Teknik Industri

Sustainability dan Modal Sosial: Membangun Ulang Industri Konstruksi melalui Relasi dan Kepercayaan

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Menyatukan Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial dalam Konstruksi Modern

Dalam dunia yang makin digerakkan oleh tuntutan keberlanjutan, industri konstruksi, yang selama ini dikenal sebagai sektor dengan jejak karbon dan dampak sosial-ekonomi besar, dihadapkan pada tantangan mendasar: bagaimana bertransformasi menjadi lebih berkelanjutan secara holistik?

Aleksandar Mitic, melalui tesisnya, mencoba menjawab tantangan tersebut dengan menyelidiki peran modal sosial (social capital) dalam mendukung transformasi menuju corporate sustainability di industri konstruksi Denmark. Studi ini menggabungkan pendekatan teoretis dan praktis untuk menunjukkan bahwa hubungan antarmanusia dan jaringan kepercayaan bukan hanya pelengkap, melainkan pendorong utama dalam membentuk keberlanjutan korporasi.

Kerangka Teoretis: Corporate Sustainability dan Modal Sosial

Corporate Sustainability sebagai Kerangka Tiga Dimensi

Penulis mendefinisikan keberlanjutan korporasi (CS) sebagai integrasi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup dalam praktik bisnis. Tujuannya bukan semata-mata pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tetapi penciptaan nilai jangka panjang yang seimbang bagi pemangku kepentingan.

Tiga dimensi yang menjadi dasar CS menurut penulis adalah:

  1. Dimensi Lingkungan: pengurangan emisi, efisiensi sumber daya, konstruksi ramah lingkungan.

  2. Dimensi Sosial: keselamatan kerja, kesejahteraan karyawan, partisipasi komunitas.

  3. Dimensi Ekonomi: profitabilitas, efisiensi proses, dan daya saing jangka panjang.

Social Capital: Hubungan Sebagai Aset Strategis

Social capital didefinisikan sebagai “resources embedded in social networks” — sumber daya yang muncul dari hubungan interpersonal, kepercayaan, dan norma bersama. Penulis membagi modal sosial ke dalam tiga kategori:

  • Bonding social capital: keterikatan internal dalam kelompok yang homogen (misalnya antarpekerja)

  • Bridging social capital: hubungan antar kelompok berbeda dalam organisasi (misalnya manajer dan pekerja lapangan)

  • Linking social capital: koneksi vertikal antara organisasi dengan institusi (misalnya pemerintah, regulator)

📌 Refleksi teoretis: Dalam konteks konstruksi, relasi yang sehat antaraktornya bukan hanya menciptakan efisiensi, tapi menjadi landasan implementasi praktik keberlanjutan yang konsisten.

Metodologi: Studi Kualitatif Berbasis Studi Kasus

Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif, khususnya multiple case studies pada beberapa perusahaan konstruksi di Denmark. Data dikumpulkan melalui:

  • Wawancara semi-terstruktur dengan 19 narasumber dari berbagai perusahaan

  • Observasi terhadap praktik internal

  • Analisis dokumen internal dan laporan keberlanjutan

Alasan Pemilihan Denmark:

Denmark dikenal sebagai pelopor dalam kebijakan lingkungan dan memiliki industri konstruksi yang cukup maju dan terbuka terhadap inovasi sosial dan teknologi.

Hasil dan Analisis: Modal Sosial Sebagai Pengungkit Transformasi

1. Modal Sosial Meningkatkan Komitmen Terhadap Keberlanjutan

Mitic menemukan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi antarindividu lebih cenderung melakukan inovasi keberlanjutan. Ini termasuk penerapan material ramah lingkungan dan sistem kerja yang fleksibel.

📌 Makna teoritis: Ketika hubungan didasarkan pada kepercayaan, perubahan tidak dipaksakan oleh kebijakan, tetapi tumbuh dari inisiatif dan kesepakatan internal.

2. Bridging Capital Memfasilitasi Kolaborasi Lintas Fungsi

Studi menunjukkan bahwa tim lintas departemen yang memiliki komunikasi terbuka dapat menjembatani perbedaan tujuan antara aspek teknis dan strategis keberlanjutan. Proyek yang melibatkan teknisi dan manajer lingkungan secara aktif sejak awal lebih sukses mencapai target sustainability.

3. Linking Capital Meningkatkan Kepatuhan dan Inovasi

Hubungan baik antara perusahaan dengan pemerintah dan LSM membuka ruang untuk akses terhadap insentif, kemitraan proyek hijau, dan legitimasi publik. Beberapa perusahaan bahkan terlibat dalam proyek percontohan konstruksi nol-emisi.

Data Studi: Angka yang Menegaskan Relasi

  • 85% responden menyatakan bahwa hubungan interpersonal memengaruhi komitmen individu terhadap agenda keberlanjutan.

  • Perusahaan dengan tim keberlanjutan terintegrasi lebih sering mencatat peningkatan efisiensi energi >10% dalam dua tahun terakhir.

  • 14 dari 19 responden menekankan pentingnya forum informal (kopi pagi, diskusi mingguan) sebagai pemicu ide-ide berkelanjutan.

📌 Refleksi teoritis: Praktik kecil seperti ruang percakapan informal ternyata memainkan peran besar dalam membangun budaya keberlanjutan yang bukan top-down.

Narasi Argumentatif: Relasi sebagai Infrastruktur Tak Kasat Mata

Penulis menyusun argumen bahwa keberlanjutan tidak hanya ditentukan oleh teknologi atau kebijakan perusahaan, tetapi didorong secara fundamental oleh jaringan sosial yang mendukungnya. Infrastruktur fisik dalam konstruksi membutuhkan infrastruktur sosial berupa komunikasi, kepercayaan, dan kerja sama.

Dalam narasinya, Mitic menyampaikan bahwa fokus pada aspek relasional memungkinkan perusahaan untuk:

  • Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan

  • Mengurangi resistensi internal

  • Membentuk budaya keberlanjutan yang melekat

Daftar Poin Utama: Apa yang Dipelajari dari Studi Ini

  1. Social capital memperkuat keberlanjutan melalui hubungan antar individu dan institusi.

  2. Fungsi informal dalam perusahaan sama pentingnya dengan sistem formal dalam mendukung agenda hijau.

  3. Keberlanjutan bukan sekadar output teknis, melainkan hasil dari proses sosial yang panjang.

  4. Perusahaan dengan social capital tinggi memiliki keunggulan adaptif dan inovatif.

  5. Keterlibatan lintas departemen harus dirancang sejak tahap perencanaan proyek.

Kritik terhadap Pendekatan Penulis

Kekuatan:

  • Pemilihan tema yang unik dan relevan

  • Pendekatan multi-perspektif dari sisi manajemen, teknik, dan sosial

  • Penggabungan teori yang kuat dengan data empiris

Kelemahan:

  1. Jumlah responden terbatas (19 orang) dan tidak ada data kuantitatif lanjutan

  2. Fokus hanya pada perusahaan Denmark, membuat generalisasi hasil sulit untuk konteks lain

  3. Tidak ada eksplorasi mendalam mengenai gender atau keberagaman dalam social capital

📌 Opini: Meskipun studi ini kuat dari sisi kualitatif, akan sangat menarik jika diikuti oleh studi kuantitatif jangka panjang untuk melihat dampak ekonomi dari social capital terhadap ROI proyek berkelanjutan.

Potensi Ilmiah dan Praktis

Ilmiah:

  • Mendorong pendekatan lintas-disiplin dalam studi keberlanjutan

  • Memberi bukti bahwa aspek relasional penting dalam keberhasilan inisiatif lingkungan

  • Memperkaya literatur tentang peran modal sosial dalam sektor teknis

Praktis:

  • Menyediakan kerangka kerja yang bisa digunakan perusahaan untuk membangun budaya kolaboratif

  • Memberi dasar bagi kebijakan HR dan CSR dalam merancang pelatihan dan insentif berbasis hubungan

  • Menjadi acuan untuk regulator dalam mendesain program kemitraan publik-swasta

Kesimpulan: Membangun Keberlanjutan Dimulai dari Membangun Kepercayaan

Melalui tesis ini, Mitic menyampaikan pesan kuat bahwa keberlanjutan tidak akan berhasil tanpa relasi yang kuat. Dalam industri konstruksi, yang sering kali dikuasai oleh logika efisiensi dan struktur hierarkis, pendekatan berbasis modal sosial membawa perspektif segar: bahwa relasi manusia adalah fondasi dari transformasi berkelanjutan.

Ke depan, perusahaan konstruksi yang ingin bertahan bukan hanya perlu mengadopsi teknologi hijau, tapi juga harus menumbuhkan budaya kerja yang saling percaya, terbuka, dan kolaboratif.

Selengkapnya
Sustainability dan Modal Sosial: Membangun Ulang Industri Konstruksi melalui Relasi dan Kepercayaan

Teknik Industri

Quality by Design (QbD) dalam Industri Farmasi: Menata Ulang Mutu melalui Desain Proses yang Sistematis

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Dari Kendali Mutu Menuju Rancang Mutu

Dalam lanskap industri farmasi yang semakin kompleks dan dikendalikan oleh regulasi ketat, pendekatan tradisional terhadap mutu—yakni Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA)—tak lagi memadai sebagai satu-satunya fondasi. Penulis artikel ini mengajukan sebuah transisi filosofis dan praktis menuju paradigma baru, yaitu Quality by Design (QbD). Konsep ini tidak hanya menjanjikan peningkatan kualitas produk, tetapi juga efisiensi proses, pengurangan risiko, dan kepatuhan regulatori yang lebih baik.

Penulis menyampaikan bahwa QbD telah berkembang dari sekadar teori menjadi praktik yang diakui oleh badan regulasi global, termasuk US-FDA. Pendekatan ini menekankan bahwa mutu tidak hanya diuji di akhir proses, melainkan harus dibangun sejak awal melalui desain ilmiah dan pemahaman proses yang menyeluruh.

Kerangka Teoretis: Pilar Konseptual Quality by Design

Definisi dan Filosofi Dasar

QbD didefinisikan sebagai pendekatan sistematik untuk pengembangan produk yang dimulai dengan tujuan yang jelas dan menekankan pemahaman proses serta kendali berbasis data. Mutu dianggap sebagai karakteristik yang dapat dirancang dan dikendalikan—bukan sebagai hasil kebetulan.

Komponen Inti Quality by Design

Penulis merinci struktur konseptual QbD ke dalam elemen-elemen berikut:

  • Quality Target Product Profile (QTPP): Gambaran atribut produk jadi dari sudut pandang kualitas, keamanan, dan efikasi.

  • Critical Quality Attributes (CQAs): Properti fisik, kimia, biologi yang harus berada dalam batasan tertentu.

  • Critical Process Parameters (CPPs): Variabel proses yang memengaruhi CQA.

  • Design Space: Ruang parameter dan kondisi yang menghasilkan produk bermutu tanpa intervensi tambahan.

  • Control Strategy: Sistem kendali untuk menjaga CQA tetap dalam batas yang diinginkan.

  • Risk Assessment: Identifikasi dan mitigasi risiko terhadap mutu produk.

📌 Refleksi Konseptual: QbD bukan sekadar pendekatan teknis, tapi pergeseran filosofi dari deteksi mutu menjadi penciptaan mutu.

Kontribusi Ilmiah: Menerjemahkan QbD ke dalam Sistem Farmasi Praktis

Penulis memaparkan bagaimana QbD dapat diimplementasikan di berbagai tahap pengembangan farmasi:

1. Formulasi dan Pengembangan Produk

Penggunaan QTPP sebagai panduan awal memungkinkan tim pengembangan untuk secara proaktif merancang produk yang stabil, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan klinis. Penulis menyoroti bahwa pemahaman menyeluruh tentang bahan aktif (API) dan eksipien menjadi krusial dalam fase ini.

2. Desain Proses Manufaktur

QbD memperbolehkan fleksibilitas dalam menentukan kombinasi parameter proses melalui eksplorasi Design Space. Proses tidak lagi dianggap sebagai "kotak hitam", tetapi sebagai sistem yang transparan dan dapat dikendalikan secara prediktif.

3. Validasi dan Transfer Teknologi

Dengan QbD, validasi metode dan proses tidak lagi reaktif. Sebaliknya, metode analitik dikembangkan paralel dengan pemahaman proses, menjamin robustness sejak awal. Transfer teknologi pun menjadi lebih terstruktur karena berbasis pengetahuan, bukan hanya dokumentasi.

Penerapan QbD dalam Industri: Studi Praktis dan Refleksi Teoretis

Fokus pada Tablet Sebagai Bentuk Sediaan

Penulis menggunakan contoh tablet sebagai bentuk sediaan paling umum untuk menunjukkan bagaimana QbD dapat diterapkan. Dalam konteks ini, QTPP mencakup:

  • Profil disolusi

  • Stabilitas kimia

  • Bioavailabilitas

  • Ukuran dan bentuk tablet

Dari sini, atribut seperti waktu hancur, kekerasan tablet, dan kadar zat aktif diturunkan sebagai CQA, lalu diuji terhadap variasi proses seperti kecepatan pencampuran atau tekanan tabletasi.

📌 Interpretasi Teoretis: QbD memungkinkan alur sistematis dari spesifikasi produk ke pengendalian proses dengan dasar statistik dan ilmiah.

Pengaruh Regulasi dan Pengakuan Global

Artikel ini juga menyampaikan bagaimana QbD mendapatkan tempat dalam regulasi:

  • US FDA mendorong pendekatan ini melalui panduan seperti Pharmaceutical cGMPs for the 21st Century.

  • EMA dan otoritas internasional lainnya mengakui konsep Design Space sebagai bagian dari file registrasi obat.

Penulis menggarisbawahi bahwa penerapan QbD memfasilitasi pengajuan dokumen yang lebih transparan dan berpotensi mengurangi inspeksi karena proses telah tervalidasi secara ilmiah.

Daftar Poin: Manfaat Strategis Quality by Design

  1. Meningkatkan robustitas proses produksi

  2. Mengurangi jumlah batch gagal

  3. Mempercepat time-to-market

  4. Meningkatkan kepercayaan regulator

  5. Memfasilitasi continuous improvement

  6. Mempercepat scale-up dan transfer teknologi

Kritik dan Opini terhadap Metodologi Penulis

Kekuatan Tulisan:

  • Penyusunan ide sistematis dari definisi, teori, hingga praktik

  • Penjelasan yang mencakup semua komponen utama QbD

  • Penggabungan aspek teknis dan regulatori dalam narasi utuh

Keterbatasan:

  1. Kurangnya ilustrasi numerik atau studi kasus nyata (misalnya, aplikasi QbD dalam pengembangan tablet parasetamol atau antibiotik).

  2. Tidak disinggung tantangan implementasi QbD di perusahaan skala kecil atau menengah.

  3. Pendekatan masih bersifat normatif, belum disertai data kualitatif atau kuantitatif dari hasil penerapan.

📌 Saran: Tambahan analisis tentang hambatan nyata di lapangan atau kebutuhan pelatihan SDM dalam menerapkan QbD akan memperkaya isi artikel.

Makna Teoretis: Perubahan Paradigma dalam Farmasi Modern

Melalui artikel ini, dapat dilihat bahwa QbD adalah manifestasi perubahan mendasar dalam pengembangan farmasi. Jika sebelumnya pengujian dilakukan untuk mendeteksi masalah, kini proses dirancang untuk mencegah terjadinya masalah sejak awal.

QbD membawa kita dari logika “Quality by Inspection” ke “Quality by Understanding”.

Implikasi Ilmiah dan Industri

Ilmiah:

  • Mendorong adopsi pemikiran sistemik dan berbasis data dalam farmasi

  • Mengurangi ketergantungan pada uji coba berulang yang boros

  • Membangun jembatan antara sains formulasi dan teknik manufaktur

Industri:

  • Meningkatkan efisiensi produksi dan stabilitas output

  • Mendorong proses continuous manufacturing

  • Menjadikan dokumentasi lebih prediktif dan terarah

Kesimpulan: QbD sebagai Fondasi Revolusi Mutu Farmasi

Artikel ini dengan gamblang menyajikan bahwa Quality by Design bukan hanya metode teknis, tetapi kerangka filosofis dan strategis untuk mengembangkan produk farmasi masa depan. Pendekatan ini menata ulang bagaimana mutu dipahami, dirancang, dan dijaga—dari laboratorium hingga produksi skala industri.

Melalui QbD, industri farmasi tidak lagi merespons masalah, melainkan mengantisipasinya secara sistematis. Dalam ekosistem yang menuntut efisiensi dan kepatuhan tinggi, QbD bukan sekadar pilihan—tetapi sebuah kebutuhan strategis.

Selengkapnya
Quality by Design (QbD) dalam Industri Farmasi: Menata Ulang Mutu melalui Desain Proses yang Sistematis

Teknik Industri

Mendorong Transformasi Kompetensi Melalui Pusat Uji dan Pelatihan Jasa Konstruksi: Studi Kasus, Data, dan Relevansi Industri

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Juli 2025


Kompetensi dan Sertifikasi, Pilar Daya Saing Lulusan Teknik Sipil

Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0, jurusan teknik sipil di perguruan tinggi menghadapi tekanan besar untuk menghasilkan lulusan yang benar-benar siap kerja. Dunia industri menuntut tenaga kerja yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki sertifikat kompetensi yang diakui secara nasional. Tantangan ini semakin nyata setelah diberlakukannya UU Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017, yang mewajibkan setiap pekerja konstruksi memiliki sertifikat kompetensi. Namun, bagaimana perguruan tinggi dapat menjembatani gap antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri? Artikel ini mengulas secara kritis hasil riset “Construction Service Competence Test and Training Center (CSCTTC): Small Business Unit Based on the Potential and Intellectual Creativity of the University” oleh Edy Sriyono, Sardi, dan Wika H. Putri, lengkap dengan data, studi kasus, serta analisis relevansi dan peluang pengembangan ke depan.

Latar Belakang: Kesenjangan Kompetensi dan Tuntutan Industri

Tantangan Global dan Lokal

  • Kesenjangan Kompetensi: Banyak lulusan teknik sipil belum memenuhi standar industri, sehingga sulit terserap di dunia kerja.
  • Tuntutan Sertifikasi: UU Jasa Konstruksi No. 2/2017 mengharuskan pekerja konstruksi memiliki sertifikat kompetensi, dan perusahaan wajib mempekerjakan tenaga bersertifikat.
  • Kritik terhadap Perguruan Tinggi: Dunia industri kerap mengeluhkan lulusan yang kurang siap praktik, sehingga perlu pelatihan tambahan yang memakan waktu dan biaya.

Inovasi Perguruan Tinggi: Membangun Jembatan Kompetensi

Universitas Janabadra Yogyakarta merespons tantangan ini dengan mendirikan Construction Service Competence Test and Training Center (CSCTTC), sebuah unit bisnis kampus yang berfokus pada pelatihan dan uji kompetensi berbasis kebutuhan industri. CSCTTC hadir sebagai solusi bridging program yang mempertemukan dunia akademik dan dunia kerja.

Konsep dan Desain CSCTTC: Menjawab Kebutuhan Masa Kini

Visi dan Misi CSCTTC

  • Visi: Meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi dan melakukan sertifikasi melalui pelatihan dan uji kompetensi berbasis kompetensi (Competency-Based Training/CBT).
  • Misi: Menjadi pusat pelatihan dan uji kompetensi pertama di Yogyakarta yang menerapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang konstruksi.

Produk dan Layanan Utama

  1. Pelatihan Konvensional: 50 jam pelajaran (JPL) tatap muka + 8 JPL praktik lapangan, durasi 8 hari kerja.
  2. Pelatihan Online Terintegrasi SIBIMA: 50 JPL online + 8 JPL praktik lapangan, durasi 15 hari kerja, didukung video conference dan pre-post test.
  3. Due Diligence: Serial test 5 ujian wajib, peserta harus lulus minimal 8 tes, dengan feedback untuk setiap ujian yang gagal.

Target utama adalah mahasiswa teknik sipil, lulusan baru, dan teknisi yang ingin memperoleh sertifikat “Ahli Muda” di bidang konstruksi.

Studi Kasus: Implementasi CSCTTC di Universitas Janabadra

Proses dan Skema Pelatihan

  • Tahapan: Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training Needs Assessment/TNA), rekrutmen peserta, pelaksanaan pelatihan (off the job di CSCTTC dan on the job di perusahaan).
  • Metode: Mandiri, kelompok, dan pembelajaran terstruktur (classroom, diskusi, praktik).
  • Pendampingan OJT: Peserta yang lulus pelatihan off the job wajib mengikuti on the job training (OJT) di perusahaan, didampingi mentor dari perusahaan.

Angka-angka Kunci dari Studi Kasus

  • Jumlah peserta tahun pertama: 25 orang terdaftar, 24 mengikuti uji kompetensi.
  • Tingkat kelulusan uji kompetensi: 60% peserta lulus dan mendapat sertifikat keahlian.
  • Kepuasan peserta: 50% peserta menyatakan cukup puas dengan pelatihan dan uji kompetensi.
  • Durasi pelatihan: 8–15 hari, setara dengan 1 tahun pengalaman kerja jika mengikuti SIBIMA Construction Distance Learning.

Dampak Ekonomi dan Manajerial

  • Skema subsidi dan mandiri: Biaya pelatihan bervariasi antara Rp5,57 juta (subsidi) hingga Rp9,4 juta (mandiri) per program.
  • Proyeksi keuangan: NPV positif Rp22,48 juta, IRR 20%, payback period 5,49 tahun, menandakan bisnis unit layak secara ekonomi.
  • Peluang pengembangan SDM: Setiap staf (administrasi, marketing, akuntansi) digaji Rp1,3 juta/bulan dan mendapat pelatihan tambahan untuk pengembangan karier.

Analisis Kritis: Keunikan dan Keunggulan CSCTTC

Inovasi Model Bisnis Kampus

  • Unit bisnis kampus: CSCTTC menjadi pionir model bisnis kampus berbasis pelatihan dan sertifikasi, memperkuat peran universitas sebagai inkubator kompetensi dan kewirausahaan.
  • Kolaborasi multi-pihak: CSCTTC bermitra dengan LPJK, INTAKINDO, dan Kementerian PUPR, memperluas jejaring dan akses ke pasar tenaga kerja konstruksi.

Bridging Program: Menutup Gap Kompetensi

  • Bridging program: Mahasiswa bisa mengikuti pelatihan dan uji kompetensi sebelum lulus, sehingga saat wisuda sudah memiliki sertifikat keahlian yang diakui industri.
  • Efisiensi waktu dan biaya: Lulusan yang mengikuti SIBIMA Construction Distance Learning bisa langsung ikut uji kompetensi tanpa harus menunggu pengalaman kerja 1 tahun.

Standar Nasional dan Internasional

  • SKKNI: Semua pelatihan dan uji kompetensi mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, memastikan sertifikat diakui secara nasional dan menjadi modal mobilitas kerja di era MEA.

Tantangan Implementasi: Hambatan dan Solusi

1. Modal Awal dan Biaya Operasional

  • Permasalahan modal: Bisnis unit kampus cenderung menghindari model capital intensive, padahal modal awal sangat penting untuk pengembangan fasilitas dan SDM.
  • Solusi: Program inkubasi bisnis dari Kementerian Ristek Dikti terbukti efektif sebagai sumber modal awal.

2. Keterbatasan Fasilitas dan Asesor

  • Fasilitas pelatihan dan asesor: Belum semua universitas memiliki fasilitas dan asesor bersertifikat untuk pelatihan dan uji kompetensi.
  • Solusi: Kolaborasi dengan asosiasi profesi dan lembaga pemerintah untuk pelatihan asesor dan peminjaman fasilitas.

3. Sosialisasi dan Minat Peserta

  • Kurangnya sosialisasi: Mahasiswa dan alumni belum sepenuhnya memahami pentingnya sertifikasi keahlian.
  • Solusi: Pemasaran melalui website, media sosial, dan asosiasi profesi untuk meningkatkan awareness.

4. Standarisasi dan Validitas Sertifikat

  • Validitas sertifikat: Sertifikat dari CSCTTC hanya diakui jika bekerja sama dengan lembaga resmi (LPJK, INTAKINDO).
  • Solusi: Menjalin kemitraan formal dan mengadopsi sistem penjaminan mutu nasional.

5. Evaluasi dan Monitoring

  • Evaluasi berkala: Penting dilakukan untuk mengukur efektivitas pelatihan, tingkat kelulusan, dan kepuasan peserta.
  • Solusi: Sistem feedback dan penyesuaian kurikulum secara periodik.

Relevansi dengan Tren Industri dan Pendidikan Global

Sertifikasi sebagai Syarat Mutlak

Di banyak negara maju, sertifikat kompetensi adalah syarat wajib untuk bekerja di sektor konstruksi. Indonesia mulai bergerak ke arah ini, namun masih perlu mempercepat pemerataan akses pelatihan dan uji kompetensi.

Digitalisasi dan Pembelajaran Jarak Jauh

Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi pelatihan daring (SIBIMA), membuka peluang bagi mahasiswa di daerah untuk mengakses pelatihan dan sertifikasi tanpa harus ke kota besar.

Perbandingan dengan Model Internasional

Negara seperti Australia dan Jerman telah lama menerapkan sistem sertifikasi berbasis kompetensi yang terintegrasi dengan industri. Model CSCTTC mulai meniru pendekatan ini, namun masih perlu memperkuat aspek monitoring mutu dan kolaborasi lintas sektor.

Studi Kasus Nyata: Dampak CSCTTC Terhadap Lulusan dan Industri

Studi Kasus 1: Mahasiswa Teknik Sipil Janabadra

Seorang mahasiswa tingkat akhir mengikuti pelatihan CSCTTC selama 8 hari, lulus uji kompetensi, dan langsung mendapat tawaran kerja sebagai site engineer di perusahaan konstruksi nasional. Sertifikat “Ahli Muda” menjadi nilai tambah utama dalam proses rekrutmen.

Studi Kasus 2: Kolaborasi dengan INTAKINDO

CSCTTC bekerja sama dengan INTAKINDO DIY menyelenggarakan uji kompetensi massal bagi 25 peserta. Hasilnya, 60% peserta lulus dan langsung dihubungi oleh perusahaan mitra untuk penempatan kerja di proyek-proyek pemerintah daerah.

Studi Kasus 3: Efisiensi Biaya dan Waktu

Seorang alumni yang mengikuti SIBIMA Construction Distance Learning dapat memangkas waktu tunggu pengalaman kerja satu tahun, sehingga lebih cepat memperoleh sertifikat “Ahli Muda” dan diterima di proyek infrastruktur strategis nasional.

Analisis Finansial: Bisnis Unit Kampus yang Berkelanjutan

Simulasi Biaya dan Pendapatan

  • Biaya tetap pelatihan: Rp3 juta (subsidi) hingga Rp4,9 juta (mandiri).
  • Biaya variabel: Rp2,57 juta (subsidi) hingga Rp4,5 juta (mandiri).
  • Total biaya: Rp5,57 juta (subsidi) hingga Rp9,4 juta (mandiri) per program.
  • COGS per peserta: Rp257 ribu–Rp940 ribu (untuk 10 peserta).
  • Proyeksi pendapatan: Tahun pertama Rp187,65 juta, meningkat hingga Rp375 juta pada tahun kelima.
  • NPV: Rp22,48 juta, IRR: 20%, Payback period: 5,49 tahun (layak secara ekonomi).

Peluang Pengembangan

  • Diversifikasi layanan: Menambah pelatihan untuk bidang lain (misal manajemen proyek, BIM, K3).
  • Ekspansi pasar: Menjangkau mahasiswa dari universitas lain dan teknisi profesional di luar Yogyakarta.

Opini dan Rekomendasi: Menuju Ekosistem Sertifikasi yang Inklusif dan Adaptif

Penguatan Kolaborasi Multi-Pihak

Pemerintah, perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan dunia industri harus memperkuat sinergi agar sistem sertifikasi benar-benar menjawab kebutuhan pasar kerja. Kolaborasi ini juga penting untuk mempercepat pemerataan akses pelatihan dan uji kompetensi di seluruh Indonesia.

Digitalisasi dan Inovasi Layanan

Pengembangan platform digital untuk pendaftaran, pelatihan, dan verifikasi sertifikat akan memperluas jangkauan dan meningkatkan efisiensi. Digitalisasi juga memungkinkan monitoring mutu dan evaluasi secara real time.

Insentif dan Apresiasi

Pemerintah dan perusahaan perlu memberikan insentif bagi lulusan bersertifikat, seperti prioritas rekrutmen atau kenaikan upah. Apresiasi publik terhadap profesi konstruksi juga harus ditingkatkan melalui kampanye dan edukasi.

Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan

Evaluasi reguler terhadap efektivitas pelatihan dan uji kompetensi sangat penting untuk memastikan relevansi dengan kebutuhan industri yang dinamis. Penyesuaian kurikulum dan standar harus dilakukan secara berkala.

Internal & External Linking

Artikel ini sangat relevan untuk dihubungkan dengan topik:

  • Revitalisasi pendidikan vokasi nasional
  • Penguatan link and match kampus–industri
  • Digitalisasi pelatihan dan sertifikasi profesi
  • Studi kasus sukses sertifikasi di negara maju

Kesimpulan: CSCTTC, Model Inovatif Penyiapan Lulusan Siap Kerja

Pusat Uji dan Pelatihan Jasa Konstruksi (CSCTTC) di Universitas Janabadra membuktikan bahwa inovasi kampus dapat menjawab tantangan gap kompetensi dan tuntutan sertifikasi di industri konstruksi. Dengan bridging program, kolaborasi multi-pihak, dan pendekatan bisnis yang berkelanjutan, CSCTTC menjadi model yang layak direplikasi di perguruan tinggi lain di Indonesia.

Tantangan implementasi memang besar, mulai dari modal, fasilitas, hingga sosialisasi. Namun, peluang pengembangan jauh lebih besar, terutama dengan digitalisasi, kolaborasi lintas sektor, dan penguatan standar nasional. Sudah saatnya sertifikasi kompetensi menjadi arus utama dalam pendidikan tinggi teknik sipil, agar lulusan benar-benar siap kerja dan mampu bersaing di pasar global.

Sumber asli:
Edy Sriyono, Sardi, Wika H. Putri. “Construction Service Competence Test and Training Center (CSCTTC): Small Business Unit Based on the Potential and Intellectual Creativity of the University.” Proceedings of the 3rd International Conference of Banking, Accounting, Management and Economics (ICOBAME 2020), Advances in Economics, Business and Management Research, volume 169, hlm. 341–345.

Selengkapnya
Mendorong Transformasi Kompetensi Melalui Pusat Uji dan Pelatihan Jasa Konstruksi: Studi Kasus, Data, dan Relevansi Industri

Teknik Industri

Apa yang Dimaksud dengan Kualitas dalam Teknik?

Dipublikasikan oleh Admin pada 24 Mei 2025


Untuk memastikan pelanggan mendapatkan produk yang bermanfaat, banyak perusahaan mempraktikkan metode kontrol kualitas seperti jaminan kualitas, analitik, dan teknik. Karyawan dalam peran ini menggunakan berbagai teknik dan fokus pada area produksi yang berbeda untuk memastikan semua produk memenuhi standar perusahaan. Jika Anda tertarik untuk bergabung dengan bidang ini, ada baiknya Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan merekayasa kualitas. Dalam artikel ini, kami mendefinisikan kualitas dalam bidang teknik dan mendiskusikan elemen-elemen utama dari praktik ini, serta beberapa pekerjaan yang bisa Anda pertimbangkan di bidang ini.

Apa yang dimaksud dengan kualitas dalam bidang teknik?

Kualitas dalam bidang teknik adalah standar yang digunakan perusahaan untuk mengukur dan meningkatkan produknya selama proses pengembangan, bukan setelah tim menyelesaikan produk. Untuk merekayasa kualitas, karyawan di banyak industri membuat daftar persyaratan dan spesifikasi untuk fungsionalitas produk, yang mereka gunakan untuk menentukan apakah tim mereka membuat kemajuan yang memadai dan mengembangkan item ke arah yang benar. Mereka dapat menerima umpan balik dari pelanggan untuk menciptakan produk yang lebih baik di masa depan dan menyimpan catatan perubahan yang mereka buat sebagai referensi untuk proyek-proyek selanjutnya.

Tujuan dari rekayasa kualitas adalah untuk meningkatkan produk pada semua tahap pengembangan untuk meningkatkan proses pengiriman dan menangkap kesalahan lebih awal. Meskipun kualitas dapat memiliki arti yang berbeda untuk barang dan layanan tertentu, semua karyawan di bidang ini bekerja untuk merekayasa pemeriksaan kualitas ke dalam setiap aspek produksi.

Bagian-bagian dari rekayasa kualitas

Sebagian besar insinyur kualitas memeriksa aspek-aspek tertentu untuk menentukan apakah suatu produk memenuhi standar tertentu untuk pelanggan mereka. Ini berarti Anda sering kali dapat memisahkan tugas-tugas insinyur kualitas menjadi beberapa bagian serupa yang melibatkan pembuatan standar dan penerapannya. Berikut ini adalah beberapa bagian dari proses rekayasa kualitas untuk membantu Anda memperdalam pemahaman tentang praktik ini:

Menciptakan

Insinyur kualitas sering kali melibatkan diri mereka dalam menciptakan dan menentukan standar yang digunakan untuk membandingkan kemajuan produk. Ketika Anda membantu membuat spesifikasi ini dan mencantumkannya, maka akan lebih mudah untuk menerapkannya pada item yang Anda tinjau sebagai bagian dari pemeriksaan kualitas. Meskipun tim pengembangan sering kali menjadi bagian penting dari proses pemeriksaan kualitas, orang-orang yang berperan sebagai insinyur kualitas dapat bertemu dengan pengembang, manajer, dan klien untuk mendiskusikan aspek terpenting dari suatu proyek.

Hal ini membantu Anda menentukan jenis pekerjaan yang perlu dilakukan oleh pengembang untuk mencapai fitur dan fungsi tertentu untuk suatu produk, Dengan pengetahuan ini, Anda mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pekerjaan mereka bertujuan untuk mencapai tujuan akhir proyek dan apa yang dapat mereka tingkatkan setelah meninjau item tersebut.

Menerapkan

Bagian implementasi dari rekayasa kualitas adalah ketika Anda benar-benar melakukan pemeriksaan kualitas secara teratur dan memberikan umpan balik bagi manajer dan karyawan yang membuat produk. Selama implementasi atau operasi, Anda dapat menjalankan rencana yang Anda buat untuk sebuah proyek dengan menggunakan spesifikasi pelanggan dan meninjau pengembangan produk selama titik-titik tertentu dalam produksi. Bergantung pada peran spesifik Anda di perusahaan, Anda dapat memeriksa produk secara teratur, seperti setiap dua minggu, atau memeriksanya setiap kali tim pengembangan menyelesaikan bagian baru dari produk.

Selama pemeriksaan kualitas, Anda dapat melakukan tugas-tugas seperti membandingkan produk dengan daftar periksa persyaratan yang Anda buat sebelumnya, menguji bagian-bagian produk untuk keamanan dan kegunaan, serta mencatat area-area di mana tim dapat memperbaiki produk tersebut. Anda kemudian dapat mengirimkan saran perbaikan kepada tim pengembangan dan mendukung mereka lebih lanjut jika mereka memiliki pertanyaan tambahan.

Mengukur

Bagian dari memeriksa kualitas produk adalah mengukur fungsionalitasnya pada tingkat yang berbeda dan memutuskan kapan tim pengembangan perlu melakukan perubahan. Meskipun siklus produksi yang umum sering kali mencakup perubahan produk untuk memperbaikinya, Anda dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengukur tidak hanya fungsionalitas produk, tetapi juga kinerja tim dan kemungkinan produk berkembang ke arah yang benar bagi pelanggan.

Pertemuan rutin dengan tim pengembangan dan manajer, ditambah pemeriksaan kualitas yang sering dilakukan dapat memberi Anda gambaran yang baik tentang kemajuan dan arah, tetapi bagian penting dari rekayasa kualitas adalah memiliki metrik yang dapat Anda gunakan untuk membandingkan informasi ini. Meskipun mengikuti rencana awal Anda sangat membantu di awal, Anda mungkin perlu mengubah rencana Anda berdasarkan hasil pengukuran Anda untuk memastikan pengiriman yang sukses.

Mengawasi

Mengawasi seluruh proses rekayasa kualitas sangat penting untuk memastikan setiap pemeriksaan dan saran kualitas selaras dengan tujuan akhir untuk memberikan produk berkualitas tinggi kepada pelanggan. Semua karyawan yang terlibat dalam pengembangan dapat mengelola sebagian dari rekayasa kualitas, tetapi karyawan dengan peran khusus di bidang ini dapat mengelola proses dari awal hingga akhir. Hal ini dapat mencakup memastikan desain awal dan setiap perubahan yang dilakukan masih sesuai dengan harapan pelanggan, atau dapat juga berarti mengelola risiko dan mengatasi hambatan dalam kualitas yang muncul.

Sebagian besar rekayasa kualitas adalah tentang berkolaborasi dengan manajer, tim pengembangan, dan pelanggan untuk membuat rencana yang bijaksana dan hal-hal yang berguna bersama, tetapi ini berarti ada banyak ide dan tugas yang perlu dipertimbangkan. Mengawasi proses menjadi semakin penting untuk menjaga proyek tetap berada di jalurnya dan membantu semua orang bekerja secara efisien untuk mencapai produk akhir.

Pekerjaan di bidang teknik kualitas

Lihatlah pekerjaan potensial di bidang insinyur kualitas untuk berbagai industri dan peran berikut ini untuk memberi Anda gambaran yang lebih baik tentang pilihan Anda untuk memulai karier ini:

Insinyur kualitas manufaktur

Seorang insinyur kualitas manufaktur bekerja secara khusus dalam pembuatan berbagai bahan untuk memastikan semua barang aman dan dapat digunakan. Mereka dapat memeriksa bahan, potongan, dan produk jadi yang dikirim ke atau diproduksi di pabrik. Selain itu, insinyur kualitas manufaktur dapat memeriksa alat yang digunakan produsen di pabrik mereka agar tetap berfungsi dengan baik, yang merupakan bagian penting dalam menjaga keselamatan karyawan dan menggunakan sumber daya berharga dengan bijak selama produksi.

Insinyur kualitas pemasok

Banyak perusahaan manufaktur juga dapat mempekerjakan teknisi kualitas pemasok untuk memeriksa kualitas pasokan yang digunakan dalam produksi. Ini termasuk bahan fisik yang dikirim oleh pemasok, suku cadang yang mungkin mereka pesan untuk memperbaiki jalur perakitan, dan faktur pengiriman. Peran ini memastikan semua pasokan memenuhi standar perusahaan sebelum menjadi bagian dari produksi untuk membantu menjaga karyawan tetap aman dan menghindari potensi kesalahan dengan bahan atau mesin yang dapat memperlambat pengembangan.

Insinyur kualitas pengembangan perangkat lunak

Dalam industri teknologi, pengembang perangkat lunak dapat bekerja sama dengan insinyur kualitas untuk menemukan bug dalam kode mereka selama proses reproduksi sehingga mereka dapat dengan mudah mengubah produk mereka dan mempertahankan tenggat waktu pengiriman. Rekayasa kualitas pengembangan perangkat lunak melibatkan pengembangan metode untuk menguji atau referensi silang bagian kode dengan program yang ada dan memberikan umpan balik secara teratur kepada pengembang perangkat lunak. Para profesional dalam peran ini juga dapat meninjau dan menulis dokumentasi untuk perangkat lunak untuk mempercepat pemeriksaan rekayasa kualitas di masa mendatang.

Insinyur kualitas makanan dan minuman

Seorang insinyur kualitas makanan dan minuman dapat bekerja di laboratorium atau pabrik tempat mereka menjaga keamanan dan kualitas makanan dan minuman. Untuk melakukan ini, mereka dapat menguji zat kontaminan dan rasa untuk memastikan mereka memenuhi harapan pelanggan, dan mereka juga dapat memeriksa fasilitas tempat produsen memproduksi dan menyimpan makanan dan minuman. Insinyur kualitas yang bekerja dengan produk yang dapat dimakan sering kali mengikuti peraturan keselamatan lokal dan nasional selain daftar periksa standar perusahaan.

Disadur dari: indeed.com

Selengkapnya
Apa yang Dimaksud dengan Kualitas dalam Teknik?

Teknik Industri

Manfaat dan Tantangan Penerapan Building Information Modelling (BIM) dalam Industri Konstruksi: Analisis Mendalam

Dipublikasikan oleh Anisa pada 20 Mei 2025


Pendahuluan: Transformasi Digital di Sektor Konstruksi

Industri konstruksi secara global tengah mengalami gelombang transformasi digital yang cukup signifikan. Salah satu pendorong utama perubahan ini adalah teknologi Building Information Modelling (BIM), sebuah pendekatan berbasis data dan kolaboratif yang merevolusi cara perencanaan, pelaksanaan, hingga pengelolaan proyek konstruksi. Paper berjudul “The Use of Building Information Modelling in Construction Industry” membahas secara komprehensif potensi dan hambatan implementasi BIM dalam konteks pembangunan modern, khususnya dari perspektif pelaku industri di Malaysia.

Artikel ini akan mengupas ulang temuan utama paper tersebut dengan parafrase alami, memperluasnya dengan studi kasus dan data relevan, serta memberikan analisis tambahan yang menghubungkan hasil riset ini dengan tren dan tantangan nyata dalam dunia konstruksi saat ini.

Apa Itu Building Information Modelling (BIM)?

BIM bukan sekadar perangkat lunak desain, melainkan metodologi terintegrasi yang memungkinkan semua pemangku kepentingan dalam proyek konstruksi—termasuk arsitek, insinyur, kontraktor, dan pemilik proyek—untuk berkolaborasi melalui model digital tiga dimensi yang mencakup data teknis, visual, dan administratif.

BIM membantu dalam:

  • Deteksi konflik desain sejak dini (clash detection).

  • Perencanaan biaya dan waktu yang lebih akurat.

  • Koordinasi antardisiplin yang lebih efisien.

  • Simulasi performa bangunan sebelum konstruksi nyata dilakukan.

Temuan Kunci: Kesadaran Tinggi, Penerapan Masih Terbatas

Statistik Partisipasi

Dalam penelitian ini, sebanyak 68 responden dari sektor konstruksi Malaysia menjadi sampel. Mayoritas berasal dari perusahaan konstruksi berskala menengah dan besar. Temuan pentingnya:

  • 96% responden menyatakan mengetahui tentang BIM.

  • Namun, hanya sekitar 35% yang benar-benar menerapkan BIM dalam proyek mereka.

Angka ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kesadaran dan adopsi aktual. Hal ini konsisten dengan laporan McGraw-Hill Construction yang menyebut bahwa di Asia Tenggara, awareness terhadap BIM sangat tinggi, tetapi implementasi masih terkonsentrasi pada proyek berskala besar.

Manfaat Nyata dari Implementasi BIM

1. Peningkatan Efisiensi Proyek

BIM memungkinkan simulasi proyek sejak tahap desain, mengurangi kebutuhan revisi lapangan dan mempercepat proses konstruksi. Sebuah studi oleh Dodge Data & Analytics menunjukkan bahwa BIM dapat mempercepat waktu penyelesaian proyek hingga 20% dan menurunkan biaya hingga 15% berkat deteksi kesalahan dini.

2. Kolaborasi Lebih Baik

Dalam sistem tradisional, komunikasi antardisiplin sering kali fragmentaris. BIM mengintegrasikan semua data dalam satu platform kolaboratif, yang memperkecil miskomunikasi antara arsitek, kontraktor, dan konsultan.

3. Dokumentasi yang Akurat

Dengan BIM, setiap perubahan desain otomatis diperbarui dalam semua dokumen terkait. Hal ini mengurangi risiko human error dalam pembaruan dokumen proyek.

Kendala Implementasi BIM di Lapangan

Meskipun manfaatnya jelas, paper ini juga mengungkap berbagai tantangan besar yang menghambat adopsi BIM, antara lain:

1. Tingginya Biaya Awal

Sebanyak 67% responden menyebut bahwa investasi awal—baik untuk perangkat lunak maupun pelatihan staf—menjadi penghalang utama. Ini sejalan dengan temuan lain di sektor konstruksi global, di mana biaya lisensi software seperti Autodesk Revit dan pelatihan dapat mencapai puluhan ribu ringgit atau dolar.

2. Kurangnya Tenaga Ahli

Hanya 22% responden yang merasa bahwa perusahaan mereka memiliki staf dengan kemampuan BIM yang memadai. Kekurangan SDM terlatih menjadikan implementasi tidak maksimal. Di sisi lain, permintaan tenaga kerja BIM meningkat signifikan, terutama di sektor infrastruktur publik.

3. Resistensi terhadap Perubahan

Budaya organisasi konservatif dan keengganan mengubah proses kerja tradisional juga menjadi hambatan. Banyak manajer proyek merasa nyaman dengan sistem manual, meskipun kurang efisien.

Studi Kasus: Proyek MRT Malaysia & BIM

Salah satu contoh sukses implementasi BIM di Malaysia adalah proyek MRT Sungai Buloh-Kajang. Dalam proyek ini, BIM digunakan untuk:

  • Koordinasi desain lintas kontraktor.

  • Simulasi waktu pelaksanaan (4D BIM).

  • Analisis biaya (5D BIM).

Hasilnya, proyek berhasil mengurangi potensi konflik desain dan mempermudah proses approval dari otoritas. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa BIM bisa bekerja efektif jika didukung oleh kebijakan institusi dan SDM yang memadai.

Perspektif Global: Di Mana Malaysia Berdiri?

Jika dibandingkan dengan negara seperti Singapura dan Inggris, adopsi BIM di Malaysia masih tergolong rendah. Pemerintah Inggris, misalnya, telah mewajibkan penggunaan BIM Level 2 pada semua proyek pemerintah sejak 2016. Singapura bahkan mendirikan Centre for Lean and Virtual Construction untuk mendorong riset dan edukasi BIM secara sistemik.

Malaysia sendiri telah meluncurkan BIM Roadmap 2020–2025 melalui CIDB (Construction Industry Development Board), tetapi implementasinya masih terkendala oleh keterbatasan infrastruktur digital di lapangan.

Opini Kritis & Rekomendasi

Paper ini memberikan gambaran yang valid mengenai kondisi implementasi BIM saat ini. Namun, untuk memperkuat dampaknya, beberapa hal berikut perlu ditambahkan:

1. Perluasan Sampel dan Pendekatan Longitudinal

Studi ini terbatas pada 68 responden. Akan lebih representatif jika dilakukan studi longitudinal dengan ratusan perusahaan dalam rentang waktu berbeda untuk melihat evolusi adopsi.

2. Kaitkan dengan ROI dan Produktivitas

Masih sedikit pembahasan tentang seberapa besar BIM berdampak pada Return on Investment (ROI). Penelitian oleh Stanford University menunjukkan bahwa penggunaan BIM dapat menghasilkan ROI hingga 10 kali lipat dibanding biaya awal.

3. Dorongan dari Pemerintah

Langkah seperti pemberian insentif, integrasi BIM dalam kurikulum universitas teknik, serta pemutakhiran regulasi sangat dibutuhkan untuk mendorong ekosistem BIM nasional.

Kesimpulan: Masa Depan BIM di Industri Konstruksi

BIM bukan lagi teknologi masa depan, melainkan kebutuhan masa kini. Namun, kesuksesan implementasinya tidak bisa hanya mengandalkan teknologi. Diperlukan sinergi antara:

  • Investasi perangkat lunak & pelatihan SDM.

  • Dukungan regulasi pemerintah.

  • Kesediaan industri untuk berubah.

Dengan tantangan urbanisasi, kebutuhan akan proyek infrastruktur cerdas, dan desakan efisiensi biaya, BIM bisa menjadi tulang punggung revolusi digital sektor konstruksi jika diterapkan secara serius.

Sumber

Paper asli dapat diakses di jurnal International Journal of Sustainable Construction Engineering and Technology melalui tautan berikut:
https://publisher.uthm.edu.my/ojs/index.php/IJSCET/article/view/4696

Selengkapnya
Manfaat dan Tantangan Penerapan Building Information Modelling (BIM) dalam Industri Konstruksi: Analisis Mendalam

Teknik Industri

Apa yang dimaksud dengan Manajemen Inventaris? Manfaat, Jenis, dan Teknik

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 07 Mei 2025


Dalam artikel ini, pelajari tentang manajemen inventaris dan disiplin ilmu terkait dari para ahli inventaris. Di bagian akhir, Anda akan menemukan daftar pertanyaan umum tentang inventaris.

Apa Itu manajemen inventaris?

Manajemen inventaris membantu perusahaan mengidentifikasi stok mana dan berapa banyak yang harus dipesan pada waktu tertentu. Ini melacak inventaris dari pembelian hingga penjualan barang. Praktik ini mengidentifikasi dan merespons tren untuk memastikan selalu ada stok yang cukup untuk memenuhi pesanan pelanggan dan peringatan yang tepat jika terjadi kekurangan.

Setelah terjual, persediaan menjadi pendapatan. Sebelum terjual, persediaan (meskipun dilaporkan sebagai aset di neraca) mengikat kas. Oleh karena itu, terlalu banyak persediaan membutuhkan biaya dan mengurangi arus kas.

Salah satu pengukuran manajemen persediaan yang baik adalah perputaran persediaan. Sebuah pengukuran akuntansi, perputaran persediaan mencerminkan seberapa sering stok terjual dalam suatu periode. Sebuah bisnis tidak ingin memiliki lebih banyak stok daripada penjualan. Perputaran persediaan yang buruk dapat menyebabkan deadstock, atau stok yang tidak terjual.

Mengapa manajemen persediaan penting?

Manajemen inventaris sangat penting bagi kesehatan perusahaan karena membantu memastikan bahwa stok yang tersedia tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, membatasi risiko kehabisan stok dan catatan yang tidak akurat.

Perusahaan publik harus melacak inventaris sebagai persyaratan untuk mematuhi peraturan Securities and Exchange Commission (SEC) dan Sarbanes-Oxley (SOX) Act. Perusahaan harus mendokumentasikan proses manajemen mereka untuk membuktikan kepatuhan.

Manfaat manajemen persediaan

Dua manfaat utama dari manajemen inventaris adalah memastikan Anda dapat memenuhi pesanan yang masuk atau pesanan yang terbuka dan meningkatkan keuntungan. Manajemen inventaris juga:

  • Menghemat Uang:

Memahami tren stok berarti Anda dapat melihat seberapa banyak dan di mana Anda memiliki stok barang sehingga Anda dapat menggunakan stok yang Anda miliki dengan lebih baik. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk menyimpan lebih sedikit stok di setiap lokasi (toko, gudang), karena Anda dapat mengambil dari mana saja untuk memenuhi pesanan - semua ini mengurangi biaya yang terkait dengan inventaris dan mengurangi jumlah stok yang tidak terjual sebelum usang.

  • Meningkatkan Arus Kas:

Dengan manajemen inventaris yang tepat, Anda membelanjakan uang untuk inventaris yang terjual, sehingga uang tunai selalu mengalir ke dalam bisnis.

  • Memuaskan Pelanggan:

Salah satu elemen dalam mengembangkan pelanggan setia adalah memastikan mereka menerima barang yang mereka inginkan tanpa harus menunggu.

Tantangan manajemen inventaris

Tantangan utama manajemen inventaris adalah memiliki terlalu banyak inventaris dan tidak dapat menjualnya, tidak memiliki cukup inventaris untuk memenuhi pesanan, dan tidak memahami barang apa yang Anda miliki dalam inventaris dan di mana lokasinya. Hambatan lainnya termasuk:

  • Mendapatkan rincian stok yang akurat:

Jika Anda tidak memiliki rincian stok yang akurat, tidak ada cara untuk mengetahui kapan harus mengisi ulang stok atau stok mana yang bergerak dengan baik.

  • Proses yang buruk:

Proses yang usang atau manual dapat membuat pekerjaan menjadi rentan terhadap kesalahan dan memperlambat operasi.

  • Perubahan permintaan pelanggan:

Selera dan kebutuhan pelanggan berubah secara konstan. Jika sistem Anda tidak dapat melacak tren, bagaimana Anda bisa tahu kapan preferensi mereka berubah dan mengapa?

  • Menggunakan ruang gudang dengan baik:

Staf membuang-buang waktu jika produk tertentu sulit ditemukan. Menguasai manajemen inventaris dapat membantu menghilangkan tantangan ini.

Apa Itu persediaan?

Persediaan adalah bahan mentah, komponen, dan barang jadi yang dijual atau digunakan perusahaan dalam produksi. Akuntansi menganggap persediaan sebagai aset. Akuntan menggunakan informasi tentang tingkat persediaan untuk mencatat penilaian yang benar di neraca.

Persediaan vs stok

Persediaan sering disebut stok dalam bisnis ritel: Manajer sering menggunakan istilah “stok yang tersedia” untuk merujuk pada produk seperti pakaian dan peralatan rumah tangga. Di seluruh industri, “persediaan” lebih luas mengacu pada barang penjualan yang disimpan dan bahan baku serta suku cadang yang digunakan dalam produksi.

Beberapa orang juga mengatakan bahwa kata “stok” lebih umum digunakan di Inggris untuk merujuk pada persediaan. Meskipun ada perbedaan di antara keduanya, istilah persediaan dan stok sering kali dapat dipertukarkan.

Apa aja jenis persediaan yang berbeda?

Ada 12 jenis persediaan yang berbeda: bahan baku, barang dalam proses (WIP), barang jadi, persediaan pemisah, persediaan pengaman, bahan pengemas, persediaan siklus, persediaan layanan, transit, teoritis, kelebihan dan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (MRO). Beberapa orang tidak mengenali MRO sebagai jenis persediaan.

Pelajari lebih lanjut tentang "Apa Itu Manajemen Persediaan?".

Proses manajemen persediaan

Jika Anda memproduksi berdasarkan permintaan, proses manajemen inventaris dimulai ketika perusahaan menerima pesanan pelanggan dan berlanjut hingga pesanan dikirimkan. Jika tidak, prosesnya dimulai saat Anda memperkirakan permintaan Anda dan kemudian melakukan pemesanan untuk bahan baku atau komponen yang diperlukan. Bagian lain dari proses ini termasuk menganalisis tren penjualan dan mengatur penyimpanan produk di gudang.

Cara kerja manajemen Inventaris

Tujuan dari manajemen inventaris adalah untuk memahami tingkat stok dan lokasi stok di gudang. Perangkat lunak manajemen inventaris melacak aliran produk dari pemasok melalui proses produksi ke pelanggan. Di gudang, manajemen inventaris melacak penerimaan stok, pengambilan, pengemasan, dan pengiriman.

Teknik dan istilah manajemen inventaris

Beberapa teknik manajemen inventaris menggunakan rumus dan analisis untuk merencanakan stok. Yang lainnya mengandalkan prosedur. Semua metode bertujuan untuk meningkatkan akurasi. Teknik yang digunakan perusahaan tergantung pada kebutuhan dan stoknya.

Cari tahu teknik mana yang paling cocok untuk bisnis Anda dengan membaca panduan teknik manajemen inventaris. Berikut ringkasannya:

  • Analisis ABC:

Metode ini bekerja dengan mengidentifikasi jenis stok yang paling banyak dan paling sedikit.

  • Pelacakan batch:
  • Metode ini mengelompokkan barang yang serupa untuk melacak tanggal kedaluwarsa dan melacak barang yang rusak.

  • Pengiriman massal:

Metode ini mempertimbangkan bahan yang belum dikemas yang dimuat oleh pemasok langsung ke kapal atau truk. Metode ini melibatkan pembelian, penyimpanan, dan pengiriman inventaris dalam jumlah besar.

  • Konsinyasi:

Saat mempraktikkan manajemen inventaris konsinyasi, bisnis Anda tidak akan membayar pemasok sampai produk tertentu terjual. Pemasok tersebut juga tetap memiliki kepemilikan inventaris sampai perusahaan Anda menjualnya.

  • Cross-docking:

Dengan menggunakan metode ini, Anda akan menurunkan barang langsung dari truk pemasok ke truk pengiriman. Pergudangan pada dasarnya dihilangkan.

  • Peramalan permintaan:

Bentuk analisis prediktif ini membantu memprediksi permintaan pelanggan.

  • Dropshipping:

Dalam praktik dropshipping, pemasok mengirimkan barang langsung dari gudangnya ke pelanggan.

  • Kuantitas pesananekonomi (economic order quantity/EOQ):
  • Rumus ini menunjukkan dengan tepat berapa banyak persediaan yang harus dipesan oleh perusahaan untuk mengurangi penyimpanan dan biaya lainnya.
  • FIFO dan LIFO:

Masuk pertama, keluar pertama (FIFO) berarti Anda memindahkan stok tertua terlebih dahulu. Masuk terakhir, keluar pertama (LIFO) menganggap bahwa harga selalu naik, sehingga persediaan yang paling baru dibeli adalah yang paling mahal dan dengan demikian dijual terlebih dahulu.

  • Persediaan Tepat waktu (just-in-time inventory/JIT):
  • Perusahaan menggunakan metode ini dalam upaya mempertahankan tingkat stok serendah mungkin sebelum pengisian ulang.
  • Manufaktur ramping (lean manufacturing):

Metodologi ini berfokus pada menghilangkan pemborosan atau barang apa pun yang tidak memberikan nilai kepada pelanggan dari sistem manufaktur.

  • Perencanaan kebutuhan material (MRP):

Sistem ini menangani perencanaan, penjadwalan, dan kontrol inventaris untuk manufaktur.

  • Kuantitas pesanan minimum:

Perusahaan yang mengandalkan jumlah pesanan minimum akan memesan jumlah minimum persediaan dari grosir dalam setiap pesanan untuk menjaga biaya tetap rendah.

  • Rumus titik pemesanan ulang:

Bisnis menggunakan rumus ini untuk menemukan jumlah minimum stok yang harus mereka miliki sebelum memesan ulang, kemudian mengelola inventaris mereka dengan tepat.

  • Manajemen persediaan perpetual (perpetual inventory management):

Teknik ini memerlukan pencatatan penjualan dan penggunaan stok secara real-time. Baca “Panduan Pasti untuk Persediaan Perpetual” untuk mempelajari lebih lanjut tentang praktik ini.

  • Persediaan pengaman (safety stock):

Etos manajemen inventaris yang memprioritaskan stok pengaman akan memastikan selalu ada stok ekstra yang disisihkan jika perusahaan tidak dapat mengisi kembali barang-barang tersebut.

  • Six sigma

Ini adalah metode berbasis data untuk menghilangkan pemborosan dari bisnis yang berkaitan dengan inventaris.

  • Lean six sigma:

Metode ini menggabungkan manajemen ramping dan praktik Six Sigma untuk menghilangkan pemborosan dan meningkatkan efisiensi.

Panduan lengkap anda untuk peramalan persediaan

Memprediksi dengan TEPAT produk mana yang akan menghasilkan perpaduan optimal antara margin keuntungan dan volume penjualan. Dalam panduan gratis ini, Anda akan menemukan 9 KPI penting untuk dilacak dan 8 langkah untuk memprediksi berapa banyak stok yang Anda butuhkan untuk memenuhi permintaan TANPA menumpuknya inventaris usang. Unduh panduan gratis Anda untuk perkiraan inventaris sekarang!

Penghitungan persediaan vs penghitungan siklus

“Mengambil inventaris” adalah proses menghitung semua stok secara fisik, biasanya setahun sekali. Penghitungan siklus adalah praktik menghitung serangkaian stok yang dipilih lebih sering. Penghitungan siklus berfungsi sebagai sarana pemeriksaan dan keseimbangan yang penting untuk memastikan jumlah inventaris yang terwakili dalam sistem manajemen inventaris sesuai dengan yang ada di rak.

Praktik terbaik penghitungan siklus adalah menghitung SKU tertentu secara teratur dan mengintegrasikannya ke dalam tugas harian staf gudang. Perusahaan dapat menentukan standar yang berbeda untuk berbagai jenis inventaris, seperti melakukan penghitungan siklus untuk SKU yang paling banyak terjual atau barang bernilai tinggi.

Perencanaan permintaan dan manajemen inventaris

Perencanaan permintaan adalah bagian penting dari manajemen inventaris yang sukses. Ini adalah proses menentukan berapa banyak setiap item yang Anda perkirakan akan terjual, dan kapan. Setelah permintaan ditentukan, manajemen inventaris mengikuti aliran barang dari pemasok hingga produksi dan pada akhirnya memenuhi pesanan pelanggan.

Cari tahu lebih lanjut tentang bagaimana perencanaan permintaan dan manajemen inventaris bekerja sama dalam “Panduan Penting untuk Perencanaan Inventaris.”

Rumus manajemen persediaan

Memahami rumus manajemen inventaris sangat penting untuk mengoptimalkan tingkat stok. Beberapa ahli inventaris dan akuntansi telah memeriksa rumus untuk mempermudah penghitungan inventaris.

KPI manajemen persediaan

Manajemen inventaris yang efektif memainkan peran penting di seluruh rantai pasokan. Ada banyak indikator kinerja utama untuk mengukur keberhasilan manajemen inventaris di seluruh organisasi yang berbeda dalam bisnis. Memahami perhitungan mana yang memberikan wawasan paling banyak ke dalam proses bisnis Anda adalah penting. Untuk mempelajari lebih lanjut, lihat KPI manajemen inventaris.

Apa perbedaan manajemen inventaris dengan proses lainnya?

Orang terkadang bingung antara manajemen inventaris dengan praktik terkait. Manajemen inventaris mengontrol semua stok di dalam perusahaan. Manajemen rantai pasokan mengelola proses dari pemasok hingga pengiriman produk ke pelanggan. Manajemen gudang adalah bagian dari pengendalian inventaris dan berfokus pada stok di lokasi tertentu.

Manajemen persediaan vs kontrol persediaan

Kontrol inventaris adalah bagian dari proses manajemen inventaris secara keseluruhan. Kontrol inventaris mengelola pergerakan barang di dalam gudang.

Manajemen inventaris vs optimalisasi inventaris

Optimalisasi inventaris adalah proses menggunakan inventaris dengan cara yang paling efisien, dan sebagai hasilnya meminimalkan biaya yang dihabiskan untuk stok dan menyimpan barang-barang tersebut.

Anda juga dapat berpikir tentang pengoptimalan inventaris sebagai melihat inventaris di semua lokasi dan saluran penjualan, dapat menggunakan semua itu untuk memenuhi pesanan pelanggan - dengan demikian, Anda dapat menyimpan lebih sedikit stok secara keseluruhan.

Manajemen inventaris vs manajemen pesanan

Manajemen inventaris bertanggung jawab untuk memesan dan melacak stok saat tiba di gudang. Manajemen pesanan adalah proses menerima dan melacak pesanan pelanggan. Perangkat lunak sering kali menggabungkan kedua tugas tersebut.

Manajemen inventaris memainkan peran penting dalam manajemen pesanan. Ketika pesanan diterima, inventaris dapat dialokasikan untuk pesanan tertentu, dan kemudian statusnya dapat diubah dalam catatan inventaris untuk pada dasarnya menempatkannya “ditahan” untuk pesanan itu. Selanjutnya, ketika sistem manajemen pesanan dan sistem inventaris terintegrasi, sistem inventaris dapat merekomendasikan lokasi mana yang harus memenuhi pesanan, berdasarkan di mana semua item dalam pesanan tersedia - ini menghilangkan beberapa pengiriman untuk satu pesanan.

Manajemen inventaris vs manajemen rantai pasokan

Manajemen rantai pasokan adalah proses mengelola hubungan pasokan di luar perusahaan dan aliran stok ke dalam dan melalui perusahaan. Manajemen inventaris dapat berfokus pada tren dan pesanan untuk perusahaan atau bagian dari perusahaan.

Manajemen inventaris sangat penting untuk rantai pasokan yang berjalan dengan baik. Manajemen inventaris mengikuti aliran barang ke, melalui, dan keluar dari gudang. Rantai pasokan mencakup perencanaan permintaan, pengadaan, produksi, kualitas, pemenuhan, pergudangan, dan layanan pelanggan - yang semuanya membutuhkan visibilitas inventaris.

Manajemen inventaris vs manajemen gudang

Manajemen gudang melengkapi manajemen inventaris. Manajemen gudang mengatur stok di gudang. Manajemen inventaris mengelola stok dan tren untuk banyak gudang atau seluruh perusahaan.

Kunci untuk merampingkan operasi gudang Anda adalah fasilitas yang ditata dengan cermat dan terorganisir dengan baik. Ketika setiap produk memiliki tempat khusus di gudang, hal ini mencegah staf bergerak secara tidak efisien dan memaksimalkan efisiensi tenaga kerja. Namun, proses ini hanya sebaik catatan inventaris yang mendorongnya.

Manajemen inventaris vs logistik

Logistik adalah praktik mengendalikan proses di gudang dan dalam sistem pengisian dan pengiriman. Manajemen inventaris menjaga tingkat stok dan mengelola lokasi stok.

Manajemen inventaris adalah bagian penting dari bagaimana perusahaan memanipulasi logistik mereka. Hubungan antara manajemen inventaris dan logistik saling bergantung. Logistik membutuhkan manajemen inventaris untuk menjalankan aktivitasnya. Sistem logistik yang baik akan meningkatkan aktivitas gudang dan operasional.

Manajemen inventaris vs ERP

Sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) adalah perangkat lunak yang mengelola aktivitas bisnis seperti akuntansi, pembelian, kepatuhan, dan operasi rantai pasokan. Sebaliknya, manajemen inventaris adalah bagian dari sistem ERP modern, yang memberikan wawasan tentang tingkat stok, inventaris dalam perjalanan, dan status inventaris saat ini - hal ini membuatnya terlihat di seluruh organisasi secara real time.

Manajemen inventaris membantu merencanakan pesanan pengisian ulang perusahaan dengan tepat. Sistem ERP memberikan data inventaris yang akurat kepada perusahaan, sehingga mereka memiliki informasi terkini untuk rencana manajemen inventaris mereka. Sistem ERP mengoptimalkan data sehingga manajemen inventaris berhasil.

Manajemen inventaris ritel

Inventaris ritel adalah persediaan produk yang Anda jual ke konsumen. Gunakan sistem untuk menetapkan harga yang menguntungkan dan memastikan Anda memiliki jumlah stok yang tepat untuk memenuhi permintaan.

Manajemen inventaris manufaktur

Manajemen inventaris manufaktur adalah praktik menyimpan stok yang cukup sehingga lini produksi dapat memenuhi pesanan. Proses ini membantu manajer melihat tingkat stok secara sekilas dan melacak bahan mentah, suku cadang, barang dalam proses, dan barang jadi.

Apa Itu manajemen inventaris multi-lokasi?

Manajemen inventaris multi-lokasi adalah proses mengelola stok di berbagai lokasi, gudang, dan toko ritel atau di berbagai saluran penjualan. Dengan manajemen multi-lokasi, Anda dapat memantau tingkat stok di semua lokasi dan mengoptimalkan inventaris Anda untuk memenuhi pesanan.

Apa yang dimaksud dengan sistem manajemen inventaris?

Sistem manajemen inventaris menggabungkan berbagai paket perangkat lunak untuk melacak tingkat stok dan pergerakan stok. Solusi ini dapat diintegrasikan dengan sistem penjualan multisaluran atau sistem pengiriman.

Sistem manajemen inventaris mengoptimalkan tingkat inventaris dan memastikan ketersediaan produk di berbagai saluran. Sistem ini menyediakan satu tampilan tunggal dan real-time untuk barang, inventaris, dan pesanan di semua lokasi dan saluran penjualan. Hal ini memungkinkan bisnis untuk membawa lebih sedikit inventaris dan membebaskan uang tunai untuk digunakan di bagian lain dari bisnis. Sistem manajemen inventaris membantu menjaga biaya inventaris tetap rendah sekaligus memenuhi ekspektasi pelanggan.

Bagaimana cara memilih sistem manajemen inventaris?

Memilih sistem manajemen inventaris adalah masalah mengidentifikasi fitur-fitur yang dibutuhkan bisnis Anda. Apakah Anda perlu melacak pergerakan stok dan lokasi di dalam gudang, atau merencanakan inventaris dan melacak tren, atau keduanya?

Sudah tahu apa yang Anda butuhkan?

Pertanyaan Umum Manajemen Inventaris

Ada banyak pertanyaan dalam topik yang luas dan rumit seperti manajemen inventaris. Berikut adalah jawaban untuk beberapa pertanyaan:

Apa tujuan manajemen inventaris?

Salah satu tujuan manajemen inventaris adalah menyimpan stok yang cukup untuk memuaskan pelanggan. Tujuan lainnya adalah berinvestasi sesedikit mungkin dalam stok sambil tetap mendapatkan keuntungan maksimal.

Mengapa manajemen persediaan penting dalam rantai pasokan

Manajemen persediaan sangat penting dalam rantai pasokan karena perusahaan harus menyeimbangkan permintaan pelanggan dengan ruang penyimpanan dan keterbatasan uang tunai. Manajemen inventaris memberikan visibilitas ke dalam rantai pasokan (pengadaan, produksi, pemenuhan, dll.) sehingga manajer dapat mengoordinasikan waktu tunggu pengiriman dengan jadwal produksi.

Bagaimana manajemen persediaan dapat ditingkatkan?

Menyimpan catatan akuntansi yang akurat dan melakukan penghitungan stok fisik secara teratur dapat meningkatkan upaya manajemen inventaris Anda. Sistem yang menyediakan visibilitas real-time ke dalam inventaris dapat membantu para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan bisnis yang penting. Anda juga harus mengetahui kondisi stok, terutama jika Anda berurusan dengan barang yang mudah rusak.

Bagaimana manajemen persediaan mempengaruhi kodal kerja

Barang yang ada di gudang mengikat modal kerja hingga barang tersebut terjual. Membuat rantai pasokan lebih efisien membuat Anda tidak perlu menyimpan terlalu banyak stok. Meningkatkan proses manajemen inventaris membantu Anda mencegah kesalahan penyimpanan, pengambilan, dan pengiriman yang mengurangi penjualan.

Apa yang dimaksud dengan kebijakan manajemen inventaris?

Kebijakan manajemen inventaris adalah rencana tentang cara menggunakan inventaris untuk membuat pelanggan senang dan mengurangi biaya. Kebijakan menguraikan hal-hal seperti metode manajemen stok yang digunakan perusahaan.

Apa saja jenis sistem manajemen persediaan?

Ada beberapa jenis sistem manajemen inventaris yang digunakan bisnis tergantung pada bagaimana mereka beroperasi. Tiga contohnya adalah inventaris manual, inventaris periodik, dan inventaris abadi. Metode manual adalah metode yang paling tidak canggih dan paling tidak akurat, dan sistem perpetual adalah sistem yang paling canggih dan paling akurat.

Sistem Persediaan Manual: Sistem ini melibatkan penghitungan barang secara fisik dan mencatatnya di atas kertas atau dalam spreadsheet. Bisnis kecil dapat menggunakan sistem manual.

Sistem Persediaan Berkala: Sistem inventaris periodik mencakup penghitungan manual dan periodik. Penghitungan periodik mencatat detail barang saat barang masuk dan keluar dari stok. Barcode menyederhanakan penghitungan stok. Basis data berisi catatan tingkat dan lokasi stok.

Sistem Persediaan Perpetual: Sistem inventaris abadi menyediakan data stok secara real-time, karena sistem ini mengandalkan tag identifikasi frekuensi radio (RFID) aktif yang selalu aktif dan mengirimkan informasi terbaru tentang pergerakan barang. Sementara itu, tag RFID pasif menggunakan pemindai untuk mengirim informasi stok ke database.

Apa yang dimaksud dengan tingkat layanan dalam manajemen inventaris?

Tingkat layanan untuk manajemen inventaris adalah seberapa besar perusahaan percaya bahwa mereka dapat berhasil menyimpan stok tertentu, dengan kata lain, ini adalah probabilitas perusahaan untuk menghindari kehabisan stok dan mendukung penjualan.

Bagaimana ERP membantu dalam manajemen inventaris?

Perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) sangat membantu dalam manajemen inventaris karena melacak dan memberikan wawasan tentang operasi rantai pasokan, akuntansi dan pembelian, mengkonsolidasikan informasi dan membuatnya terlihat di satu tempat.

Apa yang dimaksud dengan manajemen inventaris yang buruk?

Manajemen inventaris yang buruk adalah ketidakseimbangan antara menyimpan terlalu banyak dan terlalu sedikit stok. Definisi keseimbangan yang sempurna dapat berubah seiring dengan perubahan permintaan: Penjualan berubah ketika tren atau musim berubah. Manajemen stok yang buruk akan meningkatkan biaya dan dengan demikian mengurangi keuntungan.

Disadur dari: netsuite.com

Selengkapnya
Apa yang dimaksud dengan Manajemen Inventaris? Manfaat, Jenis, dan Teknik
« First Previous page 2 of 75 Next Last »