Kebijakan Publik
Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana pada 04 September 2025
Pendahuluan
Profesi insinyur memiliki posisi vital dalam pembangunan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup. Dari bendungan, jembatan, hingga sistem kelistrikan, semua berhubungan langsung dengan keselamatan publik. California, melalui Board for Professional Engineers, Land Surveyors, and Geologists (BPELSG), telah membangun sistem lisensi yang ketat guna memastikan hanya insinyur kompeten yang berpraktik. Paper “Professional Engineering Licensure in California” oleh Mike Donelson, PE (Electrical), dan Natalie King, PE (Civil), menjadi referensi penting dalam memahami bagaimana kebijakan lisensi ini bekerja serta implikasinya bagi masyarakat.
Resensi ini menyoroti relevansi temuan tersebut untuk kebijakan publik, sekaligus menawarkan rekomendasi nyata bagi perbaikan sistem regulasi profesi insinyur.
Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Lisensi profesional di bidang teknik bukan sekadar prosedur administratif, tetapi instrumen kebijakan yang dirancang untuk:
Kasus historis seperti runtuhnya Saint Francis Dam pada 1928 menjadi pengingat tragis bahwa lemahnya regulasi insinyur bisa menelan korban jiwa besar. Oleh karena itu, BPELSG menjadikan perlindungan publik sebagai prioritas tertinggi, bahkan mengesampingkan kepentingan lain jika bertentangan dengan misi tersebut.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Dampak Positif
Hambatan
Peluang
5 Rekomendasi Kebijakan Praktis
1. Subsidi Biaya Ujian bagi Insinyur Muda
Berdasarkan data, biaya ujian FE dan PE cukup tinggi. Pemerintah dapat mengalokasikan subsidi atau beasiswa khusus agar mahasiswa atau insinyur pemula tidak terbebani. Mekanisme ini dapat diintegrasikan dengan program pendidikan vokasi dan universitas teknik.
2. Integrasi Kurikulum Universitas dengan Persiapan Ujian
Ujian FE dan PE mencakup aspek fundamental hingga praktik nyata. Kebijakan pendidikan tinggi dapat mendorong universitas menyiapkan mata kuliah khusus persiapan lisensi, sehingga tingkat kelulusan meningkat.
3. Digitalisasi Penuh Melalui Sistem Nasional Terintegrasi
Model BPELSG Connect bisa dijadikan blueprint untuk sistem digital lisensi nasional yang lebih efisien, transparan, dan mudah diakses. Melalui portal seperti California Civil Exam Prep Courses—yang membantu calon insinyur mempersiapkan diri secara daring dengan tingkat kelulusan yang lebih tinggi—pemerintah dapat bekerja sama dengan platform online untuk menyediakan materi belajar dan ujian simulasi bersertifikat. Ini akan meningkatkan kesiapan dan tingkat kelulusan ujian lisensi.
4. Program Monitoring dan Audit Profesi
Selain lisensi awal, kebijakan perlu mencakup monitoring berkelanjutan. Insinyur berlisensi wajib mengikuti pelatihan rutin atau continuous professional development (CPD) agar kompetensinya tetap relevan dengan perkembangan teknologi.
5. Kolaborasi dengan Lembaga Publik dan Industri
Pemerintah dapat melibatkan asosiasi profesi, universitas, serta industri dalam penyusunan standar lisensi. Misalnya, kolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum atau lembaga pengawas infrastruktur untuk memastikan implementasi kebijakan berjalan konsisten.
Kritik dan Risiko Jika Kebijakan Tidak Diterapkan
Tanpa penerapan kebijakan berbasis data dari sistem lisensi ini, risiko yang muncul antara lain:
Kesimpulan
Sistem lisensi insinyur profesional di California menegaskan pentingnya regulasi ketat demi perlindungan publik. Temuan dalam paper ini menunjukkan bahwa lisensi bukan hanya soal pengakuan formal, melainkan strategi kebijakan publik untuk menjamin keselamatan, kepercayaan masyarakat, dan kualitas infrastruktur.
Rekomendasi kebijakan yang diusulkan — mulai dari subsidi biaya ujian, integrasi kurikulum, digitalisasi penuh, monitoring profesi, hingga kolaborasi multi-sektor — dapat menjadi langkah nyata bagi pemerintah dan lembaga kebijakan untuk memperkuat regulasi profesi insinyur.
Dengan demikian, kebijakan publik berbasis lisensi insinyur bukan hanya memastikan kompetensi profesional, tetapi juga meletakkan dasar bagi pembangunan yang aman, berkelanjutan, dan berorientasi pada perlindungan masyarakat.
📖 Sumber Paper: Professional Engineering Licensure in California, Mike Donelson, PE & Natalie King, PE (2023). Baca selengkapnya di sini
Kebijakan Publik
Dipublikasikan oleh pada 21 Mei 2025
Mengungkap Pola Risiko Stunting di Jawa Timur: Inovasi Visualisasi Spasial Temporal dengan Metode Fuzzy Mamdani
Stunting, sebuah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak di Indonesia. Tingkat prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan melebihi standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20%. Data tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting nasional mencapai 27,67%, meskipun pada tahun 2021 angka ini sedikit menurun menjadi 24,4%. Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi dengan angka prevalensi 23,5% pada tahun 2021, menunjukkan bahwa isu ini bukan hanya skala nasional, melainkan juga menuntut perhatian serius di tingkat regional.
Pemerintah Indonesia, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, telah menetapkan target ambisius untuk menurunkan angka stunting balita hingga 14%. Pencapaian target ini memerlukan intervensi multidisiplin, dan salah satu kontribusi signifikan dapat datang dari ranah teknologi informasi. Paper berjudul "Visualisasi Spasial Temporal Tingkat Risiko Stunting di Jawa Timur Menggunakan Metode Fuzzy" oleh Arna Fariza, Rengga Asmara, dan Galuh Nurul Istiqomah, yang diterbitkan dalam Jurnal Teknologi dan Informasi edisi Maret 2023, menawarkan sebuah terobosan krusial dalam memahami dan mengatasi masalah ini. Penelitian ini berfokus pada pengembangan sistem visualisasi pemetaan tingkat risiko stunting di Jawa Timur berbasis website yang memanfaatkan metode Fuzzy Mamdani serta analisis spasial temporal dari tahun 2017 hingga 2021. Pendekatan inovatif ini tidak hanya menyajikan data secara visual dan mudah diakses, tetapi juga memberikan analisis mendalam mengenai pola sebaran risiko stunting, yang sangat vital sebagai dasar pengambilan keputusan kebijakan kesehatan.
Analisis Mendalam Pendekatan Metodologis: Kekuatan Fuzzy Mamdani dalam Ketidakpastian Data Kesehatan
Penelitian ini mengadopsi metode action research yang komprehensif, mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pusat dari metodologi ini adalah penerapan Logika Fuzzy, khususnya model Mamdani, untuk menentukan tingkat risiko stunting. Pemilihan metode Fuzzy didasari oleh kemampuannya dalam mengelola ketidakpastian dan kompleksitas data, menjadikannya sangat cocok untuk isu-isu kesehatan yang seringkali melibatkan variabel-variabel dengan interpretasi yang tidak selalu mutlak. Keunggulan Mamdani terletak pada kemampuannya menarik kesimpulan yang akurat dalam situasi yang tidak pasti, serta memberikan keputusan yang lebih spesifik dengan mempertimbangkan kondisi setiap himpunan daerah secara menyeluruh. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa salah satu kelemahan metode ini adalah keterbatasannya pada data kuantitatif pada tahap awal pemrosesan.
Variabel input kunci yang digunakan dalam penentuan tingkat risiko stunting didasarkan pada pendekatan ecological analysis, yang mengidentifikasi faktor-faktor yang secara signifikan berkaitan dengan kejadian stunting. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Data untuk variabel-variabel ini dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk buku profil kesehatan Jawa Timur dari tahun 2019 hingga 2021 dan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 2017 dan 2018. Proses pengolahan data dengan Fuzzy Mamdani melalui tiga tahapan utama:
Studi Kasus dan Temuan Kunci: Dinamika Risiko Stunting 2017-2021
Analisis terhadap data stunting di Jawa Timur dari tahun 2017 hingga 2021 menghasilkan gambaran dinamis tentang tingkat risiko di berbagai kabupaten/kota. Hasil defuzzyfikasi menunjukkan bahwa pada tahun 2021, mayoritas wilayah (23 kabupaten/kota) memiliki tingkat risiko stunting yang rendah. Sementara itu, 6 kabupaten/kota berada pada tingkat risiko sedang, dan 2 kabupaten/kota masih menunjukkan tingkat risiko tinggi.
Data komparatif antara tahun 2017 dan 2021 memperlihatkan beberapa tren menarik:
Pentingnya peran variabel input terlihat jelas dalam penentuan hasil tingkat risiko. Sebagai contoh, jika dua atau lebih faktor berada pada himpunan fuzzy rendah, dan dua faktor lainnya berada pada himpunan rendah atau sedang, terutama jika kasus stunting berada pada himpunan tinggi, maka tingkat risiko yang dihasilkan akan tinggi. Sebaliknya, jika data masukan stunting berada pada himpunan rendah, maka secara otomatis akan menghasilkan tingkat risiko stunting yang rendah. Implikasi aturan yang tepat dan kurva keanggotaan yang akurat sangat menentukan akurasi hasil akhir.
Visualisasi Spasial Temporal: Memberi Warna pada Data untuk Pengambilan Keputusan
Salah satu kekuatan utama penelitian ini adalah visualisasi spasial temporal tingkat risiko stunting. Hasil perhitungan risiko pada setiap kabupaten/kota di Jawa Timur divisualisasikan menggunakan peta berbasis website, dengan pewarnaan yang intuitif: hijau untuk risiko rendah, kuning untuk sedang, dan merah untuk tinggi. Visualisasi ini memungkinkan pemantauan tren risiko stunting secara temporal dari tahun 2017 hingga 2021.
Analisis spasial, dalam konteks epidemiologi, sangat krusial untuk memahami pola geografis penyebaran penyakit. Dengan memvisualisasikan data pada peta, pembuat kebijakan dapat dengan cepat mengidentifikasi "zona merah" atau area prioritas yang memerlukan perhatian segera. Kemampuan untuk melihat perubahan tingkat risiko dari tahun ke tahun (analisis temporal) juga memberikan wawasan berharga tentang efektivitas program intervensi yang telah berjalan, serta membantu dalam perancangan strategi pencegahan di masa depan. Misalnya, penurunan risiko di Pacitan yang disebutkan sebelumnya akan terlihat jelas sebagai perubahan warna dari merah ke hijau pada peta, memberikan bukti visual keberhasilan program.
Nilai Tambah dan Kritik Konstruktif: Melangkah Lebih Jauh dari Sekadar Pemetaan
Penelitian ini memberikan nilai tambah yang signifikan dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia.
Meskipun demikian, ada beberapa area yang dapat menjadi fokus pengembangan dan kritik konstruktif:
Relevansi dengan Tren Industri dan Tantangan di Lapangan
Penelitian ini sangat relevan dengan tren global dalam e-health dan smart city, di mana teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Visualisasi data kesehatan berbasis geografis adalah komponen kunci dari public health informatics, memungkinkan pemantauan penyakit, identifikasi hotspot, dan alokasi sumber daya yang efisien. Dalam konteks Indonesia, yang sedang gencar membangun infrastruktur digital dan mendorong pemanfaatan data untuk kebijakan publik, platform semacam ini memiliki potensi besar untuk direplikasi dan diadaptasi di berbagai provinsi lain.
Tantangan di lapangan terkait stunting sangat kompleks, mulai dari masalah gizi, sanitasi, akses layanan kesehatan, hingga faktor sosial budaya. Penelitian ini menyediakan sebuah alat diagnostik yang kuat untuk memahami dimensi spasial dan temporal dari masalah ini. Dengan mengetahui "di mana" dan "kapan" risiko stunting tinggi, pemerintah dapat menggeser fokus dari intervensi yang bersifat umum menjadi intervensi yang lebih bertarget dan presisi. Misalnya, di kabupaten/kota yang menunjukkan risiko tinggi secara konsisten, upaya dapat difokuskan pada peningkatan kualitas layanan puskesmas, program penyuluhan gizi intensif, atau pembangunan fasilitas sanitasi yang layak.
Kesimpulan: Masa Depan Pencegahan Stunting Berbasis Teknologi
Penelitian "Visualisasi Spasial Temporal Tingkat Risiko Stunting di Jawa Timur Menggunakan Metode Fuzzy" adalah langkah maju yang signifikan dalam upaya penanggulangan stunting. Dengan memadukan kekuatan Logika Fuzzy Mamdani dan Sistem Informasi Geografis (SIG), para peneliti telah berhasil menciptakan sebuah alat yang tidak hanya secara akurat mengidentifikasi tingkat risiko stunting, tetapi juga memvisualisasikannya secara intuitif dan temporal. Hasil penelitian ini, yang menunjukkan penurunan risiko di sebagian besar wilayah Jawa Timur namun juga menyoroti area dengan risiko yang tetap tinggi, memberikan peta jalan yang jelas bagi pembuat kebijakan.
Di masa depan, pengembangan lebih lanjut pada aspek validasi model, integrasi data yang lebih kaya, penambahan rekomendasi intervensi spesifik, serta kemampuan prediksi, akan semakin memperkuat peran teknologi dalam mengatasi masalah stunting. Pada akhirnya, penelitian ini bukan sekadar sebuah publikasi ilmiah, melainkan sebuah prototipe fungsional untuk masa depan pencegahan stunting yang lebih cerdas, lebih efisien, dan berbasis data. Dengan adopsi yang lebih luas dan pengembangan berkelanjutan, visi Indonesia bebas stunting dapat menjadi kenyataan yang semakin dekat.
Sumber Artikel:
Fariza, A., Asmara, R., & Istiqomah, G. N. (2023). Visualisasi Spasial Temporal Tingkat Risiko Stunting di Jawa Timur Menggunakan Metode Fuzzy. Jurnal Teknologi dan Informasi, 13(1), 83-91. DOI: 10.34010/jati.v13i1