Industri Manufaktur

Peran Machine Guarding dalam Meningkatkan Budaya Keselamatan di Industri

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Februari 2025


Keselamatan kerja di industri manufaktur menjadi perhatian utama dalam mencegah kecelakaan akibat pengoperasian mesin.  Penelitian ini dilakukan melalui inspeksi menyeluruh terhadap mesin-mesin di area industri, dengan fokus pada tiga aspek utama:

Evaluasi mekanis: Menilai potensi bahaya dari bagian mesin yang bergerak, Evaluasi kelistrikan: Memastikan sistem interlock dan sakelar pengaman berfungsi dengan baik Dan Evaluasi lingkungan kerja: Mengidentifikasi faktor eksternal seperti tata letak mesin dan pencahayaan.

Hasil penelitian mengklasifikasikan faktor penyebab bypassing perlindungan mesin ke dalam lima kategori:

Ergonomi: Kesulitan dalam menggunakan pelindung mesin yang tidak dirancang dengan baik. Produktivitas: Tekanan untuk meningkatkan efisiensi sering kali membuat pekerja mengabaikan pengaman. Keandalan Perangkat Keselamatan: Sistem keamanan yang sering gagal atau menyebabkan keterlambatan produksi. Perilaku Pekerja: Kurangnya kesadaran dan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Lingkungan Kerja: Budaya perusahaan yang tidak menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama.

Dalam penelitian ini, berbagai jenis mesin industri diuji untuk menilai efektivitas sistem pengaman yang digunakan. Beberapa temuan utama meliputi:

70% kecelakaan kerja terjadi akibat bypassing perangkat keselamatan. 40% pekerja mengaku pernah melewati pengaman mesin untuk meningkatkan kecepatan kerja. 35% dari total insiden kecelakaan di industri terjadi di area dengan sistem keamanan yang tidak optimal. Studi kasus ini menunjukkan bahwa meskipun banyak perusahaan telah menerapkan sistem pengaman, masih terdapat tantangan dalam memastikan bahwa pekerja benar-benar menggunakannya.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa kategori bahaya utama yang harus diatasi melalui sistem perlindungan yang efektif:

Bahaya mekanis: Termasuk risiko tertarik, terjepit, atau terkena benda tajam. Bahaya kelistrikan: Seperti sengatan listrik akibat kabel terbuka atau sistem interlock yang tidak berfungsi. Bahaya lingkungan: Termasuk pencahayaan buruk dan tata letak yang tidak ergonomis.

Kelebihan 

Menyediakan klasifikasi penyebab bypassing sistem keamanan mesin yang jelas. Studi kasus konkret memberikan gambaran nyata tentang tantangan dalam implementasi sistem keselamatan. Fokus pada budaya keselamatan menunjukkan bahwa faktor manusia sama pentingnya dengan teknologi pengaman.

Kekurangan 

Tidak membahas strategi yang lebih mendalam dalam perubahan budaya keselamatan di perusahaan. Tidak ada perbandingan langsung dengan metode perlindungan mesin di industri lain atau di negara dengan regulasi keselamatan yang berbeda. Minimnya analisis biaya terhadap implementasi sistem keamanan yang lebih ketat.

Meskipun demikian, penelitian ini tetap menjadi referensi yang berharga bagi perusahaan yang ingin meningkatkan keselamatan kerja dengan pendekatan holistik.

Untuk meningkatkan efektivitas sistem keselamatan mesin, beberapa langkah dapat diambil:

  1. Desain Pengaman yang Lebih Ergonomis, Mengembangkan sistem pengaman yang lebih mudah digunakan tanpa mengurangi efisiensi kerja. Menggunakan material transparan atau sistem pencahayaan tambahan untuk meningkatkan visibilitas.
  2. Peningkatan Kepatuhan Pekerja melalui Pelatihan Keselamatan, Mengadakan sesi pelatihan rutin untuk meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya sistem pengaman. Melibatkan pekerja dalam proses desain ulang sistem keselamatan agar sesuai dengan kebutuhan operasional.
  3. Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Keamanan, Mengadopsi sistem sensor pintar yang dapat mendeteksi bypassing secara otomatis. Memanfaatkan AI dan IoT untuk memonitor penggunaan sistem pengaman secara real-time.
  4. Evaluasi dan Audit Keselamatan Berkala, Melakukan inspeksi rutin untuk memastikan bahwa semua sistem keamanan berfungsi dengan baik. Menganalisis data kecelakaan dan near-miss untuk mengidentifikasi pola risiko yang perlu ditangani segera.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan mengurangi risiko kecelakaan akibat pengoperasian mesin yang tidak aman.

Pentingnya sistem perlindungan mesin dalam meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi bypassing perangkat keamanan. Dengan memahami faktor penyebab bypassing dan menerapkan strategi mitigasi yang tepat, perusahaan dapat secara signifikan mengurangi risiko kecelakaan di tempat kerja.

Meskipun masih ada tantangan dalam implementasi yang efektif, kombinasi antara desain pengaman yang ergonomis, pelatihan pekerja, serta pemanfaatan teknologi modern dapat membantu menciptakan budaya keselamatan yang lebih baik di industri manufaktur.

Sumber Artikel

Panneerselvam, N., & Vignesh, P. (2024). Machine Guarding – To Improve Safety Culture Driving Machine Safety. Journal of Xi’an Shiyou University, Natural Science Edition, 17(3), 58-68.

Selengkapnya
Peran Machine Guarding dalam Meningkatkan Budaya Keselamatan di Industri

Industri Manufaktur

Meningkatkan Keselamatan di Industri Manufaktur Melalui Kesadaran dan Pelatihan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 20 Februari 2025


Keselamatan kerja merupakan aspek yang sangat penting dalam lingkungan manufaktur. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan sampel sebanyak 180 pekerja lantai produksi di beberapa industri manufaktur. Data dikumpulkan melalui:

Kuesioner yang mencakup aspek kesadaran keselamatan, kepatuhan terhadap prosedur, dan persepsi pekerja mengenai kebijakan keselamatan. Observasi langsung terhadap perilaku pekerja dan penerapan langkah-langkah keselamatan. Analisis data sekunder dari laporan kecelakaan dan kebijakan keselamatan perusahaan.

Teknik Analisis Data

Persentase dan analisis deskriptif digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pekerja terhadap keselamatan. Analisis regresi dilakukan untuk menilai hubungan antara pelatihan keselamatan dan tingkat kecelakaan di tempat kerja. Perbandingan antar industri untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan keselamatan yang diterapkan.

Survei menunjukkan bahwa:

71% pekerja menganggap keselamatan sebagai prioritas utama di tempat kerja. 61% telah menerima pelatihan keselamatan untuk menangani situasi darurat. 52% merasa puas dengan peralatan pelindung diri (PPE) yang disediakan perusahaan. 68% memahami kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diterapkan di tempat kerja. 75% mengetahui lokasi alat pemadam kebakaran, namun hanya 64% yang benar-benar memahami cara menggunakannya.

Sebuah pabrik manufaktur otomotif yang menerapkan kebijakan keselamatan berbasis pelatihan intensif mengalami:

Penurunan insiden kecelakaan sebesar 35% dalam satu tahun. Peningkatan laporan nyaris celaka hingga 830 kasus, yang menunjukkan peningkatan kesadaran pekerja terhadap potensi bahaya. 104.167 tindakan tidak aman berhasil diidentifikasi dan diperbaiki, berkat pelatihan yang lebih baik.

Namun, meskipun terdapat peningkatan signifikan dalam kesadaran keselamatan, 33% pekerja masih merasa tidak sepenuhnya aman saat bekerja, yang menunjukkan adanya celah dalam implementasi kebijakan keselamatan.

Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan

Menurut penelitian ini, penyebab utama kecelakaan kerja di industri manufaktur meliputi:

Perilaku tidak aman pekerja (88% dari total kecelakaan, berdasarkan teori Heinrich). Kondisi kerja yang tidak aman seperti tata letak yang buruk dan pencahayaan yang kurang memadai. Kurangnya kepatuhan terhadap prosedur keselamatan, terutama dalam penggunaan PPE dan alat pemadam kebakaran. Kurangnya pengawasan dari manajemen, yang menyebabkan rendahnya disiplin pekerja dalam menerapkan prosedur keselamatan.

Kelebihan 

Memberikan wawasan tentang pentingnya kesadaran keselamatan di industri manufaktur. Menggunakan data empiris yang kuat dari survei dan observasi. Studi kasus memberikan bukti nyata bahwa pelatihan keselamatan dapat mengurangi kecelakaan kerja.

Kekurangan 

Tidak membahas dampak ekonomi dari kecelakaan kerja bagi perusahaan. Tidak membandingkan efektivitas kebijakan keselamatan di berbagai sektor industri. Tidak menyoroti peran teknologi seperti AI dan IoT dalam meningkatkan keselamatan kerja.

Rekomendasi untuk Implementasi Lebih Lanjut

  1. Peningkatan Frekuensi Pelatihan Keselamatan
    • Meningkatkan sesi pelatihan interaktif dengan simulasi kondisi darurat.
    • Melakukan evaluasi berkala terhadap efektivitas pelatihan yang diberikan.
  2. Penggunaan Teknologi untuk Pemantauan Keselamatan
    • Menggunakan sensor IoT untuk mendeteksi lingkungan kerja yang berbahaya.
    • Memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis pola kecelakaan dan memberikan peringatan dini.
  3. Peningkatan Keterlibatan Manajemen dalam Keselamatan
    • Mewajibkan manajemen puncak untuk terlibat langsung dalam inspeksi keselamatan.
    • Memberikan insentif kepada pekerja yang menunjukkan kepatuhan tinggi terhadap prosedur keselamatan.
  4. Audit Keselamatan yang Lebih Ketat
    • Melakukan audit internal setiap bulan untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap kebijakan K3.
    • Menyediakan jalur pelaporan anonim bagi pekerja untuk melaporkan potensi bahaya tanpa takut adanya konsekuensi negatif.

Pemahaman yang kuat tentang pentingnya kesadaran keselamatan dalam industri manufaktur. Meskipun banyak pekerja sudah memahami pentingnya K3, masih ada tantangan dalam memastikan penerapan kebijakan keselamatan yang konsisten.

Peningkatan pelatihan, pemanfaatan teknologi, dan keterlibatan manajemen dapat menjadi solusi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif. Dengan pendekatan yang lebih komprehensif, industri manufaktur dapat mencapai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dan mengurangi risiko kecelakaan secara signifikan.

Sumber Artikel

Rajuskar, C. S., & Warule, S. (2020). Safety Environment in Manufacturing Industry. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), 9(3), 523-526.

Selengkapnya
Meningkatkan Keselamatan di Industri Manufaktur Melalui Kesadaran dan Pelatihan

Industri Manufaktur

7 Masalah Manufaktur Terbesar di Tahun 2024 dan Cara Menemukan Solusinya

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 16 Mei 2024


Memasuki tahun 2024, industri manufaktur menghadapi lanskap yang semakin kompleks. Dengan masalah manufaktur mulai dari kekurangan tenaga kerja hingga gangguan rantai pasokan, inflasi, dan banyak lagi, bisnis bergulat dengan banyak masalah yang berdampak pada pertumbuhan, profitabilitas, dan efisiensi operasional.

Terlepas dari rintangan ini, ada rasa optimisme secara keseluruhan karena produsen mencari solusi inovatif dan pendekatan strategis untuk mengatasi tantangan ini.

Masalah manufaktur terbesar di tahun 2024

Sektor manufaktur diprediksi akan tumbuh pada tingkat 3,57% per tahun antara sekarang dan 2028, dengan pasar global diperkirakan akan mencapai hampir $860 miliar pada tahun 2031. Namun, industri ini menghadapi setidaknya tujuh tantangan yang signifikan.

1. Kekurangan tenaga kerja dan rekrutmen

Kekurangan tenaga kerja dan masalah rekrutmen telah menjadi semakin signifikan dalam industri manufaktur. Kesenjangan keterampilan yang terus meningkat dan kurangnya pekerja terampil menimbulkan tantangan nyata bagi produsen di seluruh dunia. Seiring dengan pensiunnya para pekerja yang lebih tua dan berpengalaman dan generasi yang lebih muda menunjukkan minat yang lebih rendah terhadap pekerjaan manufaktur, perusahaan semakin sulit untuk mengisi peran-peran penting.

Kekurangan tenaga kerja ini bukan hanya masalah jumlah, tetapi juga memiliki implikasi yang besar bagi masa depan industri. Hal ini tidak hanya menghambat produksi, tetapi juga menghambat inovasi dan pertumbuhan. Inilah caranya:

  • Efisiensi Produksi: Kekurangan pekerja terampil dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi dalam produksi karena tugas-tugas membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan, dan ada kemungkinan kesalahan yang lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan biaya dan penurunan produktivitas.
  • Inovasi: Pekerja yang terampil membawa serta pengetahuan dan pengalaman yang mendorong inovasi. Mereka dapat mengidentifikasi potensi perbaikan, menyarankan pendekatan baru, dan membantu menerapkan teknologi canggih. Tanpa masuknya individu-individu yang terampil ini, laju inovasi dalam perusahaan-dan industri secara keseluruhan-dapat melambat.
  • Pertumbuhan: Perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang kuat untuk berkembang. Tanpa tenaga kerja terampil yang cukup, perusahaan akan kesulitan untuk memenuhi permintaan yang meningkat atau berekspansi ke pasar baru.

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mengeksplorasi beberapa strategi berikut:

  • Melatih dan Mengembangkan: Banyak perusahaan yang berinvestasi lebih banyak dalam program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan karyawan mereka yang sudah ada dan membuat mereka lebih fleksibel.
  • Bermitra dengan Institusi Pendidikan: Beberapa produsen membentuk kemitraan dengan sekolah teknik dan perguruan tinggi untuk membuat program yang membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan.
  • Kondisi Kerja yang Menarik: Untuk menarik generasi muda ke pekerjaan manufaktur, beberapa perusahaan meningkatkan kondisi kerja, menawarkan gaji yang kompetitif, dan menyoroti aspek-aspek inovatif dari manufaktur modern.

2. Gangguan rantai pasokan

Perubahan global dan ketidakstabilan ekonomi telah menyebabkan gangguan yang signifikan dalam rantai pasokan. Gangguan ini telah memengaruhi segala hal mulai dari ketersediaan bahan baku hingga pengiriman produk jadi, menyebabkan penundaan, meningkatkan biaya, dan berdampak pada operasi manufaktur secara keseluruhan.

Gangguan rantai pasokan dapat berasal dari berbagai peristiwa, termasuk bencana alam, pandemi kesehatan global, ketidakpastian politik, pergolakan ekonomi, serta serangan siber dan teroris5. Gangguan ini bukan hanya masalah industri, tetapi telah berkembang menjadi ancaman bagi stabilitas ekonomi.

Perusahaan-perusahaan kini berfokus untuk membuat rantai pasokan mereka lebih tangguh dan kolaboratif agar dapat mengelola gangguan di masa depan dengan lebih baik. Terlepas dari upaya-upaya ini, kondisi rantai pasokan global saat ini terus menjadi perhatian utama bagi para produsen di seluruh dunia.

3. Inflasi

Ketidakstabilan ekonomi dan gangguan geopolitik telah menciptakan lingkungan bisnis yang tidak dapat diprediksi. Inflasi telah muncul sebagai tantangan yang signifikan, meningkatkan biaya bahan baku, energi, dan input penting lainnya.

Inflasi secara khusus telah muncul sebagai tantangan yang signifikan dalam lingkungan yang tidak menentu ini:

  • Kenaikan Biaya Bahan Baku dan Energi: Inflasi meningkatkan biaya bahan baku dan energi, yang merupakan input penting bagi banyak bisnis. Kenaikan biaya ini dapat menekan margin keuntungan, terutama bagi bisnis yang tidak dapat dengan mudah membebankan kenaikan biaya ini kepada pelanggan.
  • Biaya Operasional yang Lebih Tinggi: Selain bahan baku dan energi, inflasi juga dapat meningkatkan biaya operasional lainnya, seperti gaji dan sewa. Biaya yang lebih tinggi ini dapat semakin membebani bisnis yang sudah bergulat dengan lingkungan yang tidak pasti.
  • Dampak terhadap Daya Beli Konsumen: Inflasi mengurangi daya beli konsumen, yang dapat menyebabkan berkurangnya permintaan akan barang dan jasa, terutama yang tidak terlalu penting.

Dengan adanya tantangan-tantangan ini, produsen harus gesit, terus memantau faktor-faktor ini, dan menyesuaikan strategi mereka. Selain itu, menjaga hubungan yang kuat dengan pemasok, mendiversifikasi rantai pasokan, dan menerapkan strategi manajemen biaya yang efektif dapat membantu bisnis melewati masa-masa sulit ini.

4. Adopsi teknologi

Munculnya Industri 4.0 dan pesatnya kemajuan teknologi telah mengantarkan era baru yang penuh dengan berbagai kemungkinan dalam dunia bisnis. Perubahan ini membawa sejumlah peluang dan tantangan.

  • Peluang: Salah satu manfaat utama adalah potensi peningkatan efisiensi. Teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan otomatisasi dapat menyederhanakan proses, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, kemajuan ini juga mendorong inovasi, memungkinkan bisnis untuk mengembangkan produk, layanan, dan solusi baru yang sebelumnya tidak terbayangkan.
  • Tantangan: Terlepas dari keuntungan yang cukup besar, mengadopsi teknologi ini juga memiliki tantangan tersendiri. Investasi yang signifikan sering kali diperlukan tidak hanya untuk memperoleh teknologi tetapi juga untuk melatih staf dan mengintegrasikan sistem baru ini ke dalam alur kerja yang sudah ada. Selain itu, teknologi ini biasanya membutuhkan keahlian khusus untuk mengoperasikan dan memelihara secara efektif, yang dapat menjadi penghalang bagi banyak bisnis.

Selain itu, laju perubahan teknologi yang cepat berarti bisnis harus terus mengikuti perkembangan terbaru dan siap untuk beradaptasi. Keadaan yang terus berubah ini dapat mengganggu dan membutuhkan budaya organisasi yang menerima perubahan dan mendorong pembelajaran berkelanjutan.

5. Tekanan keberlanjutan dan lingkungan

Produsen menghadapi tekanan yang semakin meningkat untuk mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan karena tuntutan peraturan, konsumen, dan investor. Hal ini mengarah pada:

  • Tekanan Regulasi: Pemerintah menerapkan peraturan lingkungan yang lebih ketat, yang mengharuskan produsen untuk mengubah proses mereka.
  • Permintaan Konsumen: Konsumen yang sadar lingkungan lebih memilih merek yang mencerminkan nilai-nilai mereka, sehingga mendorong produsen menuju keberlanjutan.
  • Ekspektasi Investor: Investor semakin mempertimbangkan faktor lingkungan dalam keputusan mereka, menjadikan keberlanjutan sebagai pertimbangan utama bagi produsen.

Tekanan ini sering kali mengakibatkan peningkatan biaya karena investasi dalam teknologi berkelanjutan, perubahan operasional untuk pengurangan limbah dan efisiensi sumber daya, serta biaya kepatuhan. Namun, dalam jangka panjang, keberlanjutan dapat menghasilkan penghematan biaya, peningkatan reputasi merek, dan peluang pasar baru.

6. Keamanan data

Ketika proses manufaktur menjadi semakin terdigitalisasi dan terotomatisasi, keamanan data telah menjadi perhatian penting bagi produsen karena:

  • Ancaman Dunia Maya: Meningkatnya ketergantungan pada alat digital membuat produsen menjadi target penjahat siber, yang berisiko mengalami pembobolan data atau serangan ransomware.
  • Data Sensitif: Akses tidak sah ke desain hak milik, informasi pelanggan, atau detail pemasok dapat menyebabkan kerusakan finansial dan reputasi.
  • Kepatuhan terhadap Peraturan: Peraturan seperti GDPR Uni Eropa mengharuskan tindakan perlindungan data yang ketat, dengan ketidakpatuhan yang mengakibatkan denda.

Untuk mengatasi masalah ini, produsen harus berinvestasi dalam langkah-langkah keamanan siber, mempromosikan kesadaran keamanan di antara karyawan, dan secara teratur memperbarui protokol keamanan.

7. Kurangnya ketersediaan tenaga kerja

Industri manufaktur menghadapi tantangan ketersediaan tenaga kerja karena:

  • Tenaga Kerja yang Menua: Banyak pekerja terampil yang mendekati masa pensiun, sehingga menciptakan kesenjangan keterampilan.
  • Kekurangan Tenaga Kerja: Pasar tenaga kerja yang ketat dan pergeseran dari tenaga kerja manual mengakibatkan kesulitan menemukan pekerja terampil.
  • Ketidaksesuaian Keterampilan: Metode manufaktur tingkat lanjut membutuhkan keterampilan baru, seperti otomatisasi dan analisis data, yang tidak dimiliki oleh banyak pekerja saat ini.

Untuk mengatasinya, produsen harus berinvestasi dalam pelatihan karyawan, upaya perekrutan aktif, dan mempromosikan karier manufaktur kepada generasi muda.

Shoplogix inline image with a female engineer on the shop floor

Mengubah tantangan menjadi peluang dengan shoplogix

Terlepas dari tantangan yang menakutkan ini, ada solusi inovatif yang tersedia yang dapat membantu produsen mengatasi rintangan ini dan mengubahnya menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi. Salah satu solusi tersebut adalah Smart Factory Suite dari Shoplogix.

Shoplogix menawarkan berbagai alat yang dirancang untuk mengatasi tantangan ini:

  • Pemantauan produksi waktu nyata untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dan mesin.
  • Analisis prediktif untuk mengantisipasi dan mengatasi gangguan rantai pasokan.
  • Dasbor keberlanjutan untuk melacak jejak karbon dan tujuan keberlanjutan.
  • Platform pabrik pintar untuk integrasi teknologi baru yang mulus.
  • Langkah-langkah keamanan siber untuk memastikan keamanan data.
  • Alat manajemen tenaga kerja untuk ketersediaan, pelatihan, dan retensi tenaga kerja.

Dengan menerapkan solusi-solusi ini, produsen tidak hanya dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional, mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan profitabilitas.

Kesimpulan akhir

Industri manufaktur mungkin menghadapi tantangan yang signifikan pada tahun 2024, tetapi dengan solusi inovatif seperti Smart Factory Suite Shoplogix, tantangan ini dapat diatasi secara efektif. Dengan memanfaatkan teknologi dan perencanaan strategis, produsen tidak hanya dapat mengatasi rintangan ini tetapi juga memanfaatkan peluang baru untuk pertumbuhan dan inovasi.

Disadur dari: shoplogix.com

Selengkapnya
7 Masalah Manufaktur Terbesar di Tahun 2024 dan Cara Menemukan Solusinya
page 1 of 1