Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Silvikultur

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 19 Juli 2022


Silvikultur adalah praktik pengendalian proses permudaan (penanaman), pertumbuhan, komposisi, kesehatan, dan kualitas suatu hutan demi mencapai aspek-aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan. Sedangkan studi mengenai hutan dan kayu disebut dengan silvologi. Silvikultur berfokus pada perawatan tegakan hutan untuk menjamin produktivitas. Dengan kata lain, silvikultur adalah perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan, dengan berdasarkan ilmu silvika, yaitu pemahaman mengenai sifat-sifat hidup jenis-jenis pohon serta interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya dengan memperhatikan karakteristik lingkungan setempat.

Perbedaan yang menyolok antara silvikultur dan kehutanan adalah pada cakupannya, yakni silvikultur diaplikasikan pada aras tegakan, sedangkan kehutanan lebih umum sifatnya. Keseluruhan cara pandang dan rangkaian tindakan dalam mempermudakan, merawat, hingga memanen suatu tipe hutan, dikenal sebagai sistem silvikultur.
 

Permudaan Hutan

Permudaan hutan adalah usaha memperbarui tegakan hutan dengan menanam pohon yang baru. Metode permudaan, spesies yang digunakan, dan kepadatan tegakan pohon dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan.

Permudaan buatan telah menjadi metode yang paling umum dalam menanam karena lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.

Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer melakukannya hanya dengan biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar dapat memperbanyak anakan melalui terubusan akar atau tunggaknya.
 

Perawatan Hutan

Pengayaan

Pengayaan (enrichment) adalah upaya meningkatkan kepadatan tegakan hutan dengan menanam di hutan yang telah tumbuh. Secara sempit, istilah pengayaan dipakai jika jenis yang ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon yang telah ada (yakni, pengayaan jenis); sedangkan jika jenisnya sama, biasa disebut penyulaman atau penyisipan.
 

Penjarangan

Penjarangan (thinning) adalah pengendalian jumlah pohon pada suatu area tertentu, misalnya dengan menebang pohon yang tumbuh secara tidak normal atau yang memiliki kualitas kayu yang buruk sehingga memberikan ruang lebih bagi pohon lain yang sehat. Penipisan bukan untuk menyediakan ruang untuk menanam kembali. Penjarangan dapat dilakukan dengan seleksi (menebang pohon tertentu) maupun secara mekanis dengan pola tertentu (misalnya menebang baris tertentu atau lokasi tertentu). Penjarangan juga sering dilakukan demi tujuan ekologi seperti untuk melestarikan spesies tertentu dan bukan untuk meningkatkan hasil kayu.

Sebuah studi menunjukkan bahwa penjarangan berulang kali menjaga kadar karbon dalam tanah lebih baik dibandingkan metode tebang habis yang segera ditanam kembali, sehingga usaha kehutanan dapat lebih lestari dan fungsi hutan untuk sekuestrasi karbon tetap terjaga.
 

Pemangkasan

Pemangkasan (pruning) dalam silvikultur adalah pemotongan cabang terendah dari suatu pohon yang tidak produktif (dalam hal fotosintesis) dan mencegah perkembangan mata kayu. Kayu yang terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Umumnya cabang dengan daun yang tidak menerima cahaya matahari dalam waktu lama akan runtuh dengan sendirinya, dan angin membantu mempercepat keruntuhan cabang; situasi ini acap disebut pemangkasan alami. Pohon dapat ditanam dengan jarak tertentu sedemikian rupa sehingga ranting terbawah sulit menerima cahaya matahari dan efek keruntuhan cabang secara alami tersebut dapat terjadi sesuai dengan tujuan.


Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Silvikultur

Perhubungan

Sejarah Museum Kereta Api Sawahlunto dan Penampakan Mak Itam, Saksi Kejayaan Ombilin

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 19 Juli 2022


Museum Kereta Api Sawahlunto menjadi museum kereta api kedua setelah Ambarawa dan satu-satunya di Sumatera Barat.

Menelusuri sejarah tambang batu bara Ombilin memang tak bisa lepas dari keberadaan stasiun kereta api Sawahlunto.

Stasiun yang dibangun pada tahun 1912 oleh Pemerintah Kolonial Belanda ini berfungsi sebagai sarana transportasi bagi hasil tambang batu bara Ombilin ke berbagai daerah, termasuk pelabuhan Teluk Bayur.
 

Sejarah Museum Kereta Api Sawahlunto
 

Museum Kereta Api Sawahlunto.
Museum Kereta Api Sawahlunto (heritage.kai.id)
 

Melansir laman sumbarprov.go.id, saat itu pembangunan jalur kereta api, pelabuhan dan tambang batu bara menjadi sebuah proyek yang tak terpisahkan.

Berdasar data Buku peringatan kereta Api Pemerintah dan Train di Hindia Belanda 1875-1925 (Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 1875-1925) dijelaskan bahwa jalur kereta api di Sumatera Barat dibuat secara bertahap secara berkesinambungan dari tahun ke tahun.

Melansir laman heritage.kai.id, pembangunan jalur kereta api di Sumatera Barat dilakukan oleh Perusahaan Kereta Api Negara Sumatra Staats Spoorwegen (SSS).

Pembangunannya dimulai dari Teluk Bayur-Padang Panjang-Bukittinggi, Padang Panjang-Sawahlunto dan sudah mencapai Muara Kalaban pada tahun 1892.

Pembangunan dilanjutkan ke arah utara untuk menjangkau lokasi pertambangan.

Jalur ini melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai Lunto.

Hingga akhirnya stasiun Sawahlunto diresmikan pada 1 Januari 1894.

Stasiun Sawahlunto aktif mengangkut hasil tambang batu bara di daerah tersebut, namun kondisi berubah pada tahun 2000 saat hasil tambang mulai berkurang.

Hal ini sangat berdampak pada operasional dan aktivitas perjalanan di Stasiun Sawahlunto.

Pada akhirnya PT KAI dan Pemerintah Kota Sawahlunto bekerjasama melestarikan stasiun ini dengan mengubahnya menjadi museum.

Museum Kereta Api Sawahlunto diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 17 Desember 2005.

Selain mempertahankan fasadnya, museum ini juga menyediakan ruang pameran, ruang pertemuan, dan spot berfoto untuk para pengunjung.
 

Penampakan Mak Itam
 

Lokomotif berjuluk Mak Item di Museum Kereta Api Sawahlunto.
Lokomotif berjuluk Mak Itam di Museum Kereta Api Sawahlunto (heritage.kai.id)
 

Penampakan lokomotif uap bergigi E1060 yang memiliki sebutan “Mak Itam” menjadi salah satu koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto.

Keberadaan Mak Itam tak lepas dari sejarah panjang tambang batu bara Ombilin dan menjadi saksi masa kejayaannya.

Menjadi spesial, lokomotif berwarna hitam ini memiliki gigi yang digunakan untuk menghadapi rute menanjak antara Sawahlunto-Teluk Bayur.

Mak Itam juga memiliki kekuatan mumpuni untuk menarik 40 gerbong batu bara dengan kapasitas 130 ton dalam sekali perjalanan.

Setelah pensiun pada tahun 1988, Mak Itam sempat tinggal di Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah setelah digantikan oleh lokomotif bertenaga diesel.

Namun pada tahun 2007, Mak itam kembali ke Sawahlunto setelah museum ini berdiri.

Sementara melansir Kompas.com (28/12/2013), lokomotif uap E1060 ini pernah difungsikan sebagai kereta wisata Sawahlunto-Muara Kalaban.

Namun setelah beberapa kali mogok, Mak Itam akhirnya diistirahatkan dan tetap mendapat perawatan berkala, begitu juga dengan gerbong kayunya.

Walau begitu, pada tahun 2012 Mak Itam kembali digunakan untuk mengangkut peserta gelaran Tour de Singkarak di Etape pertama yang berlangsung di Sawahlunto.

Sekarang, Mak Itam masih nampak dan dapat ditemui di salah satu sudut museum ini.
 

Jam Buka dan Tiket Masuk Museum Kereta Api Sawahlunto

Museum Kereta Api Sawahlunto beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pasar, Kec. Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Museum yang dikelola Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat ini buka hari Senin-Jumat mulai pukul 08.00-16.00 WIB.

Sementara pada hari Sabtu dan Minggu museum ini buka dari pukul 08.00-17.00 WIB.

Tiket masuk Museum Kereta Api Sawahlunto juga cukup murah yaitu Rp3.000 untuk dewasa serta Rp2.000 untuk pelajar dan anak-anak.


Sumber Artikel: regional.kompas.com

Selengkapnya
Sejarah Museum Kereta Api Sawahlunto dan Penampakan Mak Itam, Saksi Kejayaan Ombilin

Perhubungan

Jembatan Cikubang, Jembatan Kereta Api Terpanjang di Jawa yang Menawarkan Pemandangan Indah

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 19 Juli 2022


Jembatan Cikubang adalah jembatan kereta api terpanjang di Pulau Jawa.

Jembatan ini akan dilewati jika Anda menggunakan kereta rute Bandung-Jakarta, yaitu antara stasiun Sasaksaat dan Cilame.

Pemandangan saat melintas di atas jembatan ini sangat memesona terutama di pagi dan sore hari.

Tak heran jika Jembatan Cikubang juga disebut menjadi salah satu jalur kereta api dengan pemandangan terindah.
 

Sejarah Jembatan Cikubang
 

Keindahan Jembatan Cikubang di pagi hari.
Keindahan Jembatan Cikubang di pagi hari (Shutterstock/Stephen Owen Hizkia)
 

Melansir laman heritage.kai.id, Jembatan Cikubang dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS).

Sebelumnya pada 27 Desember 1902, perusahaan kereta api tersebut telah lebih dulu meresmikan jalur kereta api Karawang-Purwakarta.

Kemudian dua tahun berikutnya dimulailah pembangunan jalur Purwakarta-Padalarang sepanjang 56 kilometer.

Jalur ini banyak melewati lereng gunung sehingga SS memutuskan untuk membangun delapan jembatan.

Tiga jembatan dibangun cukup panjang, berturut-turut adalah Cikubang, Cibisoro, dan Cisomang.

Jembatan ini selesai dibuat pada 2 Mei 1906 dan masih aktif hingga saat ini di bawah Daerah Operasi II Bandung.

Kereta api jarak jauh yang melayani rute Jakarta-Bandung dan Jakarta-Purwokerto melalui Bandung biasa melintas di Jembatan Cikubang ini.
 

Profil Jembatan Cikubang
 

Jembatan Cikubang.
Jembatan Cikubang (Shutterstock/Stephen Owen Hizkia)
 

Jembatan Cikubang berada di Kampung Babakan Rongga, Cipatat yang juga hanya berjarak 200 meter dari kilometer 109 ruas Tol Cipularang.

Jembatan ini membentang di atas Sungai Cikubang, yang mungkin menjadi alasan penamaan jembatan ini.

Jembatan Cikubang memiliki panjang 300 meter yang menjadikannya jembatan kereta api terpanjang di Jawa.

Selain itu jembatan ini juga membentang di ketinggian 80 meter dengan ditopang dengan struktur 11 pilar baja.

Djawatan Kereta Api (cikal bakal PT KAI) pernah melakukan penguatan struktur jembatan Jembatan Cikubang yang awalnya memiliki kekuatan untuk muatan terbagi rata 5,55 t/m (Rencana Muatan 1911), kemudian ditingkatkan menjadi 8,75 t/m (Rencana Muatan 1921).

Melansir laman indonesia.go.id, tiap pilar baja jembatan berkode BH 513 memiliki berat hingga 122 ton.

Yang tak banyak orang tahu, pada setiap pilar jembatan dilengkapi tangga kontrol yang kerap digunakan petugas kereta untuk mengecek kondisi rel jembatan.

Selain itu terdapat pula 16 dek darurat di masing-masing sisi jembatan.


Sumber Artikel: bandung.kompas.com

Selengkapnya
Jembatan Cikubang, Jembatan Kereta Api Terpanjang di Jawa yang Menawarkan Pemandangan Indah

Geodesi dan Geomatika

Ahli Vulkanologi ITB Jelaskan Penyebab Erupsi Gunung Semeru

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021). 

Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru erupsi pada Sabtu sore, (4/12/2021) sekitar pukul 14:50 WIB. Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati akan tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik. Menurut Dr. Mirzam, saat terjadi erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, akan tetapi tetap terekam oleh seismograf. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

*Detik-detik erupsi Gunung Semeru. Sumber: Twitter BNPB

Dia menjelaskan, kenapa Gunung Semeru bisa meletus. Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” jelasnya.

Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.

Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan. “Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” ujarnya.

*Arah erupsi Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman

Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru. Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak gunung semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.

*Foto satelit puncak Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman.

Bahaya Erupsi Gunung Meletus

Dr. Mirzam mengatakan, bahaya dari gunung api secara umum ada dua, yaitu primer dan sekunder. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus. Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. “Dua-duanya sama-sama berbahaya,” ujarnya.

Sumber Artikel : itb.ac.id/news

Selengkapnya
Ahli Vulkanologi ITB Jelaskan Penyebab Erupsi Gunung Semeru

Geodesi dan Geomatika

Gunung Berapi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Gunung berapi atau gunung api atau vulkan secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi di Bumi terbentuk dikarenakan keraknya terpecah menjadi 17 lempeng tektonik utama yang kaku dan mengambang di atas lapisan mantel yang lebih panas dan lunak. Oleh karena itu, gunung berapi di Bumi sering ditemukan di batas divergen dan konvergen dari lempeng tektonik. Gunung berapi biasanya tidak terbentuk di wilayah dua lempeng tektonik bergeser satu sama lain.

Bahaya dari debu vulkanik adalah terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu tersebut dapat merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu dikarenakan asap dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, tetapi material tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi sehingga memanaskan stratosfer.

Lebih lanjut, istilah "gunung api" juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur). Gunung api es biasa terjadi di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin bersalju.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek dengan lempeng-lempeng tetangganya.

Gunung berapi dapat dijumpai dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah fase menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Namun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu yang sangat lama, lebih dari ribuan tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali.

Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lava, dimana lava ini dapat berubah menjadi lahar setelah mengalir dan bercampur dengan material-material di permukaan bumi. Selain dari aliran lava, kehancuran yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.

Ilmu yang mempelajari gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu ini mempelajari letusan gunung berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan letusan yang bisa terjadi dari suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan gunung berapi dapat ditekan.

Wilayah pembentukan

Gunung berapi di Bumi terbentuk dari aktivitas lempeng tektonik di kerak yang saling bergesekan dan menekan satu sama lain. Oleh karenanya gunung berapi banyak ditemukan dekat dengan perbatasan lempeng tektonik. Secara geologis, Wilayah dimana gunung berapi terbentuk dibagi tiga, yaitu:

Batas divergen antar lempeng

Apabila kedua lempeng tektonik bergerak saling menjauhi satu sama lain, maka kerak samudra yang baru akan terbentuk dari keluarnya magma ke permukaan dasar laut. Wilayah antara kedua lempeng yang saling menjauh ini dinamakan dengan batas divergen. Aktivitas ini lalu akan memunculkan Punggung tengah samudra yang terbentuk dari pendinginan magma yang muncul ke permukaan. Gunung berapi yang terbentuk dari aktivitas ini berada di bawah laut, yang ditandai dengan fenomena Ventilasi hidrotermal. Apabila punggung tengah samudra ini mencuat sampai ke permukaan laut, maka kepulauan vulkanik akan terbentuk, contohnya adalah Islandia.

Batas konvergen antar lempeng

Berbeda dengan batas divergen yang tercipta dari pergerakan kedua lempeng tektonik yang saling menjauh, Batas konvergen antar lempeng merupakan wilayah dimana dua lempeng atau lebih bertemu lalu saling menekan dan mengalami subduksi sehingga tepian di satu lempeng menindih tepian yang lain. Penindihan lempeng ini ditandai dengan terbentuknya bentang alam berupa palung di dasar laut. Fenomena ini menimbulkan melelehnya material yang terdapat di mantel bumi, sehingga material tersebut menjadi magma dan naik ke permukaan kerak yang tipis. Gunung berapi di wilayah ini terbentuk dari pertemuan antara kedua lempeng kerak samudra atau antara lempeng kerak samudra dan benua. Pertemuan antara kedua lempeng kerak benua biasanya tidak memicu pembentukan gunung berapi dikarenakan kerak benua memiliki ketebalan yang tidak dapat ditembus oleh magma di bawah permukaan. Contoh dari gunung berapi ini adalah jajaran gunung berapi di Cincin Api Pasifik, atau Gunung Etna di Italia.

Titik panas

Titik panas merupakan suatu wilayah vulkanik dimana magma naik ke permukaan dikarenakan adanya celah di kerak bumi yang memungkinkan pergerakan tersebut. Titik panas dapat ditemukan jauh dari batas antar kedua lempeng tektonik. Pergerakan ini memunculkan gunung berapi yang memiliki ciri letusan efusif yang lemah dimana lava muncul ke permukaan secara halus. Dikarenakan lempeng tektonik terus bergerak secara perlahan, wilayah titik panas dapat membentuk gunung berapi yang berbeda-beda sesuai dengan jalur pergerakan suatu lempeng. Kepulauan Hawaii merupakan kepulauan yang terbentuk dari aktivitas vulkanik di titik panas di Samudra Pasifik.

Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya

Perisai

Tersusun dari batuan aliran lava yang dengan kekentalan rendah yang membeku, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Gunung seperti ini umumnya hanya mengalami erupsi efusif yang relatif lemah. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan HawaiIslandia, dan Afrika Timur.

Stratovulkan

Potongan melintang sebuah stratovulkan (tidak sesuai skala)

  1. Dapur magma
  2. Batuan dasar
  3. Pipa kawah
  4. Dasar gunung
  5. Sill
  6. Dike
  7. Lapisan debu vulkanik
  8. Flank
  9. Lapisan lava yang dimuntahkan oleh gunung berapi
  10. Kepundan
  11. Kerucut parasit
  12. Aliran lava
  13. Vent
  14. Kawah
  15. Awan debu

Tersusun dari tefra dan lava hasil erupsi dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan. Lapisan lava tersebut kemudian terakumulasi hingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa) yang terkadang memiliki bentuk tidak beraturan. Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Fuji di JepangGunung Mayon di FilipinaGunung Vesuvius, dan Gunung Stromboli di Italia merupakan contoh dari gunung berapi jenis ini.

Lava yang berasal dari stratovulkan umumnya mengandung lebih banyak gas dan silikadaripada lava yang dihasilkan oleh gunung berapi tipe perisai. Kombinasi ini menyebabkan lava dari stratovulkan menjadi lebih kental dan menghasilkan lebih banyak abu vulkanik. Gunung berapi tipe stratovulkan juga memiliki lereng yang cukup curam, contohnya Gunung Popocatépetl yang lerengnya memiliki gradien rata-rata sekitar 14,04° (25%) dan gradien maksimum sebesar 32,21° (63%).

Kerucut bara (Cinder cone)

Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.

Kaldera

Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat di masa lalu yang melempar bagian atas dan tepi gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini, dimana kaldera tengger yang ada pada saat ini merupakan hasil letusan besar di masa lalu.

Maar

Maar merupakan gunung berapi dengan ketinggian rendah dan diameter kepundan yang lebar, dimana gunung berapi ini terbentuk dari letusan freatomagmatik yang disebabkan oleh tercampurnya magma dengan air di bawah tanah. Saat tidak aktif, maar biasanya terisi oleh air sehingga tampak seperti sebuah danau biasa.

Klasifikasi gunung berapi berdasarkan aktivitas vulkanik

Gunung-gunung berapi memiliki perbedaan pada tingkat aktivitasnya. Beberapa gunung berapi dapat meletus beberapa kali dalam setahun, tetapi ada pula yang hanya meletus tiap puluhan ribu tahun sekali. Gunung berapi dapat diklasifikasikan secara informal sebagai aktiftidur, atau mati, meskipun batasan dari klasifikasi ini tidak begitu jelas.

Aktif

Erupsi Gunung Rinjani pada tahun 1994

Tidak ada konsensus yang mampu mendefinisikan kapan gunung berapi dikatakan "aktif". Umur dari sebuah gunung berapi bervariasi, mulai dari beberapa minggu hingga jutaan tahun. Umur yang panjang ini terkadang jauh melampaui umur manusia atau bahkan peradaban di Bumi. Contohnya, sebuah gunung berapi telah meletus puluhan kali dalam beberapa ribu tahun terakhir, meskipun gunung tersebut saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik. Kondisi ini merupakan contoh gunung yang sebenarnya aktif, tetapi tampak mati bagi manusia yang berumur jauh lebih pendek dibandingkan gunung tersebut.

Ilmuan biasanya menganggap sebuah gunung berapi mengalami erupsi atau akan mengalami erupsi berdasarkan beberapa faktor seperti aktivitas kegempaan, emisi gas dari gunung, dan sebagainya. Sebagian besar ilmuwan menganggap gunung berapi "aktif" apabila gunung tersebut pernah mengalami erupsi dalam kurun waktu 10.000 tahun (masa holosen)—kriteria yang sama juga digunakan oleh Program Global Volcanism Smithsonian. Hingga September 2020, program tersebut mencatat 1420 gunung berapi aktif yang pernah mengalami erupsi pada masa Holosen. Sebagian besar gunung berapi tersebut terletak di Cincin Api Pasifik dan lebih dari 500 juta orang tinggal di dekat gunung berapi.

Dasar lain yang digunakan dalam menentukan apakah gunung berapi aktif atau tidak adalah menggunakan catatan sejarah. Dasar ini sebenarnya menimbulkan masalah baru karena catatan sejarah pada setiap daerah di dunia berbeda-beda. Di Tiongkok dan daerah Mediterania, catatan sejarah mencatat peristiwa yang terjadi hingga 3000 tahun yang lalu, tetapi catatan sejarah di barat laut Amerika Serikat dan Kanada hanya mencatat peristiwa yang terjadi kurang dari 300 tahun yang lalu. Sejarah di Hawaii dan Selandia Baru bahkan hanya mencatat peristiwa yang terjadi sekitar 200 tahun yang lalu. Meskipun demikian, Catalogue of the Active Volcanoes of the World yang diterbikan per bagian oleh Asosiasi Vulkanologi Internasional antara tahun 1951 dan 1975 menggunakan dasar ini untuk menyematkan status aktif pada 500 gunung berapi di dunia.

Hingga tahun 2021, berikut adalah lima dari gunung berapi paling aktif di Indonesia:

Tidur

Gunung berapi tidur adalah gunung berapi yang tidak pernah tercatat mengalami erupsi, tetapi bisa mengalami erupsi lagi di masa mendatang. Gunung berapi dapat tetap bertahan pada status ini dalam waktu yang lama, seperti Yellowstone yang telah berada pada masa istirahat sejak 70.000 tahun yang lalu. Contoh lainnya adalah Gunung Sinabung yang telah beristirahat setidaknya selama 1200 tahun hingga akhirnya kembali menunjukkan aktivitas vulkanik pada tahun 2010.

Mati

Gunung Fourpeaked di Alaska yang erupsi pada September 2006 setelah disangka sebagai gunung mati

Gunung berapi mati atau padam adalah gunung berapi yang tidak pernah tercatat mengalami erupsi dan kemungkinan tidak akan mengalami erupsi karena tidak lagi memiliki suplai magma. Contoh dari gunung berapi mati adalah, Gunung Hohentwiel di Jerman, Gunung Shiprock di New Mexico, dan Gunung Zuidwal di Belanda. Istilah gunung mati sebenarnya masih diperdebatkan karena umur gunung jauh lebih panjang daripada umur manusia yang mengamatinya. Beberapa gunung bahkan mengalami erupsi setelah dinyatakan sebagai gunung mati, seperti Gunung Fourpeaked di Alaska yang meletus pada tahun 2006 tanpa adanya catatan aktivitas vulkanik selama masa holosen.

Klasifikasi gunung berapi berdasarkan frekuensi letusan di Indonesia

Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.

  • Gunung api Tipe A: tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
  • Gunung api Tipe B: sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
  • Gunung api Tipe C: sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, tetapi masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Skema peringatan gunung berapi di Indonesia

Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan Geologi Kementerian ESDM

StatusMaknaTindakanAWAS

  • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
  • Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
  • Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
  • Koordinasi dilakukan secara harian
  • Piket penuh

SIAGA

  • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
  • Peningkatan intensif kegiatan seismik
  • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
  • Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
  • Sosialisasi di wilayah terancam
  • Penyiapan sarana darurat
  • Koordinasi harian
  • Piket penuh

WASPADA

  • Ada aktivitas apa pun bentuknya
  • Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
  • Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
  • Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
  • Penyuluhan/sosialisasi
  • Penilaian bahaya
  • Pengecekan sarana
  • Pelaksanaan piket terbatas

NORMAL

  • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
  • Level aktivitas dasar
  • Pengamatan rutin
  • Survei dan penyelidikan

Jenis erupsi

Secara umum, erupsi gunung berapi dibagi menjadi erupsi magmatik, freatomagmatik, dan freatik.

Erupsi magmatik

Erupsi magmatik disebabkan oleh pelepasan gas akibat peristiwa dekompresi. Magma dengan kekentalan rendah dan sedikit kandungan gas akan menghasilkan erupsi yang relatif lemah. Sebaliknya, magma kental yang memiliki kandungan gas dalam jumlah yang besar dapat menghasilkan erupsi yang kuat. Jenis erupsi berikut merupakan erupsi yang namanya berasal dari peristiwa sejarah:

  • Erupsi Hawaiian adalah erupsi gunung berapi yang memuntahkan lava mafik dengan kandungan gas yang relatif sedikit. Erupsi ini hanya menghasilkan aliran lava cair, tetapi hanya sedikit mengeluarkan tefra. Jenis erupsi ini dapat membentuk gunung berapi landai dengan diameter lebar seperti Gunung Mauna Loa. Nama erupsi ini berasal dari nama gunung-gunung berapi di Hawaii.
  • Erupsi Strombolian memuntahkan magma dengan kekentalan dan kandungan gas yang lebih tinggi daripada erupsi Hawaiian. Erupsi ini memiliki berupa letusan-letusan kecil yang terjadi tiap beberapa menit. Nama erupsi ini berasal dari Stromboli, nama pulau dan gunung berapi di Italia.
  • Erupsi Vulkanian melepaskan magma dengan kekentalan yang lebih tinggi. Nama erupsi ini berasal dari Vulcano, sebuah pulau gunung berapi kecil di daerah Mediterania.
  • Erupsi Peléan ditandai dengan aliran piroklastik dari sisi puncak gunung berapi yang runtuh akibat tekanan tinggi atau gempa bumi. Nama erupsi ini berasal dari nama Gunung Pelée.
  • Erupsi Plinian merupakan erupsi kuat yang melontarkan tefra dalam jumlah yang besar. Erupsi ini juga dapat melontarkan sebagian besar kerucut gunung dan menyebabkan terbentuknya aliran piroklastik. Nama ini berasal dari nama Plinius Muda yang mencatat erupsi Gunung Vesuvius pada tahun 79 M.
  • Erupsi Krakatoan merupakan erupsi dahsyat yang mampu melontarkan nyaris keseluruhan kerucut gunung. Nama erupsi ini berasal dari nama Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda.

Intensitas erupsi gunung berapi diukur menggunakan Volcanic Explosivity Index (VEI) yang memiliki rentang skala 0 untuk erupsi Hawaiian, hingga skala 8 untuk erupsi megakolosal.

Erupsi freatomagmatik

Erupsi freatomagmatik diawali dengan interaksi antara magma dengan air tanah. Akibat adanya perbedaan temperatur yang signifikan, terjadi kenaikan tekanan dalam waktu singkat yang berujung pada ledakan. Ledakan tersebut melontarkan uap air dan pecahan piroklastik ke udara. Tidak seperti erupsi freatik, erupsi freatomagmatik juga melontarkan partikel juvenil.

Erupsi freatik

Sama seperti erupsi freatiomagmatik, erupsi freatik disebabkan oleh kontak antara air tanah dengan batuan panas atau magma. Ledakan kemudian terjadi akibat adanya peningkatan temperatur air dalam waktu yang singkat. Erupsi ini hanya melontarkan uap dan bagian dari dinding kawah.

Material erupsi

Material yang dilepaskan oleh gunung berapi saat erupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

  1. Gas vulkanik, campuran dari uap airkarbon dioksida, dan belerang (dapat berupa sulfur dioksida, SO2, atau hidrogen sulfida, H2S, tergantung temperatur saat letusan)
  2. Lava, magma yang mencapai permukaan Bumi
  3. Tefra, material padat dengan berbagai bentuk dan ukuran yang dilontarkan ke udara

Gas vulkanik

Konsentrasi gas vulkanik dari erupsi satu gunung bisa berbeda dari gunung lainnya. Gas vulkanik dapat berupa hidrogen sulfida, sulfur dioksida, hidrogen klorida, dan hidrogen fluorida. Gas lain berupa hidrogennitrogen, dan karbon monoksida juga termasuk gas vulkanik yang dierupsikan gunung berapi.

Aliran lava

Bentuk dan tipe erupsi gunung berapi bergantung pada komposisi lava yang dierupsikannya. Karakteristik paling penting dari magma adalah kekentalandan jumlah gas yang terlarut di dalamnya. Kedua karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan silika pada magma. Magma yang mengandung banyak silika cenderung lebih kental dan mengandung lebih banyak gas daripada magma yang mengandung lebih sedikit kandungan silikanya.

Tefra

Tefra terbentuk ketika magma yang meletus akibat gas panas yang mengembang dalam waktu yang cepat. Ledakan kuat ini menghasilkan partikel material yang beterbangan dari gunung berapi. Partikel padat dengan diameter kurang dari 2 mm disebut sebagai abu vulkanik.

Dampak terhadap manusia

Erupsi gunung berapi memberikan bahaya besar bagi peradaban manusia. Meskipun demikian, aktivitas vulkanik juga memberikan manfaat.

Dampak buruk

Terdapat beberapa peristiwa yang merupakan akibat dari erupsi gunung berapi, seperti aliran piroklastiklahar, dan emisi karbon dioksida. Aktivitas vulkanik juga menyebabkan beberapa peristiwa lain seperti gempa bumi, fumarolkolam lumpur, dan geiser. Beberapa peristiwa tersebut sering kali memberikan dampak buruk secara langsung bagi aktivitas manusia.

Gas vulkanik dapat mencapai lapisan stratosfer sehingga dapat membentuk aerosol asam sulfat yang mampu menghamburkan radiasi dari Matahari dan menurunkan temperatur di permukaan Bumi. Hal seperti ini kemungkinan pernah terjadi pada Gunung Huaynaputina sekitar tahun 1600, ketika gas vulkanik di atmosfer menyebabkan terjadinya bencana kelaparan Rusia antara tahun 1601-1603.  Reaksi kimia yang terjadi pada aerosol sulfat di stratosfer juga dapat merusak lapisan ozon. Zat asam seperti hidrogen klorida (HCl) dan hidrogen fluorida (HF) dapat jatuh ke permukaan Bumi sebagai hujan asam. Erupsi eksplosif gunung berapi juga dapat melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida.

Abu vulkanik yang dilontarkan ke udara dapat membahayakan pesawat, terutama pesawat jet. Partikel yang masuk ke dalam mesin jet dapat meleleh akibat temperatur tinggi dan turbin mesin. Selain itu, abu vulkanik dengan kecepatan tinggi dapat merusak bagian luar pesawat, instrumen navigasi, dan sistem komunikasi. Gangguan-gangguan seperti dapat menyebabkan terganggunya penerbangan akibat penundaan dan pengalihan rute penerbangan.

Musim dingin vulkanik diduga sempat terjadi 70.000 tahun yang lalu ketika terjadinya erupsi dahsyat Gunung Toba di Pulau Sumatra. Peristiwa ini mungkin telah menyebabkan terjadinya leher botol populasi yang memengaruhi genetika manusia zaman sekarang. Pada tahun 1815, erupsi Gunung Tambora menyebabkan anomali iklim global yang dikenal sebagai "Year Without a Summer". Erupsi besar gunung berapi juga kemungkinan telah menyebabkan setidaknya satu peristiwa kepunahan masal.

Dampak baik

Meskipun erupsi gunung berapi dianggap sebagai bencana yang membahayakan manusia, aktivitas vulkanik di masa lalu dapat mendukung perkembangan sumber daya di sekitarnya. Abu vulkanik yang dilepaskan oleh gunung berapi mengandung zat nutrisi yang dapat menyuburkan tanah. Aktivitas vulkanik juga disertai dengan aliran panas dari dalam Bumi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Sumber : Wikipedia

Selengkapnya
Gunung Berapi

Geodesi dan Geomatika

Vulkanologi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 18 Juli 2022


Vulkanologi merupakan bidang keilmuan yang mempelajari tentang tentang gunung berapi. Namanya diperoleh dari bahasa Inggris volcanology yang berarti ilmu gunung berapi. Kata vulkano merupakan kata serapan dari bahasa Belanda vulkaan atau dari bahasa Latin vulcano. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi. Vulkanologi mempelajari semua fenomena dari aktivitas gunung berapi seperti lava dan magma, serta fenomena geologi yang berhubungan dengan gunung api. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini.

Objek kajian

Gunung berapi

Gunung berapi adalah gunung yang mempunyai lubang berbentuk kepundan yang menjadi tempat keluarnya cairan magma, gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Gunung berapi awalnya merupakan rekahan dalam kerak bumi. Gunung berapi yang menghasilkan erupsi ke permukaan bumi umumnya berbentuk kerucut terpancung. Bentuk-bentuk dan mekanisme kerja dari gunung api dipelajari dalam vulkanologi dan geosains. Bidang ilmu yang mendukungnya adalah geologi, geofisika, geokimia dan penginderaan jauh.

Erupsi

Erupsi adalah proses keluarnya isi dari perut bumi menuju ke permukaan bumi. Penyebabnya adalah letusan gunung berapi. Benda-benda yang dikeluarkan sebagian besar berupa pecahan batuan, gas dan abu. Erupsi gunung api termasuk dalam proses vulkanisme. Erupsi terjadi akibat adanya tenaga endogen yang disebabkan adanya tekanan gas yang kuat di dalam bumi. Tekanan ini mendorong magma naik secara perlahan-lahan. Magma menumpuk pada suhu 1.200oC akibat pelelehan batuan. Lapisan batuan yang padat menambah tekanan magma sehingga magma keluar dari lapisan batuan yang lebih mudah meleleh. Erupsi ini terjadi dalam bentuk ledakan dan semburan yang sangat kuat.

Pengkaji

Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk seperti abu, atau batu apungbatuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya.

Pemanfaatan ilmu

Para vulkanolog memanfatkan vulkanologi sebagai mitigasi bencana gunung api. Caranya adalah dengan selalu menghitung atau memperkirakan kapan gunung api akan meletus. Bagian dalam gunung api dibor untuk memodelkan bentuk gunung api dan menggambarkan peta isi gunung api. Metode geofisika dipakai untuk membuat peta agar dapat memprediksi bagaimana cara gunung api akan meletus. Vulkanolog juga memanfaatkan satelit untuk mempelajari gunung api dari luar angkasa dengan tujuan yang sama.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Vulkanologi
« First Previous page 699 of 773 Next Last »