Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Penelitian Ini Mengungkap Rahasia di Balik Industri Tahu Kediri Bebas Limbah — Solusi Cerdas untuk Lahan Sempit

Dipublikasikan oleh Hansel pada 20 November 2025


Pendahuluan: Ketika Citra Wisata Terancam Keasaman Ekstrem

Kota Kediri, Jawa Timur, berupaya keras menguatkan citranya sebagai sentra produksi tahu. Puncak dari upaya ini adalah peresmian "Kampoeng Tahu Tinalan" pada tahun 2019 sebagai destinasi wisata edukasi.1 Pengukuhan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas, peran masyarakat sebagai aktor pembangunan, dan meningkatkan nilai manfaat pariwisata bagi kesejahteraan sosial-ekonomi.1 Namun, di balik narasi kesuksesan wisata ini, tersimpan sebuah masalah akut yang bertahun-tahun belum terselesaikan: penanganan limbah cair industri tahu rumahan.

Para pengrajin tahu di Kediri telah lama menghadapi tekanan media massa dan keluhan warga sekitar akibat pencemaran yang ditimbulkan.1 Limbah cair yang dihasilkan tidak hanya berbau menyengat, tetapi juga mengandung tingkat keasaman yang berbahaya. Analisis mendalam menunjukkan bahwa limbah cair tahu ini memiliki kisaran keasaman ekstrem, berada di antara pH 2 hingga 3,5.1

Angka keasaman ini memunculkan konflik serius dengan regulasi lingkungan yang berlaku. Berdasarkan Baku Mutu Limbah Cair Industri Produk Makanan yang diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995, pH limbah industri harus berada dalam rentang aman, yaitu antara pH 6 hingga 9.1

Perbedaan antara realitas (pH 2-3,5) dan standar regulasi (pH 6-9) bukanlah sekadar perbedaan numerik, melainkan masalah kimia kaustik yang sangat serius. Karena skala pH bersifat logaritmik, limbah dengan pH 3, misalnya, adalah seribu kali $(10^3)$ lebih asam daripada air netral (pH 7), dan sepuluh kali $(10^1)$ lebih asam daripada batas aman terendah (pH 6). Limbah dengan pH 2 berarti sepuluh ribu kali $(10^4)$ lebih asam daripada air netral. Tingkat keasaman ekstrem ini adalah alasan utama mengapa limbah tersebut korosif dan mengganggu lingkungan. Keadaan ini menuntut solusi teknologi yang sangat presisi, cermat dalam penanganan kimiawi, dan harus mampu menjinakkan tingkat keasaman yang ekstrem tersebut.1

Atas dasar kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah lingkungan dan mendukung konsep Green Economy di sentra industri tahu Kediri, sebuah tim pengabdian masyarakat (PKM) dari UNISKA-Kediri merancang sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan sensor terintegrasi. Tujuan utamanya adalah membawa limbah tahu keluar dari zona bahaya dan masuk ke zona kepatuhan regulasi, dengan segala keterbatasan yang dimiliki para pengrajin.

 

Mengapa Temuan Ini Bisa Mengubah Dunia? Menjawab Krisis Lahan Sempit dan Kekurangan Biaya

Dalam upaya mewujudkan Green Economy—konsep ekonomi yang mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi—tantangan terbesar di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) selalu sama: keterbatasan ruang dan keterbatasan biaya.1 Industri tahu di Kediri, khususnya, menghadapi hambatan klasik ini yang mematikan inisiatif pengolahan limbah.

Keterbatasan Kuantitatif: Ketika 4,9 Meter Persegi Harus Menjadi Pabrik IPAL

Tim peneliti menghadapi kendala lahan yang sangat ketat di lokasi mitra industri tahu, "MAR Asli Kediri." Lokasi yang disepakati untuk konstruksi sistem IPAL hanya memiliki ukuran 1,82 x 2,7 meter, yang setara dengan luas total hanya 4,914 meter persegi.1 Keterbatasan lahan ini memaksa tim untuk merancang sistem IPAL yang sangat ringkas, minimalis, dan memaksimalkan penggunaan ruang vertikal.

Desain IPAL yang efisien dan hemat lahan ini merupakan titik jual utama temuan ini. Jika sebuah teknologi pengolahan limbah industri canggih yang terdiri dari lima tahap (termasuk netralisasi dan filtrasi) dapat dikemas dalam ruang seukuran gudang utilitas kecil ($4,9 \text{ m}^2$), maka dalih "tidak ada lahan" yang sering diutarakan oleh pelaku UMKM secara efektif dapat diatasi. Ini membuka potensi besar untuk replikasi massal model IPAL terintegrasi ini di seluruh sentra industri tahu rumahan di Indonesia, yang mayoritas beroperasi dengan keterbatasan serupa.1

Konflik Metode: Pelajaran dari Kegagalan Biogas

Dalam pencarian solusi Green Economy, tim PKM melakukan analisis komprehensif terhadap berbagai metode pengolahan limbah. Mayoritas konsultan limbah yang diwawancarai menyarankan penerapan sistem biodigester.1 Secara teori, biodigester adalah solusi ekonomi hijau yang ideal karena mampu menghasilkan biogas sebagai sumber energi terbarukan dari limbah.

Namun, saran ini ditolak setelah tim melakukan kajian mendalam dan berkonsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP). Penolakan ini didasarkan pada alasan ilmiah spesifik limbah tahu. Limbah cair tahu mayoritas terdiri atas air, dengan hanya sedikit padatan yang terlaut dan tersuspensi.1 Kondisi ini menyebabkan konversi limbah cair tahu menjadi biogas menjadi rendah dan tidak efisien.

Yang lebih krusial, metode biodigester dinilai tidak efisien dalam menurunkan nilai parameter baku mutu air limbah yang vital seperti pH, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan Total Suspended Solids (TSS).1

Keputusan ini menegaskan prioritas utama penelitian: kepatuhan regulasi dan perlindungan lingkungan harus diutamakan di atas pemulihan energi. Kegagalan biodigester dalam menurunkan BOD dan COD (indikator polutan organik yang tinggi) memaksa tim untuk memilih metode kombinasi kimia-fisika yang berorientasi pada pemenuhan standar baku mutu limbah cair terlebih dahulu, sebelum memikirkan co-product berupa energi. Oleh karena itu, tim memutuskan untuk menerapkan gabungan metode sedimentasi, koagulasi, flotasi, dan filtrasi, yang dinilai lebih efektif menurunkan nilai parameter baku mutu limbah cair agar sesuai standar.1

 

Lima Tahap Revolusioner Green Economy: Memanen Nilai dari Ampas Beracun

Sistem IPAL terintegrasi yang dirancang oleh tim PKM adalah sistem semi-kontinyu yang melibatkan lima bak pengolahan. Sistem ini tidak hanya berfungsi sebagai pembersih limbah, tetapi juga dirancang sebagai sistem ekonomi sirkular mini yang mengubah setiap tahap polutan menjadi sumber daya bernilai.

Tahap 1: Pre-Treatment dan Transformasi Ampas

Tahap pertama adalah Pre-Treatment, yang berfungsi sebagai pemisah awal antara limbah cair dan padatan ampas tahu yang lebih kasar.1 Pemisahan ini dibantu oleh filter catridge polyprophylene (PP).1

Langkah ini memiliki dua manfaat besar. Secara teknis, pemisahan padatan pada tahap awal sangat penting untuk mengurangi beban polutan organik (BOD dan TSS) yang masuk ke sistem pengolahan kimiawi dan fisik selanjutnya. Hal ini meningkatkan efisiensi seluruh proses IPAL, mengurangi kebutuhan bahan kimia, dan memperpanjang umur filter. Secara ekonomi, padatan ampas tahu halus yang telah tersaring dapat diubah menjadi pakan alternatif ternak karena kandungan protein dan seratnya yang melimpah.1

Tahap 2: Netralisasi — Menjinakkan Asam Cuka

Mengingat limbah tahu bersifat sangat asam (pH 2-3,5) karena kandungan asam cuka $(CH_3COOH)$, proses netralisasi adalah tahap paling krusial. Proses ini bertujuan menaikkan pH agar masuk ke kisaran aman (pH 6-9).1

Untuk mencapai netralisasi, larutan basa ditambahkan secara perlahan. Tim PKM menggunakan Soda Kaustik (NaOH) untuk melakukan titrasi limbah.1 Reaksi antara asam asetat dan soda kaustik menghasilkan Natrium Asetat $(CH_3COONa)$ yang berbentuk garam. Pengendapan asam asetat menjadi garam ini berhasil menghilangkan bau menyengat asam asetat volatil yang selama ini menjadi sumber keluhan masyarakat.1

Natrium Asetat ini diproyeksikan sebagai sumber daya ketiga. Garam asetat ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komponen dalam formulasi pupuk organik. Di sini, ia berfungsi sebagai buffer pH, memastikan pupuk organik yang dihasilkan tidak terlalu asam, sehingga meningkatkan kualitas produk akhir.1

Tahap 3 & 4: Koagulasi, Flotasi, dan Sedimentasi — Memanen Nutrisi Tanah

Setelah netralisasi, limbah mengalir ke bak Koagulasi. Di sini, ditambahkan koagulan, yaitu Tawas $(KAl(SO_{4})_{2}.12H_{2}O)$.1 Tawas dipilih karena ramah lingkungan dan terjangkau.1 Tawas memiliki fungsi ganda: pertama, membantu menggumpalkan (koagulasi) pengotor dan padatan organik yang tersisa pasca-netralisasi, membuat larutan menjadi lebih jernih. Kedua, tawas membantu mengendalikan keasaman, memastikan pH hasil koagulasi kembali pada kisaran standar (pH 6-9) apabila proses netralisasi sebelumnya menghasilkan kondisi terlalu basa.1

Bak Koagulasi terhubung dengan bak Flotasi, yang dioperasikan dengan bantuan aerator. Aerator ini berfungsi meningkatkan kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) dan membantu mengapungkan polutan terlarut organik.1 Selanjutnya, bak Sedimentasi bekerja berdasarkan gaya gravitasi untuk mengendapkan lumpur (sludge) dari padatan terkoagulasi dan tersuspensi.1

Lumpur padatan yang terendap dari kedua tahap ini merupakan produk bernilai kedua. Padatan terkoagulasi dan terendap ini diyakini kaya akan nutrisi, khususnya Kalium (K), dan diproyeksikan sebagai komponen penting dalam formulasi pupuk organik.1

Dengan sistem lima tahap ini (termasuk filtrasi), tim PKM berhasil menciptakan tiga aliran produk bernilai dari apa yang sebelumnya dianggap limbah: 1) Pakan Ternak (Ampas), 2) Buffer Pupuk (Garam Natrium Asetat), dan 3) Nutrisi Pupuk (Sludge Kaya Kalium). Transformasi dari biaya pembuangan menjadi diversifikasi pendapatan ini memperkuat justifikasi investasi modal awal bagi sektor UMKM.

Tahap 5: Filtrasi — Penjaga Kualitas Mutu Akhir

Tahap terakhir adalah Filtrasi, yang berfungsi sebagai proses penyaringan tahap akhir untuk menjamin filtrat yang dihasilkan benar-benar jernih dan memenuhi baku mutu.1

Material penyusun filter sangat kompleks dan berlapis, masing-masing dengan peran spesifik. Komponen yang digunakan meliputi Pasir Silika $(SiO_2)$ (memiliki kapasitas tukar kation-anion), Karang Jahe (menyerap polutan organik asam dan mengontrol pH), Zeolit dan Pasir Malang (penukar kation dan anion yang lebih sensitif), serta Karbon Aktif (activated carbon) yang berfungsi sebagai adsorben limbah, senyawa volatil, dan penghilang bau menyengat.1

 

Sensor Arduino: Mata dan Otak Pengendali Kualitas Limbah Industri Rumahan

Keberhasilan implementasi IPAL terintegrasi tidak lengkap tanpa sistem pemantauan yang akurat dan mudah dioperasikan. Tim PKM merancang sistem sensor berbasis teknologi terbuka (open-source) untuk memonitor parameter kualitas limbah secara real-time.

Data Real-Time di Genggaman Pengrajin

Tim merancang sensor pH meter dan TDS (Total Dissolved Solids) meter yang beroperasi menggunakan mikrokontroler Arduino Nano.1 Tujuannya adalah mendemokratisasi pemantauan kualitas limbah. Jika sebelumnya pemantauan memerlukan peralatan laboratorium yang mahal dan proses manual yang rumit, kini pengrajin dapat memantau kondisi limbah secara langsung.

Rangkaian sensor ini dirancang untuk dapat terhubung ke komputer melalui software Arduino IDE, tetapi yang paling inovatif adalah koneksi ke smartphone mitra melalui sinyal bluetooth menggunakan aplikasi Blynk.1 Dengan demikian, pengrajin tahu kini memiliki "dashboard" di ponsel mereka. Mereka dapat memonitor kondisi pH (yang sangat penting untuk memastikan netralisasi berhasil) dan TDS (indikator total padatan terlarut) secara proaktif, alih-alih hanya bereaksi terhadap keluhan lingkungan.1

Lompatan Presisi: Perombakan Program Akurasi Sensor

Meskipun penggunaan teknologi Arduino Nano membuat sistem pemantauan menjadi terjangkau, terdapat tantangan teknis signifikan terkait akurasi. Selama uji coba, tim peneliti menemukan adanya selisih nilai yang tidak stabil antara pembacaan sensor pH berbasis Arduino dengan pH meter digital portabel yang digunakan sebagai standar acuan.1

Kesenjangan akurasi ini tidak dapat diterima, karena keberhasilan sistem IPAL bergantung mutlak pada pembacaan pH yang tepat agar limbah keluar dalam rentang 6-9. Untuk mengatasi masalah presisi ini, tim terpaksa melakukan perombakan total program fungsi pembacaan pH pada software Arduino IDE.1

Solusi teknis ini melibatkan pengintegrasian persamaan kalibrasi yang disesuaikan secara matematis (Persamaan 1) dengan menggunakan larutan buffer pH 4,01 dan 6,89 sebagai acuan kalibrasi standar voltase.1

$$pH_{x}=pH_{4}-[(pH_{4}-pH_{7}(\frac{E_{x}-E_{pH4}}{E_{pH7}-E_{pH4}})]$$

Proses perombakan perangkat lunak dan kalibrasi ini layaknya menaikkan akurasi pembacaan suhu dari akurasi 70% menjadi 99%—sebuah lompatan presisi yang krusial. Tanpa intervensi perangkat lunak ini, sensor yang murah akan memberikan data yang menyesatkan, berpotensi membuat pengrajin berpikir limbah mereka aman, padahal masih melanggar baku mutu.

 

Opini Kritis dan Jalan Menuju Keberlanjutan: Analisis Risiko Implementasi

Temuan mengenai IPAL terintegrasi dan sensor smart di Kediri merupakan sebuah terobosan krusial, menunjukkan bahwa konsep Green Economy dapat diimplementasikan di tingkat UMKM. Namun, laporan ini juga harus menyajikan kritik realistis mengenai keterbatasan studi dan risiko operasional di masa depan.

Kritik Realistis: Batasan Skala dan Konteks Geografis

Kritik utama terhadap studi ini adalah lingkup implementasinya yang terbatas. Penelitian ini bersifat implementatif pada program pengabdian masyarakat (PKM) dan hanya berfokus pada satu mitra industri tahu di Kelurahan Tinalan.1

Implikasi dari batasan ini adalah bahwa keberhasilan yang dicapai merupakan bukti konsep (proof of concept) dan belum tentu menjadi solusi universal yang siap pakai. Variasi karakteristik limbah, volume produksi, dan kondisi geografis (misalnya ketersediaan air atau jenis tanah) di sentra industri tahu lain di Indonesia mungkin memerlukan adaptasi kimiawi dan perubahan pada material filtrasi. Oleh karena itu, replikasi di luar Kediri harus didahului dengan analisis kompatibilitas limbah yang serupa.

Risiko Operasional: Membangun Budaya Perawatan Jangka Panjang

Meskipun sistem IPAL dan sensor dirancang ringkas dan murah, akurasi tinggi yang berhasil dicapai sangat bergantung pada intervensi manusia yang konstan. Analisis menunjukkan bahwa perawatan rutin sistem IPAL, termasuk pembersihan endapan, harus dilakukan setiap 3-7 hari sekali.1

Risiko operasional tertinggi terletak pada sensor. Untuk menjaga sensitivitas dan akurasi, tim PKM menyarankan kalibrasi sensor pH dan TDS meter dilakukan secara berkala, minimal satu hari sekali.1 Selain itu, setelah selesai digunakan, sensor harus segera direndam dalam aquades untuk membersihkan kotoran limbah yang menempel.1

Tuntutan perawatan harian dan mingguan ini menciptakan beban kerja tambahan yang signifikan bagi pemilik UMKM yang waktu dan sumber dayanya sudah terbatas dan terfokus pada produksi. Keberlanjutan sistem ini pada akhirnya bergantung pada kepatuhan manajerial pengrajin tahu. Jika kalibrasi harian diabaikan, data real-time di smartphone akan menjadi data yang menyesatkan, dan kualitas air olahan akan cepat melanggar baku mutu.

Untuk memitigasi risiko ini, rencana tindak lanjut yang paling krusial yang disarankan oleh tim PKM adalah penyusunan buku manual instruksi operasional yang rinci dan mudah dipahami untuk sistem IPAL, pH meter, dan TDS meter.1 Tanpa edukasi yang berkelanjutan dan panduan yang jelas, transfer pengetahuan teknis ini akan gagal setelah program pendampingan berakhir.

 

Penutup: Dampak Nyata dan Proyeksi Lima Tahun ke Depan

Implementasi sistem IPAL Terintegrasi dan Sensor Limbah Tahu berbasis Arduino Nano di Kediri telah membuktikan bahwa keterbatasan lahan dan biaya bukan lagi halangan mutlak bagi industri UMKM untuk beroperasi secara bertanggung jawab terhadap lingkungan.1 Sistem ini adalah prototipe ketahanan ekonomi dan lingkungan, yang secara efektif mengubah limbah asam menjadi potensi produk sampingan bernilai.

Pernyataan Dampak Nyata Berbasis Green Economy

Sistem inovatif ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan limbah asam yang terus menghantui produsen tahu, tetapi juga mengembalikan kepercayaan masyarakat dan menghilangkan risiko hukum.1

  1. Eliminasi Risiko Regulasi: Dengan memproyeksikan limbah yang keluar berada dalam rentang pH baku mutu (6-9) dan menurunkan polutan kritis lainnya (BOD, COD, TSS), sistem ini secara fundamental menghilangkan risiko denda, sengketa, dan penutupan operasional akibat ketidakpatuhan lingkungan.
  2. Penciptaan Nilai Sirkular: Yang paling signifikan dari aspek Green Economy adalah penciptaan tiga aliran sumber daya baru: pakan ternak dari ampas, buffer pupuk dari Natrium Asetat, dan nutrisi pupuk dari sludge kaya Kalium. Transformasi ini mengubah biaya pembuangan limbah (OPEX) menjadi potensi pendapatan.

Jika model Green Economy yang terbukti hemat lahan (hanya $4,9 \text{ m}^2$) dan hemat biaya ini direplikasi secara luas di seluruh sentra industri tahu nasional, potensi dampaknya dapat mengurangi total biaya operasional penanganan limbah (OPEX) dan memitigasi denda serta sengketa lingkungan hingga $40\%$ dalam waktu lima tahun. Selain itu, implementasi ini memacu para pelaku usaha untuk aktif berpartisipasi dalam mengurangi pencemaran, menjamin keberlanjutan operasional, dan meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi di lingkungan sekitar industri tahu di masa depan.1

Selengkapnya
Penelitian Ini Mengungkap Rahasia di Balik Industri Tahu Kediri Bebas Limbah — Solusi Cerdas untuk Lahan Sempit

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Banyak Event Mendunia, Industri Pariwisata RI Pulih di 2023

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Holding BUMN sektor Pariwisata InJourney melihat pemulihan sektor pariwisata baru terjadi pada 2023 mendatang. Acara internasional salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kunjungan ke tempat pariwisata.

"Kita lihat bahwa kebangkitan pariwisata pada 2023, serangkaian acara sudah disiapkan untuk memicu traffic ke Indonesia," kata Direktur Utama InJourney Donny Oskaria, dalam Raker PHRI, Rabu (9/2/2022).

Donny menjelaskan beberapa inisiatif kunci yang akan dilakukan sampai tahun 2024. Mulai dari restrukturisasi pengelolaan bandara menjadi kelas dunia. Mulai dari Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Kualanamu, Hang Nadim, Hasanuddin.

"Serta me-launching airlines di pasar medium services. Pelita Air Service masuk di situ. Diharapkan bisa mengisi kekosongan jumlah pesawat yang menghubungkan Indonesia pasca pandemi. Di mana airlines saat ini sedang turbulensi," jelasnya.

Selain itu ada transformasi Sarinah menjadi retail management di 2022, transformasi bisnsi TWC, hingga penataan Taman Mini Indonesia indah, juta transformasi bisnis Hotel Indonesia Natour (HIN).

Juga penyelenggaraan acara internasional seperti KTT G-20, Moto GP, juga festival di Danau Toba, Borobudur, juga di Mandalika, Labuan Bajo, juga side event lainnya.

"Corenya event, demand akan mengisi tingkat hunian hotel," jelasnya.

Sementara Ketua PHRI Hariyadi Sukamdari memprediksi pemulihan sektor pariwisata terjadi pada 2023 mendatang juga. dengan asumsi tidak ada lonjakan baru dari Covid - 19.

"Sama pandangannya dengan InJourney, kalau nggak ada serangan baru dari Covid, kita lihat di Q2 sudah start bergulir tren pemulihan. Di mana posisinya nanti kembali pada 2019," jelasnya.


Sumber Artikel: cnbcindonesia.com

Selengkapnya
Banyak Event Mendunia, Industri Pariwisata RI Pulih di 2023

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

6 Tren Teknologi Industri Pariwisata 2022, Ada Robot Pengantar Makanan

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Sejumlah tren teknologi di industri pariwisata 2022 mulai bermunculan atau semakin berkembang saat pandemi, termasuk teknologi yang dipakai saat melakukan perjalanan ke daerah lain.

Salah satu contohnya adalah robot untuk para atlet Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, China. Robot-robot tersebut menyiapkan dan menyajikan mi, nasi, atau burger, serta melewati lorong-lorong untuk mengukur suhu orang yang lewat.

Banyak dari kemajuan teknologi ini yang disebabkan oleh adanya pandemi, sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan pembayaran tanpa kontak, layanan pesan antar makanan, dan aktivitas lainnya.

Beberapa teknologi yang mulai berkembang di seluruh dunia juga semakin memudahkan pergerakan manusia saat melakukan perjalanan. Di antaranya untuk memperpendek waktu antrean, membantu pelancong menghemat uang, atau membuat pemesanan tiket dan hotel lebih efisien.

Melansir AP News (3/3/2022), berikut beberapa evolusi teknologi di sektor perjalanan yang menjadi tren pada tahun 2022:
 

1. Aplikasi untuk Memesan dan Memilih Kamar Hotel

Sebagian besar jaringan hotel berbintang telah lama memiliki aplikasi gratis dengan aneka fitur, seperti pemesanan dan live chat (obrolan langsung).

Saat pandemi, layanan ini semakin berkembang dan banyak digunakan oleh pelancong.

Contohnya grup hotel Hilton meluncurkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk memesan dan mengonfirmasi kamar yang terhubung di aplikasi dan situs web. Aplikasi ini terbukti sangat membantu saat memesan kamar.

Aplikasi tersebut juga dapat menampilkan peta hotel dan membuat pengguna dapat memilih posisi kamar sesuai selera, misalnya kamar terdekat dari lift.


Ilustrasi kamar hotel
Ilustrasi Kamar Hotel (Pixabay/Ming Dai)
 

2. Aplikasi sebagai Kunci Kamar Digital

Beberapa aplikasi berfungsi sebagai alat check-in di resepsionis hotel, sekaligus dapat membuat pengguna memanfaatkan smartphone dan smartwatch mereka sebagai kunci kamar digital.

Misalnya, kunci digital di aplikasi hotel Hyatt menggunakan teknologi bluetooth untuk memungkinkan pengguna membuka kunci kamar hotel dengan smartphone, di lebih dari 600 hotel di seluruh dunia.

Bahkan, bulan Desember tahun lalu, Hyatt menawarkan kunci kamar untuk pengguna merek Apple melalui Apple Wallet.

Sehingga di beberapa hotel Hyatt tertentu, pengguna tidak perlu lagi membuka aplikasi Hyatt. Mereka dapat langsung mengetuk perangkat iPhone atau Apple Watch untuk membuka kunci kamar.

Sementara itu, hotel Hilton, meningkatkan fitur kunci digital yang telah ada sejak 2015 melalui Digital Key Share pada tahun lalu.

Fitur ini memungkinkan lebih dari satu tamu hotel memiliki akses kunci kamar digital. Saat ini, fitur tersebut tersedia di sekitar 80 persen hotel Hilton di seluruh dunia.
 

Ilustrasi antrean masuk ke restoran, pegawai memeriksa suhu tubuh pengunjung yang mengantre dengan jaga jarak
Ilustrasi antrean masuk ke restoran, pegawai memeriksa suhu tubuh pengunjung yang mengantre dengan jaga jarak (Shutterstock/Nattakorn_Maneerat)
 

3. Munculnya Antrean Virtual

Pada bulan Januari, Clear, perusahaan penyaringan biometrik swasta mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan Whyline.

Sebagai informasi, perusahaan Clear memungkinkan anggota yang membayar melewati jalur keamanan tertentu di sejumlah tempat termasuk stadion dan bandara. Sementara itu, Whyline adalah perusahaan yang dirancang untuk mengurangi waktu tunggu saat mengantre.

Artinya, akuisisi ini dapat memungkinkan Clear dalam mengembangkan antrean virtual untuk proses tertentu, seperti memeriksa status vaksinasi atau mengakses ruang tunggu bandara.

Sementara itu, Disney meluncurkan fitur bernama Genie di aplikasi taman hiburan Amerika Serikat pada Oktober lalu. Fitur ini dapat membantu wisatawan merencanakan hari dan waktu kunjungan mereka ke Disney.

Caranya adalah dengan melakukan analisis jalur dan tingkat keramaian, sehingga rencana waktu perjalanan pelancong menjadi lebih efisien.
 

4. Aplikasi Pengiriman untuk Mengganti Layanan Kamar

Dulu, aplikasi ojek online yang mengirimkan makanan kepada tamu hotel dapat mengambil alih sistem layanan kamar hotel.

Namun, belakangan ini sejumlah hotel berbintang telah menciptakan layanan yang serupa untuk meminimalisasi hal tersebut.

Misalnya, Hyatt meluncurkan program percontohan dengan layanan pengiriman makanan ringan GoPuff pada tahun 2021. Layanan ini berfungsi mengantarkan makanan panas dan dalam kemasan ke kamar hotel di lokasi tertentu.

Hyatt mengatakan program tersebut telah berhasil, dan telah berkembang sejak saat itu.
 

Robot pengantar makanan di Bandara Seattle-Tacoma, Amerika Serikat.
Robot pengantar makanan di Bandara Seattle-Tacoma, Amerika Serikat (Ellen M. Banner/The Seattle Times)
 

5. Robot Pengantar Makanan di Bandara

Dengan aplikasi khusus pengiriman makanan, pelancong tidak perlu lagi mengantre dan menghabiskan waktu di restoran bandara yang ramai.

Aplikasi AtYourGate, salah satunya, memungkinkan pengguna untuk memesan, membayar, dan mengambil makanan dari restoran bandara yang telah berpartisipasi.

Bahkan, baru-baru ini, AtYourGate sedang menguji layanan agar pengguna tidak perlu mengambil makanan secara langsung.

Saat ini, makanan tersebut dapat dibawakan oleh robot. Program percontohan yang diluncurkan pada bulan September lalu telah menggunakan robot yang lalu-lalang di sekitar Bandara Internasional Los Angeles, Amerika Serikat.
 

6. Perkembangan Aplikasi Penyewaan Mobil

Alternatif berbagi kendaraan peer-to-peer, dapat memberi lebih banyak pilihan kepada pengguna, khususnya di sektor penyewaan mobil.

Misalnya mobil sewaan di situs web Getaround, yang dapat dipesan setiap jam dan tidak perlu bertemu dengan pemilik untuk bertukar kunci. Selain itu, mobil dapat dipesan dan dibuka kuncinya melalui aplikasi.

Layanan Getaround telah banyak digunakan di banyak negara barat, salah satunya di Hawaii pada akhir tahun 2021, dan jaringannya akan terus diperluas.


Sumber Artikel: travel.kompas.com

Selengkapnya
6 Tren Teknologi Industri Pariwisata 2022, Ada Robot Pengantar Makanan

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Industri Pariwisata

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata. Menurut S. Medlik, setiap produk, baik yang nyata maupun maya yang disajikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu manusia, hendaknya dinilai sebagai produk industri. Jika sejemput kesatuan produk hadir di antara berbagai perusahaan dan organisasi sedemikian sehingga memberi ciri pada keseluruhan fungsi mereka serta meneatnya dalam kehidupan Inonn, hendaknya dinilai sebuah industri.

Sebagaimana yang dikemukakan UNWTO (United Nations World Tourism Organiation) dalam the International Recommendations for Tourism Statistics 2008, Industri Pariwisata meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan makanan dan minuman, Angkutan penumpang, Agen Perjalanan Wisata dan Kegiatan reservasi lainnya, Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan hiburan. UNWTO merupakan Badan Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB. Menurut Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Pengakuan atas Pariwisata sebagai “Industri” di Indonesia

Pada akhir dekade 1960-an, Pemerintah DKI Jakarta sudah menggunakan definisi Industri Pariwisata yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah No. 3, tahun 1969 (yang mungkin sekali saat ini sudah diubah), yaitu sebagai berikut; Industri Pariwisata, adalah usaha penyelenggaraan pelayanan untuk lalulintas kepariwisataan dengan maksud mencari keuntungan di bidang akomodasi/perhotelan, kebudayaan, perestoranan, rekreasi dan hiburan, atraksi kebudayaan, biro perjalanan, usaha kepramuwisataan (guide business), usaha-usaha cenderamata (souvenir), usaha-usaha penerbitan kepariwisataan, penyelenggaraan tour dan perdagangan valuta (money changer).

Ruang Lingkup Industri Pariwisata

Ruang lingkup industi pariwisata menyangkut berbagai sektor ekonomi. Adapun aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata antara lain:

  • Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada kualitas pelayanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu, dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bias dikembangkan secara nasional, regional bahkan internasional.
  • Penginapan. Penginapan atau home stay, yang terdiri dari hotel, motel, resort, kondominium, time sharing, wisma-wisma dan bed and breakfast, merupakan aspekaspek yang dapat diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran, pelayanan saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro perjalanan, dan sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan pada upaya memperkecil limbah dari industry pariwisata tersebut.
  • Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket perjalanan (tour wholesalers), perusahaan incentive travel dan reception service.
  • Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisata seperti mobil/bus, pesawat udara, kereta api, kapal pesiar, dan sepeda.
  • Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa penelitian pasar dan pangsa, kelayakan kawasan wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering, serta lembaga keuangan.
  • Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan pemanfaatan taman-taman Negara, tempat perkemahan (camping ground), ruang konser, teater, dan lain-lain.
  • Atraksi wisata. Meliputi taman-taman bertema, museum-museum, hutan lindung, agrowisata, keajaiban alam, kegiatan seni dan budaya, dan lain sebagainya.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Industri Pariwisata
page 1 of 1