latar belakang masalah yang diangkat bukanlah kegagalan, melainkan sebuah keberhasilan yang luar biasa yang menuntut dekonstruksi dan pemahaman mendalam.
Kerangka teoretis yang diusung oleh para penulis adalah bahwa kesuksesan Estonia bukanlah hasil dari satu reformasi tunggal atau kebijakan "peluru perak," melainkan buah dari sebuah ekosistem yang kompleks dan saling terkait.
Studi ini mengidentifikasi beberapa kualitas kunci yang menjadi fondasi sistem pembelajaran Estonia:
(1) latar belakang historis-budaya yang menanamkan pola pikir "bertujuan tinggi dan bekerja keras"; (2) dukungan sosial yang luas terhadap pendidikan sebagai pilar pembangunan nasional; (3) titik balik pada tahun 1990-an yang memberikan otonomi luas kepada para pendidik; (4) tata kelola yang berbasis bukti dan berorientasi pada kesetaraan; serta (5) jaringan sekolah yang beragam dan responsif. Dengan demikian, tujuan utama dari studi kasus ini adalah untuk menyajikan sebuah analisis yang holistik dan multi-dimensi, memetakan bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi untuk menciptakan dan mempertahankan sistem pembelajaran kelas dunia.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif yang mendalam, dengan menggunakan pendekatan sintesis pengetahuan (knowledge synthesis). Alih-alih melakukan eksperimen baru, para penulis secara sistematis mengumpulkan, menganalisis, dan merajut informasi dari berbagai sumber untuk membangun sebuah narasi yang koheren. Proses pengumpulan data ini mencakup tinjauan terhadap dokumen-dokumen historis, analisis kerangka hukum dan kebijakan pendidikan (seperti kurikulum nasional dan undang-undang pendidikan), interpretasi data kinerja (misalnya, hasil ujian nasional dan PISA), serta sintesis dari berbagai analisis ilmiah dan bukti penelitian yang ada.
Struktur laporan itu sendiri mencerminkan pendekatan metodologisnya, di mana setiap bab secara tematis membedah komponen-komponen kunci dari sistem—mulai dari tata kelola, kurikulum, penilaian, hingga profesi guru dan isu kesetaraan. Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada kontribusinya sebagai sebuah sintesis yang komprehensif dan kaya konteks. Dengan menghubungkan secara erat antara akar budaya, evolusi kebijakan, dan praktik di lapangan, penelitian ini berhasil melampaui deskripsi kebijakan yang dangkal dan menyajikan sebuah potret yang hidup dan bernuansa mengenai "bagaimana" dan "mengapa" sistem pendidikan Estonia berhasil.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis mendalam terhadap sistem pendidikan Estonia menghasilkan identifikasi beberapa pilar fundamental yang menjadi penopang keberhasilannya.
Otonomi yang Terstruktur dan Berbasis Kepercayaan: Salah satu temuan yang paling menonjol adalah tingkat otonomi yang tinggi yang diberikan kepada sekolah dan guru. Pasca-kemerdekaan dari Uni Soviet, Estonia secara sadar bergerak menuju desentralisasi, memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum mereka sendiri (dalam kerangka nasional), mengelola anggaran, dan merancang pengembangan profesional. Guru memiliki otonomi penuh atas metode pengajaran, materi, dan penilaian di dalam kelas. Otonomi ini bukan berarti tanpa arah; ia dibingkai oleh standar profesional yang tinggi dan sistem umpan balik berbasis data, yang mencerminkan kepercayaan mendalam pada profesionalisme pendidik.
Tata Kelola Berbasis Data, Bukan Hukuman: Meskipun memberikan otonomi yang luas, negara tetap memainkan peran penting sebagai fasilitator dan pemantau. Namun, pendekatan yang digunakan bukanlah inspeksi top-down yang bersifat menghakimi. Sebaliknya, tata kelola didasarkan pada pengumpulan data yang sistematis—seperti hasil ujian negara, tes diagnostik, dan survei kepuasan—yang kemudian digunakan sebagai umpan balik bagi sekolah untuk proses evaluasi diri dan perbaikan berkelanjutan. Fokus utamanya adalah pada peningkatan, bukan hukuman, dengan penekanan yang sangat kuat pada prinsip kesetaraan (equity) untuk memastikan semua siswa memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas.
Kurikulum yang Menuntut namun Fleksibel: Kurikulum nasional Estonia berfungsi sebagai sebuah kerangka kerja (framework), bukan sebagai skrip yang kaku. Ia menetapkan ekspektasi pembelajaran yang tinggi dengan basis akademis yang kuat, namun memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan guru untuk berinovasi dan menyesuaikan konten dengan konteks lokal. Selain pengetahuan berbasis mata pelajaran, kurikulum ini secara eksplisit mengamanatkan pengembangan kompetensi umum (misalnya, belajar untuk belajar, kompetensi komunikasi) dan topik lintas kurikulum (misalnya, perencanaan karir) untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan.
Standar Profesi Guru yang Tinggi dan Dukungan Berkelanjutan: Profesi guru di Estonia sangat dihargai dan menuntut kualifikasi yang tinggi (umumnya gelar Master). Proses untuk menjadi guru tidak berhenti setelah lulus; negara ini memiliki model induksi yang unik bagi guru pemula, yang mengintegrasikan bimbingan satu-satu di sekolah dengan pertemuan kelompok sejawat di universitas. Pengembangan profesional berkelanjutan juga menjadi bagian integral dari karir mengajar, dengan sekolah memiliki kebebasan untuk mengatur konten dan format pelatihan sesuai kebutuhan mereka.
Ekosistem Digital yang Terintegrasi dan Berwawasan ke Depan: Jauh sebelum pandemi, Estonia telah menjadi pelopor dalam digitalisasi pendidikan melalui program "Tiger Leap" pada tahun 1990-an. Saat ini, fokusnya telah bergeser dari sekadar penyediaan perangkat keras menjadi pembangunan ekosistem layanan daring yang saling terhubung (interoperable), yang mencakup materi pembelajaran digital, platform e-Schoolbag, dan pengembangan analitik pembelajaran (learning analytics) untuk mendukung pembelajaran yang lebih personal.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Sebagai sebuah studi kasus, keterbatasan utama dari penelitian ini adalah generalisasi temuannya. Keberhasilan model Estonia sangat tertanam dalam konteks historis, budaya, dan demografisnya yang unik. Pola pikir "bertujuan tinggi dan bekerja keras," misalnya, merupakan produk dari sejarah panjang perjuangan nasional yang tidak dapat dengan mudah direplikasi di tempat lain.
Secara kritis, karena sifatnya yang deskriptif dan sintetik, penelitian ini menunjukkan korelasi yang kuat antara berbagai kebijakan dengan hasil yang positif, namun tidak dapat membuktikan hubungan kausalitas dalam pengertian eksperimental yang ketat. Selain itu, sebagai sebuah narasi keberhasilan, studi ini mungkin kurang memberikan penekanan pada tantangan-tantangan yang sedang berlangsung atau kegagalan-kegagalan kebijakan yang mungkin terjadi di sepanjang jalan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat signifikan. Ia menawarkan sebuah model yang kaya dan bernuansa bagi para pembuat kebijakan pendidikan di seluruh dunia, yang menekankan pentingnya visi jangka panjang, kepercayaan pada profesionalisme guru, penggunaan data secara cerdas untuk perbaikan (bukan untuk pemeringkatan yang menghukum), dan pendekatan sistemik yang mengintegrasikan semua aspek ekosistem pendidikan.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalur. Studi komparatif yang mendalam antara model Estonia dengan model negara berkinerja tinggi lainnya (misalnya, Finlandia atau Singapura) dapat memberikan wawasan yang lebih kaya mengenai jalur-jalur berbeda menuju keunggulan. Selain itu, penelitian longitudinal yang melacak implementasi dan dampak dari strategi "Estonia 2035" yang baru akan sangat berharga untuk memahami bagaimana sistem yang sudah berhasil ini terus beradaptasi dan berevolusi.
Sumber
Eisenschmidt, E., Heidmets, M., Kasesalk, M., Kitsing, M., & Vanari, K. (2023). Aim High and Work Hard: Building a World-Class Learning System in Estonia. National Center on Education and the Economy.
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah inti dalam rekayasa geoteknik: kebutuhan untuk secara akurat menghitung kapasitas daya dukung tanah, yang didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menahan beban yang diberikan oleh pondasi. Pengetahuan yang akurat mengenai jenis dan sifat tanah menjadi prasyarat mutlak untuk desain yang aman. Salah satu metode investigasi yang paling umum digunakan adalah uji penetrasi konus atau sondir. Namun, dalam praktiknya, terdapat dua jenis ujung konus yang sering digunakan: konus tunggal (standar) dan bikonus (konus ganda). Bikonus memiliki keunggulan teoretis karena mampu memberikan informasi tambahan mengenai karakteristik tanah, khususnya gesekan lokal.
Masalah yang diangkat oleh penulis adalah kurangnya validasi statistik yang jelas mengenai apakah kedua alat ini menghasilkan data daya dukung yang sebanding. Dengan berlandaskan pada kerangka kerja statistik parametrik, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk menganalisis dan membandingkan secara komparatif hasil pengujian sondir yang menggunakan konus dan bikonus untuk menilai apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kapasitas daya dukung tanah yang terukur. Hipotesis nol (H0) yang diajukan adalah bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata hasil dari kedua metode tersebut.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan komparatif. Desain penelitian melibatkan pelaksanaan uji sondir di lokasi yang sama dengan menggunakan kedua jenis alat—konus dan bikonus—untuk memastikan bahwa perbandingan dilakukan pada kondisi tanah yang identik.
Metode analisis data utama yang digunakan adalah uji-t sampel tidak berpasangan (independent sample t-test), sebuah teknik statistik yang dirancang khusus untuk membandingkan dua nilai rata-rata dari sampel yang tidak saling berpasangan. Analisis ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak statistik SPSS. Kriteria pengambilan keputusan statistik ditetapkan dengan jelas: jika nilai signifikansi (Sig.) yang dihasilkan lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti tidak ada perbedaan signifikan. Sebaliknya, jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak, yang mengindikasikan adanya perbedaan yang signifikan.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada aplikasi metodologisnya yang rigor untuk menjawab sebuah pertanyaan praktis di bidang teknik sipil. Dengan menerapkan uji statistik formal pada data lapangan, penelitian ini berhasil melampaui perbandingan anekdotal dan menyajikan sebuah kesimpulan berbasis bukti mengenai kesetaraan fungsional dari kedua alat uji tersebut.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data statistik dari hasil pengujian lapangan menghasilkan temuan yang sangat jelas dan konklusif.
Statistik Deskriptif: Data deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari pengujian menggunakan konus adalah 82,67, sementara nilai rata-rata dari pengujian menggunakan bikonus adalah 83,33. Perbedaan antara kedua nilai rata-rata ini sangat kecil.
Hasil Uji Hipotesis: Temuan utama dari penelitian ini adalah hasil dari uji-t independen. Nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) yang diperoleh dari analisis SPSS adalah 0,416.
Secara kontekstual, temuan ini sangat signifikan. Karena nilai signifikansi 0,416 jauh lebih besar dari tingkat alfa yang ditetapkan (α = 0,05), maka hipotesis nol (H0) diterima. Ini secara statistik membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengujian sondir yang menggunakan konus dan bikonus dalam menilai kapasitas daya dukung tanah. Dengan kata lain, kedua alat tersebut menghasilkan data yang secara statistik dapat dianggap setara untuk tujuan pengukuran ini.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun menyajikan analisis yang kuat, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, sebagai sebuah studi yang kemungkinan besar dilakukan pada satu lokasi dengan kondisi tanah tertentu, generalisasi temuannya ke jenis tanah lain (misalnya, tanah lempung lunak, pasir lepas, atau tanah dengan lapisan yang sangat bervariasi) harus dilakukan dengan hati-hati.
Secara kritis, fokus penelitian ini secara eksklusif pada perbandingan nilai akhir daya dukung. Meskipun ini menjawab pertanyaan utama, ia tidak mengeksplorasi nilai tambah dari data gesekan lokal yang hanya dapat disediakan oleh bikonus. Dalam praktik rekayasa geoteknik, data tambahan ini sering kali sangat berharga untuk klasifikasi tanah dan analisis yang lebih mendalam, sebuah aspek yang berada di luar cakupan analisis statistik ini.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas bagi para praktisi di lapangan. Temuan ini memberikan justifikasi berbasis bukti bahwa untuk tujuan utama menentukan kapasitas daya dukung, kedua alat tersebut dapat digunakan secara bergantian tanpa mengorbankan akurasi statistik. Hal ini dapat memberikan fleksibilitas dalam pemilihan peralatan berdasarkan ketersediaan atau pertimbangan biaya.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan. Studi replikasi yang menerapkan metodologi yang sama pada berbagai jenis dan kondisi tanah yang berbeda akan sangat berharga untuk menguji kekokohan dan generalisasi dari temuan ini. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat berfokus pada analisis kuantitatif mengenai nilai dan dampak dari data gesekan lokal yang disediakan oleh bikonus terhadap keputusan desain pondasi, sehingga memberikan gambaran yang lebih holistik mengenai keunggulan relatif dari setiap alat.
Sumber
Sucipto, Hidayati, N., & Kurniawan, D. (2024). Analisis Komparatif Pengujian Sondir Menggunakan Konus Dan Bikonus Dalam Menilai Kapasitas Daya Dukung Tanah. Jurnal Smart Teknologi, 5(3), 403-413.
Pembelajaran Digital
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah permasalahan fundamental yang dihadapi oleh sistem pendidikan tinggi di Indonesia: kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas secara komprehensif, yang mencakup input, proses, dan output. Para penulis mengidentifikasi bahwa di era digital, Learning Management System (LMS) telah menjadi alat yang tak terhindarkan, berfungsi sebagai platform teknologi informasi yang dirancang untuk mengelola dan mendukung setiap fase proses pembelajaran secara efektif. Di sisi lain, dalam konteks Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, faktor non-teknologi yang berakar pada nilai-nilai Islam, yaitu sikap Istiqamah, juga diposisikan sebagai variabel krusial. Istiqamah didefinisikan sebagai sikap teguh pendirian, berpegang pada kebenaran, dan komitmen yang konsisten, baik dalam perkataan, tindakan, maupun niat.
Dengan demikian, kerangka teoretis yang diusung oleh studi ini bersifat sosio-teknis, yang secara unik berupaya untuk mengintegrasikan pengaruh dari sebuah alat digital (LMS) dengan sebuah konstruk nilai karakter (Istiqamah) untuk menjelaskan variabel hasil yang kompleks (Kualitas Pendidikan). Hipotesis yang diajukan adalah bahwa baik LMS maupun nilai sikap Istiqamah memiliki pengaruh positif terhadap kualitas pendidikan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan mengukur secara kuantitatif pengaruh dari kedua variabel independen tersebut, baik secara parsial maupun simultan, terhadap kualitas pendidikan.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan survei. Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada populasi target, yaitu mahasiswa aktif di seluruh fakultas di UIN SMH Banten.
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik statistik yang canggih, yaitu Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS. Pendekatan ini memungkinkan pengujian simultan terhadap model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model). Proses metodologisnya mencakup serangkaian uji validitas dan reliabilitas yang ketat untuk memastikan kualitas instrumen, termasuk validitas konvergen (berdasarkan nilai loading factor), reliabilitas komposit, Cronbach's Alpha, dan Average Variance Extracted (AVE).
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada sintesis konseptualnya yang orisinal. Dengan secara eksplisit memodelkan pengaruh gabungan dari sebuah variabel teknologi modern dengan sebuah variabel nilai keislaman tradisional, penelitian ini memberikan sebuah perspektif yang kaya konteks dan sangat relevan bagi institusi pendidikan tinggi berbasis agama yang sedang menavigasi proses transformasi digital.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data yang komprehensif menghasilkan temuan yang kuat pada tingkat model keseluruhan, namun menyajikan gambaran yang kompleks dan mengandung inkonsistensi dalam pelaporan pada tingkat pengaruh individual.
Pengaruh Gabungan yang Kuat: Temuan utama dari model struktural adalah bahwa variabel LMS dan nilai sikap Istiqamah secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Kualitas Pendidikan. Nilai R-Square yang diperoleh adalah 0.793, yang mengindikasikan bahwa kedua variabel independen tersebut secara kolektif mampu menjelaskan 79,3% dari varians dalam variabel Kualitas Pendidikan. Ini adalah temuan yang signifikan, yang menunjukkan bahwa kombinasi antara infrastruktur teknologi dan karakter pembelajar merupakan prediktor yang sangat kuat bagi persepsi kualitas pendidikan.
Inkonsistensi pada Pengaruh Individual: Analisis terhadap jalur pengaruh individual menyajikan hasil yang kontradiktif di berbagai bagian laporan.
Pada satu sisi (di bagian abstrak dan hasil uji hipotesis awal), dilaporkan bahwa baik LMS (dengan T-statistik 3.526 > 1.96 dan P-value 0.000 < 0.05) maupun nilai sikap Istiqamah (dengan T-statistik 5.665 > 1.96 dan P-value 0.000 < 0.05) masing-masing memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap Kualitas Pendidikan.
Namun, pada sisi lain (di bagian analisis Path Coefficients dan kesimpulan akhir), penulis menarik kesimpulan yang berbeda secara drastis. Dilaporkan bahwa LMS tidak secara signifikan mempengaruhi Kualitas Pendidikan, dan nilai Istiqamah juga ditemukan tidak memiliki pengaruh (dengan P-value 0.931 > 0.05).
Inkonsistensi pelaporan ini menjadi temuan yang paling menonjol secara metodologis, yang mengindikasikan adanya kemungkinan kesalahan dalam interpretasi atau penyajian data akhir.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan yang paling fundamental dari penelitian ini adalah adanya inkonsistensi internal yang signifikan dalam pelaporan hasil statistiknya. Kontradiksi antara hasil uji hipotesis awal dengan kesimpulan akhir mengenai pengaruh parsial dari LMS dan Istiqamah membuat interpretasi temuan menjadi sangat sulit dan mengurangi keandalan kesimpulan spesifiknya.
Selain itu, beberapa keterbatasan lain dapat diidentifikasi. Pertama, penelitian ini sepenuhnya bergantung pada data persepsi dari mahasiswa untuk mengukur ketiga konstruk, termasuk "Kualitas Pendidikan" yang merupakan konsep yang sangat luas dan multi-dimensi. Kedua, detail mengenai metode sampling dan ukuran sampel akhir tidak disajikan secara rinci, yang membatasi kemampuan untuk menilai generalisasi temuan. Terakhir, sifat penelitian yang bersifat cross-sectional hanya dapat mengidentifikasi hubungan asosiatif, bukan hubungan kausalitas yang definitif.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Meskipun terdapat kelemahan dalam pelaporan, penelitian ini secara praktis memberikan implikasi yang berharga. Ia menegaskan bahwa dalam upaya peningkatan mutu, institusi pendidikan tinggi (khususnya yang berbasis agama) perlu mempertimbangkan secara seimbang antara investasi dalam infrastruktur teknologi dengan program-program pembinaan karakter. Diskusi dalam paper ini mengenai bagaimana LMS dapat digunakan untuk mendukung internalisasi nilai-nilai seperti Istiqamah (misalnya, melalui forum diskusi atau pelacakan kemajuan) menawarkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara jelas menggarisbawahi perlunya studi replikasi yang dilakukan dengan rigor metodologis yang lebih tinggi dan pelaporan yang konsisten untuk mengklarifikasi hubungan kausal yang sebenarnya. Selain itu, penelitian kualitatif melalui studi kasus mendalam dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya mengenai bagaimana dan mengapa sikap Istiqamah (atau ketiadaannya) berinteraksi dengan penggunaan teknologi pembelajaran dalam membentuk pengalaman dan hasil belajar mahasiswa.
Sumber
Ansori, A., Tarihoran, N., & Nugraha, E. (2024). The Influence of Learning Management Systems (LMS) and the Value of Istiqamah Attitude on the Quality of Education. International Journal of Education, Teaching, and Social Science, 4(1).
Manajemen Proyek Konstruksi
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah dilema fundamental dalam manajemen proyek konstruksi: kebutuhan akan data produktivitas yang andal sering kali berbenturan dengan realitas di lapangan, di mana metode pengukuran non-ilmiah (seperti menghitung jumlah produksi harian) lebih sering digunakan karena dianggap lebih cepat. Padahal, metode ilmiah seperti
Crew Balance Chart (CBC) menawarkan wawasan yang jauh lebih mendalam. Sebagaimana didefinisikan oleh Yates (2014) dan Dozzi & AbouRizk (1993), CBC adalah sebuah teknik untuk mencatat dan menganalisis aktivitas setiap anggota kru dan peralatan selama periode waktu tertentu, dengan tujuan utama untuk mengidentifikasi kapan pekerja melakukan tugas secara efektif dan kapan terjadi waktu non-produktif.
Masalah inti yang diidentifikasi oleh para penulis adalah bahwa meskipun CBC sangat bermanfaat, proses pengolahan datanya secara konvensional—yang melibatkan transkripsi manual dan perhitungan—sangat memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan, sehingga menjadi penghalang utama adopsinya secara luas. Dengan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan memperkenalkan dan mengevaluasi sebuah solusi digital: aplikasi berbasis Android bernama CBC Calculator. Hipotesis implisit yang diajukan adalah bahwa penggunaan alat bantu digital ini akan secara signifikan meningkatkan efisiensi (yaitu, mengurangi waktu yang dibutuhkan) dalam proses pengolahan data untuk pengukuran produktivitas menggunakan metode CBC.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimental. Desain penelitian melibatkan perbandingan langsung antara dua metode pengolahan data yang berasal dari rekaman video aktivitas konstruksi:
Metode Konvensional: Melibatkan proses manual seperti mencatat durasi aktivitas ke dalam tabel, memindahkan data ke Microsoft Excel, dan mengolahnya untuk menghasilkan diagram batang CBC.
Metode dengan Alat Bantu: Melibatkan penggunaan aplikasi CBC Calculator, di mana pengguna dapat langsung memasukkan nama pekerjaan dan menekan tombol untuk setiap siklus aktivitas, dan aplikasi secara otomatis mengolah data tersebut untuk menghasilkan diagram batang CBC.
Untuk memastikan validitas temuan, eksperimen ini dilakukan sebanyak empat kali pengulangan untuk setiap metode. Pendekatan ini sangat penting karena memungkinkan peneliti untuk mengamati dan memperhitungkan adanya kurva belajar (learning curve), di mana efisiensi pengguna cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya pengulangan. Variabel dependen utama yang diukur adalah durasi pengerjaan (dalam detik) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh tahap pengolahan data.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada kontribusinya yang sangat praktis. Dengan merancang, membangun, dan kemudian menguji secara empiris sebuah alat digital yang dapat diakses (aplikasi Android), penelitian ini menawarkan sebuah solusi konkret untuk masalah yang telah lama diketahui dalam praktik manajemen konstruksi, sehingga menjembatani kesenjangan antara metode ilmiah yang rigor dengan kebutuhan akan efisiensi di lapangan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data dari eksperimen perbandingan menghasilkan temuan yang sangat jelas dan signifikan secara statistik.
Peningkatan Efisiensi yang Drastis: Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan CBC Calculator secara dramatis lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional. Data dari pengulangan keempat—yang dianggap paling merepresentasikan kondisi normal setelah kurva belajar terbentuk—menunjukkan bahwa metode konvensional membutuhkan waktu 17.000 detik, sementara metode dengan alat bantu hanya membutuhkan 2.000 detik. Ini merupakan peningkatan efisiensi yang luar biasa, di mana alat digital mampu menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang jauh lebih singkat.
Validasi Adanya Kurva Belajar: Temuan penting lainnya adalah konfirmasi adanya kurva belajar yang jelas pada kedua metode. Durasi pengerjaan untuk kedua metode secara konsisten menurun dari pengulangan pertama hingga keempat, dan cenderung stabil pada pengulangan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan yang dilakukan pada pengulangan keempat memberikan gambaran yang akurat mengenai potensi efisiensi alat setelah pengguna terbiasa dengan antarmukanya.
Secara kontekstual, temuan ini memberikan bukti empiris yang kuat bahwa digitalisasi pada tahap pengolahan data dapat secara signifikan mengurangi beban kerja dan waktu yang terkait dengan metode pengukuran produktivitas ilmiah. Penghematan waktu yang masif ini berpotensi membuat metode CBC menjadi jauh lebih menarik dan layak untuk diimplementasikan secara rutin oleh para manajer proyek di lapangan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun menyajikan temuan yang kuat, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, sebagai sebuah studi yang dilakukan dalam lingkungan simulasi terkontrol, generalisasi temuannya ke kondisi lapangan yang sebenarnya harus dilakukan dengan hati-hati. Faktor-faktor seperti gangguan di lokasi proyek, kondisi pencahayaan, atau keterbatasan perangkat mungkin mempengaruhi kinerja aplikasi di dunia nyata.
Secara kritis, penelitian ini berfokus secara eksklusif pada efisiensi tahap pengolahan data. Perlu dicatat bahwa tahap pengumpulan data awal (yaitu, observasi dan perekaman video aktivitas kru) masih merupakan proses manual yang memakan waktu. Meskipun CBC Calculator berhasil merampingkan satu bagian dari alur kerja, efisiensi keseluruhan dari metode CBC dari awal hingga akhir masih bergantung pada proses pengumpulan data di lapangan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat langsung. CBC Calculator terbukti menjadi alat yang efektif dan efisien yang dapat membantu para praktisi konstruksi untuk mengadopsi metode pengukuran produktivitas yang lebih ilmiah tanpa harus mengorbankan waktu yang berharga.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan yang menjanjikan. Pertama, diperlukan studi validasi di lapangan (field studies) untuk menguji keandalan dan kegunaan aplikasi ini dalam proyek-proyek konstruksi yang nyata. Kedua, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi pengembangan fitur-fitur tambahan pada aplikasi, seperti kemampuan untuk mencatat waktu aktivitas secara langsung selama observasi (mengeliminasi kebutuhan akan video), atau integrasi dengan teknologi lain seperti analitik data untuk memberikan rekomendasi perbaikan produktivitas secara otomatis.
Sumber
Aziz, M. A., Januardi, R., & Alium, M. S. (2024). Efisiensi Penggunaan CBC Calculator sebagai Alat Bantu Pengukuran Produktivitas Metode Crew Balance Chart. Journal of Infrastructure Policy and Management, 7(2), 125-138. DOI: 10.35166/jipm.v7i2.593
Pendidikan Digital & Teknologi Informasi
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah praktis yang dihadapi oleh universitas modern: bagaimana cara mengintegrasikan sumber daya dari MOOCs ke dalam lingkungan LMS yang sudah ada secara efektif. Para penulis mengidentifikasi bahwa model desain untuk integrasi semacam ini bukanlah sekadar platform teknis, melainkan sebuah lingkungan yang kompleks yang harus mempertimbangkan berbagai komponen teknologi dan kebutuhan pemangku kepentingan (dosen dan mahasiswa). Kegagalan dalam memahami faktor-faktor yang mendorong penerimaan teknologi ini dapat berujung pada adopsi yang rendah dan investasi yang sia-sia.
Untuk mengatasi masalah ini, kerangka teoretis yang diusung oleh studi ini adalah sebuah model hibrida yang inovatif, yang menggabungkan dua teori adopsi teknologi yang telah mapan: Technology Acceptance Model (TAM) dan Task-Technology Fit (TTF). TAM, yang merupakan model yang paling dominan dan prediktif dalam literatur, berfokus pada bagaimana persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) mempengaruhi niat untuk mengadopsi sebuah teknologi. Namun, penulis berargumen bahwa TAM saja tidak cukup. Oleh karena itu, mereka mengintegrasikannya dengan model TTF, yang menambahkan dimensi kesesuaian antara karakteristik tugas (Task Characteristics) dan karakteristik teknologi (Technology Characteristics) sebagai prediktor utama. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah bahwa faktor-faktor dari kedua model ini—karakteristik tugas, karakteristik teknologi, kesesuaian tugas-teknologi, persepsi kemudahan penggunaan, dan persepsi kegunaan—secara signifikan mempengaruhi niat untuk mengadopsi model integrasi LMS-MOOC yang diusulkan.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan survei untuk menguji model konseptual yang telah dirumuskan. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebar kepada para pemangku kepentingan, termasuk mahasiswa, dosen, dan ahli rekayasa perangkat lunak.
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik statistik Structural Equation Modeling (SEM), yang memungkinkan pengujian simultan terhadap hubungan kausal yang kompleks antar berbagai variabel laten (konstruk). Proses metodologisnya mencakup evaluasi model pengukuran (measurement model) untuk memastikan validitas dan reliabilitas instrumen, diikuti oleh evaluasi model struktural (structural model) untuk menguji hipotesis penelitian.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru dari awal, melainkan pada sintesis dan aplikasinya yang spesifik. Dengan menggabungkan TAM dan TTF untuk mengevaluasi sebuah artefak desain perangkat lunak dalam konteks pendidikan tinggi, penelitian ini memberikan sebuah kerangka kerja yang lebih komprehensif dan bernuansa dibandingkan studi-studi yang hanya mengandalkan satu model saja. Selain itu, pendekatan yang melibatkan para pemangku kepentingan sejak tahap elisitasi kebutuhan hingga evaluasi akhir menunjukkan sebuah praktik rekayasa perangkat lunak yang berpusat pada pengguna.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data kuantitatif menghasilkan serangkaian temuan yang memberikan wawasan mendalam mengenai dinamika adopsi model integrasi ini.
Pengaruh Konstruk TTF: Ditemukan bahwa baik Karakteristik Tugas maupun Karakteristik Teknologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kesesuaian Tugas-Teknologi (TTF). Hal ini mengonfirmasi validitas inti dari model TTF dalam konteks ini, menunjukkan bahwa persepsi mengenai seberapa baik teknologi tersebut cocok untuk tugas-tugas pembelajaran sangat bergantung pada fitur-fitur spesifik dari teknologi dan sifat dari tugas itu sendiri.
Peran Sentral Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness): Sejalan dengan banyak studi TAM sebelumnya, Persepsi Kegunaan ditemukan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap Niat untuk Mengadopsi model tersebut. Ini menegaskan bahwa faktor terpenting yang mendorong penerimaan adalah keyakinan pengguna bahwa sistem tersebut akan benar-benar membantu mereka meningkatkan kinerja belajar atau mengajar.
Temuan Kontra-Intuitif: Insignifikansi Kemudahan Penggunaan: Salah satu temuan yang paling menarik dan bertentangan dengan model TAM klasik adalah bahwa hubungan antara Persepsi Kemudahan Penggunaan dengan Niat untuk Mengadopsi ditemukan negatif dan tidak signifikan secara statistik.
Secara kontekstual, temuan ini sangat signifikan. Ia menyiratkan bahwa dalam konteks pendidikan tinggi, di mana para pengguna (dosen dan mahasiswa) sangat termotivasi oleh hasil, kemudahan penggunaan sebuah sistem menjadi faktor sekunder. Selama sebuah alat terbukti sangat berguna dan efektif dalam mendukung proses pembelajaran, para pengguna bersedia untuk mengatasi kurva belajar atau antarmuka yang kurang intuitif. Sebaliknya, sistem yang mudah digunakan namun tidak menawarkan nilai tambah yang jelas kemungkinan besar akan diabaikan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun menyajikan analisis yang kuat, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, sebagai sebuah studi yang kemungkinan besar dilakukan dalam konteks geografis dan institusional yang spesifik, generalisasi temuannya ke lingkungan pendidikan lain harus dilakukan dengan hati-hati. Kedua, ketergantungan pada data survei berarti bahwa hasil yang diperoleh didasarkan pada persepsi dan niat, bukan pada perilaku adopsi aktual dalam jangka panjang.
Secara kritis, temuan mengenai insignifikansi kemudahan penggunaan merupakan hasil yang provokatif yang menuntut eksplorasi lebih lanjut. Penelitian kualitatif di masa depan dapat menggali lebih dalam untuk memahami mengapa faktor ini tidak menjadi pendorong utama dalam konteks ini, apakah karena tingkat literasi digital yang tinggi di kalangan responden, atau karena sifat tugas yang begitu menantang sehingga manfaat fungsional jauh lebih diutamakan daripada kemudahan interaksi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas bagi para pengembang perangkat lunak pendidikan dan administrator universitas. Pesan utamanya adalah: prioritaskan fungsionalitas dan kegunaan di atas segalanya. Dalam merancang dan memilih sistem integrasi, fokus utama harus diberikan pada fitur-fitur yang secara langsung mendukung tujuan pedagogis dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan. Studi replikasi di berbagai negara dan jenis institusi akan sangat berharga untuk menguji kekokohan model hibrida TAM-TTF ini. Selain itu, penelitian longitudinal yang melacak adopsi aktual dari waktu ke waktu dapat memberikan validasi yang lebih kuat terhadap hubungan antara niat dan perilaku. Terakhir, investigasi lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memoderasi hubungan antara kemudahan penggunaan dan niat adopsi (misalnya, pengalaman teknologi sebelumnya atau kompleksitas tugas) akan menjadi kontribusi yang signifikan bagi literatur.
Sumber
Rugube, T. T., & Govender, D. (2022). Evaluation of a Software Model for Integrating Learning Management Systems and Massive Open Online Courses. International Journal of Innovative Research and Scientific Studies, 5(3), 170-183.