Kurikulum Prototipe 2024: Adaptasi Pendidikan untuk Menciptakan Talenta Muda yang Berdaya

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

18 April 2024, 14.47

Sumber: kompas.com

Selain itu, dibahas dua bidang pekerjaan yang memungkinkan, yaitu kesehatan masyarakat, kelestarian lingkungan, kesehatan mental, dan karir di bidang digital. Keempat hal inilah yang menjadi landasan karir generasi muda. Informasi tersebut dilengkapi dengan survei Indikator Politik Indonesia (IPI) tahun 2021 yang menunjukkan bahwa 81 persen generasi muda lebih memilih menyelamatkan lingkungan daripada mengejar pertumbuhan ekonomi. Agaknya, ini adalah contoh bagaimana generasi muda akan memilih kariernya di masa depan.

Generasi muda masa kini tidak memandang karier hanya sebagai alat untuk bertahan hidup. Selain itu, mereka melihat bahwa karir mereka harus memberikan mereka kesempatan untuk bekerja bagi masyarakat. Kaum muda memandang kehidupan sebagai momen untuk diberdayakan, kreatif, dan bermakna sebagai pribadi seutuhnya. Dapat dikatakan bahwa pandemi ini telah memperkaya perspektif generasi muda dan membentuk pemikiran mereka mengenai karier dan masa depan. Kurikulum saat ini masih dalam bentuk prototipe. Pasalnya, pandemi telah menyebabkan banyak perubahan paradigma dalam hal karir dan masa depan, khususnya bagi generasi muda. Pandemi telah membuat generasi muda melihat perspektif dari berbagai sisi.

Saya menilai langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mentransformasikan prototipe kurikulum menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024 adalah langkah yang tepat. Sebuah prototipe kurikulum harus dikembangkan untuk memenuhi preferensi karir generasi muda saat ini. Fleksibilitas dalam pemilihan spesialisasi harus diterima dengan baik dan didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentingan. Generasi muda adalah modal yang dibutuhkan untuk meraih masa depan yang lebih cerah bagi negara ini.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek

Kaum muda memiliki harapan dan tuntutan yang tinggi terhadap pendidikan. Menurut penelitian kami, kaum muda memiliki empat keinginan. Pertama, kurikulum adaptif. Berdasarkan temuan kami, 231 generasi muda mengatakan bahwa kurikulum harus beradaptasi dengan perubahan zaman. Artinya, mereka menginginkan kurikulum yang merespons dinamika dan beradaptasi dengan tren karier dan pembelajaran yang relevan. Berdasarkan survei Inventure-Alvara tahun 2021, 57,3 persen responden menganggap kurikulum digital menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah.

Artinya, setiap institusi pendidikan harus mengadopsi kurikulum digital agar lebih siap merespons dinamika zaman. Kedua, 226 generasi muda memandang penting peningkatan kualitas staf di lembaga pendidikan. Misalnya guru yang lebih kompeten, metode pengajaran baru atau komunikasi yang lebih baik. Hal ini masuk akal karena pandemi membuat generasi muda merasa bahwa institusi pendidikan perlu meningkatkan kualitasnya di segala aspek. Ketiga, 146 generasi muda menginginkan kelas offline kembali diadakan. Hal ini memang menjadi keinginan banyak pelajar muda. Generasi muda sudah bosan dengan pembelajaran online karena tidak bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga usaha ini sangat wajar.

Menurut temuan Inventure-Alvara-Ivosights 2022, sebanyak 80,8 persen responden ingin belajar secara offline karena motivasi dan manfaat pembelajaran tatap muka meningkat. Keempat, 85 generasi muda mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak akses terhadap kesempatan belajar seperti buku, akses internet, webinar, dan kursus online. Setidaknya jika kelas offline tidak berfungsi, mereka mendapat cukup ruang untuk belajar. Keempat lembaga ini akan sangat membantu mereka meningkatkan kualitas di tengah pandemi yang belum jelas tanggal berakhirnya. Kelima, 80 anak muda menyatakan pekerjaan rumah (PR) dikurangi. Alasannya mungkin karena pekerjaan rumah memberatkan siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Galloway et.al (2013) yang menyatakan bahwa 56 persen siswa mengidentifikasi pekerjaan rumah sebagai sumber stres utama mereka.

Oleh karena itu, penerapan prototipe kurikulum dapat menjadi momen untuk mengubah seluruh kerangka acuan lembaga pendidikan. Institusi pendidikan harus menciptakan ekosistem dimana generasi muda dapat belajar sesuai minatnya. Apalagi minat karir generasi muda sangat mengikuti tuntutan zaman dan menjadikan keberadaan mereka bermakna bagi masyarakat sekitar. Ekosistem ini dapat berupa penerapan pembelajaran berbasis proyek, di mana lembaga pendidikan memberikan kebebasan kepada generasi muda untuk membuat proyek yang dapat mempengaruhi masyarakat.

Sumber : kompas.com