JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah Covid-19 membuat beberapa proyek infrastruktur pemerintah tertunda. Khususnya proyek yang belum siap atau readiness criteria. Hal ini ternyata berpengaruh pada kinerja dan sistem produksi di sektor semen. Direktur Jenderal Industri, Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam mengatakan, penundaan proyek infrastruktur ini memunculkan dampak, tetapi tidak terlalu besar.
"Pasti ada dampaknya tapi enggak terlalu besar, ini kan terus berjalan. Cuma kan penundaan ini terjadi karena situasi Covid-19 saja, tapi tetap berjalan karena ada pengaturan dari Kementerian PUPR," ujar Khayam usai mengunjungi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kamis (5/8/2021) Selain itu, Khayam mengatakan, industri semen secara menyeluruh di Indonesia sedang mengalami over supply. Tercatat, produksi semen nasional sampai dengan Juni 2021 sebanyak 30,5 juta ton dan klinkernya sebanyak 27,3 juta ton. Oleh sebab itu, pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menahan produksinya. "Maksudnya, agar kondusif, kalau misalnya ada rencana ekspansif itu di daerah-daerah yang memang membutuhkan produksi semen yah kita izinkan, tapi kalau di daerah yang over supply tapi tetap ingin ekspansi kita tunda dulu," ungkap dia.
Sementara itu Direktur Indocement Antonius Marcos mengaku, pihaknya memang merasakan dampaknya. Namun, Indocement langsung melakukan substitutional dengan melakukan eskpor semen ke berbagai negara. "Jadi produksi yang kita olah untuk proyek infrastruktur kita alihkan ke ekspor. Tahun lalu kita produksi 10 juta ton dan untuk sementara semen kita giatkan untuk ekspor tapi proyek infrastruktur ini tetap berjalan," kata Antonius. Ia menyebutkan hingga saat ini pihaknya telah melakukan ekspor semen ke berbagai negara seperti Australia, Cina, Taiwan, Bangladesh hingga Chili. Sementara untuk nilai ekspornya tercatat kurang lebih mencapai Rp 50-100 miliar.
Sumber: money.kompas.com