Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Bulan Juni 2023 IIF Mendukung Pemerintah dalam Percepatan Distribusi Listrik di Sumatera Utara

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 21 April 2024


Kepedulian Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia adalah pada distribusi tenaga listrik dengan tetap mempertimbangkan permasalahan lingkungan hidup yang terus berkembang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia telah mendorong pengembangan dan pengadaan proyek infrastruktur energi terbarukan untuk menghasilkan listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (“PLTMH”).

Sejalan dengan misi Pemerintah, PT Phakpak Bumi Energi (“PBE”) sebagai badan usaha yang bergerak di bidang energi terbarukan, saat ini sedang mengembangkan proyek infrastruktur PLTMH di kawasan Phakpak Bharat, Sumatera Utara. Proyek ini direncanakan akan memanfaatkan kekuatan aliran air Sungai Lae Ordi yang terletak di kawasan Phakpak Bharat untuk mengembangkan
PLTMH skala 2 x 5 MW.

Sebagai lembaga keuangan non-bank yang fokus pada kontribusi energi terbarukan, PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) mengambil kesempatan untuk membiayai proyek PLTMH PBE melalui fasilitas pinjaman senilai Rp 288 miliar.

Pada hari Selasa tanggal 27 Juni 2023 bertempat di Kantor IIF telah dilaksanakan acara penandatanganan perjanjian kerjasama antara IIF dan PBE. Pinjaman tersebut akan digunakan sebagai sumber dana pembangunan dan pengoperasian PLTMH. Proyek PLTMH menggunakan sistem run-off river dimana pembangkit listrik akan mengandalkan aliran sungai Lae Ordi untuk menghasilkan energi tanpa membendung aliran sungai. Dengan adanya PLTMH di kawasan Phakpak Bharat Sumut, diharapkan manfaat energi listrik dapat merata di kawasan tersebut.

Dalam acara tersebut, Reynaldi Hermansjah selaku Presiden Direktur IIF menyampaikan bahwa IIF memiliki pengalaman yang matang dalam membiayai pembangunan PLTMH. “Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan PBE kepada IIF. Mengingat pengalaman kami dalam pembiayaan infrastruktur di bidang ketenagalistrikan khususnya PLTMH. melalui penandatanganan perjanjian hari ini, kami telah berkontribusi dalam mendukung pemerataan listrik di wilayah Lampung dan Sumut,” kata Reynaldi.

PBE menyambut baik perjanjian kerjasama ini sebagai upaya pemerataan distribusi listrik. PBE memproyeksikan listrik yang dapat dihasilkan dari PLTMH rata-rata sebesar 83,87 GWh dan akan disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ke Gardu Induk Rube Siempat di Salak, Sumatera Utara. Pada kesempatan yang sama, Yudha Ali Putra selaku Direktur PBE berharap dapat berkontribusi dan memberikan manfaat bagi pemerataan listrik di wilayah Sumut khususnya wilayah Phakpak Bharat.

PT Pembiayaan Infrastruktur Indonesia

PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) adalah lembaga keuangan swasta non-bank yang bergerak dalam bidang pembiayaan infrastruktur dan jasa konsultasi yang dikelola secara profesional dan fokus pada proyek infrastruktur yang layak secara komersial. IIF didirikan pada tanggal 15 Januari 2010 atas inisiatif Pemerintah Republik Indonesia – Kementerian Keuangan Republik Indonesia bersama dengan World Bank Group, Asian Development Bank (ADB) dan lembaga multilateral lainnya.

Dalam operasionalnya, IIF menerapkan praktik terbaik berdasarkan standar internasional dalam pemberian kredit, manajemen risiko, tata kelola perusahaan yang baik, serta standar perlindungan sosial dan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Sumber: iif.co.id

Distribusi dan akses air bersih bagi masyarakat di Kota Dumai, Provinsi Kepulauan Riau, menjadi perhatian Pemerintah. Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (“PUPR”), Pemerintah telah menunjuk PT Dumai Tirta Persada (“DTP”) untuk melaksanakan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum (SPAM) Dumai dengan kapasitas maksimal sebesar 450 liter per detik.

DTP didirikan pada tahun 2020, sebuah lembaga pengelola air jernih yang didirikan atas inisiasi dan kepemilikan PT Adhi Karya Tbk (Persero) dengan 51% saham dan PT Adaro Energy Tbk melalui Adaro Tirta Mandiri dengan 49% saham. Saat ini DTP telah berkontribusi dalam pendistribusian air bersih kepada masyarakat Kota Dumai dengan kapasitas penyaluran 50 liter per detik untuk 4.000 rumah tangga beserta sambungan industri di Provinsi Kepulauan Riau. Sejalan dengan rencana mereka untuk meningkatkan pasokan dan distribusi air bersih, mencapai kapasitas maksimum 450 liter per detik, yang berarti memasok sekitar 20.300 sambungan rumah tangga dan industri. Momentum ini merupakan peluang baik bagi Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) dan Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (“SMI”) yang fokus mendukung percepatan distribusi air bersih di Kota Dumai sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

PT Pembiayaan Infrastruktur Indonesia

PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) adalah lembaga keuangan swasta non-bank yang bergerak dalam bidang pembiayaan infrastruktur dan jasa konsultasi yang dikelola secara profesional dan fokus pada proyek infrastruktur yang layak secara komersial. IIF didirikan pada tanggal 15 Januari 2010 atas inisiatif Pemerintah Republik Indonesia – Kementerian Keuangan Republik Indonesia bersama dengan World Bank Group, Asian Development Bank (ADB) dan lembaga multilateral lainnya.

Dalam operasionalnya, IIF menerapkan praktik terbaik berdasarkan standar internasional dalam pemberian kredit, manajemen risiko, tata kelola perusahaan yang baik, serta standar perlindungan sosial dan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

14 Juni 2023 – PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) berpartisipasi dalam seminar yang diadakan oleh Pusdiklat Kementerian Keuangan Republik Indonesia, mengenai peluang dan tantangan dalam pembiayaan berbasis Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (“ESG” ). Seminar dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Juni 2023, di aula BKF, Gedung R.M Notohamprodjo, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Seminar ini merupakan upaya mendukung implementasi ekonomi hijau terkait perubahan iklim di Indonesia dengan mengusung tema Green and Sustainable Finance – Human Capital Development and Literacy Series.

Bentuk seminar adalah diskusi panel dengan mengundang pakar ekonomi Chatib Basri yang pernah menjabat Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2013-2014, Heru Rahadian, Asisten Direktur Departemen Kebijakan Makro dan Prudential Bank Indonesia, regulator dan Reynaldi Hermansjah, Presiden Direktur IIF, sebagai penyandang dana ESG.

PT Pembiayaan Infrastruktur Indonesia

PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) adalah lembaga keuangan swasta non-bank yang bergerak dalam bidang pembiayaan infrastruktur dan jasa konsultasi yang dikelola secara profesional dan fokus pada proyek infrastruktur yang layak secara komersial. IIF didirikan pada tanggal 15 Januari 2010 atas inisiatif Pemerintah Republik Indonesia – Kementerian Keuangan Republik Indonesia bersama dengan World Bank Group, Asian Development Bank (ADB) dan lembaga multilateral lainnya.

Dalam operasionalnya, IIF menerapkan praktik terbaik berdasarkan standar internasional dalam pemberian kredit, manajemen risiko, tata kelola perusahaan yang baik, serta standar perlindungan sosial dan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Disadur dari: iif.co.id

Selengkapnya
Bulan Juni 2023 IIF Mendukung Pemerintah dalam Percepatan Distribusi Listrik di Sumatera Utara

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

PDAM Danum Taka Memimpin Perjuangan Mengatasi Krisis Air di Calon Ibu Kota Nusantara

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 20 April 2024


Mengingat krisis air bersih yang akan segera terjadi di calon Ibu Kota Nusantara (IKN), PDAM Danum Taka, sebuah perusahaan air keran yang berkantor pusat di Kabupaten Penajam Paser Utara, telah meluncurkan cetak biru ekstensif yang bertujuan untuk mengatasi masalah mendesak ini.

Sistem Penyediaan Air Minum Daerah (SPAM) Mahakam muncul sebagai inti dari inisiatif strategis ini, yang diharapkan dapat menjadi jalur penyelamat bagi masyarakat yang mengalami kekeringan di wilayah ibu kota yang diharapkan.

Proyek SPAM, yang dirancang untuk menjangkau beberapa wilayah administratif dan memanfaatkan air Sungai Mahakam yang berlimpah, merupakan momen penting dalam upaya mengurangi kelangkaan air yang melanda daerah-daerah seperti Kota Balikpapan dan Kutai Kartanegara. Abdul Rasyid, Direktur PDAM Danum Taka, menjelaskan pentingnya membina sinergi regional dalam mengelola sumber daya air yang berharga secara efisien.

Inti dari konstelasi infrastruktur SPAM adalah pendirian Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang canggih di Samarinda, yang siap menjadi mercusuar kehebatan teknik modern. Selain itu, jaringan pipa rumit yang menghubungkan Kutai Kartanegara, Balikpapan, dan Penajam Paser Utara akan berfungsi sebagai saluran arteri untuk mengalirkan air minum ke pelosok kota yang luas.

Proyeksi mencakup upaya transformatif ini mencakup perkiraan pengeluaran investasi sekitar Rp 1,5 triliun (US$94,9 juta), yang menunjukkan besarnya sumber daya keuangan yang diperlukan agar upaya tersebut dapat menghasilkan hasil. Dengan perkiraan kapasitas produksi WTP yang melonjak hingga 1.000 liter per detik, kemanjuran SPAM dalam meredakan krisis udara yang semakin meningkat menjadi hal yang sangat penting.

Dalam upaya bersama untuk mendapatkan izin pemerintah dan menggalang kolaborasi antarlembaga, PDAM Danum Taka dijadwalkan untuk menyampaikan proposal SPAM yang komprehensif kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tanggal 25 Maret 2024. Perundingan yang akan datang siap menandai babak baru dalam perekonomian Indonesia. lanskap infrastruktur, yang melambangkan komitmen tegas negara untuk mendorong pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya air minum untuk semua.

Sumber: indonesiabusinesspost.com

Selengkapnya
PDAM Danum Taka Memimpin Perjuangan Mengatasi Krisis Air di Calon Ibu Kota Nusantara

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tantangan Akses Air Minum dan Sanitasi di Indonesia: Membangun Kualitas Layanan yang Lebih Baik

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 19 April 2024


Penyediaan air minum dan sanitasi di Indonesia ditandai dengan rendahnya tingkat akses dan kualitas layanan. Lebih dari 16 juta orang tidak memiliki akses terhadap sumber air bersih dan hampir 33 juta dari 275 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar. Hanya sekitar 2% orang yang memiliki akses ke saluran pembuangan air limbah di daerah perkotaan; angka ini merupakan salah satu yang terendah di dunia di antara negara-negara berpenghasilan menengah. Polusi air tersebar luas di Bali dan Jawa. Wanita di Jakarta melaporkan bahwa mereka menghabiskan US$11 per bulan untuk merebus air, yang menyiratkan beban yang signifikan bagi masyarakat miskin.

Sumber: en.wikipedia.org

Perkiraan tingkat investasi pemerintah yang hanya sebesar US$2 per kapita per tahun pada tahun 2005 tidak cukup untuk memperluas layanan secara signifikan dan memelihara aset dengan baik. Selain itu, tanggung jawab kebijakan terfragmentasi antar Kementerian. Sejak desentralisasi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2001, pemerintah daerah (kabupaten) telah memperoleh tanggung jawab atas penyediaan air dan sanitasi. Namun, hal ini belum menghasilkan peningkatan akses atau kualitas layanan, terutama karena pelimpahan tanggung jawab tidak diikuti oleh mekanisme penyaluran dana yang memadai untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. Utilitas lokal masih lemah.

Sayangnya, penyediaan air minum bersih belum menjadi prioritas pembangunan, khususnya di tingkat pemerintah provinsi. Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi masih menjadi tantangan serius, terutama di daerah kumuh dan pedesaan. Hal ini menjadi perhatian utama karena kurangnya air bersih mengurangi tingkat kebersihan masyarakat dan juga meningkatkan kemungkinan tertular penyakit kulit atau penyakit yang ditularkan melalui air lainnya . Kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku secara agresif , khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk daerah kumuh, telah memperburuk dampak kesehatan dari situasi air dan sanitasi di Indonesia.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Tantangan Akses Air Minum dan Sanitasi di Indonesia: Membangun Kualitas Layanan yang Lebih Baik

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Polusi Air: Dampak, Sumber, dan Upaya Penanggulangannya

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 19 April 2024


Polusi air adalah kontaminasi badan air, biasanya sebagai akibat dari aktivitas manusia, yang berdampak negatif pada penggunaannya. Badan air termasuk danau, sungai, lautan, akuifer, waduk, dan air tanah. Polusi air terjadi ketika kontaminan bercampur dengan badan-badan air ini. Kontaminan dapat berasal dari salah satu dari empat sumber utama: pembuangan limbah, kegiatan industri, kegiatan pertanian, dan limpasan perkotaan termasuk air hujan. Polusi air dapat berupa polusi air permukaan atau polusi air tanah. Bentuk polusi ini dapat menyebabkan banyak masalah, seperti degradasi ekosistem air atau penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air ketika orang menggunakan air yang tercemar untuk minum atau irigasi. Masalah lainnya adalah polusi air mengurangi jasa ekosistem (seperti menyediakan air minum) yang seharusnya disediakan oleh sumber daya air.

Sumber polusi air dapat berupa sumber titik atau sumber non-titik. Sumber titik memiliki satu penyebab yang dapat diidentifikasi, seperti saluran pembuangan air hujan, instalasi pengolahan air limbah, atau tumpahan minyak. Sumber non-titik lebih menyebar, seperti limpasan pertanian. Polusi adalah hasil dari efek kumulatif dari waktu ke waktu. Polusi dapat berupa zat beracun (misalnya, minyak, logam, plastik, pestisida, polutan organik yang persisten, produk limbah industri), kondisi yang penuh tekanan (misalnya, perubahan pH, hipoksia atau anoksia, peningkatan suhu, kekeruhan yang berlebihan, perubahan salinitas), atau masuknya organisme patogen. Kontaminan dapat berupa zat organik dan anorganik. Penyebab umum polusi termal adalah penggunaan air sebagai pendingin oleh pembangkit listrik dan produsen industri.

Pengendalian pencemaran air membutuhkan infrastruktur dan rencana pengelolaan yang tepat serta undang-undang. Solusi teknologi dapat mencakup peningkatan sanitasi, pengolahan limbah, pengolahan air limbah industri, pengolahan air limbah pertanian, pengendalian erosi, pengendalian sedimen, dan pengendalian limpasan perkotaan (termasuk pengelolaan air hujan).

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Polusi Air: Dampak, Sumber, dan Upaya Penanggulangannya

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Indonesia akan berbagi prestasi pengelolaan air di WWF ke-10

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 19 April 2024


Indonesia akan menyoroti sejumlah pencapaian yang telah dicapai di bidang pengelolaan air di hadapan audiens internasional pada World Water Forum (WWF) ke-10 pada tanggal 18-24 Mei 2024 di Bali.

Dalam sebuah konferensi pers daring pada hari Selasa, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti, mengatakan bahwa sebuah area pamer untuk sistem irigasi Bali, Subak, akan dipersiapkan untuk acara tersebut.

Selain itu, Indonesia akan menyoroti program pengendalian pencemaran dan restorasi ekosistem di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, yang dikenal sebagai Program Citarum Harum.

Menurut Hendiarti, Program Citarum Harum akan dipromosikan pada WWF ke-10 karena program ini telah berhasil meningkatkan kualitas air di Citarum dari tercemar berat menjadi tercemar ringan, dengan Indeks Kualitas Air mencapai 51,01 poin.

"Ini adalah contoh program yang terintegrasi, mungkin sekitar 16 kementerian/lembaga yang terlibat, dan rencana aksi yang sudah dijalankan," jelasnya.

Kemudian, program penyelamatan 15 danau prioritas nasional, yang meliputi pemulihan kualitas air, tata kelola, dan ekosistem di sekitarnya, serta program penanganan sampah laut, juga akan dipamerkan pada WWF ke-10 mendatang.

"Karena hal ini (penanganan sampah laut) sudah diakui dunia internasional, dan Indonesia juga memiliki komitmen dan konsisten untuk melakukan upaya tersebut," ujarnya.

WWF ke-10 yang bertemakan "Air untuk Kesejahteraan Bersama" ini akan menampilkan diskusi yang melibatkan tiga proses, yaitu tematik, politik, dan regional.

Proses tematik akan mencakup enam subtema: keamanan dan kemakmuran air; air untuk manusia dan alam; pengurangan dan manajemen risiko bencana; tata kelola, kerja sama, dan diplomasi hidro; keuangan air yang berkelanjutan; serta pengetahuan dan inovasi.

Proses regional akan mencakup empat wilayah, yaitu Mediterania, Asia-Pasifik, Amerika, dan Afrika.

Sementara itu, proses politik akan terdiri dari pertemuan para kepala negara, menteri, parlemen, pemerintah daerah, dan pemerintah daerah aliran sungai.

WWF ke-10 ini menargetkan akan melibatkan sebanyak 30 ribu peserta, termasuk 33 kepala negara, 190 menteri dari 180 negara, serta perwakilan dari 250 organisasi yang akan menghadiri 214 sesi forum.

Disadur dari: en.antaranews.com

Selengkapnya
Indonesia akan berbagi prestasi pengelolaan air di WWF ke-10

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Strategi Efektif untuk Bangunan Sederhana Tahan Gempa

Dipublikasikan oleh Kania Zulia Ganda Putri pada 19 April 2024


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan bahwa akan ada 10.789 aktivitas gempa bumi di Indonesia pada tahun 2023. Jumlah ini melebihi rata-rata gempa bumi tahunan yang mencapai 7.000 kali. Dari total jumlah gempa yang tercatat, gempa yang dirasakan oleh masyarakat terjadi sebanyak 861 kali, 24 di antaranya menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan, terutama rumah tinggal.

"Ada pepatah mengatakan bahwa bukan gempanya yang mematikan, melainkan kegagalan struktur bangunan dalam menahan beban gempa yang dihasilkan oleh gempa. Indonesia yang sering terkena dampak aktivitas seismik menghadapi konsekuensi serius seperti kerusakan struktur bangunan, terutama perumahan," ujar Dr. Dipl.-Ing. Nuraziz Handika, S.T., M.T., M.Sc., Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Dia menambahkan bahwa gempa bumi menyebabkan getaran fisik pada bangunan dan menunjukkan kekurangan dalam aspek desain dan konstruksi. Kelemahan-kelemahan ini membahayakan integritas struktural dan meningkatkan risiko kerusakan fatal pada bangunan selama gempa bumi.

Nuraziz Handika menyoroti masalah detail penulangan dan sambungan pada bangunan yang menjadi salah satu penyebab terbesar kerusakan struktur bangunan. Menurutnya, kualitas bahan bangunan, detail penulangan, dan sambungan pada dinding, kolom, dan balok menjadi faktor utama penyebab kerusakan dan keruntuhan fasilitas umum, fasilitas sosial, rumah tinggal, dan bangunan sederhana lainnya saat diguncang gempa.

"Untuk membuat bangunan tahan gempa, perlu diperhatikan aspek-aspek, seperti sambungan, pemilihan, dan persiapan material sebelum digunakan, detail pekerjaan penulangan, penahan dinding ke kolom, detail penulangan balok kolom, dan hal lainnya agar sesuai dengan standar. Sebagai contoh, diperlukan panjang angkur yang sesuai pada sambungan antara kolom dan balok sloof, dimana tulangan kolom di bagian atas dan bawah/pondasi kolom harus lebih besar minimal 40 kali diameter," ujar Dr.

Nuraziz, dosen struktur dengan konsentrasi penelitian pada fenomena keretakan dan kerusakan material konstruksi, mengungkapkan bahwa standar yang digunakan sebagai acuan adalah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Nuraziz memberikan contoh perhitungan yang baik mengenai angkur baja untuk kolom dan dinding bata agar lebih mudah dipahami. Dia berkata, "Dalam hal ini, jika diameter tulangan yang digunakan adalah 10 mm, maka panjang angkur minimum harus 40 cm ke kanan dan ke kiri sudut bangunan. Angkur ini diaplikasikan pada setiap enam lapis bata. Selanjutnya, angkur besi dicor pada pasangan bata sebagai pengikat antara kolom dan dinding. Dengan cara ini, sambungan atau angkur akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan."

Prinsip yang sama juga berlaku untuk sambungan pada gunung (atap) dan sudut dinding. Penahan yang tepat diperlukan pada kolom-kolom di tengah dinding yang terhubung ke segitiga atap pelana dan pada kolom-kolom yang bertemu dengan sudut dinding. Nuraziz mengatakan bahwa untuk membuat sebuah bangunan tahan gempa, ada beberapa persyaratan dasar, diantaranya adalah bahan bangunan yang berkualitas baik, adanya dimensi struktur yang sesuai, sambungan yang baik pada elemen struktur utama, dan kualitas pekerjaan yang baik. Perlu diperhatikan bahwa pekerjaan ini tidak terlihat secara kasat mata dan baru akan teruji ketika gempa terjadi. Oleh karena itu, patuhilah proses dan standar dalam pembangunan gedung untuk menjaga keselamatan kita bersama," ujar Dr. Nuraziz, lulusan doktoral dari Institut National des Sciences Appliquées de Toulouse, Perancis.

Heri Hermansyah, ST, M.Eng, IPU mengatakan, "Dalam menghadapi ancaman gempa bumi yang sering melanda Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana konstruksi bangunan yang kita tinggali dapat memberikan perlindungan yang optimal bagi penghuninya. Menerapkan prinsip-prinsip konstruksi tahan gempa, seperti pemilihan material yang tepat, sambungan struktur yang kuat, dan desain yang mempertimbangkan kerentanan terhadap goncangan, menjadi kunci dalam upaya melindungi rumah dari dampak kerusakan yang mungkin timbul akibat gempa bumi."

Disadur dari: www.ui.ac.id

 

Selengkapnya
Strategi Efektif untuk Bangunan Sederhana Tahan Gempa
« First Previous page 28 of 52 Next Last »