Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Pemerintah diminta memprioritaskan kepentingan nasional dalam menjalankan strategi transisi energi. Upaya mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025, jangan sampai memberikan tekanan pada keuangan negara.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra El Talattov menyatakan, transisi ke energi bersih memang perlu didukung karena ini sudah menjadi komitmen global. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mempertimbangkan kondisi pasokan listrik yang sedang berlebih.
"Kita semua pasti memiliki dukungan ke arah transisi energi, Tapi kita juga harus objektif melihat secara utuh, seperti apa kondisi faktual, dalam konteks dinamika energi di Indonesia," ujar Abra, Jumat (1/10).
Saat ini, daya listrik PLN mencapai 57 gigawatt (GW), dengan beban puncak 39 GW, sehingga ada cadangan berlebih hingga 18 GW. Kapasitas listrik akan semakin bertambah seiring dengan beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam proyek 35.000 megawatt.
"Ini kemudian jadi pertanyaan, dari sisi EBT dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) ketika EBT baru jadi sekitar 52 persen dari awalnya 31 persen. Nah kalau EBT mau di-push, bagaimana dari fosil?" jelasnya.
Untuk itu, Abra mengingatkan agar pemerintah memperhatikan aspek supply and demand terlebih dahulu sebelum melakukan penambahan pembangkit berbasis EBT. Penambahan pembangkit EBT yang dipaksakan bakal membuat APBN jebol karena listrik berbasis EBT dikenakan skema Feed in Tariff.
"Perlu dilihat juga risiko BUMN kita ataupun APBN. Kalau kita lihat beberapa tahun terakhir, subsidi energi tumbuh per tahun 8,6 persen subsidi energi. Tahun depan subsidi energi mencapai Rp 134 triliun, belum lagi bicara kompensasi, itu menjadi konsekuensi dari komitmen pemerintah untuk menyediakan energi murah, yang merata, tetapi juga komitmen yang sifatnya hijau," ujarnya.
Abra mengingatkan, pemerintah sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek keberlanjutan, tetapi juga berkeadilan. Pemenuhan energi, perlu memperhatikan kepentingan nasional, ketahanan APBN dan menjamin ketersediaan energi untuk generasi mendatang.
"Jangan sampai menimbulkan beban baru. Kita anggap mampu beralih ke EBT, tapi nyatanya kita belum selevel ke negara-negara lain. Di sisi global, bauran EBT global 12 persen, kenapa ambisi kita lebih dari situ?" katanya.
Abra juga mengingatkan, negara-negara maju seperti Inggris, Amerika dan Eropa yang selama ini gencar mengkampanyekan EBT pun, saat ini kembali menggunakan PLTU batu bara di tengah krisis energi. Ada dinamika eksternal yang memaksa negara-negara tersebut realistis.
Kepentingan nasional lebih penting sehingga komitmen EBT dinomorduakan. Karena ini berhubungan dengan ketahanan energi. Begitu juga di China.
"Indonesia mumpung masih proses awal, jangan sampai terjerumus lebih dalam. Kita harus mempersiapkan diri, analoginya pendapatan perkapita kita belum selevel negara maju, tetapi kita ingin merasa tampilan sama seperti negara-negara maju," tutur Abra.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Bright PLN Batam bersama PT Karya Teknik Utama melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) untuk pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di lokasi bangunan dan pabrik pelanggan. Lokasi pemasangan PLTS yang dimaksud adalah kawasan pabrik PT Karya Teknik Utama di Sungai Binti, Sagulung.
Dalam sambutannya Direktur Utama Bright PLN Batam, Nyoman S Astawa mengatakan bahwa pemasangan PLTS Atap ini merupakan bentuk komitmen Bright PLN Batam dalam mendukung Transformasi PLN, yaitu Green, dengan mendorong penggunaan energi rendah karbon yang ramah lingkungan, khususnya dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam penyediaan energi listrik.
“Kami sangat menyambut baik penandatanganan MoU ini, selain sebagai sarana untuk mendukung sistem kelistrikan PT Karya Teknik Utama melalui Energi Baru Terbarukan, MoU ini juga menunjukkan semakin meningkatnya minat pelanggan Bright PLN Batam untuk menggunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan,” ucap Nyoman, dikutip Sabtu (16/10).
Nyoman juga menjelaskan untuk pemasangan pelanggan cukup menyediakan lokasi dan tempat saja, sedangkan perangkat PLTS Atap seluruhnya disiapkan oleh Bright PLN Batam. Sehingga pelanggan tidak perlu melakukan pembelian atau investasi perangkat PLTS untuk dapat menikmati dan mengklaim penggunaan energi PLTS Atap.
“Kami akan terus berinovasi dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada guna meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Sebab, pengembangan Energi Baru Terbarukan bukan semata hanya untuk pemenuhan target pemerintah, tetapi dilakukan sebagai tanggung jawab bright PLN Batam untuk generasi mendatang,” pungkas Nyoman.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Karya Teknik Utama, Setiawan berharap dengan adanya MoU ini dapat meningkatkan performa dan kualitas listrik yang disediakan Bright PLN Batam pada pabriknya dengan menggunakan sumber energi tambahan.
“Perusahaan kami bergerak di bidang Industri Maritim yang kegiatan usahanya adalah pembuatan kapal dan perbaikan kapal, sehingga membutuhkan pasokan listrik yang handal setiap saat. Mudah-mudahan MoU ini menjadi role model bagi konsumen lainnya yang mungkin berminat menggunakan PLTS Atap,” kata Setiawan.
Dengan MoU ini Bright PLN Batam dapat mengembangkan pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 10 MW tiap tahunnya. Lebih lanjut pemasangan PLTS Atap diharapkan dapat mendorong tercapainya 23 persen penggunaan EBT sesuai Target Pemerintah RI, menghemat konsumsi BBM, mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong pengembangan bisnis dan industri panel surya.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan pada 2025 mendatang ada pembangkit EBT dari PLTA dan PLTP yang masuk ke sistem kelistrikan nasional. Jumlahnya mencapai 5,6 gigawatt.
EVP Perencanaan Sistem PLN Edwin Nugraha Putra menjelaskan saat ini porsi EBT dalam bauran energi pembangkit PLN menginjak 12 persen. Di tahun 2025 akan ada penambahan yang cukup signifikan dari PLTA sebesar 4,2 GW dan PLTP sebesar 1,4 GW.
"Saat ini porsi EBT sudah 12 persen di kami. Di tahun 2025 dari PLTA dan PLTP akan masuk sekitar 5,6 GW. Ini akan menambah porsi EBT dalam bauran energi," ujar Edwin dalam diskusi virtual, Kamis (21/10).
Edwin menjelaskan selain dari dua pembangkit tersebut di 2025 juga akan masuk PLTS sebesar 3,9 GW. Ini nantinya namun akan difokuskan oleh PLN 1,2 GW khusus untuk daerah remote menggantikan PLTD dan 2,5 GW lainnya yang masuk ke dalam sistem kelistrikan nasional.
"Ini kenapa kami fokuskan ke daerah remote. Karena memang jika dibandingkan dengan PLTD, ini masih bisa bersaing mengingat BPP dari PLTD ini lebih tinggi," ujar Edwin.
Edwin juga menjelaskan tidak bisa memang semua PLTU yang ada saat ini kemudian secara cepat digantikan oleh PLTS. Hal ini karena ini juga harus mempertimbangkan aspek tambahan investasi untuk baterai dari PLTS agar listrik bisa sustain menyala 24 jam.
"Kami untuk sementara fokus ke daerah remote, dengan PLTD kita ganti PLTS dan baterai. Masih mungkin bersaing. Jadi memberikan BPP yang lebih rendah. Tapi kalau masuk ke sistem, gantiin PLTU dan pakai PLTS dan baterai, itu nggak pas harganya apalagi itu impor," ujar Edwin.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Kebutuhan dan permintaan energi listrik Indonesia semakin meningkat, sedangkan tidak sebanding dengan pasokan sumber energi. Selama ini, Indonesia banyak menggunakan sumber energi listrik dari bahan yang tidak terbarukan.
Seperti batu bara dan gas yang merupakan penyumbang efek rumah kaca dan karbon dioksidanya yang menyebabkan panas global. Padahal, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam sangat besar yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.
Salah satunya energi air karena sumber daya air yang ada di Indonesia terbilang melimpah. Sehingga, sangat berpotensial untuk menggunakan dapat sumber daya air sebagai energi listrik, yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Perlu inovasi pembangkit listrik tenaga air portabel memenuhi kebutuhan listrik, terutama pedesaan dan terpencil. Ini mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk merancang pembangkit listrik hydro coil turbine.
Memanfaatkan aliran sungai sebagai energi listrik ramah lingkungan. Ada Ahmad Rizal Rifani (Teknik Mesin), Abdul Rosyid Hidayatullah (Fisika), Helmi Kusuma Perdana dan Khakam Ma'ruf (Pendidikan Teknik Mesin) serta Lutfi'ah Sungkar (PGSD).
Rizal mengatakan, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang sudah ada mengalami beberapa kekurangan. Ukuran yang besar, tidak praktis, sulit dalam perawatan, daya yang dihasilkan tidak optimal dan membutuhkan aliran air yang deras.
"Beberapa rekayasa sistem pembangkit listrik telah dilakukan dengan mengubah desain dan ukuran turbin, namun tenaga yang dihasilkan kurang optimal dan perawatan turbin yang tidak mudah," kata Rizal, Kamis (11/11).
Inovasi Hydro Coil Turbine rancangan mereka dapat beroperasi dengan aliran air yang tidak deras. Sehingga, dapat diterapkan kepada selokan dan jaringan irigasi yang banyak dibangun di pedesaan, turbin air ini lebih portabel dan praktis.
Maka itu, lebih mudah digunakan dan perawatan serta efektivitas daya yang lebih besar. Rosyid menerangkan, turbin akan bekerja dengan mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik berupa putaran meliputi tekanan dan aliran air.
"Hidro Coil Turbin yang memiliki geometri sudu berupa coil (gulungan) dengan prinsip pompa Archimedes," ujar Rosyid.
Khakam menjelaskan, Hydro Coil Turbine rancangan mereka memiliki komponen mulai coil turbin, generator, bearing axial dan motor stepper. Turbin coil ini bekerja mengubah energi potensial air jadi energi kinetik untuk memutarkan generator.
Air yang mengalir melalui cover silinder menumbuk sudu coil, tumbukan dijadikan gerakan memutar poros karena geometri dari sudu coil. Poros yang berputar dari sudu coil dihubungkan dengan poros generator, sehingga hasilkan energi listrik.
"Turbin ini memiliki ukuran yang lebih portabel, dapat menghasilkan evektifitas daya yang tinggi, sehingga dapat diterapkan kepada selokan dan jaringan irigasi yang banyak dibangun di daerah pedesaan," kata Khakam.
Lutfi'ah menambahkan, turbin ini dapat beroperasi dengan aliran air yang tidak deras, dapat diterapkan ke selokan dan irigasi yang banyak di pedesaan. Hydro Coil Turbine dilengkapi kendali otomatis menyesuaikan ketinggian air di aliran. "Sehingga, mampu mengoptimalkan energi yang dihasilkan," ujar Lutfi'ah.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
Miliarder pendiri merek pakaian Zara, Amancio Ortega, membeli saham Delta yang merupakan proyek pembangkit listrik tenaga angin milik perusahaan asal Spanyol, Repsol SA. Ortega akan membeli sekitar 49 persen saham dari proyek tersebut melalui perusahaan keluarganya, Pontegadea.
Untuk memiliki sejumlah saham proyek energi terbarukan itu, dilansir Bloomberg Jumat (12/11), Pontegadea akan membayar sebanyak 281 dolar AS atau sekitar Rp4,01 triliun. Ini adalah investasi keempat Pontegadea di sektor energi, namun yang pertama kalinya dari bisnis pembangkit listrik.
Sebelumnya, Pontegadea mengakuisisi 5 persen saham milik operator jaringan gas alam Spanyol Enagas SA pada akhir 2019. Kemudian tahun ini perusahaan mengakuisisi saham di operator jaringan listrik negara Red Electrica Corp SA dan mitra Portugisnya REN - Redes Energeticas Nacionais SGPS.
Pontegadea didirikan untuk menginvestasikan dividen yang diterima Ortega dari Inditex SA, pengecer pakaian terbesar di dunia yang memiliki Zara dan merek lain. Perusahaan telah membentuk inti kekayaan senilai 78 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.115 triliun.
Secara tradisional, Inditex SA telah menginvestasikan sebagian besar kekayaannya di sektor real estate. Ortega sendiri mengendalikan sekitar 59 persen saham Inditex SA.
Sumber Artikel: republika.co.id
Energi dan Sumber Daya Mineral
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025
PT Medco Power Indonesia, anak usaha dari Medco Energy di bidang kelistrikan mulai mengembangkan potensi EBT di Sulawesi. Rencananya, perusahaan besutan Arifin Panigoro ini akan mengembangkan pembangkit berbasis gas dan EBT di Sulawesi Tengah.
Presiden Direktur Medco Power Eka Satria menjelaskan untuk mengembangkan potensi EBT di Sulawesi ini pihaknya menggandeng PT Pembangunan Sulawesi Tengah (PTPS) yang merupakan BUMD Sulteng.
Ia menjelaskan Medco Power berkomitmen untuk mendukung pengembangan penyediaan energi berbasis gas dan energi bersih terbarukan demi percepatan pencapaian program pemerintah untuk energi bersih dan ramah lingkungan.
"Dengan nota kesepahaman ini, saya berharap Medco Power dan PTPS dapat bersinergi dalam mendorong kemajuan infrastruktur gas dan energi bersih terbarukan di Sulawesi Tengah," ujarnya, Sabtu (5/2).
Direktur Utama PTPS, Leomirnandi D. Karamoy menyampaikan bahwa MoU ini sejalan dengan tujuan pendirian PTPS. PTPS juga ingin mengambil bagian dalam mendongkrak pertumbuhan bauran EBT di Indonesia.
"Tujuannya yakni menumbuhkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian daerah yang berdampak luas kepada masyarakat Sulawesi Tengah dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah demi kesejahteraan masyarakat," ujar Leomirnandi.
Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdy Mastura mengatakan, Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam berlimpah. Rusdy berharap proyek strategis ini dapat memanfaatkan sumber daya alam di Sulawesi Tengah dengan baik, dan mendorong terciptanya pembangunan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di Sulawesi Tengah.
Sumber Artikel: republika.co.id