Riset dan Inovasi

Hari Air Sedunia, BRIN Tekankan Pentingnya Pengelolaan DAS Terpadu

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 14 Mei 2024


Hari Air Sedunia atau World Water Day diperingati setiap tanggal 22 Maret. Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hidayat menyatakan, peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pengelolaan sumber daya air berbasis daerah aliran sungai (DAS) terpadu.

“Pengelolaan DAS terpadu menghadirkan solusi holistik terhadap tantangan air yang kita hadapi. Strategi pengelolaan air yang proaktif terbukti mengurangi risiko bencana, melindungi masyarakat, dan menumbuhkan ketahanan regional,” ungkap Hidayat, pada seminar internasional bertajuk “Watershed-Based Water Resources Management for Shared Prosperity,” secara hibrida, Senin (18/3).

Karena itu, lanjut dia, perlu kolaborasi, keterlibatan masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan, untuk menjamin keamanan air jangka panjang dan lingkungan yang sehat. Hal ini mencakup praktik konservasi tanah dan air yang mencegah erosi, meminimalkan limbah, dan mendorong siklus air yang berkelanjutan.

“Pendekatan terpadu ini menumbuhkan win-win scenario, yang menguntungkan masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.

Komite Pengarah Program Hidrologi Internasional (IHP) UNESCO Indonesia yang juga Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito, mengatakan, pertumbuhan populasi global, gangguan iklim, polusi air, dan ketimpangan akses terhadap air bersih memerlukan peralihan ke praktik pengelolaan air berkelanjutan.

Tantangan-tantangan ini memerlukan solusi inovatif. Pengelolaan DAS menjadi solusi yang tepat.

“Dengan memahami aliran air di dalam DAS dan menerapkan langkah-langkah seperti dataran banjir dan penyangga alami, kita dapat meminimalkan dampak banjir dan kekeringan. Ini melindungi masyarakat, infrastruktur, dan lahan pertanian,” ungkap Mego.

Selain itu, pengelolaan DAS dinilai mendorong efisiensi biaya. Mengoptimalkan penggunaan air berarti meminimalkan kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran.

“Hal ini dapat mencakup promosi teknologi hemat air di bidang pertanian dan perkotaan. Serta penerapan teknik pemanenan air hujan. Sehingga, mengurangi permintaan terhadap sumber daya yang ada dan menurunkan biaya pengolahan air,” jelasnya.

Dikatakan Mego, seminar ini menjadi batu loncatan gelaran World Water Forum 2024 bulan Mei mendatang.

“Dengan mendorong dialog dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, membuka jalan bagi pengembangan solusi inovatif dan kolaboratif terhadap tantangan air global yang kita hadapi,” tandasnya.

Rehabilitasi hutan dan lahan

Dalam kesempatan ini, Martin Doviyanti dari Direktorat Konservasi Tanah dan Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan, pengelolaan DAS mencakup produksi, regulasi, distribusi, dan konsumsi air yang melibatkan banyak pihak.

Karena itu, konservasi tanah dan air menjadi upaya mencegah erosi tanah, menjaga kualitas air, dan mengelola penggunaan sumber daya tanah dan air secara berkelanjutan.

Menurutnya, dalam hal pengembangan energi baru terbarukan, rehabilitasi hutan dan lahan dapat menjadi salah satu alternatif. Pemilihan jenis tanaman yang tepat perlu dilakukan.

“Rehabilitasi hutan dan lahan (forest and land rehabilitation/FLR) merupakan upaya pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan fungsi hutan dan lahan. Agar daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam menunjang sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” terang Martin.

Sasarannya, lanjut Martin, FLR diprioritaskan pada daerah hulu DAS yang rawan banjir, kekeringan, tanah longsor, daerah tangkapan air dari waduk, bendungan, danau, daerah imbuhan air tanah, dan daerah sempadan sungai. Serta, daerah hilir DAS yang rawan terhadap tsunami, intrusi air laut, dan abrasi sungai.

“Implementasi FLR sudah diterapkan antara lain di Jawa Tengah, Kawasan Hutan Gunung Balak Lampung, Desa Girimulyo, Kawasan Bukit Menoreh Yogyakarta, dan Hutan Cyclop Papua. Juga dilakukan sentra pembibitan tanaman tertentu di sejumah daerah seperti Mentawir, Labuan Bajo, Toba, Rumpin, dan mangrove di Bali,” pungkasnya.

Sebagai informasi, seminar internasional ini diselenggarakan oleh Komite Nasional Indonesia untuk IHP UNESCO bekerja sama dengan BRIN dan Masyarakat Limnologi Indonesia. Pertemuan ini menjadi contoh pentingnya kolaborasi dalam berbagi pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya air secara terpadu. 

Sumber: https://brin.go.id/

 

Selengkapnya
Hari Air Sedunia, BRIN Tekankan Pentingnya Pengelolaan DAS Terpadu

Riset dan Inovasi

BRIN dan Pihak Swasta Komitmen Kurangi Gas Rumah Kaca

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 14 Mei 2024


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng PT. TUV Rheinland Indonesia (TRID) untuk melakukan riset bersama terkait  standar keberlanjutan dan sistem pelaporan terkait penilaian keberlanjutan industri dan produk. Kolaborasi kedua belah pihak ini merupakan upaya mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya dalam bidang Low Carbon Development Initiative.

Kerja sama ini diwujudkan dengan penandatanganan naskah kerja sama yang dilakukan di Gedung BJ. Habibie, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta, Jumat (15/03).  Naskah kerja sama ini ditandatangani antara Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH)  Nugroho Adi Sasongko dengan Presiden Direktur PT. TRID I Nyoman Susila.

Nugroho menjelaskan, upaya mencapai SDGs khususnya dalam pengurangan emisi karbon telah menjadi target untuk semua negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia telah menetapkan sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional di tahun 2030.

"Selain itu, mitigasi dan aksi pengurangan gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh aktivitas perorangan, perusahaan, atau negara diharapkan terpenuhi melalui komitmen nasional dalam Enhanced National Determined Contribution (ENDC) juga di Tahun 2030," ujar Nugroho.

Guna mencapai target yang telah ditetapkan, lanjut Nugroho, pemerintah telah mengeluarkan regulasi terkait dengan Gas Rumah Kaca (GRK) untuk mendukung target untuk memenuhi net zero emission maksimal pada tahun 2060. Dalam Pemenuhan target-target tersebut, terdapat banyak Norm, Standards dan Technical Regulations terkait Industri dan Produk yang ramah lingkungan diwajibkan terpenuhi oleh Komunitas Internasional.

"Diperlukan riset dan pengembangan standarisasi industri serta produk, untuk meningkatkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, riset dan pengembangan sistem produksi berkelanjutan dan penilaian daur hidup menjadi rancangan strategi yang paling penting untuk mendukung hal-hal tersebut," jelasnya.

Menurut Nugroho, BRIN dalam hal ini PR SPBPDH merupakan pusat riset yang memiliki bidang kepakaran terkait sistem produksi berkelanjutan dan penilaian daur hidup dan secara spesifik mengenai Norm, Standards, serta Technical Regulations dalam Pengukuran, Verifikasi, Sistem Pelaporan serta Penilaian Keberlanjutan Industri Serta Produk dalam Industri dan Perdagangan Global. Sedangkan PT. TRID merupakan lembaga swasta di bidang jasa layanan sertifikasi, inspeksi, pengujian serta pelatihan, dan merupakan bagian dari TUV Rheinland Group.

"Saat ini perusahaan sedang berkonsentrasi dalam topik upaya untuk mereduksi GRK di Indonesia dan mendorong strategi kepada berbagai perusahaan terkait dengan sustainability. Karenanya membutuhkan peran dari PRSPBPDH BRIN dalam melakukan riset dan dan pengembangan keilmuan yang terkait bidang tersebut," ujar Nugroho.

Presiden Direktur TRID I Nyoman Susila merasa bangga mempunyai kesempatan bisa bekerja sama dengan BRIN. Kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi dua institusi yang saling membutuhkan.

"Kerja sama ini bisa menjadi momentum untuk kolaborasi antara dua institusi yang saling membutuhkan, dan kami merasa bangga bisa bekerja sama dengan BRIN," kata I Nyoman.

Kerja sama kata I Nyoman, diharapkan mendapatkan dokumen riset terkait dengan standar keberlanjutan dan sistem pelaporan terkait penilaian keberlanjutan industri dan produk yang dapat dimanfaatkan oleh industri di Indonesia serta global. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN dan Pihak Swasta Komitmen Kurangi Gas Rumah Kaca

Riset dan Inovasi

Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 14 Mei 2024


Periset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menekankan perlunya menetapkan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat perlu memiliki peta bahaya tsunami. Terlebih lagi beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami tsunami, sehingga masyarakat harus lebih waspada dalam menghadapi risiko ketika terjadi bahaya tsunami.

Dikatakan Rahma, terkait kesiapan tsunami dalam kerangka piloting UNESCO-IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission) Tsunami Ready, ada beberapa indikator yang harus dilakukan. Salah satunya agar ditetapkannya wilayah bahaya tsunami, dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami.

Hal ini disampaikan Rahma saat gelaran Geohazard #3 Tsunami Hazards In Indonesia: a workshop to discuss recent events, their impact and their mitigation. Kegiatan ini merupakan milestone dari kerja sama antara PRKG BRIN dan British Geological Survey (BGS), yang dilaksanakan di Bandung pada Jum’at (15/3).

Wanita yang akrab dipanggil Rahma, adalah Peneliti Ahli Muda sekaligus Ketua Kelompok Riset Komunikasi Sains, Risiko dan Resiliensi Gempa Tsunami BRIN. Dirinya memaparkan tentang riset dan inovasi terkait Building (Geo) Science to policy and Action Nexus in strengthening Earthquake and Tsunami Resilience in Case of Archipelagic and Diverse Country: Indonesia.

“Dengan pembuatan peta risiko tsunami dan peta jalur evakuasi berbasis teknologi foto udara, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap tsunami. Tentunya dalam rangka meminimalkan korban jiwa dan kerugian ekonomi,” imbuhnya.

Untuk membangun penguatan kesiapsiagaan tsunami, Rahma menekankan semua pihak untuk melakukan standarisasi penerapan sistem peringatan dini tsunami di daerah rawan bencana. Dengan metode, persyaratan, dan prosedur praktik terbaik, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan tsunami.

“Tentunya substansi penguatan kesiapsiagaan tsunami ini meliputi Risk Assessment, Penyebaran dan Komunikasi Pengetahuan, Layanan Pemantauan dan Peringatan, Response Capability, Komitmen otoritas dan masyarakat terhadap keberlanjutan Sistem Peringatan Dini,” himbaunya.

David Tappin salah seorang nara sumber dari BGS menyatakan, biasanya tsunami dipelajari oleh para seismolog karena sumber gempa bumi yang dominan.

“Namun, sejak akhir tahun 1980-an, para ahli geosains mengungkapkan bahwa gempa bumi bukan satu-satunya sumber tsunami. Melainkan longsoran sedimen di bawah laut maupun permukaan atau subaerial juga merupakan sumber dari tsunami,” tutur David.

Menurut David, gempa bumi dapat menghasilkan tsunami secara tidak langsung melalui tanah longsor koseismik. Tsunami yang terutama disebabkan oleh perpindahan komponen vertikal dasar laut dari bawah ke atas, pada wilayah perpindahan dasar laut yang lebih luas cenderung menghasilkan tsunami dengan jangka waktu yang lama.

“Gaya dorong dan patahan normal merupakan sumber langsung tsunami dibandingkan strike slip atau sesar yaitu gaya gesekan yang membuat lempeng-lempeng saling bergerak. Dorongan dan patahan yang jatuh menukik tajam adalah yang paling utama penyebab tsunami,” tuturnya.

David Tappin juga menambahkan, berdasarkan besarannya, tidak semua gempa menimbulkan tsunami. Menurutnya, tsunami yang berbahaya disebabkan oleh gempa bumi yang lebih besar dari 7 magnitudo. Bahkan untuk peristiwa tsunami yang besar kekuatan gempanya adalah pada 8 sampai 9 magnitudo.

"Tiga proses yang harus diperhatikan berdasar dampaknya dari tsunami adalah sumber pembuatan gelombang, perbanyakan gelombang melalui lautan. Kemudian run-up atau ketinggian tsunami pada titik inundasi maksimum di daratan, dihitung dari referensi muka air laut di darat," tegas David.

Menurut laman gawpalu.id, inundasi adalah jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Semakin landai pantai maka jarak jangkauan inundasi semakin jauh dan panjang dari garis pantai.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari dalam sambutannya menyebutkan, bencana tsunami perlu dipelajari dengan baik sehingga dapat memberikan peringatan dini dan mengedukasi masyarakat. Sehingga jika terjadi bencana tsunami jatuhnya korban dapat diminimalisir.

“Kita juga harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Indonesia termasuk wilayah yang rawan terjadinya bencana termasuk bencana tsunami juga penting sehingga meningkatkan kewaspadaan yang tinggi. Paham mengenai bahaya tsunami, seperti bagaimana terjadinya, bagaimana dampaknya, dan bagaimana mitigasinya,” tuturnya.

Dalam riset kebencanaan yang mampu menunjukkan sumber suatu bencana sangat penting, karena dari sumber itulah dapat ditentukan teknologi mitigasinya. Demikian juga dengan bencana tsunami dimana dampak yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Selain terjadi kerusakan sarana dan prasarana, bahkan korban jiwa. Bencana tsunami pada akhirnya memberikan dampak terhadap perekonomian bahkan kemanusiaan.

Para nara sumber dari PRKG BRIN menyampaikan berbagai hasil risetnya, antara lain Peneliti Ahli Utama Eko Yulianto dan Semeidi Husrin. Perekayasa Ahli Utama Dwi Abad Tiwi, Peneliti Ahli Madya Purna Sulastya Putra, dan Peneliti Ahli Muda Nuraini Rahma Hanifa.

Hadir pula Vulkanolog Mirzam Abdurahman nara sumber dari ITB, dan dari UNPAD ada Teuku Yan Waliana Muda Iskandarsyah Dosen Fakultas Teknik Geologi. 

Sumber: https://brin.go.id/

 

Selengkapnya
Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

Riset dan Inovasi

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 10 Mei 2024


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyiapkan platform kolaborasi biologi struktur biomolekul keanekaragaman hayati.

“Kita mempelajari struktur molekuler untuk memahami bagaimana sistem biologi organisme bekerja,” kata Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN Ahmad Fathoni, dalam Webinar Series on Structural Biology 02, bertajuk Studying Cell and Tissue Structure with Aquilos 2 Cryo-EM, Jumat (15/3).

Platform ini, jelas Fathoni, meliputi keanekaragaman hayati tumbuhan, mikroba dan hewan, dengan target biomolekulnya adalah protein, protein kompleks, sel, dan jaringan.

Dikatakan Fathoni, para ilmuwan telah merevolusi cara memahami dunia mikroskopis untuk memberikan gambar yang luar biasa tajam dan detail pada skala nanometer. Laboratorium biokimia di seluruh dunia memilih cryo electron microscopy (cryo-EM) karena membantu mempercepat penelitian.

Dengan cryo-EM, ungkapnya, detail molekuler dapat terlihat pada resolusi yang relevan secara biologis.

Selain itu juga memberikan wawasan tentang fungsi protein dan mekanisme penyakit, memfasilitasi desain obat yang efektif, dan memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang proses dan jalur biologis yang kompleks.

“Dengan platform kolaborasi ini, diharapkan menghasilkan SDM unggul di bidang biologi struktur, selain karya tulis ilmiah, kekayaan intelektual, dan struktur 3D,” tuturnya.

Khusus Sel dan Jaringan

Peneliti Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir BRIN Arbi Dimyati menjelaskan, Aquilos 2 Cryo-FIB diciptakan khusus untuk sel dan jaringan.

“Alat ini merupakan alat preparasi untuk mempersiapkan sampel agar dapat dikarakterisasi di Krios,” terangnya.

Menurut Thermoscientific, jelas Arbi, Aquilos 2 Cryo-FIB adalah generasi terbaru dari sistem cryo-dual beam. Disebut dual beam karena memiliki dua sumber cahaya, yakni ion dan elektron.

“Alat ini dikhususkan untuk persiapan lamela tipis, elektron-transparan untuk tomografi cryo-electron resolusi tinggi atau microED dari mikrokristal,” paparnya.

Arbi menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, single particle cryo-EM telah muncul sebagai teknik biologi struktural utama yang dapat menentukan struktur 3D protein dan kompleks protein pada resolusi atom. Namun, single particle cryo-EM terbatas pada protein yang sangat dimurnikan, tidak bisa menganalisa hubungan antara struktur kecil protein dengan selnya.

Karena itu, sel bisa direkonstruksi ke dalam 3D melalui tomografi. “Tomografi adalah pencitraan melalui berbagai sudut yang diproyeksikan dan direkonstruksi ke dalam komputer. Maka akan mendapatkan struktur partikel yang dianalisa,” beber Arbi.

Cara kerja Aquilos, urainya, sama seperti scanning eletron microscope (SEM). Tetapi menggunakan dual beam, yaitu electron column untuk membuat gambar dan ion column untuk memotong sampel.

“Kelebihan lain dari alat ini adalah menggunakan cryo stage, di mana sampel didinginkan sampai minus 194 derajat menggunakan gas nitrogen,” jelas Arbi.

Dirinya lantas menjelaskan proses preparasi menggunakan Aquilos. Di antaranya, sampel diletakkan di atas grid, kemudian dibekukan agar menghindari dehidrasi. Lalu, di-mapping untuk menentukan sel mana yang akan dipreparasi.

Setelah proses tersebut, sel akan dipotong supaya menjadi tipis dan dapat dianalisa dengan transmission electron microscope (TEM). Dengan syarat, partikel/lapisan memiliki dimensi maksimum 100 nanometer. Maka, kita dapat melihat struktur internal dari sel.

“Aquilos 2 Cryo-FIB juga bisa digunakan dengan fluorescence microscope yang berfungsi untuk mempermudah preparasi sampel. Sehingga, mendapatkan posisi sampel yang diinginkan, bahkan dalam ukuran nano,” pungkas Arbi.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Riset dan Inovasi

Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 10 Mei 2024


Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farida Rahayu mengungkapkan, permasalahan sulitnya fermentasi etanol yang selama ini dilakukan dalam produksi bioetanol. Di mana, biomassa dikonversi menjadi etanol melalui tahapan yang cukup panjang.

“Metode ini dianggap kurang efektif karena menyebabkan tingginya biaya produksi,” ungkap Farida, dalam webinar Friday Scientific Sharing Seminar series 31, Jumat (15/3).

Dijelaskannya, perkembangan generasi bioetanol berdasarkan jenis substratnya saat ini sudah sampai generasi ke-4, yaitu dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme.

Sehingga dalam risetnya, Farida menawarkan metode fermentasi baru dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang telah direkayasa genetiknya.

“Dalam kegiatan riset ini, kita menggunakan bakteri acetogen,” rincinya.

“Untuk metode riset ini kita menawarkan tahapan yang dipersingkat, di mana antara tahapan sakarifikasi, fermentasi, dan distilasi dijadikan satu dalam satu bioreaktor,” imbuh Farida.

Farida meyakini, dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang notabene memiliki suhu optimum pertumbuhan tinggi dan hampir berdekatan dengan destilasi. Sehingga, harapannya tidak perlu untuk memindahkan mikroorganisme ini untuk melakukan destilasi.

“Diharapkan pula dengan metode fermentasi thermophilic ini, hasil etanol yang didapatkan menjadi lebih optimal. Karena selain proses destilasi itu terjadi, mikroba masih bisa melakukan produksi. Berbeda dengan bila kita menggunakan mikroorganisme mesofilik pada saat destilasi, maka kegiatan produksi itu akan berhenti,” jelas Farida.

Harapannya, lanjut dia, menggunakan thermophilic fermentasi dengan mikroorganisme yang sudah di rekayasa genetiknya akan bisa mendapatkan hasil etanol yang lebih optimal.

“Adapun pendekatan dari strain improvement bisa kita lakukan melalui mutant selectionrecombination atau recombinant DNA Technology. Kegiatan riset yang dilakukan di sini menggunakan recombinant DNA technology,” terang Farida.

Dirinya mengatakan tujuan riset tersebut untuk meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan aktivitas regulasi dari suatu enzim.

Selain itu, tujuan lainnya adalah memanfaatkan ilmu dan teknologi recombinant DNA/genetic engineering, untuk bisa mendapatkan suatu mutan yang bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri.

Menurutnya, ilmu dan teknologi tentang manipulating dan improving microbial strains penting untuk meningkatkan kapasitas metabolisme mikroorganisme yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Maka, ilmu semakin berkembang dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai informasi, dijelaskan juga oleh Farida tiga generasi bioetanol sebelumnya. Pada bioetanol generasi pertama masih menggunakan substrat yang berdekatan dengan pangan seperti gula atau pati. Karena dirasa ada kompetisi antara pangan dan energi, maka ilmu itu akan berkembang terus hingga pada generasi kedua.

“Di generasi kedua ini, substrat yang digunakan untuk produksi bioetanol adalah dari residu/limbah lignoselulosa biomassa. Dari sini diharapkan ada renewable energy. Karena kalau berasal dari lignoselulosa ke biomassa bisa diperbarui setiap saat,” jelasnya.

Setelah itu, berkembang lagi di generasi ke-3, dengan memanfaatkan biomassa alga atau mikroalga yang juga digunakan sebagai substrat untuk produksi bioetanol.

Hingga dalam perkembangannya saat ini, generasi ke-4 dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Riset dan Inovasi

Memahami Matahari sebagai Bintang Terdekat dari Bumi

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 10 Mei 2024


Matahari adalah salah satu bintang yang paling dekat dengan bumi. Aktivitas dan pengaruhnya sangat besar terhadap kehidupan manusia. Sehingga, berbagai penampakan fisik, aktivitas, dan fenomena yang terjadi selalu menjadi kajian yang menarik.

Salah satu kajian matahari dan aktivitasnya adalah tentang pergerakan bintik matahari. “Di matahari ada bintik-bintik yang disebut sunspotSunspot mengalami perubahan dalam setiap kemunculannya,” ungkap periset Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhamad, dalam Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa (DOFIDA), secara daring, Jumat (15/3).

Selain sunspot, lidah api atau prominensa adalah fenomena matahari yang juga menarik untuk dikaji. “Kami mengkaji filamen tersebut dari mulai evolusinya, pembentukannya, sampai kemudian karakteristiknya. Sehingga, kita bisa ketahui kira-kira yang akan berbahaya bagi bumi itu seperti apa,” jelasnya.

Fenomena lain yang menjadi kajian periset yakni cuaca antariksa. Cuaca antariksa adalah keadaan di lingkungan antariksa, khususnya antara matahari dan bumi. Seperti halnya cuaca di bumi, cuaca antariksa bersifat dinamis dan sangat bergantung pada aktivitas matahari.

Berbagai aktivitas matahari dapat secara langsung mengubah kerapatan dan tekanan plasma di ruang antarplanet dan ionosfer. Selain itu meningkatkan tekanan magnetik pada magnetosfer bumi, dan dapat menyebabkan munculnya berbagai macam fenomena alam yang terkait dengan medan magnet dan medan listrik di bumi.

Siklus Matahari

Menurut Johan, di samping berbagai fenomena tersebut, gerhana matahari merupakan salah satu peristiwa yang paling umum diketahui. Tahun 2023, terjadi gerhana matahari total di Indonesia bagian timur.

“Kami melakukan ekspedisi untuk melakukan pengamatan gerhana matahari dan data-datanya itu sangat banyak. Termasuk kami kerja sama juga dengan Institut Teknologi Sumatra (ITERA) menggunakan data mereka untuk mengkaji bentuk-bentuk korona matahari,” tuturnya.

Korona matahari yaitu lapisan terluar dari atmosfer matahari yang bentuknya menyerupai mahkota dan dapat menjadi penanda siklus matahari. Siklus matahari adalah daur aktivitas matahari yang berulang setiap sekitar sebelas tahun sekali.

Artinya, aktivitas matahari tidak selalu sama di setiap saat. Terkadang, matahari sangat aktif melepaskan energi eksplosif. Sementara, di periode lainnya matahari bersikap sangat tenang.

Manusia telah lama mengenal keberadaan siklus sebelas tahun ini. Setidaknya, keberadaan siklus matahari telah terdokumentasikan dengan baik sejak abad 18. Saat ini, kita sedang berada di awal siklus ke-25, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024-2025.

Pada saat itu, aktivitas matahari diperkirakan akan meningkat dengan frekuensi kejadian flare dan lontaran massa korona kemungkinan akan bertambah.

Masyarakat dapat mengetahui kondisi cuaca antariksa dengan memantau web penyedia layanan informasi cuaca antariksa. Tersedia juga layanan informasi seperti ini melalui web Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS) di laman http://swifts.brin.go.id/.

Di dalam web SWIFtS, masyarakat dapat menemukan informasi mengenai aktivitas matahari yang terjadi dalam 24 jam terakhir. Selain itu, kondisi geomagnet dan ionosfer global serta regional wilayah Indonesia. Data-data yang disampaikan dalam SWIFtS merupakan rangkuman dari hasil pengamatan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan dunia, serta pengamatan dari antariksa.

“Selain itu, masyarakat juga dapat mengetahui prediksi cuaca antariksa dalam 24 jam mendatang berdasarkan hasil analalisis para peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN. Laman web SWIFtS ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, untuk memfasilitasi pembaca dari Indonesia dan mancanegara,” pungkas Johan. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Memahami Matahari sebagai Bintang Terdekat dari Bumi
« First Previous page 4 of 14 Next Last »