Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 April 2025
Indonesia telah mengalami perubahan struktural ekonomi yang besar sejak awal 1980-an. Salah satu indikator utamanya adalah meningkatnya kontribusi ekspor non-migas yang melonjak dari 18,1% pada tahun 1981 menjadi 75,8% di tahun 1993. Transformasi ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan diversifikasi ekonomi, tetapi juga membuka tantangan baru, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan peningkatan daya saing industri, informasi memainkan peran yang sangat penting. Bagi para insinyur, informasi bukan hanya penunjang kerja, tetapi menjadi bagian integral dalam proses inovasi, pengambilan keputusan, hingga pengembangan teknologi. Maka, memahami kebutuhan informasi mereka adalah langkah awal menuju sistem industri yang lebih adaptif dan tangguh.
Studi Kebutuhan Informasi: Potret Selama Satu Dekade
Selama sepuluh tahun terakhir, sejumlah survei dilakukan untuk menilai kebutuhan informasi para insinyur di Indonesia. Hasilnya menunjukkan gambaran yang konsisten tentang kurangnya akses, minimnya promosi sumber informasi, serta lemahnya jejaring antar pusat data. Salah satu survei utama dilakukan oleh Komite Informasi Teknik dari Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 1985/1986. Survei ini mengirimkan 673 kuesioner kepada para insinyur yang bekerja di bidang irigasi, pupuk dan pestisida, mesin dan peralatan, serta produksi.
Para insinyur di bidang irigasi, misalnya, paling membutuhkan informasi tentang regulasi, fasilitas laboratorium, dan bahan baku. Sementara mereka yang bekerja di sektor pupuk dan pestisida lebih membutuhkan data pasar, proses produksi, hingga peraturan yang relevan. Kebutuhan ini menunjukkan bahwa informasi teknis saja tidak cukup. Diperlukan juga informasi penunjang seperti kebijakan, pasar, dan fasilitas pendukung.
Studi serupa pada tahun 1986 yang melibatkan 10 negara Asia dan Oseania termasuk Indonesia, menyimpulkan perlunya penguatan layanan informasi melalui diseminasi selektif, peningkatan koleksi, serta pengembangan basis data dan katalog bersama. Saran lain yang mencuat adalah perlunya peningkatan penggunaan media massa dan pelatihan bagi pengguna perpustakaan teknis.
Studi Wilayah: Kasus Kalimantan Timur
Survei lain yang menarik datang dari Kalimantan Timur pada tahun 1993–1994. Dilakukan oleh PDII-LIPI, penelitian ini menyasar berbagai kelompok pengguna: dari sektor industri, pemerintah daerah, hingga perguruan tinggi. Temuan utamanya menunjukkan bahwa kebutuhan informasi sangat bergantung pada peran institusional responden.
Pelaku industri membutuhkan informasi terkait dampak global terhadap sektor industri, teknik kehutanan, serta isu keselamatan dan hukum. Sementara itu, pemerintah daerah mencari informasi yang lebih luas: dari ekonomi dan geografi hingga sensor jarak jauh dan sosiologi. Universitas sendiri lebih menekankan pada informasi politik, manajemen, dan bahasa.
Survei serupa di Bengkulu dan Wamena menghasilkan pola kebutuhan yang hampir identik. Ini menunjukkan bahwa keterbatasan akses informasi bukan hanya isu nasional, tetapi juga menyentuh ranah lokal secara merata.
Studi Strategis di Industri BUMN: Kebutuhan Riil di Lapangan
Salah satu studi paling mendalam dilakukan terhadap sepuluh BUMN strategis di bawah Badan Pengelola Industri Strategis. Dari 171 staf R&D yang terlibat, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil yang memperoleh seluruh informasi yang mereka butuhkan dari kolega internal maupun sumber pustaka. Sebagian besar mengandalkan koleksi pribadi, perpustakaan unit kerja, dan koneksi informal.
Yang menarik, hanya sekitar lima persen responden yang benar-benar bisa bergantung pada rekan kerja untuk informasi yang dibutuhkan. Sementara tidak sampai sepuluh persen menyatakan bisa mengandalkan literatur sepenuhnya. Hal ini menunjukkan lemahnya sistem informasi internal perusahaan dan kurangnya koneksi ke jaringan informasi eksternal.
Responden cenderung mencari informasi untuk kebutuhan praktis harian, bukan untuk mendukung riset jangka panjang. Standar dan spesifikasi merupakan tipe informasi yang paling banyak dicari, disusul dengan manual, buku panduan, dan informasi teknologi baru. Penggunaan indeks, bibliografi, dan abstrak masih sangat minim. Sebagian besar mengandalkan seminar atau pertemuan profesional untuk mendapatkan informasi terbaru.
Masih banyak yang datang langsung ke perpustakaan, namun sebenarnya mereka berharap adanya sistem pemesanan digital yang lebih cepat, misalnya melalui email atau akses daring. Ini menunjukkan bahwa kecepatan dan kemudahan akses adalah tuntutan utama para insinyur masa kini.
Evaluasi Teknologi di Industri Strategis
Antara tahun 1990 hingga 1993, Pusat Analisis Pengembangan IPTEK (PAPIPTEK-LIPI) bersama UNDP melaksanakan proyek untuk mengevaluasi sistem manajemen informasi teknologi di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pemetaan “infoware” atau kecanggihan sistem informasi internal di 10 industri strategis nasional.
Hasilnya cukup mencemaskan. Di banyak industri, tingkat infoware masih terbatas pada operasi dasar dan pemeliharaan mesin, belum menyentuh ranah pemahaman, analisis, atau perencanaan teknologi. Bahkan di beberapa perusahaan seperti PT Krakatau Steel dan PT INTI, kekurangan sistem informasi menyebabkan ketergantungan tinggi terhadap tenaga ahli asing.
Ada juga temuan positif, seperti PT Barata Indonesia yang mampu memperkenalkan mesin pabrik gula baru yang kompetitif di pasar internasional. Namun secara umum, rendahnya kemampuan internalisasi informasi dan kurangnya SDM berpengalaman menjadi hambatan serius dalam pengembangan teknologi nasional.
Fragmentasi Pusat Informasi: Masalah Lama yang Belum Teratasi
Indonesia sebenarnya memiliki banyak pusat data dan informasi. Dari PDII-LIPI di Jakarta, PUSTAKA di Bogor, hingga LEMIGAS untuk sektor migas. Namun, pusat-pusat ini bekerja secara terpisah dan belum terintegrasi dalam sistem yang menyatu. Akibatnya, banyak insinyur tidak tahu ke mana harus mencari informasi yang dibutuhkan.
Minimnya promosi dan belum adanya platform digital nasional menjadi faktor penghambat utama. Hal ini diperparah dengan ketidakmerataan akses di daerah-daerah, terutama luar Jawa.
Rekomendasi Strategis: Membangun Sistem Informasi Nasional yang Terhubung
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membangun ekosistem informasi yang mendukung pengembangan teknologi dan inovasi:
Penutup: Informasi sebagai Modal Kompetitif Bangsa
Informasi adalah sumber daya strategis. Dalam dunia yang semakin digital dan kompetitif, akses terhadap informasi yang tepat waktu dan relevan adalah kunci untuk inovasi dan efisiensi. Tanpa sistem informasi yang terintegrasi dan mudah diakses, para insinyur Indonesia akan kesulitan bersaing di kancah global.
Sudah saatnya Indonesia menata kembali infrastruktur informasinya, membangun jejaring antar pusat data, serta memperkuat literasi informasi di kalangan tenaga teknis dan profesional. Karena pada akhirnya, bangsa yang mampu mengelola informasi dengan baik, adalah bangsa yang mampu menciptakan masa depan.
Sumber Asli:
Utari Budihardjo, Muhartoyo, Sri Purnomowati. Appraisal of Information Needs of Engineers in Indonesia. BACA, Vol. XX, No. 1-2, Juni 1995.
Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025
Profesi insinyur sipil memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor konstruksi. Dalam menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), diperlukan insinyur yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar global. Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi karya Indri Miswar, Benny Hidayat, dan Taufika Ophiyandri dari Universitas Andalas membahas sejauh mana kompetensi insinyur sipil relevan dengan bidang pekerjaan mereka serta pengaruhnya terhadap kinerja profesional.
Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara terhadap insinyur sipil di berbagai sektor, seperti perencana, pengawas, dan pelaksana proyek konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit kompetensi insinyur sipil memiliki hubungan signifikan dengan kinerja profesional mereka, yang berarti semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, semakin baik pula kinerjanya dalam bidang pekerjaan terkait.
Ringkasan Isi Makalah
1. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Era pasar bebas menuntut tenaga kerja yang kompeten untuk bersaing secara global. Berdasarkan data yang dikutip dalam makalah ini, rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia, termasuk insinyur sipil, menjadi salah satu hambatan utama dalam industri konstruksi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk:
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei terhadap 100 insinyur sipil yang bekerja di tiga sektor utama:
Dari total 100 kuesioner yang disebarkan, 83 di antaranya kembali dengan jawaban yang valid. Responden dinilai berdasarkan tiga aspek utama kompetensi:
Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan analisis non-parametrik.
3. Hasil Penelitian
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata nilai relevansi unit kompetensi berada di atas skala 4 (dalam skala 1–5), yang berarti sangat relevan dengan bidang pekerjaan. Beberapa temuan utama meliputi:
Selain itu, terdapat hubungan linear antara relevansi unit kompetensi dan kinerja profesi. Semakin tinggi relevansi kompetensi terhadap bidang pekerjaan, semakin besar pengaruhnya terhadap hasil kerja insinyur sipil.
Studi Kasus dan Implikasi
1. Kurangnya Standarisasi Kompetensi di Indonesia
Salah satu permasalahan utama yang diungkap dalam makalah ini adalah kurangnya standarisasi dalam pengakuan kompetensi insinyur sipil. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) telah menetapkan standar kompetensi profesional, tetapi implementasi di lapangan masih bervariasi. Banyak insinyur yang belum memiliki sertifikasi yang diakui secara internasional, sehingga kesulitan bersaing di pasar global.
2. Pengaruh Kompetensi terhadap Efisiensi Proyek Konstruksi
Dalam proyek konstruksi, ketidaksesuaian kompetensi insinyur dengan bidang pekerjaan dapat menyebabkan keterlambatan proyek dan meningkatnya biaya. Sebagai contoh, proyek pembangunan infrastruktur di Kota Padang yang mengalami kendala akibat kurangnya keterampilan teknis tenaga kerja. Kesalahan dalam membaca gambar teknik dan manajemen proyek sering kali menjadi penyebab utama keterlambatan.
3. Pentingnya Pelatihan Berkelanjutan
Hasil survei menunjukkan bahwa banyak insinyur merasa kurang mendapatkan pelatihan yang memadai setelah menyelesaikan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu, pelatihan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar kompetensi mereka tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan regulasi baru dalam industri konstruksi.
Rekomendasi
Untuk meningkatkan relevansi kompetensi insinyur sipil dengan bidang pekerjaan, beberapa langkah strategis dapat dilakukan:
1. Peningkatan Pendidikan dan Sertifikasi
2. Penguatan Standarisasi dan Regulasi
3. Pengembangan Program Pelatihan Berkelanjutan
Kesimpulan
Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi memberikan wawasan penting mengenai hubungan antara kompetensi insinyur sipil dan kinerja mereka dalam dunia kerja. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan adalah:
Dengan penerapan rekomendasi yang tepat, diharapkan insinyur sipil Indonesia dapat lebih kompetitif dalam menghadapi tantangan global dan meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan nasional.
Sumber: Indri Miswar, Benny Hidayat, Taufika Ophiyandri. Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 13 No. 2, Universitas Andalas, 2017.
Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 Maret 2025
Profesi insinyur memiliki peran strategis dalam pembangunan infrastruktur dan keberlanjutan lingkungan. Paper "Kajian Peranan dan Penerapan Kode Etik Profesi Keinsinyuran dalam Praktik Pekerjaan Bidang Sipil dan Lingkungan di Indonesia untuk Meningkatkan Efisiensi dan Perlindungan Keselamatan Kerja" yang ditulis oleh Rizki Andre Handika, Titik Istikhoratun, dan Luqman Buchori membahas bagaimana kode etik profesi insinyur dapat diterapkan dalam berbagai aspek pekerjaan teknik sipil dan lingkungan di Indonesia.
Dengan menggunakan metode PRISMA dalam kajian literatur, penelitian ini menemukan bahwa penerapan kode etik keinsinyuran di Indonesia masih memiliki berbagai tantangan, baik dari faktor internal seperti kemampuan interpersonal dan keterampilan teknis, maupun faktor eksternal seperti budaya organisasi, kepemimpinan, dan kompensasi. Studi ini juga menyoroti pentingnya pendidikan etik dalam profesi insinyur guna membentuk profesional yang berintegritas.
Kode etik dalam profesi insinyur bertujuan untuk memastikan bahwa setiap praktik keinsinyuran tidak hanya mengutamakan efisiensi, tetapi juga mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Paper ini berfokus pada dua aspek utama kode etik, yaitu:
Studi ini menggunakan pendekatan literatur dengan metode PRISMA. Dari 500 referensi yang dikumpulkan, sebanyak 30 artikel dipilih untuk dianalisis lebih lanjut. Referensi tersebut mencakup studi tentang penerapan kode etik dalam proyek sipil dan lingkungan, tantangan yang dihadapi, serta praktik terbaik yang dapat diterapkan di Indonesia.
Penerapan Kode Etik dalam Pembangunan Infrastruktur
Salah satu studi kasus dalam paper ini adalah penerapan kode etik dalam proyek stadion atletik di Palembang.
Selain itu, proyek pembangunan jalan tol juga dianalisis. Studi ini menemukan bahwa penerapan kode etik menghasilkan:
Penerapan Kode Etik dalam Operasi dan Pemeliharaan
Dalam proyek Bendungan Jatibarang, kode etik insinyur diimplementasikan melalui:
Faktor Pendukung Penerapan Kode Etik
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan penerapan kode etik antara lain:
Paper ini menekankan bahwa penerapan kode etik dalam profesi insinyur sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan keselamatan kerja. Dengan adanya kode etik yang kuat, proyek infrastruktur dapat berjalan lebih efektif, transparan, dan aman.
Rekomendasi
Dengan menerapkan rekomendasi ini, diharapkan profesi insinyur di Indonesia dapat lebih berkembang dan memiliki daya saing yang tinggi di tingkat global.
Sumber Artikel
Handika, R. A., Istikhoratun, T., & Buchori, L. (2024). "Kajian Peranan dan Penerapan Kode Etik Profesi Keinsinyuran dalam Praktik Pekerjaan Bidang Sipil dan Lingkungan di Indonesia untuk Meningkatkan Efisiensi dan Perlindungan Keselamatan Kerja." Jurnal Profesi Insinyur Indonesia, Vol. 2(3), 201-211.
Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Maret 2025
Dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan tenaga kerja semakin ketat, terutama di bidang keinsinyuran. Profesi ini tidak hanya membutuhkan keterampilan teknis yang mumpuni tetapi juga legalitas dalam bentuk sertifikasi profesional. Jurnal Peningkatan Kualitas Insinyur melalui Sertifikasi Insinyur Profesional karya Intan Supraba membahas pentingnya sertifikasi bagi insinyur Indonesia agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing.
Penelitian ini menyoroti bagaimana sertifikasi insinyur profesional (SIP) yang dikeluarkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) berkontribusi dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja teknik. Selain itu, jurnal ini mengidentifikasi tantangan dalam penyelenggaraan sertifikasi di Indonesia serta memberikan rekomendasi untuk penyempurnaannya.
MEA yang berlaku sejak 2015 memberikan peluang sekaligus tantangan bagi tenaga kerja profesional di Indonesia. Dalam sektor keinsinyuran, banyak tenaga kerja asing yang masuk dan mengisi berbagai posisi strategis karena memiliki sertifikasi profesional yang diakui internasional.
Di Indonesia, upaya untuk meningkatkan daya saing insinyur telah diatur melalui Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 35 Tahun 2016 yang mengamanatkan 40 perguruan tinggi untuk menyelenggarakan Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI).
Namun, masih banyak insinyur yang belum memiliki sertifikasi ini karena kurangnya pemahaman mengenai manfaatnya. Oleh karena itu, jurnal ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pentingnya SIP serta kendala dalam implementasinya.
Sertifikasi Insinyur Profesional di Indonesia
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) memiliki kewenangan untuk menerbitkan sertifikasi insinyur profesional dalam beberapa jenjang, yaitu:
Jurnal ini menyoroti bahwa di beberapa negara maju, hanya insinyur dengan lisensi Professional Engineer (PE) yang dapat melakukan design approval. Untuk mendapatkan gelar PE, insinyur harus melewati serangkaian ujian, wawancara, serta pengalaman kerja yang terstruktur. Hal ini berbeda dengan Indonesia, di mana sistem sertifikasi masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya diwajibkan dalam proyek-proyek konstruksi pemerintah maupun swasta.
Tantangan dalam Implementasi Sertifikasi Insinyur
Penelitian ini menemukan beberapa kendala dalam penyelenggaraan sertifikasi insinyur di Indonesia, antara lain:
Kegagalan Infrastruktur akibat Kurangnya Insinyur Profesional
Jurnal ini menyoroti beberapa kasus kegagalan infrastruktur di Indonesia yang diduga terkait dengan kurangnya profesionalisme dan sertifikasi insinyur, antara lain:
Kasus-kasus ini menegaskan bahwa pentingnya sertifikasi insinyur profesional bukan hanya sebagai dokumen administratif, tetapi sebagai jaminan kompetensi dan keselamatan publik.
Perlunya Regulasi yang Lebih Ketat
Pemerintah harus mengeluarkan regulasi yang lebih ketat terkait kewajiban memiliki SIP untuk semua insinyur yang terlibat dalam proyek publik dan swasta. Regulasi ini harus mencakup:
Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan tentang SIP
Agar sertifikasi ini lebih diminati oleh insinyur, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan yang lebih luas, seperti:
Meningkatkan Standar Ujian dan Evaluasi Kompetensi
Untuk memastikan bahwa hanya insinyur yang kompeten yang mendapatkan sertifikasi, perlu adanya standar evaluasi yang lebih ketat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Jurnal Peningkatan Kualitas Insinyur melalui Sertifikasi Insinyur Profesional memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya sertifikasi dalam meningkatkan daya saing insinyur Indonesia. Beberapa poin utama dari penelitian ini adalah:
Dengan memperbaiki sistem sertifikasi insinyur, Indonesia dapat menghasilkan tenaga kerja teknik yang lebih kompeten dan mampu bersaing di tingkat internasional.
Sumber: Intan Supraba. Peningkatan Kualitas Insinyur melalui Sertifikasi Insinyur Profesional. Prosiding Simposium II – UNIID 2017, e-ISBN: 978-979-587-734-9, Palembang, 19-20 September 2017.
Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025
Teknik pertanian, juga dikenal sebagai teknik pertanian dan biosistem, adalah bidang studi dan penerapan ilmu teknik dan prinsip-prinsip desain untuk tujuan pertanian, yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu teknik mesin, sipil, elektro, ilmu pangan, lingkungan, perangkat lunak, dan kimia untuk meningkatkan efisiensi pertanian dan perusahaan agribisnis serta untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan sumber daya yang dapat diperbaharui.
Seorang insinyur pertanian adalah seorang insinyur dengan latar belakang pertanian. Insinyur pertanian membuat desain dan rencana teknik dalam proyek pertanian, biasanya bekerja sama dengan ahli pertanian yang lebih ahli dalam bidang pertanian dan ilmu pertanian.
Sejarah
Penggunaan pertama dari teknik pertanian adalah pengenalan irigasi dalam pertanian skala besar di sungai Nil dan Eufrat sebelum tahun 2000 SM. Struktur irigasi besar juga ada di Baluchistan dan India sebelum era Kristen. Di bagian lain di Asia, teknik pertanian banyak terdapat di Cina. Di Amerika Selatan, irigasi dipraktikkan di Peru oleh suku Inca dan di Amerika Utara oleh suku Aztec.
Para pemukim mempraktikkan irigasi di sekitar San Antonio pada tahun 1715, kaum Mormon mempraktikkan irigasi di Lembah Salt Lake pada tahun 1847.
Dengan berkembangnya mekanisasi dan tenaga uap dalam revolusi industri, era baru dalam teknik pertanian pun dimulai. Selama revolusi industri, mesin pemanen dan penanam mekanis akan menggantikan tenaga manusia di sebagian besar industri makanan dan tanaman pangan. Perontokan mekanis diperkenalkan pada tahun 1761 oleh John Lloyd, Magnus Strindberg, dan Dietrich. Mesin perontok batang pemukul dibuat oleh Andrew Meikle pada tahun 1786. Bajak besi pertama kali dibuat oleh Charles Newbold antara tahun 1790 dan 1796.
James Smith membuat mesin pemotong rumput pada tahun 1811. George Berry menggunakan mesin pemanen uap pada tahun 1886. John Deere membuat bajak baja pertamanya pada tahun 1833. Penanam dua kuda pertama kali sekitar tahun 1861.
Pengenalan konsep-konsep teknik ini ke dalam bidang pertanian memungkinkan peningkatan besar dalam produktivitas tanaman, yang disebut sebagai "revolusi pertanian kedua" yang terdiri dari:
1. Pergeseran dari pertanian subsisten petani ke pertanian tunai untuk pasar
2. Perubahan teknis rotasi tanaman dan peningkatan ternak
3. Tenaga kerja digantikan oleh mesin
Pada abad ke-20, dengan munculnya mesin-mesin yang handal di pesawat terbang, mesin penyemprot tanaman digunakan untuk menyebarkan pestisida. Benjamin Holt membuat mesin pemanen gabungan yang digerakkan oleh bensin pada tahun 1911. Erwin Peucker membuat traktor bulldog pada tahun 1936. Deutz-Fahr memproduksi mesin penyiang jerami putar pada tahun 1961.
Pada akhir abad ke-20, makanan hasil rekayasa genetika (GMO) diciptakan, yang memberikan dorongan besar lainnya terhadap hasil panen dan ketahanan terhadap hama.
Sub-Disiplin
Teknik pertanian memiliki banyak sub-disiplin ilmu, yang paling umum tercantum di sini:
Peran insinyur pertanian
Insinyur pertanian dapat melakukan tugas-tugas seperti merencanakan, mengawasi, dan mengelola pembangunan skema pembuangan limbah susu, irigasi, drainase, sistem pengendalian air banjir, melakukan analisis dampak lingkungan, pemrosesan produk pertanian, dan menafsirkan hasil penelitian serta mengimplementasikan praktik-praktik yang relevan. Sebagian besar insinyur pertanian bekerja di bidang akademis atau untuk lembaga pemerintah. Beberapa adalah konsultan, dipekerjakan oleh perusahaan teknik swasta, sementara yang lain bekerja di industri, untuk produsen mesin pertanian, peralatan, teknologi pemrosesan, dan struktur untuk menampung ternak dan menyimpan hasil panen. Insinyur pertanian bekerja di bidang produksi, penjualan, manajemen, penelitian dan pengembangan, atau ilmu terapan.
Armenia
Pada tahun 2006, sektor pertanian Armenia menyumbang sekitar 20 persen dari PDB. Pada tahun 2010, sektor ini tumbuh menjadi sekitar 25 persen. Angka ini lebih tinggi dari negara-negara tetangga Armenia seperti Georgia, Azerbaijan, Turki dan Iran, dimana kontribusi pertanian terhadap PDB pada tahun 2017 masing-masing sebesar 6,88, 5,63, 6,08 dan 9,05 persen.
Filipina
Di Filipina, sebutan profesionalnya adalah insinyur pertanian dan biosistem yang terdaftar. Mereka dilisensikan dan diakreditasi setelah berhasil lulus Ujian Lisensi Teknik Pertanian dan Biosistem. Seorang calon insinyur pertanian dan biosistem diharuskan memiliki gelar Sarjana Sains empat tahun di bidang Teknik Pertanian dan Biosistem.
Praktik teknik pertanian dan biosistem juga mencakup hal-hal berikut:
Inggris Raya
Di Inggris Raya, istilah insinyur pertanian sering juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memperbaiki atau memodifikasi peralatan pertanian.
Amerika Serikat
American Society of Agricultural Engineers, yang sekarang dikenal sebagai American Society of Agricultural and Biological Engineers (ASABE), didirikan pada tahun 1907. Organisasi ini merupakan organisasi terkemuka di bidang teknik pertanian. ASABE menyediakan standar keamanan dan peraturan untuk industri pertanian. Standar dan peraturan ini dikembangkan dalam skala internasional untuk pupuk, kondisi tanah, perikanan, bahan bakar nabati, biogas, mesin pakan, traktor, dan mesin.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Keinsinyuran
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025
Teknik kimia adalah bidang teknik yang berhubungan dengan studi operasi dan desain pabrik kimia serta metode untuk meningkatkan produksi. Insinyur kimia mengembangkan proses komersial yang ekonomis untuk mengubah bahan mentah menjadi produk yang bermanfaat. Teknik kimia menggunakan prinsip-prinsip kimia, fisika, matematika, biologi, dan ekonomi untuk menggunakan, memproduksi, mendesain, mengangkut, dan mengubah energi dan material secara efisien. Pekerjaan insinyur kimia dapat berkisar dari pemanfaatan nanoteknologi dan material nano di laboratorium hingga proses industri berskala besar yang mengubah bahan kimia, bahan mentah, sel hidup, mikroorganisme, dan energi menjadi bentuk dan produk yang berguna. Insinyur kimia terlibat dalam banyak aspek desain dan operasi pabrik, termasuk penilaian keselamatan dan bahaya, desain dan analisis proses, pemodelan, teknik kontrol, teknik reaksi kimia, teknik nuklir, teknik biologi, spesifikasi konstruksi, dan instruksi pengoperasian.
Insinyur kimia biasanya memiliki gelar di bidang Teknik Kimia atau Teknik Proses. Insinyur yang berpraktik mungkin memiliki sertifikasi profesional dan menjadi anggota terakreditasi dari badan profesional. Badan-badan tersebut termasuk Institution of Chemical Engineers (IChemE) atau American Institute of Chemical Engineers (AIChE). Gelar di bidang teknik kimia terkait langsung dengan semua disiplin ilmu teknik lainnya, sampai batas tertentu.
Etimologi
Sebuah artikel tahun 1996 mengutip James F. Donnelly yang menyebutkan referensi tahun 1839 tentang teknik kimia dalam kaitannya dengan produksi asam sulfat. Namun, dalam makalah yang sama, George E. Davis, seorang konsultan Inggris, dikreditkan sebagai pencetus istilah ini. Davis juga mencoba mendirikan Masyarakat Teknik Kimia, tetapi malah dinamai Society of Chemical Industry (1881), dengan Davis sebagai sekretaris pertamanya. Sejarah Ilmu Pengetahuan di Amerika Serikat: An Encyclopedia menyebutkan bahwa istilah ini mulai digunakan sekitar tahun 1890. "Teknik kimia", yang menggambarkan penggunaan peralatan mekanis dalam industri kimia, menjadi kosakata umum di Inggris setelah tahun 1850. Pada tahun 1910, profesi "insinyur kimia" telah digunakan secara luas di Inggris dan Amerika Serikat.
Sejarah
Konsep dan inovasi baru
Pada tahun 1940-an, menjadi jelas bahwa operasi unit saja tidak cukup untuk mengembangkan reaktor kimia. Sementara dominasi operasi unit dalam kursus teknik kimia di Inggris dan Amerika Serikat berlanjut hingga tahun 1960-an, fenomena transportasi mulai menerima fokus yang lebih besar. Seiring dengan konsep baru lainnya, seperti rekayasa sistem proses (PSE), "paradigma kedua" didefinisikan. Fenomena transportasi memberikan pendekatan analitis pada teknik kimia, sementara PSE berfokus pada elemen sintetisnya, seperti pada sistem kontrol dan desain proses. Perkembangan dalam teknik kimia sebelum dan sesudah Perang Dunia II sebagian besar dipicu oleh industri petrokimia, namun, kemajuan di bidang lain juga terjadi. Kemajuan dalam teknik biokimia pada tahun 1940-an, misalnya, menemukan aplikasi dalam industri farmasi, dan memungkinkan produksi massal berbagai antibiotik, termasuk penisilin dan streptomisin. Sementara itu, kemajuan dalam ilmu polimer pada tahun 1950-an membuka jalan bagi "zaman plastik".
Perkembangan keamanan dan bahaya
Kekhawatiran mengenai keselamatan dan dampak lingkungan dari fasilitas manufaktur kimia berskala besar juga muncul selama periode ini. Silent Spring, yang diterbitkan pada tahun 1962, memperingatkan para pembacanya tentang efek berbahaya dari DDT, sebuah insektisida yang ampuh. Bencana Flixborough pada tahun 1974 di Inggris menyebabkan 28 orang meninggal, serta kerusakan pada pabrik kimia dan tiga desa di sekitarnya. Bencana Bhopal pada tahun 1984 di India menyebabkan hampir 4.000 orang meninggal. [Insiden ini, bersama dengan insiden lainnya, memengaruhi reputasi perdagangan karena keselamatan industri dan perlindungan lingkungan menjadi lebih difokuskan. Sebagai tanggapan, IChemE mewajibkan keselamatan sebagai bagian dari setiap program studi yang diakreditasi setelah tahun 1982. Pada tahun 1970-an, undang-undang dan lembaga pengawasan dilembagakan di berbagai negara, seperti Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Seiring berjalannya waktu, penerapan prinsip-prinsip keselamatan secara sistematis pada pabrik kimia dan pabrik proses lainnya mulai dianggap sebagai disiplin ilmu tertentu, yang dikenal sebagai keselamatan proses.
Kemajuan terkini
Kemajuan dalam ilmu komputer menemukan aplikasi untuk merancang dan mengelola pabrik, menyederhanakan perhitungan dan gambar yang sebelumnya harus dilakukan secara manual. Penyelesaian Proyek Genom Manusia juga dipandang sebagai perkembangan besar, tidak hanya memajukan teknik kimia tetapi juga rekayasa genetika dan genomika. Prinsip-prinsip teknik kimia digunakan untuk menghasilkan urutan DNA dalam jumlah besar.
Konsep
Teknik kimia melibatkan penerapan beberapa prinsip. Konsep-konsep utama disajikan di bawah ini.
Desain dan konstruksi pabrik
Desain teknik kimia berkaitan dengan pembuatan rencana, spesifikasi, dan analisis ekonomi untuk pabrik percontohan, pabrik baru, atau modifikasi pabrik. Insinyur desain sering kali bekerja dalam peran konsultasi, merancang pabrik untuk memenuhi kebutuhan klien. Desain dibatasi oleh beberapa faktor, termasuk pendanaan, peraturan pemerintah, dan standar keselamatan. Kendala-kendala ini menentukan pilihan proses, bahan, dan peralatan pabrik.
Konstruksi pabrik dikoordinasikan oleh insinyur proyek dan manajer proyek, tergantung pada ukuran investasi. Seorang insinyur kimia dapat melakukan pekerjaan insinyur proyek secara penuh waktu atau sebagian waktu, yang membutuhkan pelatihan tambahan dan keterampilan kerja atau bertindak sebagai konsultan untuk kelompok proyek. Di Amerika Serikat, pendidikan lulusan teknik kimia dari program sarjana muda yang diakreditasi oleh ABET biasanya tidak menekankan pendidikan teknik proyek, yang dapat diperoleh melalui pelatihan khusus, sebagai mata kuliah pilihan, atau dari program pascasarjana. Pekerjaan teknik proyek adalah beberapa pekerjaan terbesar bagi para insinyur kimia..
Desain dan analisis proses
Operasi unit adalah langkah fisik dalam proses teknik kimia individu. Operasi unit (seperti kristalisasi, penyaringan, pengeringan, dan penguapan) digunakan untuk menyiapkan reaktan, memurnikan dan memisahkan produknya, mendaur ulang reaktan yang tidak terpakai, dan mengendalikan transfer energi dalam reaktor. Di sisi lain, proses unit adalah padanan kimiawi dari operasi unit. Bersama dengan operasi unit, proses unit merupakan operasi proses. Proses unit (seperti nitrasi, hidrogenasi, dan oksidasi melibatkan konversi bahan dengan cara biokimia, termokimia, dan cara lainnya. Insinyur kimia yang bertanggung jawab atas hal ini disebut insinyur proses.
Desain proses membutuhkan definisi jenis dan ukuran peralatan serta bagaimana mereka terhubung dan bahan konstruksinya. Rinciannya sering dicetak pada Diagram Alir Proses yang digunakan untuk mengontrol kapasitas dan keandalan pabrik kimia baru atau yang sudah ada.
Pendidikan untuk insinyur kimia di tingkat perguruan tinggi pertama 3 atau 4 tahun studi menekankan pada prinsip-prinsip dan praktik desain proses. Keahlian yang sama digunakan di pabrik kimia yang sudah ada untuk mengevaluasi efisiensi dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.
Fenomena transportasi
Pemodelan dan analisis fenomena transportasi sangat penting untuk banyak aplikasi industri. Fenomena transportasi melibatkan dinamika fluida, perpindahan panas, dan perpindahan massa, yang diatur terutama oleh perpindahan momentum, perpindahan energi, dan transportasi spesies kimia. Model sering kali melibatkan pertimbangan terpisah untuk fenomena tingkat makroskopis, mikroskopis, dan molekuler. Oleh karena itu, pemodelan fenomena transpor membutuhkan pemahaman matematika terapan.
Aplikasi dan praktik
Insinyur kimia "mengembangkan cara-cara ekonomis dalam menggunakan bahan dan energi." Insinyur kimia menggunakan kimia dan teknik untuk mengubah bahan mentah menjadi produk yang dapat digunakan, seperti obat-obatan, petrokimia, dan plastik dalam pengaturan industri skala besar. Mereka juga terlibat dalam pengelolaan limbah dan penelitian. Aspek terapan dan penelitian dapat menggunakan komputer secara ekstensif.
Insinyur kimia dapat terlibat dalam penelitian industri atau universitas di mana mereka ditugaskan untuk merancang dan melakukan eksperimen, dengan meningkatkan reaksi kimia teoritis, untuk menciptakan metode yang lebih baik dan lebih aman untuk produksi, pengendalian polusi, dan konservasi sumber daya. Mereka mungkin terlibat dalam merancang dan membangun pabrik sebagai insinyur proyek. Insinyur kimia yang bertugas sebagai insinyur proyek menggunakan pengetahuan mereka dalam memilih metode produksi dan peralatan pabrik yang optimal untuk meminimalkan biaya dan memaksimalkan keselamatan dan profitabilitas. Setelah pembangunan pabrik, manajer proyek teknik kimia dapat terlibat dalam peningkatan peralatan, pemecahan masalah, dan operasi harian baik dalam peran penuh waktu atau konsultasi.
Disadur dari: en.wikipedia.org