Pertanian

Mengenal Sejarah tentang Teh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Teh (Inggris: tea, Belanda: thee) (Hanzi: 茶; Pinyin: chá; Pe̍h-ōe-jī: ) adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya teh rosehip, camomile, krisan, dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Cita rasa agak pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.

Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.

Sejarah

Negeri Tiongkok adalah tempat lahir teh. Di sanalah pohon teh Tiongkok (Camellia sinensis) ditemukan dan berasal, tepatnya di provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh. Yunnan memiliki banyak hutan purba, bahkan ada tanaman teh liar yang berumur 2.700 tahun. Selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun juga ditemukan di tempat ini.

Sebuah legenda, salah satu bentuk dokumentasi yang paling tua, menceritakan bahwa Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat-obatan, juga yang menjadi penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa dia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.

Teh Cina pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan (abad ke-8 SM). Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh (770 SM–476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sup.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Han (221 SM–8 M), teh mulai diolah dengan pemrosesan yang terbilang sederhana (dibentuk membulat, dikeringkan, dan disimpan) dan dijadikan sebagai minuman dengan cara diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain (misalnya jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Tiongkok. Lebih jauh lagi, teh digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah zaman Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan. Teh yang populer nantinya ini banyak dikembangkan di daerah Kanton (Guangdong) dan Fukien (Fujian).

Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat. Pada tahun 800 M, Lu Yu menulis buku berjudul Ch'a Ching yang mendefinisikan tentang teh. Lu Yu adalah seorang anak yatim yang dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Buddha di salah satu biara terbaik di Tiongkok. Sebagai seorang pemuda, dia acap kali melawan disiplin pendidikan kependetaan yang kemudian membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik, performasinya pun meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, dia merasa hidupnya hampa dan tidak bermakna.

Setelah setengah perjalan hidupnya, dia pensiun selama 5 tahun untuk mengasingkan diri. Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, dia merekam beragam metode dalam bertanam dan mengelola teh ala Tiongkok Purba.

  • Perjalanan teh ke Jepang

Di Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Tiongkok yang akhirnya menjangkau setiap aspek masyarakat. Bibit teh dibawa ke Jepang oleh seorang pendeta Buddha bernama Yeisei yang melihat bahwa teh Cina mampu meningkatkan konsentrasi saat bermeditasi. Dia dikenal sebagai bapak teh di Jepang, karena muasal inilah, teh Jepang erat kaitannya dengan Zen Buddhisme. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu atau air panas untuk teh). Upacara ini membutuhkan latihan yang panjang, bahkan hingga bertahun-tahun. Ritual cha-no-yu adalah menjunjung tinggi kesempurnaan, kesopanan, pesona, dan keanggunan.

  • Perjalanan teh ke Barat

Budaya mengonsumsi teh yang sudah dilakukan di Tiongkok dan Jepang ternyata menjadi buah bibir di Eropa. Kelompok kafilah bahkan mendengar bagaimana orang-orang mengonsumsi teh dan mendapatkan informasi yang samar. Lucunya, mereka mendengar bahwa teh diseduh, digarami, diberi mentega, dan kemudian dimakan. Orang Eropa yang secara personal menemukan teh dan kemudian menulis tentangnya adalah biarawan Yesuit Jasper de Cruz pada tahun 1560.

Portugis menjalin hubungan dagang dengan Tiongkok, mengembangkan jalur dagang dengan mengapalkan teh ke Lisbon dan kemudian kapal-kapal Belanda berangkat ke Prancis, Belanda, dan negara-negara Baltik. Teh kemudian makin populer di dunia Barat.

Teh singgah di Eropa pada zaman Elizabeth I dan kemudian menjadi tren dalam masyarakat Belanda. Teh menjadi minuman yang mahal pada waktu itu (lebih dari $100 per pon), sehingga para pedagang teh mendapatkan kemakmuran darinya. Masyarakat Belanda sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat, meskipun demikian banyak yang mempertanyakan manfaat teh dan berbagai dampak negatif lainnya. Apa pun itu, masyarakat pada umunya tidak lagi mempermasalahkan atau terpengaruh dan kembali menikmatinya. Teh menjadi bagian dari masyarakat di Eropa dan ragam kombinasi konsumsi teh pun dicoba, seperti mencampurkannya dengan susu. Pada masa itu pun, teh disajikan pertama kali di restoran. Kedai minuman pun memberikan perkakas teh portabel lengkap disertai alat pemanasnya.

Teh pun sangat populer di Prancis, tetapi tidak berlangsung lama (kurang lebih 15 tahun), dan kemudian digantikan popularitasnya dengan minuman yang memiliki daya tarik yang lebih kuat seperti anggur, kopi, dan coklat.

Pada tahun 1650, orang-orang Belanda sangat aktif dalam perdagangan sampai pada dunia Barat. Peter Stuyvesant yang membawa teh Cina ke Amerika pertama kali untuk koloninya (kini New York).

  • Introduksi teh ke Indonesia

Teh diintroduksikan dari Jepang oleh orang Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada 1827, teh dibudidayakan dalam skala besar di Kebun Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Setelah itu Camellia sinensis var. assamica (Masters) tipe Chang dibawa oleh Rudolf Edward Kerkhoven pada 1877 ke Jawa dari Sri Lanka (Ceylon) dan ditanam di Gambung, bagian selatan Kabupaten Bandung, Jawa Barat (sekarang menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina Indonesia) (Sriyadi et al., 2012).

Pengolahan dan pengelompokan

Setelah dipetik, daun teh segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.

Pengolahan daun teh sering disebut sebagai fermentasi, walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.

Berikut ini pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:

  • Teh putih

Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

  • Teh hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

Oolong

Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2–3 hari.

  • Teh hitam

Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi, dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara Hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, tear, curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pascaproduksi sesuai standar Orange Pekoe.

  • Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)

Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: mentah dan matang. Teh pu-erh mentah bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga matang. Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh matang dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh mentah yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh matang dibuat dengan mengontrol kelembapan dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil, atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Makin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi makin enak. Teh pu-erh mentah kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih sering kali hingga 5 menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula, dan garam.

Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna cokelat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.

Ramuan teh

Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat campuran (blend) yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.

Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembapan agar harum melati dapat menempel pada daun teh.

Komposisi

Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafeina (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit.

Teh dalam berbagai bahasa

Aksara Hanzi untuk teh adalah 茶, tetapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien asal Xiamen menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hong Kong menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.

Berikut ini istilah-istilah teh: bahasa Afrikaans (tee), bahasa Armenia, bahasa Katalan (te), bahasa Denmark (te), bahasa Belanda (thee), bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo), bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te), bahasa Finlandia (tee), bahasa Prancis (thé), bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (), bahasa Jerman (Tee), bahasa Indonesia(teh), bahasa Ibrani (תה, /te/ atau /tei/), bahasa Hungaria (tea), bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae), bahasa Italia (), bahasa Latin (thea), bahasa Latvia (tēja), bahasa Melayu (teh), bahasa Norwegia (te), bahasa Polandia (herbata dari bahasa Latin herba thea), bahasa Gaelik-Skotlandia (teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (), bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè), bahasa Wales (te), dan bahasa Yiddish (טיי, /tei/).

Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan cha atau chai: bahasa Albania (çaj), bahasa Arab (شَاي), bahasa Bengali (চা), bahasa Bosnia (čaj), bahasa Bulgaria (чай), bahasa Kapampangan (cha), bahasa Cebuano (tsa), bahasa Kroasia (čaj), Bahasa Ceko (čaj), bahasa Yunani (τσάι), bahasa Hindi (चाय), bahasa Inggris Britania (charchai, sudah jarang dipakai)*, bahasa Jepang (茶, ちゃ, cha), bahasa Korea (차), bahasa Makedonia (čaj), bahasa Malayalam, bahasa Nepal (chai), bahasa Persia (چاى), bahasa Punjabi (ਚਾਹ), bahasa Portugis (chá), bahasa Rumania (ceai), bahasa Rusia, (чай, chai), bahasa Serbia (чај), bahasa Slowakia (čaj), bahasa Slovenia (čaj), bahasa Swahili (chai), bahasa Tagalog (tsaa), bahasa Thai (ชา), bahasa Tibet (ja), bahasa Turki (çay), Bahasa Ukraina (чай), bahasa Urdu (چاى), dan bahasa Vietnam (trà atau chè).

Kemasan

  • Teh celup

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.

  • Teh saring

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.

  • Teh seduh (daun teh)

Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.

  • Teh yang dipres

Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.

  • Teh stik

Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.

  • Teh instan

Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Sejarah tentang Teh

Pertanian

Digitalisasi dan Mekanisasi Jadi Masa Depan Perkebunan Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian BUMN mengapresiasi implementasi digitalisasi berbasis Internet of Things, mekanisasi, dan kebijakan operasional berbasis keberlanjutan melalui dekarbonisasi yang dilakukan Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam menjalankan operasional perusahaan yang bergerak di komoditas sawit.

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mochamad Edy Yusuf dan Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Faturohman menyatakan masa depan industri perkebunan kelapa sawit adalah berbasis teknologi, mekanisasi, dan keberlanjutan.

"Masa depan perkebunan sawit nasional adalah seperti yang dilaksanakan Holding Perkebunan ini," kata Edy saat kunjungan kerja ke PTPN IV PalmCo Regional 3 Provinsi Riau dikutip Minggu (11/2/2024).

Pabrik kelapa sawit (PKS) dan pembangkit tenaga biogas (PTBg) Sei Pagar menjadi lokasi pertama mengawali kunjungan kerja perdana di tahun 2024 ini. Di sana, mereka menyaksikan langsung aplikasi besutan Holding Perkebunan seperti Millena, Intank Control, CMMS, Simoli, dan lainnya yang memperkuat kinerja operasional perusahaan pada sektor off-farm.

Selain itu, tim juga menyaksikan langsung keberadaan PTBg co firing Sei Pagar, yang merupakan satu dari enam pembangkit tenaga biogas yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) di seluruh PTPN IV PalmCo Regional 3. Keberadaan PTBg tersebut menjadi bagian dari peningkatan nilai tambah perusahaan terutama dari penjualan by product seperti cangkang.

Sementara pada sektor on-farm, kombinasi IoT dan mekanisasi seperti sistem informasi berbasis geospasial atau GIS, Arfina, DFarming, NBex, AWS, dan lainnya turut meningkatkan efesiensi dan efektivitas operasional perusahaan.

"Sebagai perusahaan milik negara, PTPN terbukti advance dalam mengoptimalkan produksi melalui implementasi digitalisasi, mekanisasi, serta pendekatan dekarbonisasi yang efektif dan efesien, disamping tentu juga perlu terus menerus menjaga integritas" tuturnya.

Strategi Perusahaan

Direktur Produksi dan Pengembangan Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) Mahmudi mengatakan strategi perusahaan yang terus berinovasi dalam mengimplementasikan digitalisasi, mekanisasi, dan pendekatan dekarbonisasi merupakan sebuah keharusan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

"Tidak ada kata lain selain menjadikan inovasi sebagai budaya perusahaan. PTPN telah melaksanakan hal ini dan diimplementasikan dengan sangat baik. Di sini adalah contohnya, ketika inovasi memperkuat transformasi dan memberikan nilai positif bagi operasional perusahaan," urainya.

Ia berharap pendekatan digitalisasi dan mekanisasi yang diimplementasikan PTPN IV PalmCo Regional 3 menjadi contoh penerapan secara luas oleh regional untuk menjadi PTPN Juara.

Program Digitalisasi

Sementara itu, Region Head PTPN IV PalmCo Regional 3 Rurianto mengatakan perusahaan secara bertahap melaksanakan program digitalisasi sejak 2020 lalu dan ditargetkan terealisasi penuh atau fully integrated pada 2024 ini.

"Bidang perkebunan dan industri kelapa sawit selama ini dikelola secara konvensional, dan kini saatnya kita menjadi pionior untuk bertransformasi menuju modernisasi dengan memanfaatkan teknologi," kata Ruri.

Ia mengatakan langkah itu merupakan bagian dari transformasi perusahaan melalui penerapan Precision Farming guna mendukung pengelolaan perkebunan sawit sehingga mampu melakukan cost control, production control, dan fraud control secara efektif dan efisien.

Langkah itu juga sejalan dengan pelaksanaan Corporate Strategy, yaitu dengan Reducing Cost dan Increasing Value sehingga terbentuk Value Innovation. "Digitalisasi, mekanisasi, dekarbonisasi merupakan bagian penting dalam transformasi perusahaan. Di sini ada perjuangan untuk menata dan mentransformasi budaya. Dari yang terfragmentasi menjadi terintegrasi. Dari yang serba manual menjadi terdigitalisasi, lebih cepat dan akurat," paparnya.

Sumber: https://www.liputan6.com/

 

Selengkapnya
Digitalisasi dan Mekanisasi Jadi Masa Depan Perkebunan Indonesia

Pertanian

Wonogiri Jadi Penghasil Kopi sejak 1800-an, Awalnya dari Kebun di Bulukerto

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Wonogiri menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia yang jika ditelusur sejarahnya sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak wilayah yang kaya dengan tanaman kopi dan produk kopi yang memiliki cita rasa khas, mulai dari kopi Aceh Gayo, kopi Toraja milik Sulawesi, kopi Kintamani dari daerah Bali, dan lain-lainnya.

Di Pulau Jawa, tanaman kopi tidak semelejit tanaman kopi daerah lain, namun bukan berarti Pulau Jawa tidak memiliki kopi khas. Salah satu kopi di Pulau Jawa yang mulai banyak didengar orang yaitu kopi Wonogiri.

Dilansir Indonesia.go.id, Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi di masa lalu ditandai dengan penemuan ratusan pohon kopi jenis Libercia berusia tua di area hutan pinus Dusun Ngroto, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri.

Ratusan pohon kopi ini ditemukan pada pertengahan Februari 2019. Keberadaan ratusan tanaman kopi di area hutan ini ternyata adalah peninggalan dari Kadipaten Mangkunegaran. Tetapi ternyata bukan di Tirtomoyo kebun kopi pertama di Wonogiri bermula, melainkan di Bulukerto.

Pada era 1800-an, wilayah Wonogiri khususnya daerah Kecamatan Bulukerto dipilih oleh Kadipaten Mangkunegaran untuk dijadikan sebagai pusat lokasi pembibitan dan pembudidayaan perkebunan kopi.

Laman resmi Pemerintah Kecamatan Girimarto, Wonogiri, kec.girimarto.wonogiri.go.id, menyebutkan wilayah Gondosini di Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, menjadi tempat pembibitan kopi pada era kejayaan Kadipaten Mangkunegaran.

Melanjutkan Tradisi Menanam Kopi

Laman resmi Puro Mangkunegaran juga menyebutkan penanaman kopi dimulai pada 1814 dengan bibit kopi yang diperoleh dari kebun kopi di Gondosini. Saat itu, Pangeran Arya Gandakusuma masih menjabat sebagai patih di Kadipaten Mangkunegaran.

Setelah sang pangeran menduduki takhta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro IV, perkebunan kopi itu diperluas. Perluasan dilakukan ke wilayah Honggobayan, Keduwang, dan Karangpandan, di luar Kota Solo.

Dipilihnya daerah Wonogiri sebagai pusat pembibitan menandakan Wonogiri memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi penghasil kopi lokal yang berkualitas. Pengetahuan itu tak disia-siakan oleh warga Wonogiri yang kemudian melanjutkan tradisi menanam kopi.

Saat ini, komunitas setempat telah berupaya mengajak para petani kopi untuk mulai mencari pengetahuan tentang tanaman kopi. Hal itu supaya kualitas hasil panen kopi para petani dapat meningkat dan mendapat harga jual yang layak di pasaran.

Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, misalnya menjadi daerah yang memiliki ribuan tanaman kopi subur. Hal ini dilatarbelakangi kontur tanah Bulukerto yang terdiri dari perbukitan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Kopi Robusta

Di samping itu tanah Desa Conto menyimpan banyak pasokan air yang menjadikannya daerah ideal untuk tanaman kopi varietas Arabica. Dilansir jatengprov.go.id, kopi daerah Wonogiri telah menduduki posisi tiga besar di Provinsi Jawa Tengah dalam Penilaian Inovasi Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahun 2023.

Kabupaten Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi memiliki berbagai varietas, salah satunya kopi robusta. Laman dgip.go.id menyebut robusta Wonogiri ditanam di beberapa kecamatan.

Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 400-900 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi ini berada di kebun atau lahan perkarangan milik warga dan hutan milik Perhutani.

Daerah persebaran kopi robusta Wonogiri ini antara lain di Girimarto, Jatipurno, Slogohimo, Bulukerto, Puhpelem, Krismantoro, Jatiroto, Karangtengah, dan Tirtomoyo. Beberapa tahun belakangan, berkat usaha keras para petani dan komunitas pencinta kopi, kopi Wonogiri terus berkembang.

Kopi tidak hanya dijual mentah ke pabrik, tapi juga diolah sendiri oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan kemasan yang menarik. Saat Lebaran 2023 lalu, kopi menjadi salah satu oleh-oleh yang banyak diburu pemudik atau pengunjung di Wonogiri. Coffee shop atau kafe di kawasan Wonogiri pun banyak yang menggunakan kopi lokal untuk menu sajian mereka.

Sumber: https://soloraya.solopos.com/

Selengkapnya
Wonogiri Jadi Penghasil Kopi sejak 1800-an, Awalnya dari Kebun di Bulukerto

Pertanian

Siswa Perkebunan? Memang apa saja yang Dipelajari di SMK Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kalian tahu tidak kalau di SMK ternyata ada Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP). Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan

Beragam upaya perlu dilakukan untuk mengembangkan keilmuan di bidang pertanian dan perkebunan salah satunya dengan menghadirkan Jurusan ATP pada jenjang SMK.

Apa itu Jurusan ATP? Secara garis besar jurusan ini ialah jurusan yang fokus pada pengembangan teknologi dalam bidang pertanian, perkebunan, dan pembibitan. Apakah hanya sebatas ini saja? Tentu tidak banyak hal-hal yang wajib dipelajari oleh siswa Jurusan ATP. Kira-kira apa saja yah materi yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh siswa Jurusan ATP. Kali ini Guru Jurusan ATP SMKN 1 Matan Hilir, Radiansyah, akan memberitahu kita tentang materi wajib yang akan diterima oleh siswa Jurusan ATP.

Radiansyah menyampaikan bahwa ada dua jenis tanaman yang dipelajari dalam jurusan ini. Siswa kelas X Jurusan ATP akan belajar terkait tanaman holtikultura, seperti cabai, terong, dan tomat, sedangkan siswa kelas XI akan belajar terkait tanaman perkebunan seperti sawit, karet, dan kelapa.

“Hal pertama yang wajib didapatkan adalah dasar-dasar agribisnis tanaman. Siswa akan belajar tentang kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengelolaan, dan pemasaran hasil produksi,” ucap Radiansyah.

Materi kedua yang akan dipelajari oleh siswa Jurusan ATP adalah pertanian berkelanjutan. Di sini siswa akan belajar tentang bagaimana cara mengelola sumber daya untuk kepentingan pertanian dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumber daya alam.

“Setelah itu siswa juga akan mempelajari tentang hama dan penyakit pada tanaman. Mungkin kita sering lihat tanaman yang tiba-tiba mati atau pun pertumbuhannya kurang maksimal nah itu bisa jadi karena tanaman tersebut terserang hama atau penyakit. Gangguan semacam ini bisa disebabkan karena kelainan genetis dan kondisi lingkungan. Nah, siswa belajar bagaimana menanggulanginya, bagaimana menggunakan pestisida, pengelolaan tanah agar tanaman bisa selamat dari serangan ini,” tutur Radiansyah.

Pada Jurusan ATP, siswa juga diajarkan tentang agripreneur dan peluang usaha dan kerja di lingkup pertanian. 

“Agripreneur ini merupakan seseorang yang menjalankan suatu usaha di lingkup pertanian dan di ATP itu sendiri siswa akan diajarkan cara memanajemen suatu usaha itu, mulai dari kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer atau budidaya, pengolahan hingga proses pemasaran. Harapannya dengan ilmu ini dapat memberikan gambaran kepada siswa ketika mereka memutuskan untuk berwirausaha di bidang pertanian sehingga nanti usahanya bisa dikelola dengan baik dan bisa lancar,” kata Radiansyah.

Itu dia materi yang dipelajari oleh siswa Jurusan ATP, kedengarannya sangat menyenangkan. Lebih seru lagi kalau kalian bisa berkecimpung langsung di jurusan ini. Selain kalian bisa terjun belajar ke perkebunan kalian juga bisa menjadi salah satu agen perubahan untuk pertanian dan perkebunan di Indonesia. 

Sumber: https://www.vokasi.kemdikbud.go.id/

Selengkapnya
Siswa Perkebunan? Memang apa saja yang Dipelajari di SMK Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan

Riset dan Inovasi

BRIN Kembangkan Radar FMCW untuk Pantau Sistem Pernafasan Manusia Real Time

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan beberapa modul Internet of Things (IoT) umtuk diterapkan dalam teknologi bilmedis, seperti modul WiFi server ESP32 atau ESP 8266 yang digunakan untuk komunikasi server. Dengan modul ini diharapkan mendapatkan performa terbaik dari penelitian sebelumnya yang menggunakan radar Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW).

Peneliti BRIN, Puput Dani Prasetyo Adi menjelaskan bahwa radar FMCW merupakan jenis sensor radar aktif yang memancarkan daya transmisi secara kontinyu seperti gelombang kontinyu (CW Radar). Radar FMCW diukur berdasarkan perbedaan fasa atau frekuensi antara sinyal yang dipancarkan dan sinyal yang diterima. Radar tersebut dapat memantau sistem pernafasan manusia secara real time.

“Radar ini bahkan dapat menghitung jangkauan, kecepatan, atau fase secara bersamaan untuk beberapa target menggunakan proses yang dikenal sebagai demodulasi IQ dan beberapa kicauan,” jelas Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Telekomunikasi BRIN itu saat diwawancari, Kamis (21/3)

Dijelaskan Puput, saat ini pihaknya fokus melakukan penelitian bersama tim, adalah pada kondisi pernafasan pasien yang dipantau dari Radar FMCW menjadi fokus dalam penelitian ini. Kemampuan unik radar FMCW untuk membedakan antara rentang dilakukan dengan memodulasi frekuensi transmisi yang sedang berlangsung. 

Radar FMCW untuk pernafasan manusia atau pasien yang kemudian akan menentukan jenis penyakit atau kelainan pada pasien hanya dengan melihat jenis pernafasannya. Data dari Radar FMCW kemudian dikonversikan menjadi data yang dapat dibaca secara waktu nyata atau langsung oleh masyarakat, dokter, atau tim medis melalui web server iotmedis.brin.go.id.

Berbagai jenis data pernapasan diambil dari berbagai titik sehingga akan menimbulkan analisis baru yaitu proses pengiriman data pada trafik server atau proses uplink dan downlink. Kebaruan data dan penelitian secara spesifik adalah bagaimana data pernapasan multi pasien dari OmnipreSense atau FMCW Radar dapat diproses oleh mikroprosesor menggunakan MQTT (Message Queuing Telemetry Transport), dan data multi pasien tersebut dapat ditampilkan di server secara waktu nyata. 

Tidak hanya dari segi FMCW Radar untuk medis tetapi juga dari segi fleksibilitas dalam menampilkan data yang dapat diintegrasikan dengan gawai yang digunakan saat ini. “Salah satu server yang digunakan adalah MQTT, yang telah telah dipasang dan berhasil menampilkan data pernapasan pasien secara waktu nyata. 

Kedepannya, pada penelitian ini akan dilakukan pemasangan menggunakan casing permanen yang lebih tetap dan stabil dalam proses konektivitas antar perangkat, yang melibatkan Raspberry Pi 4 B dan OmniPreSense Radar. Data tersebut diintegrasikan ke dalam MQTT server dengan data pernapasan pasien dan menghasilkan data realtime dalam bentuk grafik data pernapasan,” ungkap Puput Dani.

Diharapkan FMCW Radar ini mampu membaca atau mendeteksi sistem pernafasan manusia dan menentukan ketidaknormalan pasien, membangun sistem realtime yang mampu membaca pernafasan manusia atau pasien berbasis Internet of Things dan pemanfaatan gelombang micro menggunakan radar FMCW 77 GHz untuk diaplikasikan untuk pendeteksian penyakit pasien terutama pada sisi pernafasan.

“Diakhir tahun 2023 ini kami berhasil menghasilkan prototype yang mampu membaca sistem pernafasan manusia dengan cara pembacaan menggunakan gelombang mikro dengan FMCW Radar tipe OmniPresense 77 GHz serta Jurnal Internasional dan prosiding sebagai output dari proses desiminasi riset dan tentunya paten berupa arsitektur yang kami rancang guna mampu melayani banyak pasien dengan realtime dan cepat,” papar Puput Dani.

Puput Dani berharap agar proses penyelesaian prototype atau casing untuk dibuat sedinamis mungkin sehingga dapat lebih mudah dibawa dan flexible serta dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang dapat diterapkan di rumah sakit, tim medis maupun tim medis lapangan atau tim SAR (Search And Resque) yang bekerja di daerah bencana atau di dunia kesehatan secara umum. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN Kembangkan Radar FMCW untuk Pantau Sistem Pernafasan Manusia Real Time

Riset dan Inovasi

BRIN Gandeng UGM Kembangkan Simulator PLTN Tipe SMR Berpendingin Air

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) telah mengembangkan simulator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tipe small modular reactor presurized water reactor (SMR PWR).

Simulator ini memanfaatkan teknologi reaktor berpendingin air. Tetapi, bentuknya terintegrasi antara teras dan pembangkit uapnya dalam satu containment, berukuran kecil, dan memiliki daya 50-70 megawatt.

“Pengembangan simulator small modular ini sudah dilakukan periset BRIN sejak 2019 bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk skala pendidikan dan masyarakat umum,” ujar Plt. Kepala PRTBNLR BRIN Syaiful Bakhri, dalam penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Fakultas Teknik UGM, di Yogyakarta, Jumat (22/3).

Menurutnya, teknologi nuklir, khususnya reaktor nuklir, perlu penguasaan di semua aspek terkait pembuatan model, memberikan pemahaman pada masyarakat, akademisi, tenaga kerja ketenaganukliran cara-cara mengoperasikan reaktor dengan selamat yang kuncinya terletak pada simulator.

“Simulator ini mejadi representasi yang mirip dengan reaktor yang sebenarnya. Bisa dioperasikan, termasuk untuk antisipasi kecelakaan, memberi pemahaman pada akademisi cara mengoperasikan reaktor sekaligus mengembangkannya. Sedangkan bagi tenaga ketenaganukliran semisal operator reaktor ke depannya, simulator ini bisa menjadi panduan bagi mereka,” papar Syaiful.

Dia menyebut, di negara-negara pengembang teknologi nuklir, sebelum reaktor dibangun, operator harus dididik di simulator. Setelah memiliki izin, baru operator tersebut boleh mengoperasikan reaktor yang sebenarnya.

Beberapa keunggulan simulator PLTN tipe SMR PWR adalah berukuran kecil, menggunakan pendingin air, dan sirkulasi alamiah. Sehingga, tingkat keselamatannya dinilai lebih tinggi dibandingkan reaktor berukuran besar yang masih menggunakan passive system dan pendinginan paksa.

“Pendinginnya natural, misalnya saat kehilangan catu daya, maka air pendingin dalam sistem primer reaktor ini tetap dapat bersirkulasi dengan sendirinya untuk mendinginkan, mengambil panas dari teras reaktor,” jelasnya.

Dari sisi aspek pendidikan, simulator ini memberikan peluang pengembangan pemodelan dan komputasi. “Mahasiswa dapat melakukan praktik pemodelan cara mendesain sebuah reaktor untuk tujuan simulator, sekaligus belajar mengoperasikan reaktor menggunakan komputer dengan aman dan selamat,” tambah Syaiful.

Target kerja sama ini bukan hanya berhenti pada pengembangan simulator saja. “Ke depan, simulator ini dapat dikembangkan oleh para ahli teknik nuklir. Sehingga, bisa untuk mensimulasi skenario kecelakaan yang dapat terjadi di reaktor dan mitigasinya,” ujarnya.

Pihaknya akan mengajak UGM untuk melakukan riset dekomisioning, dekontaminasi, limbah, penyiapan bahan nuklir, pengembangan bahan bakar, dekotaminasi tanah tercemar sesium, dan riset yang lebih maju lain ke depannya.

“Simulatornya bisa untuk pembelajaran, menghasilkan riset baru, menambah kompetensi mahasiswa, dan menguatkan riset BRIN,” pungkasnya.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN Gandeng UGM Kembangkan Simulator PLTN Tipe SMR Berpendingin Air
« First Previous page 732 of 1.279 Next Last »