Perindustrian

Demystifying Public Transport: Exploring Transport Routes and Networks

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 02 Mei 2024



Trayek angkutan (Inggris: transport route) adalah lintasan kendaraan umum atau trayek untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Misalnya trayek Jakarta - Bogor diawali di terminal Kampung Rambutan/Jakarta - Jalan tol Jagorawi - terminal Baranang Siang/Bogor.

Jaringan Trayek:

Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang baik diperkotaan, antar kota dalam provinsi ataupun antar kota antar provinsi. Jaringan Trayek Busway TransJakarta di Jakarta pada tahun 2019 meliputi 13 Koridor dan direncanakan akan menjadi 15 Koridor beberapa tahun ke depan.

Izin Trayek Angkutan:

Izin trayek angkutan umum jalan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dikelompokkan atas Angkutan trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak dalam trayek yang dikenal sebagai izin operasi.

Angkutan Trayek Tetap dan Teratur:

Angkutan Trayek Tetap dan Teratur melayani lintasan/rute yang tetap dari terminal yang telah ditetapkan ke terminal tujuan yang telah ditetapkan dan dilayani dengan frekuensi tertentu/dilengkapi dengan jadwal perjalanan.

Angkutan Lintas Batas Negara:

Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

Angkutan Antar Kota Antar Provinsi:

Angkutan Antar Kota Antar Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota yang melalui lebih dari satu daerah Provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi:

Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu daerah Provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

Angkutan Kota:

Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kotamadya atau wilayah ibu kota Kabupaten atau dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

Angkutan Perdesaan:

Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat/desa ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibu kota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum/Angkot yang terikat dalam trayek.

Disadur: id.wikipedia.com

 
Selengkapnya
Demystifying Public Transport: Exploring Transport Routes and Networks

Perindustrian

Masyarakat 5.0

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 02 Mei 2024


Society 5.0, juga dikenal sebagai Super Smart Society, adalah sebuah konsep untuk masyarakat masa depan yang diciptakan melalui revolusi industri baru, yang diperkenalkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 2016. Rencana ini mengusulkan untuk mengintegrasikan berbagai teknologi, seperti kecerdasan buatan, secara lebih efektif ke dalam masyarakat.

Rencana ini muncul sebagai wujud nyata dan adopsi dari Revolusi Industri Keempat dan pertama kali diperkenalkan oleh Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi dari Kantor Kabinet pemerintah Jepang. Peresmian Society 5.0 dilakukan dalam kerangka Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5, yang dipresentasikan oleh mendiang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2019. Pendekatan ini membayangkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyelaraskan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian tantangan sosial. Pendekatan ini menunjukkan bahwa keseimbangan ini dapat dicapai dengan mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.  

Tujuan

Masyarakat 5.0, sebagaimana digariskan oleh pemerintah Jepang, bertujuan untuk mengintegrasikan ruang digital dan ruang fisik untuk mengatasi berbagai tantangan masyarakat. Strategi ini mengupayakan pertumbuhan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial secara simultan dengan menyediakan barang dan jasa yang disesuaikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, melampaui batas geografis, demografis, dan bahasa. Strategi ini mendorong pergeseran ke arah masyarakat yang berpusat pada manusia, padat pengetahuan, dan berbasis data. Berbeda dengan Industrie 4.0 Jerman, yang berfokus pada integrasi TI industri, Society 5.0 memperluas penerapan TI untuk meningkatkan ruang hidup dan kebiasaan masyarakat.

Kantor Kabinet Pemerintah Jepang mendeskripsikan Society 5.0 sebagai sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memastikan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kesehatan bagi semua individu, memfasilitasi pengajaran gaya hidup yang diinginkan. Inisiatif ini mengatasi stagnasi yang ada dengan mempromosikan masyarakat yang merangkul kemajuan teknologi dan perubahan sosial. Society 5.0 mengutamakan rasa saling menghormati antar generasi dan mendukung kemampuan setiap individu untuk menjalani kehidupan yang aktif dan memuaskan.

Sejarah

Istilah Society 5.0 berasal dari niat untuk menciptakan masyarakat baru kelima dengan memanfaatkan transformasi digital sebaik-baiknya, setelah melalui beberapa masyarakat seperti masyarakat berburu (Society 1.0), masyarakat agraris (Society 2.0), masyarakat industri (Society 3.0), dan masyarakat informasi (Society 4.0).

Masyarakat 1.0 (Masyarakat pemburu)

Masyarakat pemburu-pengumpul adalah konsep antropologi yang mencirikan cara hidup masyarakat yang bergantung pada perburuan dan pengumpulan hewan dan tumbuhan liar untuk bertahan hidup. Dipercaya bahwa semua masyarakat manusia mengikuti gaya hidup pemburu-pengumpul hingga munculnya pertanian selama era/periode Neolitikum.

Masyarakat 2.0 (Masyarakat Agraris)

Masyarakat agraris adalah struktur masyarakat yang ekonominya bergantung pada pertanian. Asal-usul masyarakat agraris dikaitkan dengan Revolusi Neolitikum, juga dikenal sebagai Revolusi Pertanian Pertama, yang terjadi pada zaman Neolitikum atau Zaman Batu. Masyarakat ini telah bertahan di berbagai belahan dunia selama ribuan tahun sejak saat itu, hingga hari ini, menjadikannya bentuk organisasi sosial dan ekonomi yang paling umum sepanjang sejarah kerja organisasi manusia di zaman pra-industri. 

Masyarakat 3.0 (Masyarakat Industri)

Masyarakat industri adalah masyarakat yang telah membuat kemajuan signifikan dalam industrialisasi, dan juga disebut sebagai masyarakat industri. Dalam banyak kasus, masyarakat industri mengikuti tahap sebelumnya yang dicirikan oleh masyarakat pertanian, termasuk memanfaatkan sepenuhnya teknologi di berbagai bidang untuk masyarakat yang berpusat pada manusia 

Masyarakat 4.0 (Masyarakat informasi)

Masyarakat informasi adalah masyarakat di mana kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, pembuatan, penyebaran, dan penggabungan informasi menjadi sangat penting. Katalisator utama di balik fenomena ini adalah teknologi informasi dan komunikasi, yang telah menyebabkan perkembangan pesat mesin otomatis dan robot untuk revolusi industri dan informasi. 

Aplikasi teknologi

Laporan Institut Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Maju Jepang mencantumkan enam topik berikut sebagai teknologi dasar untuk mewujudkan Masyarakat 5.0:

  • Teknologi untuk meningkatkan kemampuan manusia, menumbuhkan kepekaan, dan memungkinkan kontrol dalam Sistem Cyber-Fisik (CPS).
  • Teknologi perangkat keras AI dan sistem aplikasi AI.

  • Teknologi keamanan yang dikembangkan sendiri untuk aplikasi AI.

  • Teknologi jaringan yang sangat efisien bersama dengan perangkat input dan output informasi yang canggih.

  • Teknologi sistem manufaktur generasi berikutnya yang dirancang untuk memfasilitasi kustomisasi massal.

  • Teknologi pengukuran baru yang disesuaikan untuk proses manufaktur digital.

Federasi Bisnis Jepang (Keidanren) memprakarsai "Masyarakat 5.0 untuk SDGs" sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena kompatibilitas antara Masyarakat 5.0 dan SDGs.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Masyarakat 5.0

Perindustrian

Industri Pengolahan Nonmigas Tumbuh 3,67% Berkat Kebijakan Pemulihan Ekonomi

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 01 Mei 2024


Industri pengolahan nonmigas mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,67% sepanjang tahun 2021 atau lebih tinggi dibanding capaian pada tahun 2020 yang mengalami kontraksi 2,52% karena dampak pandemi Covid-19. Pemulihan sektor manufaktur ini berkat berbagai kebijakan strategis yang telah dikeluarkan pemerintah guna mendongkrak produktivitas sekaligus menciptakan iklim usaha kondusif.

“Perjalanan pembangunan sektor industri manufaktur di tahun 2021 masih diwarnai dengan gejolak dan tantangan akibat pandemi Covid-19. Namun Alhamdulilllah, kita mampu melewati dan bisa mengendalikannya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (7/2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa industri tumbuh luar biasa mencapai dua digit, di antaranya industri alat angkutan yang tumbuh sebesar 17,82%, diikuti industri industri logam dasar (11,50%), serta industri mesin dan perlengkapan (11,43%). Selain itu industri kimia, farmasi, dan obat tradisional melanjutkan tren positifnya dengan tumbuh 9,61%.

Menperin menegaskan, kinerja sektor industri di tahun 2021 merupakan dampak dari upaya Kemenperin turut andil mengusulkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal guna membangkitkan gairah pelaku industri di tengah pandemi. Selain itu, penyederhanaan peraturan di semua sektor terus dipacu, yang bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Sejalan dengan upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional, diperlukan kebijakan untuk memberikan kepastian berusaha, kepastian hukum, dan penciptakan iklim usaha yang memberi rasa aman dan kondusif untuk melakukan kegiatan usaha, khususnya di sektor industri,” papar Agus.

Adapun kebijakan strategis yang diinisiasi oleh Kemenperin di masa pandemi, antara lain mengeluarkan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI), kebijakan substitusi impor 35% hingga tahun 2022, serta pengoptimalan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

“Di sektor otomotif, program insentif PPnBM DTP juga terbukti mampu menopang pertumbuhan dan peningkatan produksi kendaraan,” ungkap Agus. Selain itu, Kemenperin fokus terhadap pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) serta pelaksanaan hilirisasi industri karena memiliki dampak yang luas bagi perekonomian.

Selanjutnya, Menperin juga berupaya memberikan jaminan ketersediaan bahan baku industri. Hal ini sangat penting dalam mendukung keberlangsungan produktivitas sektor industri, terutama di masa pandemi. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas.

“Strategi pemenuhan bahan baku bagi industri juga harus menjadi perhatian di masa lonjakan kasus Covid-19 yang sedang terjadi sekarang, agar industri tetap berproduksi memenuhi permintaan ekspor dan dalam negeri,” ujar Menperin.

Menurut laporan BPS, industri pengolahan masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi ekonomi pada tahun lalu. Salah satu penopang utama adalah produksi mobil yang tumbuh hingga 62,56%, kemudian produksi motor tumbuh sebesar 34,41%, dan produksi semen tumbuh 7,04%.

Agus menambahkan, sektor industri manufaktur masih menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional. Hal ini salah satunya tercermin dari perannya dalam memberikan kontribusi paling besar pada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional.

“Kami sangat mengapresiasi pelaku industri manufaktur yang konsisten menjadi kontributor terbesar di antara sektor ekonomi lainnya,” ungkap Agus. Pada triwulan IV-2021, sumbangsih sektor industri terhadap PDB nasional mencapai 18,80% dan tumbuh 4,92% (y-o-y).

Kinerja gemilang lainnya juga ditunjukkan sektor industri manufaktur, yang terus memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Nilai ekspor industri manufaktur pada tahun 2021 sebesar USD177,10 miliar atau menyumbang hingga 76,49 persen dari total ekspor nasional.

Capaian tersebut melampaui nilai ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar Rp131 miliar dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019 yang berada di angka Rp127,38 miliar. Sementara itu, realisasi investasi di sektor manufaktur pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp325,4 triliun atau naik 19,24% dari nilai investasi tahun 2020.

Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. “Seiring dengan bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang,” pungkas Agus.

Sumber Artikel : kemenperin.go.id

Selengkapnya
Industri Pengolahan Nonmigas Tumbuh 3,67% Berkat Kebijakan Pemulihan Ekonomi

Perindustrian

Transformasi CO2-to-X: Potensi Penggunaan Kembali Karbon di Indonesia untuk Mencapai Tujuan Dekarbonisasi

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 01 Mei 2024


Seiring dengan meningkatnya permintaan energi yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia, negara-negara di kawasan ini semakin mencari investasi yang memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan kebutuhan energi dengan tujuan dekarbonisasi. Di antara negara-negara tersebut, Indonesia telah mengumumkan ambisi untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia telah mulai mempromosikan bahan bakar nabati dan etanol sebagai sumber energi terbarukan. Implementasi program Mandat Biodiesel (B35) secara nasional pada tahun 2023, yang mengharuskan pencampuran 35 persen biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit dengan 65 persen bahan bakar diesel konvensional di sektor transportasi dan industri, adalah salah satu contohnya.

Peluncuran produk bensin baru yang mengandung campuran 5 persen etanol yang berasal dari tebu dalam negeri oleh Pertamina pada tahun 2023 di Surabaya merupakan inisiatif lainnya. Namun, upaya-upaya yang dilakukan hingga saat ini masih belum cukup untuk memenuhi tujuan transisi energi, mengingat permintaan energi yang terus meningkat. Oleh karena itu, penerapan berbagai strategi dekarbonisasi dalam waktu dekat akan menjadi sangat penting untuk mendukung transisi menuju nol karbon di Indonesia. Salah satu strategi yang sedang berkembang, yang telah mendapatkan daya tarik di Indonesia dan Malaysia, adalah investasi dalam teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon, yang dikenal sebagai penyerapan karbon.

Di Asia, Indonesia telah memimpin upaya untuk menjadi pusat penyimpanan CO2 di kawasan ini, dengan 128 cekungan prospektif yang akan dieksplorasi, di mana 20 di antaranya telah digunakan. Hal ini termasuk inisiatif nasional seperti penelitian dan pengembangan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk teknologi penyerapan geologi dan analisis kebijakan, serta proyek percontohan seperti proyek Indonesia CCS (INC3) yang menangkap emisi CO2 dari pembangkit listrik tenaga batu bara Jawa 7 dan menyimpannya di bawah tanah.

Menyusul dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 14/2024, pemerintah juga bersiap untuk mengimplementasikan peraturan yang akan mendukung perkembangan lebih banyak proyek penyerapan karbon. Kemitraan antara pemerintah dan pemerintah juga telah dimulai dengan negara-negara seperti Australia, Jepang, dan Amerika Serikat, yang memiliki keahlian dalam teknologi penyerapan karbon, pengembangan kebijakan, dan implementasi proyek. Secara keseluruhan, inisiatif Indonesia saat ini berfokus pada pembangunan kapasitas penyimpanan karbon, yang dapat dimengerti mengingat melimpahnya waduk dan akuifer air asin di Indonesia.

Namun, potensi perluasan untuk penyerapan karbon menghadapi beberapa tantangan, termasuk kelangkaan lokasi penyimpanan, serta biaya transportasi dan pemeliharaan jangka panjang yang tinggi. Untuk proses industri yang menghasilkan aliran CO2 dengan konsentrasi CO2 yang relatif lebih rendah, metode penyerapan karbon tradisional untuk memekatkan, mencairkan, dan mengangkut CO2 mungkin tidak seefektif atau praktis.

Dikombinasikan dengan pengurangan karbon yang diperlukan untuk mencapai netralitas karbon, terutama di seluruh sektor industri, penggunaan alternatif untuk CO2 yang ditangkap perlu dieksplorasi. Untuk mengurangi tantangan ini, ada jalur lain di samping penyerapan karbon, yaitu transformasi CO2 yang ditangkap menjadi bahan yang berharga, atau CO2-ke-X. CO2 yang ditangkap dapat bertindak sebagai sumber karbon untuk bahan industri, menyediakan tulang punggung molekuler untuk bahan konstruksi, bahan kimia, dan bahan bakar di antara kemungkinan lainnya.

Teknologi CO2-to-X berpotensi menggunakan CO2 daur ulang untuk menggantikan bahan baku yang lebih intensif karbon, sehingga membantu mengurangi emisi suatu kegiatan. Teknologi ini juga berfungsi sebagai solusi yang lebih hemat biaya dibandingkan dengan penyerapan karbon, mengingat terbatasnya penyimpanan geologis dan terutama untuk proses yang menghasilkan aliran CO2 dengan konsentrasi CO2 yang lebih rendah. Dengan langkah awal untuk memulai kemitraan internasional dan mengembangkan kerangka kerja peraturan untuk proyek-proyek penangkapan karbon, Indonesia memiliki posisi yang tepat untuk melakukan evolusi dari menangkap CO2 menjadi menggunakannya kembali. 

Pasar saat ini untuk penggunaan kembali CO2 masih kecil tetapi berkembang pesat, dengan para pelaku industri yang semakin ingin memanfaatkan CO2 yang ditangkap untuk berbagai macam produk yang dapat digunakan untuk diproduksi. Ini termasuk penggunaan industri, seperti bahan bangunan, bahan khusus atau penggunaan industri langsung sebagai komoditas; bahan kimia, misalnya, polimer, plastik, resin, dan pupuk; bahan bakar sintetis; dan produk makanan atau medis berbasis bio lainnya.

Aplikasi yang menjanjikan dari CO2 yang digunakan kembali dalam bahan konstruksi adalah dalam pembuatan beton jadi, yang melibatkan penyuntikan CO2 sebagai pengganti air atau uap ke dalam beton segar. Menambahkan CO2 mengurangi jumlah semen (yang sangat intensif karbon untuk diproduksi) dalam campuran beton, sehingga mengurangi intensitas karbon keseluruhan beton. Proses lainnya adalah dengan mereaksikan CO2 dengan bahan baku limbah untuk menghasilkan agregat bangunan atau pasir. Agregat berbasis CO2 memberikan kekuatan dan daya tahan yang sebanding dengan agregat tradisional, dan kinerjanya dalam aplikasi konstruksi mirip dengan produk konvensional. Agregat ini juga menawarkan potensi pengurangan karbon yang tinggi, termasuk volume dan keabadian retensi karbon.

Selain itu, pendekatan ini memberikan solusi pengelolaan limbah yang efektif dengan memanfaatkan limbah industri sebagai bahan baku, mengurangi ketergantungan pada bahan baku tradisional, dan mempromosikan pendekatan ekonomi sirkular. 

Meskipun antusiasme meningkat, komitmen keuangan kolektif untuk teknologi CO2-to-X tetap sederhana dibandingkan dengan investasi teknologi bersih baru-baru ini dalam kendaraan listrik dan baterai. Meskipun Asia memiliki potensi yang kuat untuk adopsi CO2-to-X, sebagian besar perusahaan dan pemerintah di negara berkembang di Asia masih bersikap menunggu dan melihat. Agar inisiatif CO2-to-X dapat berkontribusi secara signifikan terhadap perjalanan dekarbonisasi Indonesia, diperlukan peningkatan kerja sama internasional dan partisipasi dari sektor swasta, seperti halnya yang telah mendorong peningkatan energi terbarukan.

Pada akhirnya, pemanfaatan CO2 harus dianggap sebagai langkah pelengkap, dan bukan sebagai pengganti penyimpanan CO2 atau pengurangan langsung dalam jejak karbon bisnis. Meskipun inisiatif CO2-to-X mungkin tidak akan menghasilkan pengurangan emisi dalam jumlah yang sebanding dalam waktu dekat, inisiatif ini masih dapat berkontribusi pada keberhasilan pencapaian tujuan iklim Indonesia jika diimplementasikan sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi yang komprehensif. 

Disadur dari: www.thejakartapost.com

Selengkapnya
Transformasi CO2-to-X: Potensi Penggunaan Kembali Karbon di Indonesia untuk Mencapai Tujuan Dekarbonisasi

Perindustrian

Perjalanan Masyarakat: Sejarah dan Peran Angkutan Kota dalam Transportasi Publik Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 30 April 2024


Angkutan kota, atau yang biasa disingkat angkot, merupakan salah satu jenis transportasi umum di Indonesia. Angkot dapat dianggap sebagai bentuk taksi bersama dengan rute tetap. Bedanya dengan bus adalah angkot dapat berhenti di mana saja untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, tidak terikat pada halte bus yang sudah ditentukan.

Angkot di Indonesia termasuk dalam kategori taksi bersama atau share taxi dalam konteks internasional. Kendaraan yang digunakan lebih kecil dari bus dan membawa penumpang dalam rute tetap atau setengah tetap, tanpa jadwal yang pasti. Angkot biasanya berangkat ketika semua kursi telah terisi. Mereka memiliki fleksibilitas untuk berhenti di mana saja agar penumpang dapat naik atau turun. Di negara-negara berkembang, angkot atau taksi bersama sering ditemui dan kendaraan yang digunakan bervariasi mulai dari mobil berkapasitas empat kursi hingga bus kecil.

Angkutan kota memiliki peran penting dalam sistem transportasi di Indonesia, terutama di perkotaan yang padat penduduk. Mereka menjadi pilihan transportasi yang terjangkau dan fleksibel bagi masyarakat. Angkot sering kali membawa penumpang di rute-rute yang tidak dilayani oleh bus umum atau moda transportasi lainnya. Mereka juga memberikan aksesibilitas yang lebih baik ke daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi umum lainnya.

Salah satu keunikan angkot adalah rute tetap yang mereka layani. Meskipun demikian, angkot juga memiliki fleksibilitas untuk berhenti di berbagai titik yang diperlukan, sehingga penumpang dapat naik atau turun di tempat yang paling nyaman bagi mereka. Hal ini membuat angkot menjadi pilihan populer bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah-daerah yang tidak tercover oleh rute transportasi umum lainnya.

Meskipun populer, angkutan kota juga menghadapi beberapa tantangan. Beberapa angkot masih menggunakan kendaraan yang tua dan kurang terawat, sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan penumpang. Selain itu, peraturan lalu lintas dan parkir yang tidak konsisten juga dapat menyebabkan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi pengguna angkot. Namun demikian, dengan perencanaan yang baik serta pengembangan regulasi dan infrastruktur yang memadai, angkutan kota memiliki potensi untuk menjadi moda transportasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan di Indonesia.

Angkutan kota adalah salah satu pilihan transportasi umum yang penting di Indonesia. Mereka memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas bagi masyarakat yang membutuhkan transportasi yang terjangkau dan mudah diakses. Dengan pengembangan yang tepat, angkot dapat menjadi solusi yang efisien untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan mobilitas di perkotaan.

Sumber: id.wikipedia.com

Selengkapnya
Perjalanan Masyarakat: Sejarah dan Peran Angkutan Kota dalam Transportasi Publik Indonesia

Perindustrian

Upaya Pemenuhan SDM untuk Industri Morowali oleh Kemenperin dan Pemkab Morowali

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 29 April 2024


Sumber daya manusia (SDM) adalah hal yang tak kalah penting dalam pembangunan industri di Tanah Air. Melihat kebutuhan SDM untuk industri yang sedang berkembang di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) meluncurkan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri. 

Kerja sama ini tentunya dilakukan dengan pemerintah Kabupaten Morowali guna menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk sektor industri yang berkompeten dan memiliki daya saing. Dan penandatanganan MoU terkait Penyelenggaraan dan Pengembangan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri antara Kemenperin melalui BPSDMI dengan Pemkab Morowali dilakukan di Jakarta, (9/1/2022).

Upaya Mendukung Program Hilirisasi Industri

Diketahui, program hilirisasi industri sedang gencar dijalankan oleh para pelaku industri Tanah Air, termasuk kawasan industri Morowali. Kawasan industri Morowali diketahui sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap bijih nikel menjadi produk turunan yaitu stainless steel. Hilirisasi ini memberikan nilai tambah produk nikel dan melambungkan harga jual dari Indonesia.

Pasalnya jika hanya menjual nikel mentah, harganya hanya sekitar US$40-60 atau Rp570 ribuan. Namun ketika sudah menjadi stainless steel bisa dihargai US$2.000 atau Rp28 juta.

Berkat hilirisasi industri, kawasan industri Morowali sudah mampu menembus nilai ekspor US$4 miliar atau Rp57 triliun dari produk hot rolled coil dan cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China. Selain itu, kawasan industri Morowali juga memiliki investasi lebih dari US$5 miliar/Rp71 triliun serta menyerap tenaga kerja 30 ribu orang.

Pemenuhan SDM Berkompeten untuk Industri Morowali

Seiring dengan pengembangan industri dan teknologinya, tentunya kawasan industri Morowali ke depannya akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Dan Kementerian Perindustrian serta Pemkab Morowali berharap melalui program Setara D1 ini bisa meningkatkan potensi SDM yang bermanfaat bagi pemenuhan tenaga kerja untuk industri pengusaha logam di Kabupaten Morowali. Pasalnya, diketahui hingga kini kebutuhan tenaga kerja terutama di Kabupaten Morowali mencapai 40 ribu orang per tahun. 

Kepala BPSDMI menambahkan bahwa pihaknya akan mendukung setiap upaya pemenuhan SDM untuk industri di Kabupaten Morowali, selain melalui Politeknik Industri Logam Morowali yang juga telah menghasilkan lulusan kompeten di bidang industri.

Sedangkan Bupati Morowali, Taslim, mengatakan bahwa kerja sama dengan Kemenperin juga menjadi upaya pengembangan potensi di daerah Kabupaten Morowali secara menyeluruh. Pemkab Morowali juga ingin mengembangkan sentra IKM untuk tekstil dan pengolahan ikan roa.

Sumber Artikel : Kompasiana.com

Selengkapnya
Upaya Pemenuhan SDM untuk Industri Morowali oleh Kemenperin dan Pemkab Morowali
« First Previous page 8 of 35 Next Last »