Ilmu dan Teknologi Hayati

Memahami Persepsi dan Pengukuran Kualitas Hidup

Dipublikasikan oleh Anisa pada 05 Maret 2025


Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan kualitas hidup (QOL) sebagai "persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, serta dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran mereka."
Kekayaan, pekerjaan, lingkungan, kesehatan fisik dan mental, pendidikan, rekreasi dan waktu senggang, rasa memiliki, pandangan keagamaan, keamanan, perlindungan, dan kebebasan semuanya adalah metrik kualitas hidup standar. QOL memiliki berbagai aplikasi, termasuk pembangunan internasional, perawatan kesehatan, politik, dan ketenagakerjaan. Kesehatan terkait QOL (HRQOL) adalah ukuran QOL dan relevansinya dengan kesehatan.

Teori Terlibat

Salah satu pendekatan, dikenal sebagai teori terlibat, diuraikan dalam jurnal Applied Research in the Quality of Life. Ini mengusulkan empat area untuk menilai kualitas hidup: ekologi, ekonomi, politik, dan budaya. Budaya, misalnya, mencakup subdomain kualitas hidup seperti kepercayaan dan ide, kreativitas dan rekreasi, penyelidikan dan pembelajaran, gender dan generasi, identitas dan keterlibatan, memori dan proyeksi, dan kesejahteraan dan kesehatan.

Kebebasan, hak asasi manusia, dan kebahagiaan juga biasanya terkait dengan paradigma ini. Namun, karena kebahagiaan bersifat subjektif dan sulit diukur, pengukuran lain biasanya diberikan lebih dahulu. Juga telah ditunjukkan bahwa kebahagiaan, sejauh yang dapat diukur, tidak selalu meningkat seiring dengan kenyamanan yang datang dengan peningkatan pendapatan. Akibatnya, tingkat kehidupan seharusnya tidak digunakan untuk menentukan kebahagiaan. Konsep keamanan manusia kadang-kadang juga dianggap serupa; Namun, yang terakhir dapat dilihat pada tingkat yang lebih mendasar dan untuk semua orang.

Pengukuran Kuantitatif

Berbeda dengan GDP per kapita dan standar hidup, yang dapat dinilai dalam istilah keuangan, lebih sulit untuk membuat evaluasi objektif atau jangka panjang tentang kualitas hidup yang dinikmati oleh negara atau kelompok orang lain. Para peneliti baru-baru ini mulai membedakan antara dua dimensi kesejahteraan pribadi: Kesejahteraan emosional, di mana responden diminta tentang frekuensi dan intensitas pengalaman emosional harian mereka, seperti sukacita, stres, kesedihan, kemarahan, dan kasih sayang; dan evaluasi hidup, di mana responden diminta untuk mempertimbangkan kehidupan mereka secara umum dan menilainya pada skala. Sistem pengukuran semacam itu dan skala lainnya telah lama digunakan. Para peneliti telah mencoba menyelidiki hubungan antara kualitas hidup dan produktivitas.

Ada banyak pendekatan untuk menilai kualitas hidup dalam hal perawatan kesehatan, uang, dan kepemilikan materi. Namun, menentukan ekspresi yang bermakna dari keinginan seseorang jauh lebih menantang. Salah satu pendekatan adalah menilai sejauh mana individu telah mencapai tujuan mereka sendiri. Kualitas hidup dapat dengan mudah didefinisikan sebagai kebahagiaan, yang merupakan keadaan pikiran subjektif. Dengan mengadopsi pandangan ini, penduduk negara-negara miskin lebih menghargai karena mereka puas dengan kebutuhan dasar perawatan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak.
Robert Costanza, seorang ekonom ekologis, mencatat bahwa meskipun Kualitas Hidup (QOL) telah menjadi tujuan kebijakan, sulit untuk mendefinisikan dan mengukurnya secara akurat. Ada beberapa indikator "objektif" dan "subjektif" di berbagai bidang dan skala, dan penelitian saat ini tentang survei kesejahteraan subjektif (SWB) dan psikologi kebahagiaan telah membangkitkan minat kembali.

Indeks Pembangunan Manusia.
Indeks Pembangunan Manusia (HDI) mungkin adalah ukuran internasional yang paling banyak digunakan untuk pembangunan, menggabungkan ukuran harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk menilai kemungkinan yang dapat diakses oleh individu dalam budaya tertentu. Program Pembangunan PBB menggunakan HDI dalam Laporan Pembangunan Manusia. Namun, sejak 2010, Laporan Pembangunan Manusia telah mencakup Indeks Pembangunan Manusia yang disesuaikan dengan ketidaksetaraan (IHDI). Meskipun HDI asli masih relevan, dinyatakan bahwa "IHDI adalah tingkat pembangunan manusia aktual (mempertimbangkan ketidaksetaraan), sedangkan HDI asli dapat dilihat sebagai indeks 'potensial' pembangunan manusia (atau tingkat HDI maksimum) yang bisa dicapai jika tidak ada ketidaksetaraan."

Laporan Kebahagiaan Dunia 2023 termasuk peta yang menampilkan skor kebahagiaan negara.

Laporan Kebahagiaan Dunia adalah survei besar tentang kebahagiaan global. Ini menilai 156 negara berdasarkan tingkat kebahagiaan mereka, menunjukkan minat global yang semakin meningkat dalam menggunakan kebahagiaan dan kesejahteraan yang signifikan untuk menilai kualitas pembangunan manusia. Tujuan meningkatnya ini telah memungkinkan pemerintah, komunitas, dan organisasi menggunakan data yang tepat untuk melacak kebahagiaan untuk menerapkan kebijakan yang meningkatkan kehidupan masyarakat. Makalah-makalah tersebut menelaah keadaan kebahagiaan saat ini di dunia dan menunjukkan bagaimana ilmu kebahagiaan menjelaskan variasi kebahagiaan individu dan nasional.

Studi ini, yang dikembangkan oleh PBB dan baru-baru ini diterbitkan bersama HDI, menggunakan pengukuran objektif dan subjektif untuk mengevaluasi negara berdasarkan kebahagiaan, yang dianggap sebagai hasil akhir dari kualitas hidup yang hebat. Skor akhir dihitung menggunakan jajak pendapat Gallup, PDB riil per kapita, harapan hidup sehat, memiliki seseorang yang bisa diandalkan, kebebasan yang dirasakan untuk membuat keputusan hidup, kebebasan dari korupsi, dan amal. Kebahagiaan sudah dianggap sebagai topik kunci dalam kebijakan publik global. Menurut Laporan Kebahagiaan Dunia, beberapa wilayah telah melihat peningkatan ketidaksetaraan kebahagiaan dalam beberapa tahun terakhir.

Tindakan lain

M. D. Morris, seorang sosiolog, mengembangkan Indeks Kualitas Hidup Fisik (PQLI) pada tahun 1970-an. Ini didasarkan pada melek huruf dasar, kematian bayi, dan harapan hidup. Meskipun tidak sekompleks ukuran lain dan sekarang sebagian besar digantikan oleh Indeks Pembangunan Manusia, PQLI patut diperhatikan karena upaya Morris untuk menampilkan "gambar yang kurang fatalistis pesimistis" dengan fokus pada tiga area di mana kualitas hidup global umumnya meningkat pada saat itu, sementara mengabaikan produk nasional bruto dan indikator potensial lainnya yang tidak meningkat.
Indeks Planet Bahagia, yang dibuat pada tahun 2006, unik di antara metrik kualitas hidup karena, selain penggerak kesejahteraan yang khas, ia menggunakan jejak ekologis setiap negara sebagai ukuran. Akibatnya, negara-negara Eropa dan Amerika Utara tidak mendominasi metrik ini. Sebaliknya, Kolombia, Vietnam, dan Kosta Rika memimpin daftar tahun 2012.

Sumber:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Memahami Persepsi dan Pengukuran Kualitas Hidup

Ilmu dan Teknologi Hayati

Sejarah Pohon Jati saat Zaman VOC

Dipublikasikan oleh Anisa pada 03 Maret 2025


Pohon jati (Tectona grandis) adalah tumbuhan utama di hutan jati. Hutan jati terutama ditemukan di Jawa di Indonesia. Namun, mereka sekarang juga tersebar di berbagai tempat seperti di pulau-pulau Muna, Sumbawa, Flores, dan lainnya. Hutan jati adalah hutan tertua yang dikelola di Jawa dan Indonesia, dan salah satu jenis hutan terbaik yang dikelola.

Para ahli (altona, 1922; Charles, 1960) berpendapat bahwa orang-orang Hindu dari India pada akhir era Hindu (awal abad X1V, hingga awal abad XVI) membawa jati di Jawa. Namun, para ahli lain menolak ini. Mereka percaya bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk mengatakan bahwa jati bukan tumbuhan asli Jawa (Whitten dkk., 1999). Mengingat sifat kayu yang dikenal selama ratusan tahun, anggapan bahwa manusia memainkan peran penting dalam penyebaran jati dari India ke Jawa jelas sulit dihindari. Meskipun demikian, Peluso (1991) menyatakan bahwa ketika pedagang belanda tiba di jawa pada pertengahan abad ke-17, mereka menemukan banyak tegakan jati campuran atau bahkan tegakan jati hampir murni yang tersebar di bagian tengah Pulau Jawa.

Sejauh ini, sejarah menunjukkan bahwa sebelum kedatangan VOC ke Jawa, para bupati telah menghormati raja dengan glondhong pengareng-areng. Demikian pula, ketika ada posisi yang disebut juru wana atau juru pengalasan (wana, sayangnya berarti hutan dalam bahasa Jawa). Pada tahun 1600-an, ada hutan jati yang baik yang dikelola di sekitar Bojonegoro, Jawa Timur, untuk tujuan membangun bangunan, benteng, dan kapal.

Hingga awal abad ke-19, VOC terus menguasai hutan jati di bagian utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun telah menguasai hutan jati selama tiga abad, mungkin tidak ada pengelolaan hutan jati yang baik. Untuk kepentingan pembuatan kapal-kapal dagang dan konstruksi lainnya, VOC memperketat penebangan dan pengamanannya.

Ketika bangkrut karena korupsi pada paruh akhir abad ke-18, VOC telah mengeksploitasi habis jati di Jawa dan meninggalkan lahan hutan yang rusak parah. Ini bukanlah kerusakan secara meluas yang terakhir dalam sejarah hutan jati di Pulau Jawa. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengambil alih tanggung jawab VOC dan —terdorong oleh kebutuhan kayu jati sebagai bahan baku industri kapal di Belanda saat itu— berniat mengembalikan hutan jati Jawa seperti semula.

Kemudian, Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811) mendirikan lembaga pertama untuk mengelola hutan jati Jawa. Dia tetap menggunakan blandong. Pemerintah Kolonial Belanda meminta dua rimbawan Jerman, Mollier dan Nemich, untuk merancang sistem budidaya hutan untuk Jawa pada tahun 1847. Pemerintah Kolonial Belanda memilih sistem monokultur, yang melibatkan penanaman satu jenis pohon yang dominan, sementara sistem multikultur, yang melibatkan penanaman banyak jenis pohon, ditolak. Ini sejalan dengan tujuan pemerintah kolonial untuk menghasilkan keuntungan ekonomi.

Sejak pertengahan hingga akhir abad ke-19, pemerintah kolonial Hindia Belanda menetapkan wilayah tertentu sebagai hutan untuk ditanami dengan jati. Wilayah-wilayah ini tidak digunakan untuk pertanian atau perkebunan. Hutan terletak jauh dari pusat-pusat kota dan di daerah yang kurang subur dan curam.

Undang-undang tentang kehutanan dibuat pada tahun 1865. Semua bentuk kerja paksa dihapuskan dari undang-undang ini. Selain itu, UU itu membagi hutan Jawa menjadi tiga wilayah: hutan rimba, hutan jati di bawah pengawasan negara, dan hutan jati tidak di bawah pengawasan. Hutan dengan jenis pohon utama selain jati disebut hutan rimba. Semua tanah, termasuk hutan, dimiliki dan dikelola oleh negara, menurut Undang-Undang Baru tahun 1874. Setelah enam tahun, hutan produksi jati Jawa dibagi menjadi 13 "distrik hutan jati" di bawah djatibedrijf (perusahaan jati negara).

Pada tahun 1890, rimbawan Bruisma memimpin pembuatan rencana perusahaan pertama. Tujuh tahun kemudian, houtvestrij pertama dibangun, dan houtvestrij terakhir baru selesai sekitar 1932. Houtvestrij menggabungkan area hutan tertentu untuk mengatur proses daur produksi, dari tahap menanam pohon hingga tahap pemeliharaan dan memanen. Houtvestrij sekarang dikenal sebagai KPH.

Hutan jati tidak lebih baik setelah pemerintah Kolonial Belanda mengambil alih pengelolaan hutan dari VOC pada sekitar 1808. Eksploitasi tidak teratur dan kerusakan hutan terus terjadi hingga awal abad ke-20. Baru pada sekitar awal abad ke-20 dibangun dasar-dasar modernisasi pengelolaan hutan jati: pembagian wilayah, penataan, pengaturan hasil, dan penelitian hutan.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Sejarah Pohon Jati saat Zaman VOC

Ilmu dan Teknologi Hayati

Keajaiban Keanekaragaman Hayati dan Ancaman Kepunahan

Dipublikasikan oleh Anisa pada 28 Februari 2025


"Keanekaragaman hayati"—“keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di suatu wilayah"—adalah istilah yang paling sering digunakan untuk menggantikan definisi yang lebih jelas sebelumnya, yaitu keanekaragaman spesies dan kekayaan spesies . Keuntungan dari definisi ini adalah bahwa itu menggambarkan sebagian besar situasi dan memberikan gambaran yang luas tentang jenis keanekaragaman hayati yang telah dikenal selama bertahun-tahun.

Keanekaragaman hayati, juga disebut biodiversitas, adalah variasi dan variabilitas kehidupan di Bumi. Variasi biasanya diukur pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem. Ekosistem hutan tropis menampung sekitar 90% spesies yang ada di Bumi, meskipun ekosistem ini hanya mencakup 10% dari permukaan Bumi, biodiversitas daratan (terestrial) biasanya lebih besar di sekitar khatulistiwa karena iklim yang hangat dan produktivitas primer (aliran energi) yang tinggi. Di sepanjang pantai barat Samudra Pasifik, di mana suhu permukaan laut paling tinggi, dan di pita lintang tengah setiap lautan, keanekaragaman hayati laut biasanya tertinggi. Gradien lintang juga memengaruhi keanekaragaman spesies. Keanekaragaman hayati umumnya mengelompok di titik panas, dan telah berkembang seiring waktu, tetapi kemungkinan akan melambat di masa depan.

Kepunahan massal biasanya disebabkan oleh perubahan lingkungan yang cepat. Lebih dari 99,9 persen dari semua spesies yang pernah ada di Bumi, yang berjumlah lebih dari lima miliar spesies, diperkirakan telah punah. Jumlah spesies saat ini diperkirakan berkisar antara 10 juta hingga 14 juta, dan sekitar 1,2 juta spesies telah diidentifikasi, tetapi lebih dari 86% di antaranya belum dideskripsikan dengan baik. Pada Mei 2016, para ilmuwan menyatakan bahwa hanya seperseribu dari satu triliun spesies yang telah dideskripsikan dari total yang diperkirakan ada di Bumi saat ini. Menurut perkiraan, ada 5,0 x 1037 pasangan basa DNA dengan berat 50 miliar ton di Bumi. Di sisi lain, diperkirakan bahwa massa total biosfer adalah 4 TtC, atau triliun ton karbon. Pada Juli 2016, para ilmuwan menemukan set 355 gen dari leluhur universal terakhir (LUCA) dari semua organisme yang hidup di Bumi.

Perkiraan usia Bumi adalah 4,54 miliar tahun.Fakta yang tidak dapat disangkal menunjukkan bahwa kehidupan di Bumi pertama kali muncul paling tidak 3,5 miliar tahun yang lalu, selama era Eoarkean, saat kerak geologis mulai mengeras setelah meleleh pada era Hadean. Fosil tikar mikrob ditemukan di batupasir di Australia Barat berumur 3,48 miliar tahun. Grafit ditemukan di batuan metasedimentari di Greenland Barat berumur 3,7 miliar tahun, dan pada tahun 2015, ditemukan "sisa-sisa kehidupan biotik" di batuan berumur 4,1 miliar tahun di Australia bagian barat."Jika kehidupan muncul relatif cepat di Bumi... maka ia bisa menjadi hal yang umum di alam semesta," kata seorang ilmuwan.

Keanekaragaman hayati telah menurun secara drastis selama lima kepunahan massal besar dan beberapa peristiwa kecil sejak kehidupan dimulai di Bumi. Selama Eon Fanerozoikum, yang berlangsung selama 540 juta tahun terakhir, pertumbuhan keanekaragaman hayati meningkat dengan cepat. Ini terjadi selama letusan Kambrium, saat kebanyakan filum organisme multiseluler pertama kali muncul. Kepunahan massal, yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadi beberapa kali selama 400 juta tahun berikutnya. Pada periode Karbon, hutan hujan hancur, menyebabkan kehilangan kehidupan. Kepunahan terburuk, kepunahan Perm–Trias, terjadi 251 juta tahun lalu; organisme vertebrata membutuhkan 30 juta tahun untuk pulih darinya. Kepunahan terakhir, kepunahan Kapur–Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, lebih menarik dibandingkan kepunahan lainnya karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus non-avian.

Pengurangan keanekaragaman hayati dan hilangnya keanekaragaman genetik telah terjadi sejak munculnya manusia. Proses ini dikenal sebagai kepunahan Holosen, yang berarti pengurangan yang terutama disebabkan oleh manusia, terutama penghancuran habitat.Sebaliknya, keanekaragaman hayati baik untuk kesehatan manusia dalam berbagai cara, meskipun efek negatifnya juga dipelajari.Seratus

PBB menetapkan 2011–2020 sebagai Dekade Keanekaragaman Hayati PBB dan 2021–2030 sebagai Dekade Restorasi Ekosistem PBB. Menurut Laporan Penilaian Global tentang Keanekaragaman Hayati dan Layanan Ekosistem oleh IPBES pada tahun 2019, 25% spesies terancam punah karena aktivitas manusia.

Keanekaragaman hayati tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Sifatnya sangat beragam di mana pun kita berada di Bumi. Keanekaragaman setiap makhluk hidup (biota) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ini termasuk suhu, curah hujan, ketinggian, tanah, geografi, dan keberadaan spesies lain. Ilmu biogeografi berfokus pada bagaimana organisme, spesies, dan ekosistem tersebar di seluruh dunia.

Hutan hujan yang sejak lama memiliki iklim basah, seperti Taman Nasional Yasuní di Ekuador, memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tingkat keanekaragaman hayati secara konsisten lebih tinggi di daerah tropis dan di beberapa wilayah lokal lainnya, seperti Wilayah Tanjung Floristik, dan umumnya lebih rendah di daerah kutub.

Keanekaragaman hayati di darat diperkirakan 25 kali lebih besar dibandingkan dengan keanekaragaman hayati di lautan. Jumlah total spesies di Bumi diperkirakan sebesar 8,7 juta, dengan 2,1 juta spesies diperkirakan hidup di lautan, tetapi perkiraan ini tampaknya kurang mewakili keanekaragaman mikroorganisme.

Titik panas keanekaragaman hayati adalah daerah yang memiliki banyak spesies endemik yang telah mengalami pengrusakan habitat yang signifikan. Norman Myers pertama kali menggunakan istilah "titik panas" (hotspot) pada tahun 1988.Meskipun titik panas ada di seluruh dunia, mayoritas di antaranya berada di hutan dan sebagian besar berada di wilayah tropis.

Hutan Atlantik Brasil adalah salah satu titik panas dengan sekitar 20.000 spesies tumbuhan, 1.350 vertebrata, dan jutaan serangga, sekitar setengahnya tidak ditemukan di tempat lain. Pulau India dan Madagaskar juga sangat terkenal. Keanekaragaman hayati Kolombia sangat kaya, dengan tingkat spesies tertinggi di dunia berdasarkan satuan luas dan jumlah endemik terbesar—spesies yang secara alami tidak ditemukan di negara lain—di dunia. Kolombia memiliki lebih dari 1.900 spesies burung, sekitar 10% dari spesies organisme di Bumi, lebih banyak daripada di Eropa dan Amerika Utara. Ini juga memiliki 14% spesies amfibi, 10% spesies mamalia, dan 18% spesies burung di dunia. Orang-orang asli Madagaskar tinggal di hutan kering dan hutan hujan dataran rendah. Banyak spesies dan ekosistem pulau ini berevolusi secara mandiri karena mereka terpisah dari daratan Afrika 66 juta tahun yang lalu.Indonesia, yang memiliki 17.000 pulau, memiliki luas 1.354.555 mil persegi, atau 1.904.560 km2, dan memiliki 10% dari tumbuhan berbunga, 12% dari mamalia, dan 17% dari reptil, amfibi, dan burung di dunia.Banyak wilayah dengan keanekaragaman hayati dan endemisme yang luas berasal dari habitat yang tidak biasa yang membutuhkan adaptasi, seperti rawa gambut di Eropa Utara atau pegunungan Alpen di pegunungan tinggi. Mengukur perbedaan keanekaragaman hayati sangat sulit. Ada kemungkinan bahwa bias seleksi di antara para peneliti akan menyebabkan penelitian empiris yang tidak akurat untuk perkiraan kontemporer tentang keanekaragaman hayati.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Keajaiban Keanekaragaman Hayati dan Ancaman Kepunahan

Ilmu dan Teknologi Hayati

Sejarah Perkembangan Pandangan pada Biologi, Ilmu Tentang Fenomena Kehidupan

Dipublikasikan oleh Anisa pada 28 Februari 2025


Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan makhluk hidup, termasuk struktur, fungsi, perkembangan, evolusi, distribusi, dan klasifikasinya, dikenal sebagai biologi atau ilmu kehidupan. Informasi yang dicakup oleh ilmu biologi modern sangat beragam, mencakup berbagai bidang dan subdisiplin. Gagasan mendasar tentang sel, gen, dan evolusi—yang mendasari semua studi biologi—umumnya menyatukan semua bidang biologi. Diakui bahwa sel adalah bahan penyusun dasar kehidupan, bahwa gen adalah bahan dasar pewarisan, dan bahwa evolusi adalah proses yang melahirkan spesies baru. Selain itu, fluktuasi energi, pola makan, dan pengatur tubuh yang menjaga keseimbangan dan kekuatan diperkirakan merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup. Orang yang mempelajari biologi disebut biologiwan, biologiwan, atau biologist.

Definisi subdisiplin biologi memperhitungkan jenis, ukuran, dan teknik organisme yang diselidiki. Faktor-faktor ini meliputi:

  • Ilmu yang mempelajari kimia kehidupan dikenal sebagai biokimia.
  • Ilmu yang mempelajari interaksi antar molekul biologis dikenal sebagai biologi molekuler.
  • Botani adalah studi tentang kehidupan tumbuhan.
  • Biologi seluler mempelajari sel, yang merupakan unsur penyusun dasar semua kehidupan.
  • Fisiologi mengkaji anatomi, fisiologi, dan kimia sistem organ dan jaringan suatu organisme.
  • Studi biologi evolusi melihat mekanisme yang mengarah pada keanekaragaman hayati.
  • Ekologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya.

Sejarahnya, kata “biologi” berasal dari kata Yunani “bios” yang berarti “kehidupan” dan akhiran “-logia” yang berarti “ilmu”. Linnaeus (Carl von Linné) pertama kali menggunakan versi Latin dari istilah ini, biologi, dalam bukunya tahun 1736 Bibliotheca botanica. Istilah ini digunakan sekali lagi pada tahun 1766 oleh ahli geologi kontinental, ahli biologi, dan ahli fitologi generalis Michael Christoph Hanov dalam Philosophiae naturalis sive Phycae: tomus III. Pertama kali digunakan dalam terjemahan buku Linnaeus pada tahun 1771, versi Jerman, Biologie, pertama kali digunakan. Frasa ini awalnya muncul dalam kata pengantar buku Theodor Georg August Roose, Grundzüge der Lehre van der Lebenskraft pada tahun 1797. Frasa ini digunakan secara lebih sempit oleh Karl Friedrich Burdach pada tahun 1800 (Propädeutik zur Studien der gesammten Heilkunst), untuk merujuk pada penyelidikan manusia dari sebuah sudut pandang morfologi, fisiologis, dan psikologis. Hanya karya Gottfried Reinhold Treviranus, Biologie, atau Philosophie der lebenden Natur (1802–22) yang memiliki kata biologi dalam definisi kontemporernya. Dikatakan bahwa:

"Objek penelitian kami adalah berbagai macam bentuk dan perwujudan kehidupan, keadaan dan hukum yang mengatur fenomena tersebut, serta penyebabnya. Ilmu yang terkait dengan objek tersebut kami sebut biologi [Biologie] atau doktrin kehidupan [Lebenslehre]."

Meskipun merupakan bidang studi yang relatif baru, ilmu-ilmu yang relevan dengan biologi kontemporer telah diteliti sejak jaman dahulu. Mesopotamia, Mesir, India, dan Cina termasuk di antara peradaban yang menganut filsafat alam. Di sisi lain, biologi kontemporer mempunyai akar dan metodologi Yunani. Meskipun studi kedokteran dimulai pada masa Hippocrates (c. 460–370 SM), Aristoteles (384–322 SM) dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan biologi. Historia Animalium adalah salah satu tulisannya yang paling signifikan, bersama dengan sejumlah tulisan lainnya yang menyoroti sudut pandang seorang ilmuwan alam dan studi praktisnya tentang sebab dan akibat biologis serta keanekaragaman hayati. Theophrastus, penerus Aristoteles di Lyceum, menulis sejumlah buku penting tentang botani yang tetap relevan hingga Abad Pertengahan. Al-Jahiz (781–869), Ad-Dinawari (828–896) yang menulis tentang botani, dan ar-Razi (865–925) yang menulis tentang anatomi dan fisiologi adalah tiga contoh ulama Islam Abad Pertengahan. yang belajar biologi.

Ide-ide Aristoteles, khususnya yang berkaitan dengan tatanan kehidupan, mempunyai dampak yang signifikan terhadap ilmu pengetahuan alam, sedangkan kedokteran dipelajari sesuai dengan tradisi para filsuf Yunani. Dengan dikembangkannya mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek, biologi mulai mengalami kemajuan pesat. Ia berjasa atas penemuan bakteri, spermatozoa, infusoria, dan beberapa bentuk kehidupan mikroskopis lainnya. Penelitian oleh Jan Swammerdam membantu menciptakan pewarnaan mikroskopis dan metode bedah, serta membangkitkan minat pada disiplin ilmu entomologi. Pemikiran biokimia juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan mikroskop. Banyak ahli biologi mulai menyadari pentingnya gagasan sel pada awal tahun 1800-an. Pada tahun 1838, Schleiden dan Schwann mulai mempromosikan konsep-konsep yang sekarang diterima secara umum: (1) Sel adalah bahan penyusun dasar semua makhluk; dan (2) Setiap sel mempunyai sifat-sifat kehidupan. Namun, mereka tidak setuju dengan anggapan bahwa semua sel merupakan hasil pembelahan sel lain. Namun, sebagian besar ahli biologi menerima ketiga konsep ini—yang sekarang dikenal sebagai teori sel—pada tahun 1860-an berkat karya Robert Remak dan Rudolf Virchow.

Biologi modern

  • Teori sel

Teori sel menyatakan bahwa sel adalah bahan penyusun dasar semua kehidupan dan semua makhluk hidup terdiri dari satu atau lebih produk sel yang disekresikan (seperti cangkang). Setiap sel membelah untuk menghasilkan sel-sel baru. Semua sel dalam tubuh organisme multiseluler pada akhirnya berasal dari satu sel dalam sel telur yang telah dibuahi. Selain itu, sel dianggap sebagai bahan dasar proses patogenik, dan fenomena aliran energi terjadi di dalam sel selama proses metabolisme. Selanjutnya, selama pembelahan sel, unit keturunan dipindahkan dari satu sel ke sel lain di dalam sel.

  • Evolusi

Gagasan bahwa semua spesies mempunyai nenek moyang yang sama dan bahwa kehidupan berevolusi melalui proses evolusi adalah salah satu gagasan mendasar biologi. Semua spesies di Bumi, hidup dan punah, berasal dari nenek moyang atau kumpulan gen yang sama, menurut teori evolusi. Diperkirakan nenek moyang terakhir ada 3,5 miliar tahun yang lalu. Gagasan nenek moyang semua bakteri, archaea, dan eukariota didukung oleh keseragaman kode genetik, menurut para ahli biologi. Meskipun Jean-Baptiste de Lamarck memasukkan evolusi ke dalam kamus ilmiah pada tahun 1809, Charles Darwin harus menjelaskan mekanismenya—seleksi alam—untuk validasi teori tersebut lima puluh tahun setelah teori tersebut pertama kali diajukan. Alfred Russel Wallace juga berjasa membantu menemukan evolusi karena ia berkontribusi pada studi dan eksperimen yang berkaitan dengan konsep tersebut.

Menurut Darwin, proses seleksi buatan, pembiakan selektif, dan seleksi alam berkontribusi terhadap evolusi spesies dan ras. Mekanisme baru dalam sintesis teori evolusi kontemporer adalah penyimpangan genetik. Saat ini, evolusi digunakan untuk menjelaskan keanekaragaman biologis bumi. Filogeni adalah studi tentang sejarah evolusi suatu spesies dan kaitannya dengan spesies lain melalui silsilah. Beberapa metode digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai filogeni, termasuk perbandingan paleontologi fosil dan sekuens ADN yang dibandingkan di bidang genomik dan biologi molekuler. Berbagai teknik, termasuk penanggalan radiokarbon, digunakan oleh para ilmuwan untuk menentukan rentang waktu terjadinya evolusi. Ahli biologi menggunakan pendekatan filogenetik, fenetik, dan kladistik untuk menguji hubungan evolusi.

  • Genetika

Unit dasar hereditas pada semua makhluk hidup adalah gen. Gen adalah komponen ADN yang mempengaruhi struktur atau kemampuan suatu organisme. Setiap makhluk, termasuk bakteri dan mamalia, memiliki sistem untuk mengubah ADN menjadi protein. ADN diterjemahkan oleh sel menjadi asam ribonukleat (ARN), yang kemudian diterjemahkan menjadi protein, yang merupakan rangkaian asam amino, oleh ribosom. Setiap makhluk memiliki kode terjemahan yang kurang lebih sama. Misalnya, ketika dimasukkan ke dalam spesies lain, misalnya tumbuhan, rangkaian ADN yang mengkode insulin dalam tubuh manusia juga mengkode insulin.

Pada prokariota, ADN sering kali berbentuk kromosom melingkar, dan pada eukariota, berbentuk kromosom linier. Histon dan ADN membentuk struktur yang dikenal sebagai kromosom. Istilah "genom" mengacu pada kumpulan kromosom dalam sel serta unit hereditas lain yang ada di mitokondria, kloroplas, dan organel lainnya. Pada eukariota, inti sel mengandung ADN genom, beberapa mitokondria, dan kloroplas. ADN ditemukan di nukleoid, sejenis sitoplasma yang terlihat pada prokariota. Gen menyimpan informasi genetik yang ditemukan dalam genom; pengelompokan gen-gen ini dalam suatu organisme disebut sebagai genotipe.

  • Homeostasis

Kapasitas sistem terbuka untuk mengendalikan stabilitas lingkungan melalui modifikasi keseimbangan dinamis yang diatur oleh sistem peraturan terkait dikenal sebagai homeostasis. Setiap makhluk hidup, baik bersel tunggal maupun multiseluler, mengalami homeostatis. Suatu sistem harus memantau gangguan dan bereaksi terhadapnya untuk menjaga keseimbangan dinamika dan melaksanakan tugas-tugas tertentu secara efisien. Sistem biologis biasanya bereaksi melalui mekanisme umpan balik negatif setelah memantau gangguan. Dengan kata lain, sistem menyesuaikan aktivitas suatu organ atau sistem untuk menstabilkan kondisi. Produksi glukagon tubuh sebagai respons terhadap kadar gula darah rendah yang tidak normal adalah salah satu contohnya.

  • Energi

Suatu organisme membutuhkan masukan energi yang konstan untuk bertahan hidup. Untuk membantu mengembangkan dan mempertahankan sel-sel baru, proses kimia yang menghasilkan struktur dan aktivitas tertentu dapat menyerap energi dari zat yang mereka makan. Komponen kimia makanan mempunyai dua fungsi dalam proses ini: pertama, menyediakan energi yang dapat diubah untuk mempertahankan proses kimia pada makhluk hidup, dan kedua, membantu makanan membentuk struktur molekul baru. Autotrof adalah organisme yang berkontribusi terhadap pasokan energi suatu lingkungan. Hampir setiap makhluk autotrofik memperoleh energinya dari radiasi matahari. Melalui proses fotosintesis, yang mengubah sumber daya dasar menjadi molekul organik seperti ATP yang dapat dipecah untuk menghasilkan energi, tumbuhan dan fototrof lainnya memanfaatkan energi matahari. Di sisi lain, kemotrof—organisme yang mendapatkan energinya dari sumber non-surya seperti metana atau sulfida—adalah satu-satunya sumber energi di ekosistem tertentu. Sebagian energi yang diterima digunakan untuk menghasilkan biomassa, yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mendukung kehidupan. Mayoritas energi yang tersisa diubah menjadi molekul limbah dan panas. Respirasi dan metabolisme sel adalah dua proses penting yang melepaskan energi dari komponen kimia dan mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan makhluk hidup.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Sejarah Perkembangan Pandangan pada Biologi, Ilmu Tentang Fenomena Kehidupan

Ilmu dan Teknologi Hayati

Peran dan Sejarah Molecular Genetics dalam Pemahaman dan Penanganan Penyakit serta Kejahatan Genetika

Dipublikasikan oleh Anisa pada 28 Februari 2025


Genetika molekuler, sebuah cabang penting dalam bidang biologi, menyelidiki bagaimana perbedaan dalam struktur atau ekspresi molekul-molekul DNA tercermin sebagai variasi di antara organisme. Dengan menggunakan pendekatan investigatif, genetika molekuler memusatkan perhatian pada penentuan struktur dan/atau fungsi gen dalam genom organisme menggunakan skrining genetik. Bidang studi ini menyatukan beberapa sub-bidang dalam biologi seperti pewarisan Mendel klasik, biologi sel, biologi molekuler, biokimia, dan bioteknologi, untuk mengeksplorasi hal-hal seperti pewarisan genetik, regulasi dan ekspresi gen, serta mekanisme molekuler di balik berbagai proses kehidupan.

Salah satu tujuan utama dari genetika molekuler adalah mengidentifikasi dan mempelajari mutasi genetik. Para peneliti mencari mutasi dalam suatu gen atau menginduksi mutasi dalam suatu gen untuk menghubungkan sekuens gen dengan fenotipe tertentu. Oleh karena itu, genetika molekuler menjadi metodologi yang kuat untuk menghubungkan mutasi dengan kondisi genetik yang dapat membantu dalam pencarian pengobatan berbagai penyakit genetik.

Sejarah
Perkembangan genetika molekuler sebagai sebuah disiplin didasarkan pada karya gabungan banyak ilmuwan. Pada tahun 1869, ahli kimia Johann Friedrich Miescher menemukan dan mengisolasi molekul baru yang ia sebut nuklein dari inti sel, yang akhirnya menjadi penemuan pertama dari molekul DNA yang kemudian ditentukan sebagai dasar molekul kehidupan. Selanjutnya, biokimia Albrecht Kosell mengidentifikasi nuklein sebagai asam nukleat dan memberinya nama asam deoksiribonukleat (DNA). Ia juga memisahkan blok bangunan dasar DNA dan RNA, yang terdiri dari nukleotida: adenin, guanin, timin, sitosin, dan urasil. Pekerjaannya tentang nukleotida memperoleh hadiah Nobel di bidang Fisiologi.

Pada awal abad ke-20, Gregor Mendel, yang dikenal sebagai salah satu bapak genetika, memberikan kontribusi besar bagi bidang genetika melalui berbagai eksperimennya dengan tanaman kacang polong di mana ia dapat menemukan prinsip-prinsip pewarisan seperti sifat resesif dan dominan. Pada pertengahan abad ke-19, ahli anatomi Walther Flemming menemukan apa yang sekarang kita kenal sebagai kromosom dan proses pemisahan yang mereka alami melalui mitosis. Karyanya bersama Theodor Boveri pertama kali mencetuskan Teori Kromosom Pewarisan, yang membantu menjelaskan beberapa pola yang diamati oleh Mendel jauh sebelumnya.

Pada tahun 1944, Avery, McLeod, dan McCarthy berhasil mengisolasi DNA dari strain virulen S. pneumoniae dan hanya dengan DNA ini mampu mengubah strain yang tidak berbahaya menjadi virulen. Mereka menyebut proses pengambilan, inkorporasi, dan ekspresi DNA oleh bakteri sebagai "transformasi", yang menunjukkan bahwa DNA adalah materi genetik bakteri. Penemuan ini menunjukkan bahwa DNA adalah materi genetik dari bakteri. Penemuan lain yang signifikan adalah pada tahun 1950, Erwin Chargaff menemukan aturan-aturan yang menawarkan bukti bahwa DNA adalah materi genetik kehidupan. Ini adalah "1) bahwa komposisi dasar DNA bervariasi antar spesies dan 2) dalam molekul DNA alami, jumlah adenin (A) sama dengan jumlah timin (T), dan jumlah guanin (G) sama dengan jumlah sitosin (C)". Aturan-aturan ini membantu pemahaman genetika molekuler.

Pada tahun 1953, Francis Crick dan James Watson, membangun atas karya kristalografi sinar-X yang dilakukan oleh Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins, berhasil menemukan struktur heliks ganda 3-D DNA. Kelompok bakteriofaga yang dipimpin oleh Max Delbrück memberikan kontribusi besar bagi genetika molekuler dan asal-usul biologi molekuler selama periode sekitar 1945 hingga 1970. Penemuan dan studi yang dilakukan oleh genetikawan molekuler yang terafiliasi dengan kelompok ini berkontribusi pada pemahaman bagaimana protein yang dikodekan oleh gen berfungsi dalam replikasi DNA, perbaikan DNA dan rekombinasi DNA, serta bagaimana virus disusun dari komponen protein dan asam nukleat (morfogenesis molekuler). Selanjutnya, peran kodon penghentian rantai dipahami dengan baik.

Isolasi endonuklease pembatas pada E. coli oleh Arber dan Linn pada tahun 1969 membuka bidang rekayasa genetika. Enzim pembatas digunakan untuk melinerkan DNA untuk pemisahan dengan elektroforesis dan Southern blotting memungkinkan identifikasi segmen DNA tertentu melalui probe hibridisasi. Pada tahun 1971, Berg menggunakan enzim pembatas untuk membuat molekul DNA rekombinan pertama dan plasmid DNA rekombinan pertama. Pada tahun 1972, Cohen dan Boyer menciptakan organisme DNA rekombinan pertama dengan menyisipkan plasmid DNA rekombinan ke dalam E. coli, yang sekarang dikenal sebagai transformasi bakteri, dan membuka jalan bagi kloning molekuler. Pengembangan teknik sekuensing DNA pada akhir tahun 1970-an, pertama oleh Maxam dan Gilbert, kemudian oleh Frederick Sanger, sangat penting bagi penelitian genetika molekuler dan memungkinkan ilmuwan untuk mulai melakukan skrining genetik untuk menghubungkan sekuens genotipe dengan fenotipe. Reaksi berantai polimerase (PCR) menggunakan polimerase Taq, yang ditemukan oleh Mullis pada tahun 1985, memungkinkan ilmuwan untuk membuat jutaan salinan sekuens DNA spesifik yang dapat digunakan untuk

Sumber:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Peran dan Sejarah Molecular Genetics dalam Pemahaman dan Penanganan Penyakit serta Kejahatan Genetika

Ilmu dan Teknologi Hayati

Pakan, Sumber Makanan Hewan

Dipublikasikan oleh Anisa pada 28 Februari 2025


Pakan adalah makanan yang diberikan kepada hewan nonmanusia, baik itu hewan peliharaan di rumah maupun hewan ternak dalam lingkungan peternakan. Hewan-hewan yang diberi pakan biasanya merupakan hewan yang berada dalam kendali manusia dan kelangsungan hidupnya dipengaruhi oleh manusia, seperti hewan domestik atau satwa liar yang dirawat manusia. Pakan dapat berupa makanan basah atau campuran bahan padat dan cair yang disebut komboran.

Sebagai makhluk hidup, hewan memerlukan nutrien untuk keperluan metabolisme tubuhnya. Jenis pakan yang diberikan bervariasi tergantung pada kebutuhan fisiologis hewan atau kelompok hewan yang diberi pakan. Namun, secara umum, pakan hewan harus mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lipid, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Keseimbangan nutrisi dalam pakan sangat penting karena kelebihan atau kekurangan nutrisi tertentu dapat memengaruhi kesehatan hewan.

Secara tradisional, hewan diberi pakan berupa sisa makanan manusia dan produk sampingan industri pengolahan makanan. Namun, dengan berkembangnya industri peternakan, pabrik pakan komersial mulai muncul untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ternak dalam jumlah besar. Bahkan, dengan meningkatnya popularitas hewan peliharaan, pasar pakan komersial untuk hewan kesayangan juga semakin berkembang.

Anjing dan kucing, sebagai hewan peliharaan yang paling umum, memiliki beragam pilihan pakan. Pemilik dapat memilih antara pakan buatan rumah yang disiapkan sendiri atau pakan komersial yang tersedia di pasar. Pakan komersial ini dapat berupa pakan kering atau pakan basah, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya.

Pilihan jenis pakan juga dipengaruhi oleh kebutuhan nutrisi khusus hewan peliharaan. Pakan khusus tersedia untuk hewan dengan kondisi medis tertentu, seperti alergi atau masalah perkemihan. Penting untuk pemilik hewan memahami kebutuhan nutrisi spesifik hewan peliharaan mereka untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraannya.

Di lingkungan peternakan, pakan menjadi unsur terpenting dan sering kali menjadi komponen biaya terbesar dalam pemeliharaan hewan. Peternak sering menggunakan strategi untuk mengurangi biaya pakan, termasuk dengan menanam tumbuhan pakan sendiri atau memanfaatkan produk sampingan pertanian. Dalam peternakan, hijauan dan konsentrat merupakan dua komponen utama dalam formulasi pakan untuk ternak ruminansia, dengan pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dari setiap hewan.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pakan, Sumber Makanan Hewan
« First Previous page 5 of 12 Next Last »