Pertanian

Praktik Dokter Hewan dan Telemedicine di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pandemi memaksa bangsa Indonesia untuk menggunakan teknologi e-commerce sehingga orang tidak perlu keluar rumah dan mengurangi penyebaran COVID-19. Hal ini telah diterapkan pada dunia kedokteran manusia, yaitu melalui telemedicine. Pasien dapat berkonsultasi dengan mudah tanpa perlu pergi ke layanan kesehatan secara langsung. World Health Organization (WHO) (2010) mendefinisikan telemedicine sebagai healing at a distance yang berarti penyembuhan dari jauh. WHO juga menyatakan terdapat empat elemen yang berhubungan erat dengan telemedicine, di antaranya: 1) bertujuan untuk memberikan dukungan klinis, 2) dimaksudkan untuk mengatasi hambatan geografis dan menghubungkan pengguna yang tidak berada di lokasi fisik yang sama, 3) melibatkan penggunaan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi, dan 4) bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Pada bidang kesehatan manusia, pelayanan telemedicine diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Menurut Pasal 1 Ayat 1 Permenkes 20/2019, telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat.

American Veterinary Medical Association (AVMA) menggolongkan telemedicine bersama teleconsulting, telemonitoring, teleadvice, teletriage, serta electronic prescribing sebagai subkategori dari telehealth. Telehealth merupakan istilah yang menjelaskan seluruh cakupan penggunaan teknologi untuk menyampaikan informasi kesehatan, edukasi, dan perawatan secara jarak jauh. Menurut kebijakan yang ditetapkan oleh AVMA, telemedicine di kedokteran hewan hanya dapat dilakukan bila sudah terbentuk Veterinarian-Client-Patient Relationship (VCPR) atau hubungan antara Dokter Hewan-Klien-Pasien. Selain itu, dasar hukum pelaksanaan telemedicine di Amerika Serikat juga diatur oleh hukum di setiap negara bagian. Telemedicine untuk dokter hewan di Indonesia meskipun masih belum banyak dikenal masyarakat, namun telah ada dalam praktiknya. Dokter hewan dalam mengaplikasikan telemedicine tentunya memiliki tantangan tersendiri, pada bagian pemeriksaan misalnya, dokter hewan tidak bisa secara langsung menilai kondisi pasiennya melainkan hanya dari keterangan pemilik hewan. Tidak hanya itu, bidang kerja dokter hewan yang luas juga menjadi faktor unik dalam pelaksanaan telemedicine.

Keuntungan

Tentunya penerapan telemedicine menawarkan beberapa keuntungan. Salah satunya ialah menekan risiko penyebaran COVID-19 di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan hewan. Jalur penularan ini dapat terjadi baik di klinik, rumah sakit, puskeswan maupun lingkungan fasilitas kesehatan hewan lainnya. Tidak hanya risiko penularan antara dokter hewan dan klien di ruang pemeriksaan, ruang tunggu juga berpotensi sebagai lokasi penyebaran COVID-19 antara klien satu dan yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa selain berinteraksi dengan tim pelayan kesehatan hewan (dokter hewan, paramedis dan resepsionis), pada masa pandemi ini klien berisiko terpapar penyakit dari lingkungan umum di luar kediamannya. Pelayanan kesehatan hewan melalui telemedicine akan menekan risiko penyebaran COVID-19 karena klien tidak perlu berinteraksi secara langsung dengan dokter hewan dan timnya. Klien juga dapat menerima layanan kesehatan tanpa meninggalkan tempat tinggalnya. Dengan ini, potensi penyebaran COVID-19 dapat ditekan melalui pengalihan metode pelayanan kesehatan hewan dari langsung menjadi tidak langsung.

Lebih lanjut, penerapan telemedicine juga berpotensi meningkatkan pelayanan kesehatan hewan di Indonesia. Meskipun menempati peringkat tinggi untuk total penduduk, jumlah dokter hewan di Indonesia berdasarkan CIVAS (2019) berkisar di angka 13.000 yang berarti masih jauh dari cukup. Persebaran profesi ini juga belum merata, dilihat dari fakta bahwa enam dari sebelas perguruan tinggi dengan program kedokteran hewan terletak di pulau Jawa. Dokter hewan merupakan tenaga kesehatan yang berkualifikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan pada hewan, meliputi: hewan kesayangan, ternak besar, unggas, satwa liar, satwa akuatik, dan sebagainya. Tidak terbatas pada praktik mandiri, dokter hewan memiliki peran penting di masyarakat melalui sektor pemerintahan, swasta, konservasi dan lainnya. Ketimpangan proporsi antara jumlah, persebaran dan kebutuhan dokter hewan di Indonesia menyebabkan rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan hewan yang berkualitas.

Aksesibilitas yang rendah cenderung mendorong pemilik hewan atau klien untuk mencari solusi dari sumber yang lebih mudah dijumpai. Alih-alih berkonsultasi dengan dokter hewan, media sosial seringkali menjadi referensi bagi para pemilik hewan. Apabila tidak berlandaskan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, informasi dari media sosial akan menyebabkan misinformasi yang dapat berkembang menjadi miskonsepsi. Kesalahan informasi dan kesalahan pemahaman tentang kesehatan hewan dapat membahayakan keselamatan dan kesejahteraan hewan tersebut. Interaksi antara masyarakat dan dokter hewan cenderung lebih rendah ketika akses pelayanan kesehatan hewan tidak mudah didapat. Akibatnya, masyarakat tidak terbiasa dengan konsep mengunjungi tenaga kesehatan hewan profesional ketika hewannya sakit, terlebih lagi untuk tindakan preventif seperti vaksinasi. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, telemedicine dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan hewan untuk masyarakat. Pemilik hewan dapat menghubungi dokter hewan melalui berbagai jalur komunikasi untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, keselamatan dan kesejahteraan hewan akan lebih terjamin.

Tantangan

Berbagai keuntungan di atas tidak dapat serta-merta diraih tanpa adanya halang rintang mengingat dokter hewan merupakan profesi penyedia jasa kesehatan yang unik dengan bidang kerja yang sangat luas serta beragam. Beberapa tantangan tersebut di antaranya:

1. Sulitnya menegakkan diagnosis tanpa pemeriksaan secara langsung.

Diagnosis merupakan aspek esensial dalam pelayanan kesehatan. Berbekal diagnosis yang tepat, seorang dokter dapat menentukan prognosis dan rencana terapi yang sesuai. Proses diagnostik klinik meliputi pengumpulan anamnesis serta pemeriksaan fisik yang menyeluruh (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, membaui, mengukur) diikuti dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan alat diagnostik lain untuk peneguhan diagnosis. Telemedicine membatasi kemampuan dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, sehingga diagnosis melalui metode ini hanya dapat ditentukan berdasarkan informasi verbal yang disampaikan.

Perbedaan mendasar antara kedokteran manusia dan kedokteran hewan terletak pada subjek pasien yang dilayani. Manusia dapat mengkomunikasikan keluhannya secara langsung kepada dokter, sedangkan hewan tidak demikian. Saat melakukan telemedicine, dokter hewan mengandalkan keterangan klien sebagai satu-satunya sumber informasi kondisi pasien. Perlu digaris bawahi, klien pada umumnya tidak memiliki kualifikasi untuk mengidentifikasi kelainan anatomis dan fisiologis. Akibatnya, klien berpotensi menyampaikan informasi yang tidak selaras dengan keadaan pasien sebenarnya. Problematika ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Oleh sebab itu, dokter hewan harus melakukan proses diagnostik klinik secara utuh yang tidak dapat dijalankan melalui telemedicine.

2. Adanya risiko penyalahgunaan obat hewan dan rekam medis pasien.

Seiring zaman, cara-cara dalam melancarkan kejahatan pun turut berkembang. Kebutuhan yang semakin meningkat juga menimbulkan banyak fenomena sosial. Hadirnya telemedicine juga dapat membuka peluang kejahatan baru, dalam hal ini penyalahgunaan obat hewan dan rekam medis pasien. Penyalahgunaan ini dapat berupa pemberian dosis obat yang tidak sesuai diagnosis dokter hewan, perdagangkan obat hewan tanpa pengawasan, pembocoran data rekam medis pasien dan lain-lain. Hal ini juga dipengaruhi oleh sistem keamanan dan keselamatan data dari platform telemedicine yang digunakan. Maka dari itu batasan-batasan serta platform yang akan digunakan dalam telemedicine untuk praktik dokter hewan harus dikaji lebih dalam.

3. Perlu regulasi yang mengatur tata laksana telemedicine di bidang veteriner

Regulasi yang tegas dan mengikat dibutuhkan untuk menjamin keamanan pasien, klien dan dokter hewan yang menggunakan layanan telemedicine. Pelaksanaan telemedicine untuk bidang kesehatan manusia di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Permenkes ini mengatur mulai cakupan pelayanan telemedicine, pihak penyelenggara, pihak pemberi konsultasi, pihak peminta konsultasi, hak dan kewajiban tiap-tiap pihak, hingga pembinaan dan pengawasan pelaksanaannya.

Regulasi tersebut nantinya akan berfungsi sebagai jaminan perlindungan bagi pasien, klien dan dokter hewan. Sebagai negara yang telah lebih dulu mengatur telemedicine di bidang veteriner, Amerika Serikat dapat dijadikan sebagai salah satu referensi. Menurut kebijakan AVMA, layanan telemedicine untuk praktik dokter hewan hanya dapat dilaksanakan apabila telah terbentuk Veterinarian-Client-Patient Relationship (VCPR) atau hubungan antara dokter hewan-klien-pasien yang berarti dokter hewan pernah secara langsung menangani pasien tersebut. Berbekal VCPR, dokter hewan diharapkan telah memiliki data yang memadai untuk melayani konsultasi, menetapkan diagnosa dan memberikan terapi. Tanpa VCPR, kecuali dalam kasus gawat darurat, dokter hewan tidak diperkenankan untuk menentukan diagnosis dan terapi yang spesifik. Selain regulasi etika yang ditetapkan oleh AVMA, pelaksanaan telemedicine untuk praktik dokter hewan di Amerika Serikat juga telah diatur oleh hukum yang berlaku di masing-masing negara bagian.

Pada praktiknya, layanan telemedicine sudah banyak dilakukan oleh dokter hewan di Indonesia. Produk perkembangan teknologi komunikasi seperti WhatsApp menyediakan fitur text message dan video call yang marak digunakan klien untuk berkonsultasi serta digunakan dokter hewan untuk melakukan follow up. Namun keterbatasan jumlah dan tidak meratanya persebaran dokter hewan menjadi kendala tersendiri bagi Indonesia dalam menerapkan sistem telemedicine yang berdasar pada VCPR.

Sumber: https://unair.ac.id/

Selengkapnya
Praktik Dokter Hewan dan Telemedicine di Indonesia

Pertanian

Startup Peternakan dan Pertanian di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Geliat startup di Indonesia sampai saat ini terbilang semakin berkembang pesat dari tahun ke tahunnya. Menariknya, perkembangan startup tersebut bergerak di berbagai bidang, tidak terkecuali startup peternakan dan pertanian. Adanya kesadaran dari generasi muda Indonesia terhadap pentingnya pasokan ketersediaan pangan memicu kreativitas yang sangat luar biasa.

Berawal dari sebuah masalah yang dihadapi para peternak dan petani. Kemudian memicu kaum milenial sehingga memberikan sumbangsih ide, gagasan, dan inovasi untuk menjawab masalah yang ada. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai contoh-contoh startup peternakan dan pertanian di Indonesia.

Daftar Startup Peternakan

1. Angon

Angon merupakan startup bidang peternakan di Indonesia yang termasuk unique marketplace di mana seseorang bisa melakukan jual beli dan beternak secara online. Berlokasi di Semarang, angon memulai debutnya dalam bidang startup peternakan sejak 28 Oktober 2016. Bergerak di bidang jasa peternakan online, angon berusaha menghubungkan peternak rakyat dengan masyarakat yang menginginkan beternak tetapi tidak memiliki lahan, waktu dan keterampilan khusus beternak.

Adapun jenis ternak yang dikelola yaitu berupa sapi, kambing dan domba. Cara kerjanya melalui aplikasi angon yang telah tersedia di Play Store. Di mana nantinya pengguna hanya perlu membeli ternak melalui aplikasi, sedangkan mitra peternak rakyat sebagai tempat penitipan sementara sebelum ternak tersebut diambil member.

Menurut keterangan di website resminya angon.id, sampai saat ini kurang lebih sudah ada 11.000 hewan ternak yang diternakkan di Sentra Peternakan Rakyat yang tersebar di berbagai daerah.

2. Kandang.in

Berbeda dengan angon yang merupakan unique marketplace, kandangin merupakan startup peternakan yang menghimpun dana melalui website kemudian menyalurkannya ke proyek peternakan di Indonesia. Menariknya, kandangin menerapkan sistem syariah dalam proses kegiatan yang dilakukan. Terdapat dua pihak yaitu pemberi modal dan pengelola peternakan.

Adapun keuntungan yang akan diperoleh yaitu berdasarkan kesepakatan kontrak yang disepakati sebelumnya. Apabila terjadi kerugian, maka sepenuhnya ditanggung pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat dari kelalaian pengelola.

Sebaliknya, apabila pengelola berbuat curang atau lalai sehingga mengakibatkan kerugian, maka pengelolalah yang akan bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sampai saat ini sudah ada 520 pemilik modal yang berkontribusi dengan total dana tersalurkan hingga lebih dari Rp 4.9 miliar.

Dengan adanya startup peternakan yang bergerak di bidang permodalan seperti ini, setidaknya lebih dari 130 peternak terberdayakan.

3. Chickin

Berbeda dengan angon dan kandangin, chickin merupakan startup peternakan yang bergerak di bidang ternak ayam broiler. Melalui pengembangan sistem perkandangan yang berbasis IoT, menjadikan chickin sebagai startup bidang peternakan yang dapat mengontrol sistem kandang secara otomatis melalui sebuah aplikasi. Dengan begitu, peternak dapat menghemat listrik hingga Rp 397 juta dan pakan hingga Rp 1.7 miliar. Sehingga efisiensi peternakan menjadi lebih tinggi daripada beternak secara tradisional.

Selain itu, dalam aplikasi chickin juga memiliki fitur update harga ayam broiler setiap harinya, sehingga para peternak dapat memantau perkembangan harga secara terintegerasi. Melalui inovasi tersebut, 1 September 2021 chickin menempati “Top 3 Pertamuda Seed and Scale” yang diselenggarakan oleh pertamina.

Daftar Startup Pertanian

1. Sayurbox

Sayurbox merupakan startup pertanian yang menghubungkan petani lokal dengan konsumen. Melalui konsep Farm-to-Table, mempermudah pengiriman hasil tani ke depan pintu rumah konsumen dengan harga yang terjangkau dan bersahabat bagi petani. Dengan konsep tersebut, hasil produksi pertanian seperti buah dan sayuran menjadi lebih segar.

Selain itu, adanya startup pertanian seperti sayurbox sebagai tempat penjualan hasil tani membuat petani lokal menjadi mampu bersaing dengan produk impor.

2. iGrow

iGrow adalah startup pertanian yang ada di Indonesia dengan konsep menghubungkan investor (pemberi modal) dan petani (penerima modal). Dalam hal ini pemberi modal menginginkan bertani tetapi tidak memiliki skill pertanian juga lahan.

Dari sisi lain para petani mempunyai kemampuan mengelola pertanian dan memiliki lahan. Namun modal untuk menjalankan produksi pertanian terhambat karena kurangnya modal.

Melalui sistem yang dikembangkan iGrow inilah lebih dari 7500 petani dapat mengelola lahan seluas 2500 hektar dengan hasil panen yang berkualitas. Dengan begitu, para petani, pemilik lahan, dan pemilik modal memperoleh penghasilan yang layak.

3. Habibi Garden

Habibi garden adalah startup pertanian yang memanfaatkan teknologi dalam proses berkegiatan pertanian. Sejalan dengan visinya untuk membangun peradaban melalui IoT agriculture, perusahaan rintisan ini menghadirkan solusi dalam perawatan tanaman berbasis IoT. Hanya melalui aplikasi yang dikembangkan, para petani dapat dengan mudah memperoleh data-data dari lingkungan pertanian yang sedang digarap.

Data-data tersebut antara lain suhu, tekanan udara, intensitas cahaya, kandungan nutrisi dll. Dengan memperoleh data-data tersebut, maka para petani dapat dengan mudah mengambil keputusan secara efektif. Pada akhirnya dapat mengurangi biaya kesalahan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan yang terpenting menghindari gagal panen.

Itulah sedikit penjelasan mengenai beberapa startup peternakan dan pertanian yang terdapat di Indonesia. Semoga dengan berkembangnya usaha rintisan di bidang pertanian dan peternakan dapat meningkatkan daya saing hasil tani dan ternak petani lokal dengan produk impor.

Sumber: https://www.budidaya.id/

Selengkapnya
Startup Peternakan dan Pertanian di Indonesia

Pertanian

Mengenal Apa itu Jurusan Perternakan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Apa itu jurusan peternakan?

Jurusan Peternakan mempelajari tentang berbagai hal yang berhubungan dengan peternakan. Program studi yang satu ini akan membekali para mahasiswanya dengan ilmu dan juga teknologi pengembangan peternakan, industri peternakan, dan kegiatan agrobisnis yang ramah lingkungan, bisa berkarya secara mandiri, bekerja di lembaga swasta atau instansi pemerintah baik dalam bidang ilmu, penelitian, serta penerapannya. Mahasiswa yang ada di Jurusan Peternakan nantinya juga akan belajar tentang teknologi produksi, teknologi pakan, teknologi pengolahan, dan manajemen serta perencanaan usaha.

Kenapa jurusan peternakan?

Jurusan Peternakan ini sangat cocok untuk kamu yang suka dengan pelajaran biologi dan familiar dengan hewan. Tak hanya itu saja, untuk mempelajri berbagai ilmu di dalam jurusan ini, kamu juga harus mempunyai kemampuan menghafal yang baik. Di dalam jurusan ini, kamu dapat mempelajari tentang cara meningkatkan produktifitas dan mutu genetik di peternakan dengan menggunakan teknologi yang modern. Dengan begitu, kamu bisa menghasilkan daging yang lebih sehat dan banyak, mempercepat populasi hewan ternak dengan cara yang baik, memperoleh susu murni dari hewan ternak yang berkualitas, dan lainnya, serta pelajaran lain yang ada di jurusan kedokteran.

Keahlian jurusan peternakan

Pemahaman biologi
Pemahaman kimia
Kemampuan meneliti
Kemampuan melakukan analisis
Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir terstruktur

Kebutuhan lulusan jurusan peternakan

Dunia peternakan memang menawarkan peluang usaha yang cukup luas dan besar di pasaran. Setelah lulus dari Jurusan Budidaya Ternak, kamu bisa bekerja di industri produksi peternakan, industri pakan ternak, industri obat hewan, dan masih banyak lagi. Peluang kerja di instansi pemerintahan juga terbuka lebar, seperti misalnya di Kementrian Pertanian, Kementrian Koperasi, Kementrian Perindustrian, dan Kementrian Lingkungan Hidup. Kemudian, kamu juga bisa bekerja di lembaga pendidikan dan lembaga riset yang memerlukan lulusan dari Jurusan Peternakan.

Perkuliahan dan mata kuliah jurusan peternakan

Mata Kuliah Jurusan Peternakan

Berikut ini adalah mata kuliah yang akan kamu pelajari di Jurusan Peternakan:

1. Mikrobiologi
2. Kimia Biofisik
3. Ilmu Ekonomi Peternakan
4. Genetika
5. Biokimia
6. Anatomi Ternak
7. Agrostologi
8. Ilmu Ternak Potong
9. Ilmu Ternak Unggas
10. Ilmu Reproduksi Ternak
11. Ilmu Fisiologi Ternak
12. Ekofisiologi Tanaman Makanan Ternak
13. Ilmu Nutrisi Ternak
14. Ilmu Daging
15. Ilmu Tingkah Laku Ternak
16. Perundang-undangan dan Kebijakan Peternakan
17. Ilmu Ternak Perah
18. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
19. Manajemen Usaha Ternak
20. Agribisnis Peternakan
21. Ilmu Tanaman Makanan Ternak
22. Teknologi Pengolahan Hasil Ternak
23. Manajemen Ternak Potong & Kerja
24. Manajemen Ternak Unggas
25. Manajemen Ternak Perah
26. Nutrisi Ternak Non Ruminansia
27. Lingkungan dan Tingkah Laku Ternak
28. Mutu dan Kemanan Hasil Ternak

Karakter siswa yang sesuai di jurusan peternakan

Teliti
Tekun
Detil
Terstruktur
Senang berhitung
Berwawasan luas
Senang bekerja sendiri
Senang melakukan riset

Universitas terbaik jurusan peternakan

Berikut ini adalah universitas terbaik untuk Jurusan Peternakan di Indonesia:

  1. Universitas Brawijaya
  2. Institut Pertanian Bogor
  3. Universitas Gadjah Mada
  4. Universitas Diponegoro
  5. Universitas Padjajaran
  6. Universitas Sebelas Maret

Prospek kerja jurusan peternakan

  • Manajer produksi indrustri

Tugas dari seorang Manajer Produksi Industri adalah memimpin koordinasi, perencanaan, dan juga kontrol proses produksi. Selain itu, Manajer Produksi Industri juga bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan kepada staf lain yang terlibat di dalam produksi, sehingga keseluruhan proses produksi berjalan secara efisien.

  • Peneliti hewan

Tugas dari Peneliti Hewan yaitu mengadakan riset genetika, nutrisi, reproduksi, pertumbuhan, dan juga perkembangan dari hewan ternak ataupun hewan buas dalam negeri.

  • Manajer pertanian dan perternakan

Bertugas untuk merencanakan, mengarahkan, atau mengkoordinasikan manajemen atau operasi dari pertanian, peternakan, rumah kaca, operasi akuakultur, pembibitan, traktat kayu, atau perusahaan pertanian lainnya.

  • Ahli perternakan dan pengembangbiakan hewan

Bertugas untuk memilih dan mengembangbiakkan hewan sesuai dengan silsilahnya, karakteristiknya, serta keturunannya, dan bertanggung jawab untuk mencatat/merekam suhu, interval kelahiran, serta keturunan.

Pertanyaan umum yang sering ditanyakan

Apa yang dipelajari di Jurusan Peternakan?

Mempelajari tentang ilmu dan teknologi pengembangan peternakan, industri peternakan, dan kegiatan agrobisnis yang ramah lingkungan.

Apa prospek kerja untuk para lulusannya?

Profesi di bidang Industri produksi peternakan, industri pakan ternak, industri pengolahan limbah ternak, dinas peternakan, lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya.

Apa saja Jurusan yang serupa dengan Jurusan Peternakan?

Jurusan Agribisnis, Produksi Ternak, Teknologi Hasil Perikanan, Manajemen Bisnis Unggas, Teknologi Industri Pertanian, dan lainnya.

Sumber: https://www.gramedia.com/

Selengkapnya
Mengenal Apa itu Jurusan Perternakan

Green Supply Chain Management

Pengaruh Praktik Manajemen Rantai Pasokan Hijau dan Keunggulan Kompetitif terhadap Kinerja Keuangan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah "The Effect of Green Supply Chain Management Practices and Competitive Advantage on Financial Performance" oleh Fadhel Hilal (2022) mengeksplorasi bagaimana tiga praktik utama Green Supply Chain Management (GSCM)—kemitraan dengan pemasok, manufaktur lean, dan ekspektasi pelanggan—berkontribusi pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui keunggulan kompetitif. Studi ini berfokus pada perusahaan manufaktur di Bahrain, memberikan wawasan penting tentang bagaimana GSCM dapat diterapkan untuk mengoptimalkan profitabilitas tanpa merusak lingkungan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 119 responden dari tiga perusahaan manufaktur di Bahrain. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menguji hubungan langsung dan tidak langsung antara GSCM, keunggulan kompetitif, dan kinerja keuangan.

Temuan Utama

  1. Kemitraan dengan Pemasok
    • Memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, dengan p-value < 0,001.
    • Contoh: Kolaborasi erat dengan pemasok mengurangi biaya operasional hingga 15% dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.
  2. Manufaktur Lean
    • Praktik lean manufacturing meningkatkan efisiensi operasional dan menurunkan waktu tunggu, dengan p-value < 0,01.
    • Contoh: Digitalisasi proses manufaktur mengurangi limbah material hingga 20%.
  3. Ekspektasi Pelanggan
    • Tidak ditemukan pengaruh signifikan antara ekspektasi pelanggan dan kinerja keuangan, baik langsung maupun melalui keunggulan kompetitif.
  4. Keunggulan Kompetitif sebagai Moderator
    • Keunggulan kompetitif memperkuat hubungan antara GSCM dan kinerja keuangan, dengan p-value < 0,01.
    • Contoh: Peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap produk ramah lingkungan meningkatkan pendapatan hingga 10%.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Manufaktur di Bahrain
    • Perusahaan yang mengintegrasikan praktik lean manufacturing mencatat peningkatan produktivitas hingga 25% dalam tiga tahun terakhir.
  2. Industri Tekstil
    • Melalui kemitraan pemasok, salah satu perusahaan berhasil mengurangi biaya bahan baku hingga 12% sambil meningkatkan kualitas produk.
  3. Manufaktur Elektronik
    • Adopsi manufaktur lean berbasis IoT mengurangi waktu tunggu hingga 30%, meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Kolaborasi dengan Pemasok
    • Audit dan kerja sama jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan rantai pasok.
  2. Digitalisasi dan Automasi
    • Menggunakan teknologi seperti IoT untuk meningkatkan efisiensi manufaktur dan mengurangi limbah.
  3. Fokus pada Inovasi Produk Ramah Lingkungan
    • Mengembangkan produk yang memenuhi ekspektasi pelanggan terhadap keberlanjutan.
  4. Investasi pada Pelatihan Karyawan
    • Meningkatkan kesadaran dan kemampuan karyawan dalam menerapkan praktik hijau.

Kesimpulan
Studi ini menegaskan bahwa kemitraan dengan pemasok dan manufaktur lean adalah elemen kunci dalam penerapan GSCM yang berhasil. Sementara ekspektasi pelanggan tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan, keunggulan kompetitif terbukti memperkuat hubungan antara GSCM dan profitabilitas. Temuan ini memberikan panduan strategis bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan efisiensi operasional dan keberlanjutan keuangan.

Sumber Artikel:
Hilal, F. (2022). The Effect of Green Supply Chain Management Practices and Competitive Advantage on Financial Performance. International Journal of Business, 27(1).

Selengkapnya
Pengaruh Praktik Manajemen Rantai Pasokan Hijau dan Keunggulan Kompetitif terhadap Kinerja Keuangan

Green Supply Chain Management

Peran Mediator Integrasi Rantai Pasok dalam Hubungan antara Strategi Rantai Pasok dan Performa Logistik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah "The Mediating Role of Supply Chain Integration in the Relationship Between Supply Chain Strategy and Logistics Performance" oleh Ibrahim Ethem Dağdeviren dan Ramazan Erturgut (2024) mengeksplorasi peran integrasi rantai pasok sebagai mediator antara strategi rantai pasok dan performa logistik. Studi ini mencakup data dari 417 perusahaan eksportir terbesar di Turki dan menyoroti pentingnya strategi rantai pasok yang tepat untuk mencapai integrasi yang optimal dan meningkatkan kinerja logistik.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan data dari top 1000 perusahaan eksportir di Turki. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan tingkat respons sebesar 52%. Analisis dilakukan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS dan SPSS.

Variabel Utama:

  1. Strategi Rantai Pasok: Lean, Agile, dan Hybrid.
  2. Integrasi Rantai Pasok: Internal, pemasok, dan pelanggan.
  3. Performa Logistik: Efisiensi, diferensiasi, dan efektivitas.

Hasil Penelitian Utama

  1. Hubungan Strategi Rantai Pasok dan Performa Logistik
    • Strategi rantai pasok yang tepat memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan performa logistik (β = 0,429, p < 0,0001).
    • Strategi Lean cocok untuk permintaan tetap, Agile untuk permintaan dinamis, dan Hybrid untuk produksi berbasis pesanan.
  2. Hubungan Strategi Rantai Pasok dan Integrasi Rantai Pasok
    • Strategi rantai pasok yang efektif mendukung terciptanya integrasi rantai pasok yang lebih baik, dengan koefisien hubungan 0,917.
  3. Peran Integrasi Rantai Pasok sebagai Mediator
    • Integrasi rantai pasok memiliki peran mediasi parsial dalam hubungan antara strategi rantai pasok dan performa logistik, dengan kontribusi tambahan pada peningkatan kinerja logistik (β = 0,543, CI = 0,263–0,808).

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. Perusahaan Tekstil di Turki
    • Dengan menerapkan strategi rantai pasok Agile, perusahaan ini berhasil meningkatkan efisiensi logistik hingga 15% dalam tiga tahun terakhir.
  2. Industri Logam dan Baja
    • Melalui integrasi rantai pasok internal dan eksternal, perusahaan mencatatkan peningkatan produktivitas sebesar 20% dan penurunan biaya logistik hingga 12%.
  3. Kontribusi pada Ekspor Turki
    • 1000 perusahaan eksportir menyumbang USD 123 miliar, atau 54,7% dari total ekspor nasional.

Rekomendasi Strategis

  1. Penerapan Strategi yang Tepat
    • Perusahaan harus memilih strategi yang sesuai dengan karakteristik produk dan pasar, seperti Agile untuk permintaan yang fluktuatif.
  2. Investasi pada Sistem Informasi Rantai Pasok
    • Teknologi seperti IoT dan analitik data dapat membantu meningkatkan transparansi dan koordinasi antar anggota rantai pasok.
  3. Kolaborasi yang Efektif
    • Perusahaan harus membangun hubungan yang kuat dengan pemasok dan pelanggan untuk memastikan aliran informasi dan material yang lancar.
  4. Pengukuran Performa Secara Berkala
    • Menggunakan KPI logistik seperti efisiensi waktu pengiriman dan biaya operasional untuk memantau pencapaian target.

Kesimpulan
Studi ini menegaskan pentingnya integrasi rantai pasok dalam mendukung hubungan antara strategi rantai pasok dan performa logistik. Dengan menerapkan strategi yang sesuai dan meningkatkan integrasi, perusahaan dapat mencapai daya saing yang berkelanjutan serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas logistik mereka.

Sumber Artikel:
Dağdeviren, I. E., & Erturgut, R. (2024). The Mediating Role of Supply Chain Integration in the Relationship Between Supply Chain Strategy and Logistics Performance. Sustainability, 16, 9514.

 

Selengkapnya
Peran Mediator Integrasi Rantai Pasok dalam Hubungan antara Strategi Rantai Pasok dan Performa Logistik

Green Supply Chain Management

Manajemen Rantai Pasokan dalam Logistik Bantuan Kemanusiaan: Mengatasi Tantangan dan Meningkatkan Efisiensi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah "Supply Chain Management in Humanitarian Relief Logistics" karya William K. Rodman (2004) membahas penerapan teknik manajemen rantai pasok (SCM) untuk mengatasi tantangan logistik selama operasi bantuan kemanusiaan. Dengan pendekatan berbasis teori, penelitian ini mengidentifikasi hambatan utama seperti ketidakpastian, infrastruktur yang rusak, dan keterbatasan komunikasi, sekaligus menawarkan solusi berbasis SCM yang diambil dari sektor swasta, nonprofit, dan militer.

Metodologi Penelitian
Makalah ini menggunakan metodologi grounded theory untuk mengkaji literatur akademik dan praktik kontemporer dari berbagai sektor. Hambatan diidentifikasi melalui studi kasus dan analisis literatur, lalu dihubungkan dengan metode SCM yang relevan untuk menciptakan kerangka kerja sederhana bagi manajer logistik kemanusiaan.

Hambatan Utama dalam Logistik Kemanusiaan

  1. Ketidakpastian
    • Bencana seringkali terjadi tanpa peringatan, dengan kebutuhan logistik yang sulit diprediksi.
    • Variabilitas dalam kuantitas dan kualitas donasi menyebabkan penumpukan barang tidak sesuai di lokasi bencana.
  2. Infrastruktur yang Rusak
    • Transportasi sering kali terhambat oleh jalan, jembatan, dan pelabuhan yang rusak, terutama di wilayah yang kurang berkembang.
    • Contoh: Operasi di Afrika Selatan oleh World Food Programme memanfaatkan kapten pelabuhan untuk mengeliminasi barang yang rusak sebelum dikirim.
  3. Komunikasi yang Tidak Memadai
    • Sistem komunikasi yang lemah atau tidak ada sama sekali memperumit koordinasi antara tim lapangan, donor, dan markas besar.
  4. Sumber Daya Manusia
    • Kekurangan staf logistik yang terlatih, dengan pergantian personel lapangan mencapai 80% per tahun.

Solusi SCM untuk Logistik Kemanusiaan

  1. Manajemen Ketidakpastian
    • Penilaian kebutuhan awal dan sistem saringan di pelabuhan membantu mengurangi pengiriman barang yang tidak sesuai.
    • Menggunakan sistem pull-based setelah penilaian lapangan meningkatkan efisiensi pengiriman.
  2. Pengelolaan Infrastruktur
    • WFP menggunakan operasi khusus untuk memperbaiki jalan dan jembatan sebagai bagian dari respon bencana.
    • Mengembangkan jaringan distribusi redundan untuk mengurangi risiko gangguan logistik.
  3. Peningkatan Komunikasi
    • Implementasi sistem informasi logistik seperti sistem berbasis internet untuk meningkatkan visibilitas inventaris dan koordinasi antar mitra.
    • Penggunaan alat komunikasi berbasis satelit di lokasi bencana.
  4. Kolaborasi dengan Mitra Militer dan Sipil
    • Militer sering kali menyediakan perlindungan, pengangkutan udara, dan perbaikan infrastruktur.
    • Kemitraan dengan organisasi lokal untuk memahami kebutuhan budaya dan logistik setempat.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. World Food Programme di Afrika Selatan
    • Menggunakan sistem kapten pelabuhan untuk menyaring barang donasi sebelum distribusi.
    • Mengadopsi konsep risk pooling untuk mengurangi inventaris keseluruhan tetapi tetap memenuhi kebutuhan logistik.
  2. Operasi Bantuan Banjir di Bangladesh
    • Donasi yang tidak sesuai menyebabkan penundaan hingga dua minggu dalam pengiriman bantuan vital.
  3. Dukungan Militer AS di Irak
    • Menyediakan transportasi udara dan perlindungan untuk misi kemanusiaan, yang meningkatkan efisiensi pengiriman logistik hingga 20% lebih cepat.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi dalam Sistem Informasi Logistik
    • Meningkatkan keterlihatan inventaris dan responsivitas melalui sistem digital berbasis web.
  2. Preposisi Stok di Wilayah Rawan Bencana
    • Mengurangi waktu respons dengan mendekatkan stok ke wilayah bencana yang rentan.
  3. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
    • Program pelatihan logistik untuk staf lapangan dan sukarelawan guna mengurangi kesalahan operasional.
  4. Integrasi SCM dari Sektor Militer dan Swasta
    • Mengadopsi praktik terbaik seperti pengelolaan inventaris berbasis kebutuhan dan transportasi langsung dari sektor swasta.

Kesimpulan
Makalah ini menegaskan pentingnya integrasi prinsip SCM untuk meningkatkan efisiensi logistik dalam operasi bantuan kemanusiaan. Dengan mengatasi hambatan seperti ketidakpastian, infrastruktur yang rusak, dan komunikasi yang lemah, organisasi dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat penyelamatan nyawa di situasi darurat.

Sumber Artikel:
Rodman, W. K. (2004). Supply Chain Management in Humanitarian Relief Logistics. Theses and Dissertations, Air Force Institute of Technology.

Selengkapnya
Manajemen Rantai Pasokan dalam Logistik Bantuan Kemanusiaan: Mengatasi Tantangan dan Meningkatkan Efisiensi
« First Previous page 848 of 1.352 Next Last »