Manajemen Inventaris dan Gudang

Penerapan Warehouse Management System di PT Uniplastindo: Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Akurasi Persediaan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen pergudangan yang efisien menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan daya saing perusahaan, terutama dalam industri manufaktur. Paper berjudul Penerapan Warehouse Management System pada PT Uniplastindo Interbuana Bali oleh I Gusti Ayu Putu Arika Putri dan I Nyoman Nurcaya menyoroti dampak penerapan Warehouse Management System (WMS) terhadap efisiensi biaya material handling dan akurasi pencatatan persediaan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode simulasi penerapan WMS untuk membandingkan efisiensi sebelum dan sesudah implementasi sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan WMS mampu mengurangi kesalahan pencatatan stok, mempercepat proses penerimaan dan pengiriman barang, serta menurunkan biaya material handling.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif dengan studi kasus di PT Uniplastindo Interbuana Bali, sebuah perusahaan manufaktur kemasan plastik. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan simulasi penerapan WMS pada sistem pergudangan perusahaan.

Data dikumpulkan sebelum dan sesudah simulasi untuk mengukur perubahan dalam:

  1. Efisiensi biaya material handling
  2. Akurasi pencatatan stok
  3. Kecepatan proses penerimaan dan pengiriman barang

Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui sejauh mana WMS mampu meningkatkan efisiensi operasional gudang.

Hasil Penelitian & Dampak Penerapan WMS

Studi ini menemukan bahwa implementasi WMS membawa dampak positif signifikan dalam operasional gudang. Beberapa temuan utama meliputi:

  1. Peningkatan Efisiensi Biaya Material Handling
    • Sebelum penerapan WMS, biaya material handling mencapai Rp 739.333.
    • Setelah implementasi WMS, biaya tersebut turun menjadi Rp 727.347, menunjukkan efisiensi biaya sebesar Rp 11.986.
    • Efisiensi ini dihasilkan dari peningkatan akurasi lokasi penyimpanan bahan baku, sehingga waktu pencarian barang lebih cepat.
  2. Percepatan Waktu Pengiriman dan Penerimaan Barang
    • Sebelum WMS, total waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman dan penerimaan material adalah 6 jam 18 menit.
    • Setelah WMS diterapkan, waktu tersebut turun menjadi 5 jam 23 menit, mempercepat proses operasional gudang hingga 15% lebih efisien.
  3. Pengurangan Kesalahan Pencatatan Stok
    • Sebelum WMS, pencatatan stok dilakukan secara manual dengan Ms. Excel, menyebabkan banyaknya kesalahan input data.
    • Dengan WMS, pencatatan menjadi otomatis dan berbasis database, meningkatkan akurasi data hingga 95%.
  4. Optimalisasi Tata Letak Gudang
    • Sebelum WMS, operator gudang kesulitan menemukan material karena penempatan barang yang tidak sistematis.
    • Dengan penerapan sistem lokasi penyimpanan berbasis WMS, operator dapat menemukan barang lebih cepat, menghemat waktu pencarian hingga 25%.

Studi Kasus: Implementasi WMS di PT Uniplastindo

Penelitian ini membandingkan kondisi gudang sebelum dan sesudah penerapan WMS:

  1. Sebelum Implementasi WMS
    • Pencatatan stok dilakukan secara manual, sering terjadi ketidaksesuaian data.
    • Proses penerimaan dan pengiriman material memakan waktu lebih lama.
    • Kesalahan dalam pengambilan stok menyebabkan keterlambatan produksi.
    • Biaya material handling lebih tinggi karena waktu yang terbuang untuk mencari barang.
  2. Setelah Implementasi WMS
    • Data stok diperbarui secara real-time, mengurangi kesalahan pencatatan hingga 95%.
    • Proses penerimaan dan pengiriman lebih cepat dengan sistem digital.
    • Pengambilan stok menjadi lebih akurat, mengurangi keterlambatan produksi.
    • Biaya material handling berkurang, meningkatkan efisiensi keuangan perusahaan.

Dengan perubahan ini, PT Uniplastindo berhasil meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan operasional yang lebih optimal.

Tantangan dalam Implementasi WMS

Meskipun membawa banyak manfaat, penelitian ini juga menemukan beberapa tantangan dalam penerapan WMS:

  1. Biaya Implementasi Sistem
    • Pengadaan software WMS membutuhkan investasi awal sebesar Rp 500.000 untuk versi sederhana berbasis Microsoft Access.
    • Jika perusahaan ingin sistem yang lebih kompleks, biaya implementasi bisa lebih tinggi.
  2. Adaptasi Karyawan terhadap Teknologi Baru
    • Karyawan yang terbiasa dengan pencatatan manual membutuhkan pelatihan intensif untuk menggunakan sistem baru.
    • Proses transisi ke sistem digital memerlukan waktu untuk membiasakan pekerja dengan prosedur baru.
  3. Integrasi dengan Sistem Lama
    • Sebelum WMS, data disimpan dalam Excel tanpa integrasi dengan sistem lain.
    • Migrasi data dari sistem lama ke WMS membutuhkan waktu dan tenaga kerja ekstra.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Warehouse Management System (WMS) membawa dampak positif yang signifikan dalam efisiensi pergudangan. Dengan penerapan sistem ini, PT Uniplastindo berhasil:

  • Mengurangi biaya material handling hingga Rp 11.986
  • Mempercepat proses penerimaan dan pengiriman barang hingga 15%
  • Meningkatkan akurasi pencatatan stok hingga 95%

Meskipun ada tantangan dalam implementasi, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan lain di sektor manufaktur disarankan untuk mengadopsi WMS guna meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing bisnis.

Sumber Referensi : Putri, I. G. A. P. A., & Nurcaya, I. Penerapan Warehouse Management System pada PT Uniplastindo Interbuana Bali. E-Jurnal Manajemen, Vol. 8, No. 12, 2019, pp. 7216-7238.

 

Selengkapnya
Penerapan Warehouse Management System di PT Uniplastindo: Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Akurasi Persediaan

Manajemen Inventaris dan Gudang

Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi: Studi Kasus Atlas Copco Secoroc AB

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen inventaris merupakan aspek krusial dalam rantai pasok yang memengaruhi biaya operasional, kepuasan pelanggan, dan daya saing perusahaan. Dalam organisasi terdesentralisasi, tantangan utama adalah sub-optimalisasi inventaris, di mana setiap unit bisnis beroperasi secara independen tanpa koordinasi yang memadai. Studi ini mengeksplorasi bagaimana perusahaan Atlas Copco Secoroc AB (ACS) mengatasi tantangan tersebut melalui mekanisme koordinasi berbasis literatur dan praktik empiris.

Tantangan Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi

Organisasi besar dengan banyak cabang menghadapi masalah fragmentasi manajemen stok, di mana setiap unit mengelola inventarisnya sendiri tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap organisasi secara keseluruhan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi ACS antara lain:

  • Persediaan berlebih: ACS mengalami overstock hingga 100 juta SEK akibat kurangnya koordinasi antara pusat dan cabang.
  • Kurangnya transparansi data: Minimnya pertukaran informasi menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang optimal.
  • Insentif yang salah: Beberapa unit lebih berfokus pada penjualan tanpa mempertimbangkan efisiensi inventaris.

Mekanisme Koordinasi yang Diterapkan ACS

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ACS menerapkan beberapa mekanisme koordinasi yang telah terbukti dalam literatur dan studi empiris, antara lain:

1. Sentralisasi Terbatas

ACS menerapkan sentralisasi sebagian untuk mengelola inventaris di gudang pusat, sementara inventaris di cabang tetap dikelola secara terdesentralisasi. Strategi ini memungkinkan:

  • Stabilitas permintaan di gudang pusat.
  • Efisiensi pengelolaan stok di cabang dengan fleksibilitas yang lebih tinggi.

2. Transparansi Informasi melalui IT

ACS mengadopsi sistem Supply Chain Control (SCC) untuk meningkatkan transparansi data inventaris. Manfaat yang diperoleh meliputi:

  • Peningkatan akurasi data stok.
  • Prediksi permintaan yang lebih baik untuk mencegah overstock dan stockout.
  • Koordinasi yang lebih baik antar divisi dalam rantai pasok.

3. Standardisasi dan Formalisasi Prosedur

ACS memperkenalkan standar operasional untuk manajemen inventaris yang mencakup:

  • Dokumentasi prosedur di portal perusahaan.
  • Pelatihan manajemen inventaris bagi karyawan agar lebih memahami pentingnya pengelolaan stok yang efisien.

4. Kontrol Kinerja dengan KPI yang Ketat

ACS menerapkan Turnover in Days (TID) sebagai Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur efektivitas inventaris. Dengan pengukuran ini:

  • Subsidiari dengan performa rendah dapat segera diintervensi.
  • Manajer dapat melakukan perbaikan berbasis data nyata.

5. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan

Kesadaran akan pentingnya manajemen inventaris menjadi faktor kunci dalam keberhasilan strategi koordinasi. ACS mengadakan workshop dan pelatihan berkala agar setiap unit memahami standar dan target perusahaan.

Hasil Implementasi Mekanisme Koordinasi

Hasil dari penerapan strategi ini menunjukkan peningkatan efisiensi yang signifikan:

  • Pengurangan stok usang dan tidak terjual hingga 30%.
  • Peningkatan keterpaduan antara unit bisnis sehingga lebih selaras dengan tujuan perusahaan.
  • Peningkatan kontrol pusat terhadap stok di gudang dan distribusi.

Kesimpulan dan Implikasi

Kasus ACS membuktikan bahwa tantangan sub-optimalisasi dalam organisasi terdesentralisasi dapat diatasi dengan kombinasi strategi yang tepat. Sentralisasi terbatas, transparansi data, standardisasi prosedur, kontrol kinerja, dan pelatihan karyawan merupakan langkah-langkah penting yang dapat diterapkan di perusahaan lain yang mengalami masalah serupa.

Sumber : Posazhennikova, V., & Kravchenkova, M. (2012). Optimization of total finished goods inventory management in decentralized organisation: A Case Study on Atlas Copco Secoroc AB. Jönköping University.

 

Selengkapnya
Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris di Organisasi Terdesentralisasi: Studi Kasus Atlas Copco Secoroc AB

Manajemen Inventaris dan Gudang

Strategi Manajemen Inventaris Tesla: Optimalisasi Rantai Pasok & Efisiensi Operasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Tesla, Inc. dikenal sebagai pionir dalam industri kendaraan listrik berkat inovasi teknologi dan strategi rantai pasok yang canggih. Manajemen inventaris menjadi aspek krusial dalam memastikan kelancaran produksi dan efisiensi biaya operasional. Artikel ini, berdasarkan penelitian oleh Rizki Agung Ramadani, Berliyana Kesuma Hati, dan Zefri Setiawan, membahas tantangan utama dalam pengelolaan inventaris Tesla, termasuk penerapan Just-In-Time (JIT), otomatisasi gudang, serta strategi keberlanjutan dalam rantai pasok.

Tantangan dalam Manajemen Inventaris Tesla

Beberapa kendala utama dalam sistem inventaris Tesla mencakup:

  1. Gangguan Rantai Pasok dan Lead Time
    • Ketergantungan pada pemasok global untuk komponen penting seperti baterai dan semikonduktor membuat Tesla rentan terhadap keterlambatan pengiriman.
    • Contoh nyata: krisis semikonduktor global pada 2020 menyebabkan penundaan produksi kendaraan.
  2. Risiko dari Sistem Just-In-Time (JIT)
    • JIT mengurangi biaya penyimpanan tetapi meningkatkan risiko keterlambatan produksi jika pasokan terganggu.
    • Pandemi COVID-19 menunjukkan kelemahan JIT, di mana Tesla mengalami kendala dalam mempertahankan stok suku cadang.
  3. Ketepatan Perkiraan Permintaan
    • Tesla menggunakan big data dan AI untuk memprediksi permintaan, namun fluktuasi pasar EV sering kali menyebabkan overstocking atau stockout.
    • Kesalahan dalam peramalan dapat mengakibatkan penumpukan stok atau kehilangan peluang penjualan.
  4. Keseimbangan antara Otomatisasi dan Pengawasan Manusia
    • Tesla mengandalkan robotik canggih untuk meningkatkan efisiensi produksi.
    • Namun, kegagalan sistem otomatisasi dapat menyebabkan kesalahan dalam pencatatan stok dan mempengaruhi produksi secara keseluruhan.

Strategi Tesla dalam Mengelola Inventaris

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Tesla menerapkan berbagai strategi, termasuk:

1. Integrasi Vertikal dalam Rantai Pasok

  • Tesla memiliki kontrol langsung atas produksi komponen utama, seperti baterai di Gigafactory, yang mengurangi ketergantungan pada pemasok eksternal.
  • Dampak: Mengurangi biaya dan meningkatkan fleksibilitas produksi.

2. Optimalisasi JIT dan Model Inventaris Hibrida

  • Tesla mulai menerapkan persediaan cadangan strategis (safety stock) untuk mengurangi risiko kehabisan stok akibat gangguan pasokan.
  • Kombinasi JIT dan safety stock memberikan fleksibilitas lebih besar dalam menghadapi ketidakpastian rantai pasok.

3. Penggunaan AI dan Big Data dalam Peramalan Permintaan

  • AI-driven forecasting membantu Tesla dalam memahami pola permintaan dengan lebih akurat.
  • Dengan menggabungkan data historis dan tren pasar, Tesla dapat mengoptimalkan kapasitas produksi dan alokasi sumber daya.

4. Investasi dalam Otomatisasi Gudang dan Produksi

  • Robotic Process Automation (RPA) digunakan dalam penyimpanan dan pengambilan barang untuk mengurangi human error.
  • Sensor IoT di gudang memungkinkan pemantauan inventaris secara real-time, meningkatkan akurasi pencatatan stok.

5. Strategi Keberlanjutan dalam Rantai Pasok

  • Tesla mengadopsi prinsip ekonomi sirkular, seperti daur ulang baterai untuk mengurangi limbah dan ketergantungan pada sumber daya baru.
  • Penggunaan energi terbarukan di Gigafactory membantu menekan jejak karbon dalam rantai pasok.

Studi Kasus: Dampak Implementasi Strategi

Penelitian ini juga membahas dampak implementasi strategi manajemen inventaris Tesla, dengan beberapa hasil utama:

  • Efisiensi Produksi Meningkat → Penerapan JIT dan otomatisasi mempercepat proses manufaktur, mengurangi waktu tunggu hingga 20%.
  • Penurunan Biaya Penyimpanan → Dengan strategi hibrida, Tesla berhasil mengurangi biaya penyimpanan suku cadang sebesar 15% per tahun.
  • Ketahanan Rantai Pasok → Diversifikasi pemasok dan safety stock membantu Tesla mengurangi dampak keterlambatan produksi akibat gangguan global.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, Tesla telah menunjukkan keunggulan dalam manajemen inventaris melalui inovasi teknologi dan integrasi rantai pasok. Namun, masih ada beberapa area yang dapat diperbaiki:

  1. Diversifikasi Pemasok – Mengurangi ketergantungan pada satu pemasok untuk komponen kritis guna menghindari dampak gangguan rantai pasok.
  2. Peningkatan Sistem Prediksi Permintaan – Menggunakan AI yang lebih canggih untuk meningkatkan akurasi peramalan dan mencegah overstocking.
  3. Perluasan Ekonomi Sirkular – Mengembangkan sistem daur ulang komponen lebih lanjut guna mendukung keberlanjutan bisnis dan lingkungan.
  4. Manajemen Risiko yang Lebih Kuat – Menerapkan strategi mitigasi risiko, seperti diversifikasi jalur distribusi dan persediaan cadangan di wilayah strategis.

Dengan langkah-langkah ini, Tesla dapat lebih mengoptimalkan efisiensi rantai pasok, menekan biaya operasional, dan mempertahankan daya saing dalam industri kendaraan listrik.

Sumber Artikel : Ramadani, Rizki Agung, Kesuma Hati, Berliyana, & Setiawan, Zefri. "Warehousing and Inventory Management Analysis: Case Study Tesla Inc." Jurnal Media Akademik, Vol.2, No.9, September 2024.

 

Selengkapnya
Strategi Manajemen Inventaris Tesla: Optimalisasi Rantai Pasok & Efisiensi Operasional

Manajemen Inventaris dan Gudang

Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris: Studi Kasus Aebi Schmidt Nederland B.V.

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen inventaris yang efektif sangat penting bagi perusahaan manufaktur untuk mengontrol biaya dan meningkatkan efisiensi produksi. Studi ini, yang dilakukan oleh Rozan Hopman pada Aebi Schmidt Nederland B.V. (ASNL), mengungkap permasalahan utama dalam pengelolaan inventaris akibat kebijakan kontrol yang tidak jelas, menyebabkan tingginya nilai stok hingga €12 juta—dua kali lipat dari target yang diharapkan (€5–6 juta).

Artikel ini mengkaji bagaimana strategi manajemen inventaris yang lebih baik dapat diterapkan untuk mengurangi nilai stok sambil tetap menjaga kelancaran produksi. Dengan pendekatan berbasis data dan simulasi, penelitian ini memberikan solusi praktis yang dapat diterapkan di industri manufaktur serupa.

Permasalahan dalam Manajemen Inventaris

Berdasarkan penelitian, tantangan utama yang dihadapi ASNL meliputi:

  1. Stok Berlebihan – Sebanyak 63% dari total nilai inventaris tersimpan lebih dari dua bulan, melebihi target maksimal.
  2. Pemesanan yang Tidak Terstruktur – Banyak keputusan pembelian masih berbasis intuisi karena keterbatasan data dan minimnya pemahaman sistem ERP (SAP).
  3. Variasi Waktu Pengiriman (Supply Lead Time / SLT) – Ketidakpastian dalam waktu pengiriman pemasok berdampak pada perencanaan produksi.
  4. Kurangnya Penggunaan Teknologi dalam Manajemen Stok65,3% perusahaan masih menggunakan metode manual, yang meningkatkan risiko kesalahan data.

Pendekatan dan Solusi yang Diterapkan

Untuk mengatasi masalah ini, studi ini merancang kebijakan kontrol inventaris baru yang memanfaatkan metode berikut:

  1. Klasifikasi SKU dengan Metode XYZ – Artikel dengan permintaan tinggi dikendalikan dengan (s, Q)-policy, sementara yang berfluktuasi menggunakan (s, S)-policy.
  2. Model Prediksi Permintaan dan Lead Time – Penggunaan distribusi statistik seperti Normal, Gamma, Binomial, dan Poisson untuk meningkatkan akurasi perencanaan stok.
  3. Penerapan Vendor Managed Inventory (VMI) – Memungkinkan pemasok untuk mengelola stok bahan baku yang bernilai rendah tetapi sering digunakan.
  4. Penggunaan Sistem Kontrol Kontinu – Memanfaatkan SAP untuk melakukan tinjauan inventaris secara real-time.
  5. Simulasi dan Analisis Sensitivitas – Model simulasi yang diuji menggunakan data inventaris dari Januari–Maret 2024 menunjukkan bahwa kebijakan ini dapat mengurangi nilai inventaris sebesar €2 juta atau 19% dari total stok saat ini.

Studi Kasus & Dampak Implementasi

Simulasi pada 60 artikel menunjukkan hasil sebagai berikut:

  • Pengurangan nilai inventaris sebesar €2.034.295,55
  • Peningkatan tingkat kesiapan stok (Ready Rate) hingga 90%
  • Pengurangan ketergantungan pada intuisi dalam pengelolaan stok

Selain itu, analisis sensitivitas menunjukkan bahwa mengurangi variasi waktu pengiriman pemasok (SLT) memiliki dampak paling signifikan dalam menurunkan level stok yang tidak perlu.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dari penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi penting bagi perusahaan manufaktur:

  1. Mengimplementasikan kebijakan kontrol inventaris baru, dengan pemantauan berbasis data.
  2. Menggunakan model prediksi stok berbasis statistik untuk menghindari ketidaktepatan inventaris.
  3. Meningkatkan kolaborasi dengan pemasok melalui pendekatan VMI untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengiriman.
  4. Meningkatkan literasi teknologi internal, terutama dalam pemanfaatan sistem SAP untuk optimasi inventaris.

Dengan mengadopsi strategi ini, perusahaan dapat mengurangi biaya penyimpanan, meningkatkan produktivitas, dan memastikan kelancaran rantai pasok.

Sumber Artikel:
Hopman, Rozan. "Optimizing the inventory management at Aebi Schmidt Nederland B.V. by improving the inventory control policies". University of Twente, Mei 2024.

 

Selengkapnya
Strategi Optimalisasi Manajemen Inventaris: Studi Kasus Aebi Schmidt Nederland B.V.

Manajemen Inventaris dan Gudang

Analisis Sistem Manajemen Gudang PT. POS Manado: Implementasi WMS untuk Efisiensi Operasional

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 12 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen gudang yang efektif merupakan faktor kunci dalam kelancaran rantai pasok dan kepuasan pelanggan. Penelitian ini, yang dilakukan oleh Susi Indriyani pada PT. POS Manado, mengeksplorasi implementasi Warehouse Management System (WMS) dan dampaknya terhadap kinerja gudang, pengelolaan stok, serta efektivitas operasional.

Dalam industri logistik, sistem manajemen gudang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, tetapi juga memainkan peran penting dalam proses penerimaan, penyimpanan, pemrosesan pesanan, dan pengiriman. Studi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana PT. POS Manado mengelola aktivitas gudang serta tantangan yang dihadapi dalam penerapan WMS.

Tantangan dalam Manajemen Gudang

Beberapa masalah utama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

  1. Ketidaksesuaian Proses dengan SOP – Pelaksanaan operasional sering kali tidak sesuai dengan prosedur standar, menyebabkan penundaan pengiriman dan ketidaktepatan stok.
  2. Masalah Pelacakan Paket – Perbedaan informasi antara sistem pelacakan dan kondisi barang sebenarnya menimbulkan keluhan pelanggan.
  3. Keterlambatan Pengiriman – Selama periode sibuk seperti menjelang Idul Fitri dan Natal, volume paket yang tinggi menyebabkan overload di gudang dan keterlambatan distribusi.
  4. Kurangnya Personel di Beberapa Divisi – Terdapat kekurangan staf di beberapa bagian gudang, seperti penjemputan dan pengemasan, yang memperlambat proses pemrosesan pesanan.

Implementasi Warehouse Management System (WMS)

Untuk meningkatkan efisiensi operasional, PT. POS Manado menerapkan WMS yang mencakup beberapa tahapan utama dalam manajemen gudang:

  1. Inbound Process (Penerimaan Barang)
    • Setiap paket yang masuk didata menggunakan sistem pemindaian barcode.
    • Proses penerimaan menggunakan prinsip First-In, First-Out (FIFO) untuk memastikan barang lebih lama keluar lebih dahulu.
    • Penyesuaian lokasi penyimpanan berdasarkan jenis paket untuk mempermudah pengambilan.
  2. Storage & Put-Away (Penyimpanan Barang)
    • Barang dikelompokkan berdasarkan kategori dan frekuensi pengiriman.
    • Sistem otomatis digunakan untuk melacak lokasi barang guna mengurangi kehilangan atau salah tempat penyimpanan.
  3. Outbound Process (Pengiriman Barang)
    • Picking & Packing – Barang dipilih dan dikemas berdasarkan rute pengiriman, dengan pengecekan ulang sebelum dikirim.
    • Shipping & Delivery – Pengiriman dilakukan sesuai jadwal tetap, meskipun dalam beberapa kasus terjadi penundaan akibat lonjakan volume barang.

Studi Kasus & Data Pendukung

Penelitian ini menampilkan wawancara dengan beberapa karyawan PT. POS Manado mengenai implementasi WMS:

  • HR Manager (3,5 tahun pengalaman) – Menjelaskan bahwa proses penerimaan barang dilakukan sesuai jadwal, tetapi kadang terjadi keterlambatan dalam pencatatan manifest.
  • Distribution & Process Manager (30 tahun pengalaman) – Mengungkapkan bahwa sistem FIFO telah diterapkan dengan baik, tetapi masih memerlukan kontrol tambahan melalui modul digital.
  • Shipping Officer (1,5 tahun pengalaman) – Menjelaskan bahwa kategori paket seperti Express, Special Express, dan Regular Post memiliki standar operasional yang berbeda dalam pengepakan dan pengiriman.

Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan WMS telah meningkatkan akurasi stok dan kecepatan pemrosesan pesanan, namun masih terdapat tantangan dalam pengelolaan lonjakan volume pengiriman dan ketidaksesuaian sistem pelacakan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa implementasi WMS di PT. POS Manado telah meningkatkan efisiensi operasional, tetapi masih membutuhkan beberapa perbaikan, antara lain:

  1. Optimalisasi Sistem Pelacakan – Mengurangi kesenjangan antara data sistem dan kondisi aktual barang untuk meningkatkan keakuratan informasi pelanggan.
  2. Penyesuaian Sumber Daya Manusia – Menambah tenaga kerja di bagian kritis seperti picking dan packing untuk menghindari keterlambatan.
  3. Otomasi Proses Gudang – Menggunakan lebih banyak teknologi seperti RFID dan AI dalam proses penyortiran dan pengiriman guna mengurangi kesalahan manusia.
  4. Evaluasi Periode Sibuk – Menyesuaikan jadwal pengiriman dan strategi pengelolaan gudang selama momen dengan permintaan tinggi.

Dengan perbaikan ini, PT. POS Manado dapat lebih mengoptimalkan kinerja gudang, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta mengurangi biaya operasional.

Sumber Artikel : Indriyani, Susi. "Analyzing the Warehouse Management System at PT. POS Manado". Jurnal EMBA, Vol.8 No.4, Oktober 2020, Hal. 503-511.

 

Selengkapnya
Analisis Sistem Manajemen Gudang PT. POS Manado: Implementasi WMS untuk Efisiensi Operasional

Farmasi

Pengertian Pharmaceutical Marketing

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 12 Maret 2025


Pemasaran farmasi adalah cabang ilmu dan praktik pemasaran yang berfokus pada komunikasi, penentuan posisi diferensial, dan komersialisasi produk farmasi, seperti obat spesialis, obat bioteknologi, dan obat bebas. Secara lebih luas, definisi ini terkadang juga digunakan untuk praktik pemasaran yang diterapkan pada nutraceutical dan peralatan medis.

Meskipun aturan hukum yang mengatur aktivitas pemasaran industri farmasi sangat bervariasi di seluruh dunia, pemasaran farmasi biasanya diatur secara ketat oleh lembaga internasional dan nasional, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) dan Badan Obat Eropa (European Medicines Agency). Peraturan lokal dari pemerintah atau asosiasi industri farmasi lokal seperti Pharmaceutical Research and Manufacturers of America atau European Federation of Pharmaceutical Industries and Associations (EFPIA)  selanjutnya dapat membatasi atau menetapkan praktik komersial yang diperbolehkan.

Kepada penyedia layanan kesehatan
Pemasaran ke penyedia layanan kesehatan mempunyai tiga bentuk utama: aktivitas oleh perwakilan penjualan farmasi, penyediaan sampel obat, dan mensponsori continuing medical education (CME). Penggunaan hadiah, termasuk pena dan cangkir kopi yang diberi emboss nama produk farmasi, telah dilarang oleh pedoman etika PHRMA sejak tahun 2008. Dari 237.000 situs medis yang mewakili 680.000 dokter yang disurvei dalam survei Akses Dokter SKandA tahun 2010, setengahnya mengatakan bahwa mereka lebih memilih atau memerlukan janji temu untuk menemui perwakilan (naik dari 38,5% yang lebih memilih atau memerlukan janji temu pada tahun 2008), sementara 23% tidak akan menemui perwakilan sama sekali, menurut data survei. Klinik yang dimiliki oleh rumah sakit dan sistem kesehatan lebih sulit dinavigasi dibandingkan klinik swasta karena janji temu harus dilakukan di kantor pusat, demikian temuan studi tersebut. Meskipun 13,3% praktik yang hanya memiliki satu atau dua dokter tidak bertemu dengan perwakilan, tingkat ketidakhadiran di antara praktik yang memiliki 10 dokter atau lebih adalah 42%. Dokter yang paling mudah dihubungi untuk kampanye ini adalah ahli alergi/imunologi, dengan hanya 4,2% dokter non-dokter, diikuti oleh ahli ortopedi (5,1%) dan ahli diabetes (7,6%). Ahli radiologi diagnostik lebih cenderung memberikan informasi. 92,1% mengatakan mereka tidak akan bertemu dengan perwakilan, diikuti oleh ahli patologi dan ahli neuroradiologi sebesar 92,1% dan 91,8%.

E-detailing banyak digunakan untuk menjangkau andquot;tidak menemui dokter andquot; sekitar 23% dokter layanan primer dan 28% spesialis lebih memilih e-detailing berbasis komputer, menurut temuan survei yang dilaporkan dalam American Medical News (AMNews) edisi 25 April 2011, yang diterbitkan oleh American Medical Association (AMA).

Kode PhRMA
Penelitian Farmasi dan Produsen Amerika (PhRMA) merilis pembaruan Kode sukarela tentang Interaksi dengan Profesional Kesehatan pada 10 Juli 2008. Pedoman baru ini mulai berlaku pada Januari 2009.

Selain melarang hadiah kecil dan barang pengingat seperti pena, buku catatan, stapler, papan klip, pemberat kertas, kotak pil, dll., Kode yang direvisi:

  • Melarang perwakilan penjualan perusahaan menyediakan makanan di restoran kepada para profesional kesehatan, namun mengizinkan mereka untuk menyediakan makanan sederhana sesekali di kantor profesional kesehatan bersamaan dengan presentasi informasi andquot;
  • Termasuk ketentuan baru yang mewajibkan perusahaan untuk memastikan perwakilan mereka cukup terlatih tentang hukum, peraturan, dan kode praktik dan etika industri yang berlaku.
  • Dengan ketentuan bahwa setiap perusahaan akan menyatakan niatnya untuk mematuhi Kode Etik dan bahwa CEO perusahaan serta pejabat kepatuhan akan menyatakan setiap tahun bahwa mereka memiliki proses untuk mematuhinya.
  • Termasuk standar yang lebih rinci mengenai kemandirian pendidikan kedokteran berkelanjutan.
  • Memberikan panduan dan batasan tambahan untuk pengaturan pembicaraan dan konsultasi dengan profesional kesehatan.

Sampel Gratis
Sampel gratis telah terbukti mempengaruhi perilaku pemberi resep. Dokter yang memiliki akses terhadap sampel gratis lebih cenderung meresepkan obat bermerek dibandingkan obat resep. Studi lain menemukan bahwa model gratis membuat dokter cenderung tidak mengikuti praktik perawatan standar. Mengkonsumsi obat resep tidak mengurangi biaya resep. Bahkan setelah menerima susu formula, penerima susu formula dibebani dengan biaya resep yang tinggi.

Keuntungan sampel gratis adalah metode "coba sebelum membeli". Sampel gratis memungkinkan akses awal terhadap obat dan pasien dapat segera memulai pengobatan. Ini akan menghemat waktu Anda untuk pergi ke dokter untuk mengisi resep Anda sebelum memulai pengobatan. Karena tidak semua obat bekerja untuk semua orang dan banyak obat tidak bekerja untuk semua orang, sampel gratis memungkinkan pasien melihat dosis dan merek obat apa yang paling cocok untuk mereka sebelum membeli obat di apotek.

Melanjutkan Pendidikan Kedokteran
Dokter menghabiskan lebih banyak waktu dalam continuing medical education (CME) yang disponsori oleh industri, sekolah kedokteran, atau komunitas swasta.

Agen Narkoba
Ada sekitar 81.000 pengedar narkoba di Amerika Serikat dan 830.000 pengedar narkoba. Apoteker sering kali mencoba mengajak Anda menemui dokter tertentu setiap minggu. Perwakilan biasanya memiliki daftar panggilan 200 hingga 300 dokter dan 120 hingga 180 pasien untuk dikunjungi dalam siklus satu hingga dua atau tiga minggu.

Karena besarnya tenaga penjualan farmasi, pengorganisasian, pengelolaan dan pengukuran efektivitas tenaga penjualan merupakan tantangan bisnis yang signifikan. Aktivitas manajemen dikelompokkan ke dalam bidang berikut: orientasi dokter, ukuran dan struktur tenaga penjualan, optimalisasi tenaga penjualan, perencanaan panggilan, dan tenaga penjualan. Beberapa perusahaan farmasi menyadari bahwa memberikan pelatihan ilmiah tingkat lanjut kepada pelanggannya saja tidak cukup, apalagi sebagian besar produk memiliki karakteristik yang sama. Oleh karena itu, melatih tenaga penjualan dalam keterampilan menjual hubungan, selain produk dan pengetahuan produk, dapat mengubah efektivitas tenaga penjualan. Ketika spesialis menjadi lebih berpengetahuan dibandingkan penyedia layanan kesehatan primer, ketergantungan pada tenaga penjualan profesional untuk informasi produk meningkat.

Ada 81.000 apoteker di Amerika Serikat, atau 1 untuk setiap 7,9 dokter. Penempatan staf medis yang berlebihan dan sering dapat mengganggu waktu kerja dokter. "Seiring dengan meningkatnya jumlah repetisi, rata-rata waktu yang dihabiskan teknisi dengan dokter menurun. Pada titik ini, ada masalah strategis. Dokter tidak menghabiskan banyak waktu dengan tenaga penjualan. Lihat ini. "Ini adalah masalah besar. masalah.'

Pedagang harus menentukan jumlah pedagang yang dibutuhkan untuk menjual portofolio obat di pasar.Faktor yang mempengaruhi keputusan ini adalah jangkauan optimal setiap dokter (berapa banyak dokter yang harus diperiksa) dan frekuensi (seberapa sering), jumlah jumlah pasien dengan kondisi medis, berapa banyak klien yang terlibat di kantor dan kelompok kerja dan bagaimana caranya. Banyak orang menyumbangkan uang ke rekening rumah sakit mereka, jika diperlukan. Untuk membantu dalam pengambilan keputusan ini, pelanggan dibagi ke dalam kelas berdasarkan tingkat perilaku, demografi pasien, kemampuan bisnis, dan ciri kepribadian.

Pemasar mencoba mengidentifikasi kelompok dokter yang kemungkinan besar akan meresepkan suatu obat. Dulu, hal itu dilakukan oleh tenaga medis di tempat. Gunakan kode pos belanja dan cari untuk mengetahui siapa konsultan terbaik di area perbelanjaan. Namun, pada pertengahan tahun 1990an, industri beralih ke "pelacakan dokumen" melalui data resep pihak ketiga (misalnya Quintiles/IMS). mengukur jumlah total resep (TRx) dan jumlah resep baru (NRx) per minggu yang ditulis oleh masing-masing dokter. Informasi ini dikumpulkan oleh penyedia. Setelah itu, para dokter "pergi". Dibagi menjadi 10 kelompok sesuai pola tertulis. Kelompok desil atas cenderung lebih sensitif. Beberapa perusahaan obat menggunakan informasi lain, seperti:.

  • Profitabilitas suatu resep (naskah)
  • Aksesibilitas dokter
  • Kecenderungan dokter untuk menggunakan obat dari perusahaan farmasi
  • Pengaruh formularium perawatan terkelola terhadap kemampuan dokter dalam meresepkan obat
  • Urutan penggunaan obat oleh dokter (yaitu, seberapa siap dokter mengadopsi obat baru dibandingkan pengobatan lama)
  • Kecenderungan dokter untuk menggunakan berbagai macam obat
  • Pengaruh dokter terhadap koleganya.

Dokter mungkin merupakan sumber pendapatan terbesar. Mereka menulis resep untuk menentukan obat apa yang digunakan orang. Mempengaruhi dokter adalah kunci dalam membeli obat. Di masa lalu, hal ini menghasilkan tenaga penjualan farmasi yang besar. Sebuah perusahaan farmasi mungkin memiliki 1.000 pelanggan. Perusahaan-perusahaan besar mempunyai puluhan ribu perwakilan di seluruh dunia. Pemasar mendekati dokter dan menawarkan informasi klinis, artikel jurnal yang disetujui, dan sampel obat gratis. Hal ini tetap terjadi hingga saat ini. Namun tekanan ekonomi terhadap industri ini memaksa perusahaan obat memikirkan kembali metode tradisional mereka dalam menjual obat ke dokter. Industri ini telah menyaksikan adopsi sistem Pharma CRM secara luas yang dijalankan pada laptop dan, yang terbaru, pada tablet. Perwakilan medis generasi baru ini memiliki banyak data di ujung jari mereka dan dilengkapi dengan alat untuk memaksimalkan waktu yang mereka habiskan bersama dokter.

Pembayaran Perusahaan Farmasi
Perusahaan farmasi dan peralatan medis juga telah membayar dokter untuk menggunakan obat mereka, yang dapat mempengaruhi seberapa sering suatu obat diresepkan. Misalnya, sebuah penelitian yang mengamati pembayaran dokter dan pimavanserin menemukan bahwa andquot;pembayaran dokter yang besar telah dikaitkan dengan peningkatan volume resep pimavanserin dan pengeluaran pengeluaran Medicare.

Lebih khusus lagi, perwakilan narkoba membantu menciptakan budaya pemberian hadiah,  atau "pertukaran hadiah farmasi" di mana transaksi moneter jarang terjadi. Kenyataannya, hadiah, baik besar maupun kecil, mulai dari secangkir kopi hingga perjalanan hingga konferensi medis dipertukarkan secara rutin dengan pemberi resep tinggi dalam upaya mengalihkan kewajiban mereka dari pasien ke resep dan telah terbukti efektif.

Pengaruh teman sebaya
Key opinion leaders

Key opinion leaders (KOL)  atau "thought leaders" adalah individu yang dihormati, seperti staf pengajar sekolah kedokteran terkemuka, yang mempengaruhi dokter melalui status profesional mereka. Perusahaan farmasi umumnya melibatkan pemimpin opini utama di awal proses pengembangan obat untuk memberikan advokasi dan umpan balik pemasaran utama.

Beberapa perusahaan farmasi mengidentifikasi pemimpin opini utama melalui penyelidikan langsung terhadap dokter (penelitian primer). Baru-baru ini, perusahaan farmasi mulai menggunakan analisis jaringan sosial untuk mengungkap pemimpin pemikiran; karena tidak menimbulkan bias responden, yang biasa ditemukan dalam penelitian primer; ia dapat mengidentifikasi dan memetakan seluruh komunitas ilmiah untuk suatu keadaan penyakit; dan memiliki kepatuhan yang lebih besar terhadap peraturan negara bagian dan federal; karena pola resep dokter tidak digunakan untuk membuat jaringan sosial.

Alternatif untuk mengelompokkan dokter semata-mata berdasarkan resep memang ada, dan pemasar dapat menghubungi mitra strategis yang berspesialisasi dalam menggambarkan karakteristik kepemimpinan opini sejati yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh seorang dokter. Analisis ini dapat membantu pemasar mengoptimalkan peran KOL sebagai penasihat terpercaya untuk merek mereka. Misalnya, membantu mengembangkan rencana pengembangan klinis dan menghasilkan data klinis yang meningkatkan pelayanan pasien.

Kolega
Dokter memperoleh informasi melalui kontak informal dengan kolega mereka, termasuk acara sosial, afiliasi profesional, afiliasi rumah sakit umum, dan afiliasi sekolah kedokteran umum. Beberapa perusahaan farmasi mengidentifikasi kolega yang berpengaruh melalui penulisan resep yang tersedia secara komersial dan data tingkat pasien. Pertemuan makan malam dokter adalah cara yang efektif bagi dokter untuk memperoleh informasi pendidikan dari rekan-rekan yang dihormati dan untuk mempengaruhi apa yang disebut dokter yang “tidak boleh bertemu” – mereka yang enggan untuk terlibat langsung dengan perwakilan farmasi melalui perincian tetapi mungkin datang ke program makan malam di mana seorang pakar lokal atau nasional sedang berbicara. Pertemuan ini disponsori oleh beberapa perusahaan farmasi.

Artikel jurnal dan dokumentasi teknis
Kasus hukum dan sidang kongres AS telah memberikan akses terhadap dokumen industri farmasi yang mengungkapkan strategi pemasaran baru untuk obat-obatan. Kegiatan yang sebelumnya dianggap independen dari tujuan promosi, termasuk melanjutkan pendidikan kedokteran dan penelitian medis, digunakan, termasuk membayar untuk menerbitkan artikel tentang obat yang dipromosikan untuk literatur medis, dan dugaan penindasan terhadap hasil penelitian yang tidak menguntungkan.

Perusahaan asuransi swasta dan publik
Perusahaan asuransi publik dan swasta mempengaruhi penulisan resep oleh dokter melalui formularium yang membatasi jumlah dan jenis obat yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tidak hanya dapat mempengaruhi penjualan obat dengan memasukkan atau mengeluarkan obat tertentu dari formularium, mereka juga dapat mempengaruhi penjualan dengan cara berjenjang, atau memberikan hambatan birokrasi dalam meresepkan obat tertentu. Pada bulan Januari 2006, Amerika Serikat menerapkan rencana obat resep publik yang baru melalui program Medicare-nya. Program tersebut, yang dikenal sebagai Medicare Part D, terdiri dari perusahaan asuransi swasta yang bernegosiasi dengan perusahaan obat mengenai penempatan obat pada resep.

Kepada konsumen
Hanya dua negara pada tahun 2008 yang mengizinkan periklanan langsung ke konsumen (DTCA): Amerika Serikat dan Selandia Baru. Sejak akhir tahun 1970an, DTCA pada obat resep menjadi penting di Amerika Serikat. Hal ini terjadi dalam dua bentuk utama: promosi atau penciptaan penyakit dari kondisi fisik non-patologis atau promosi pengobatan. Tujuan retoris dari iklan langsung ke konsumen adalah untuk secara langsung mempengaruhi dialog pasien-dokter. Banyak pasien yang menanyakan, atau bahkan meminta obat yang mereka lihat diiklankan di televisi. Di Amerika Serikat, dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan iklan obat-obatan di media massa. Pengeluaran untuk iklan langsung ke pengguna meningkat hampir empat kali lipat dalam tujuh tahun antara tahun 1997 dan 2005 sejak FDA mengubah pedomannya, dari $1,1 miliar pada tahun 1997 menjadi lebih dari $4,2 miliar pada tahun 2005, peningkatan tahunan sebesar 19,6%, menurut Pemerintah Amerika Serikat Kantor Akuntabilitas, 2006).

Pemasaran massal kepada pengguna obat-obatan dilarang di lebih dari 30 negara industri, namun tidak di AS dan Selandia Baru, yang sedang mempertimbangkan pelarangan tersebut. Beberapa orang merasa lebih baik menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada profesional medis; yang lain merasa bahwa pendidikan dan partisipasi pengguna di bidang kesehatan berguna, namun pengguna memerlukan informasi komparatif dan independen tentang narkoba (bukan informasi promosi). Karena alasan ini, sebagian besar negara menerapkan batasan pada pemasaran massal farmasi yang tidak diterapkan pada pemasaran produk lain. Di beberapa daerah, iklan obat diharuskan menyertakan daftar kemungkinan efek samping, sehingga pengguna mendapat informasi tentang kedua aspek obat. Pembatasan Kanada terhadap iklan farmasi memastikan bahwa iklan yang menyebutkan nama suatu produk tidak dapat menggambarkan fungsinya dengan cara apa pun. Iklan yang menyebutkan masalah kesehatan tidak boleh menyebutkan nama produk yang dijual. Idealnya, mereka dapat mengarahkan pemirsa ke situs web atau nomor telepon yang dioperasikan oleh perusahaan farmasi.

Reynold Spector memberikan contoh bagaimana hype yang baik dan buruk dapat mempengaruhi opini obat, dengan menggunakan contoh obat kanker tertentu seperti Avastin dan Opdivo pada kasus pertama dan statin pada kasus terakhir.

Kupon Obat
Di Amerika Serikat, perusahaan obat sering kali menawarkan kupon obat kepada konsumen untuk mengimbangi penggantian biaya yang diwajibkan oleh perusahaan asuransi kesehatan untuk obat resep. Kupon ini biasanya digunakan untuk mempromosikan obat-obatan yang tidak populer dan obat-obatan yang bersaing dengan obat generik yang lebih murah, sehingga mengurangi atau menghilangkan biaya yang biasanya dibebankan oleh perusahaan asuransi kepada pasien untuk obat-obatan yang tidak populer. Namun terkadang, kupon obat bermerek dapat mendistorsi pasar dan menyebabkan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi karena mendorong penggunaan obat yang lebih mahal secara berlebihan dibandingkan obat generik. Konsumen sering kali terlambat menyadari bahwa terus menggunakan obat-obatan ini tanpa kupon akan memerlukan peralihan ke obat generik yang lebih murah atau real estat yang mahal.

Ekonomi
Biaya pemasaran perusahaan farmasi melebihi biaya penelitian. Pada tahun 2004, $1,7 miliar dihabiskan setiap tahun untuk memasarkan obat resep di Kanada, dan $21 miliar di Amerika Serikat pada tahun 2002. Pada tahun 2005, 29,9 miliar dolar dan bahkan 57 miliar dolar dihabiskan untuk pemasaran obat-obatan di Amerika Serikat. Jika angka di AS dipecah, 56% adalah sampel gratis, 25% informasi medis, 12,5% iklan langsung ke konsumen, 4% informasi rumah sakit, dan 2% iklan di majalah. Di Amerika Serikat, sekitar $20 miliar dapat dihemat jika menggunakan obat generik dibandingkan obat bermerek serupa.

Meskipun perusahaan farmasi telah banyak berinvestasi dalam memasarkan produk mereka, total belanja iklan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, turun 10 persen dari tahun 2009 hingga 2010. Perusahaan farmasi memangkas sebagian besar biaya ritel dan sampel sambil berinvestasi pada ongkos kirim dan percetakan. periklanan telah berkembang sejak tahun lalu.

Regulasi dan penipuan
Uni Eropa

Di Uni Eropa, Petunjuk UE (sebelumnya EEC) 92/28/EEC mengatur pemasaran obat-obatan. Hal ini antara lain mengharuskan Negara-negara Anggota melarang pemasaran dan pemasaran langsung obat resep kepada konsumen.

Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, pemasaran dan distribusi obat diatur oleh Undang-Undang Makanan, Obat, dan Kosmetik Federal dan Undang-Undang Pemasaran Resep. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengharuskan semua iklan obat resep jujur ​​dan tidak menyesatkan, berdasarkan "bukti substansial atau pengalaman klinis substansial" untuk mencapai "keseimbangan yang dapat diterima"; antara risiko dan manfaat obat yang diiklankan dan untuk menjaga konsistensi dengan label yang disetujui FDA. Kantor Promosi Obat Resep FDA memberlakukan persyaratan ini.

Pada tahun 1990-an, antipsikotik masih dianggap "untuk pengobatan penyakit mental yang paling parah, seperti skizofrenia halusinogen, dan untuk penggunaannya yang lebih luas". Obat-obatan seperti Abilify dan Geodon diberikan kepada banyak pasien dari usia prasekolah hingga delapan tahun. Pada tahun 2010, lebih dari setengah juta remaja dan seperempat panti jompo menggunakan antipsikotik. Namun, pemerintah memperingatkan bahwa obat-obatan tersebut dapat berakibat fatal pada beberapa pasien lanjut usia, dan dampaknya terhadap anak-anak tidak diketahui.

Semua perusahaan besar yang menjual obat-obatan ini - Bristol-Myers Squibb, Eli Lilly, Pfizer, AstraZeneca dan Johnson and Johnson - baru-baru ini menyelesaikan masalah dengan regulator dalam jumlah ratusan juta dolar atau sekarang berdasarkan Undang-Undang Klaim Palsu. menyelidiki kemungkinan penipuan layanan kesehatan. Menyusul tuduhan pemasaran ilegal, kedua penyelesaian tersebut pada tahun 2009 menjatuhkan denda pidana terbesar yang pernah dijatuhkan pada perusahaan tersebut. Yang satu melibatkan Zyprexa antipsikotik Eli Lilly dan yang lainnya Bextra. Dalam kasus Bextra, pemerintah juga menuduh Pfizer memasarkan secara ilegal antipsikotik lain, Geodon; Pfizer menyelesaikan sebagian klaimnya sebesar $301 juta tanpa mengakui kesalahan apa pun.

Berikut ini adalah empat pemukiman terbesar dengan perusahaan farmasi dari tahun 1991 hingga 2012, berdasarkan jumlah rumah tangga. Tuntutan hukum terhadap industri farmasi sangat bervariasi selama dua dekade terakhir, termasuk penipuan Medicare dan Medicaid, kampanye di luar label, dan praktik manufaktur yang buruk.

Perkembangan Pemasaran
Munculnya media dan teknologi baru dalam beberapa tahun terakhir telah dengan cepat mengubah lanskap pemasaran farmasi di Amerika Serikat. Baik dokter maupun pengguna semakin bergantung pada Internet sebagai sumber informasi kesehatan dan medis, sehingga memaksa pemasar obat untuk melihat saluran digital sebagai peluang untuk menjangkau audiens target mereka.

Pada tahun 2008, 84% dokter di AS menggunakan Internet dan teknologi lainnya untuk mengakses informasi tentang obat-obatan, bioteknologi, atau peralatan medis—naik dari 20% pada tahun 2004. Sementara itu, tenaga penjualan merasa lebih sulit untuk mendapatkan rincian yang mereka hadapi. -bertatap muka dengan dokter Perusahaan farmasi sedang menjajaki pemasaran internet sebagai cara alternatif untuk menjangkau dokter. Aktivitas promosi elektronik yang sedang berkembang meliputi distribusi video langsung, acara online, portal spesimen elektronik, dan portal layanan pelanggan dokter seperti PV Updates, MDLinx, Aptus Health (sebelumnya Physicians Interactive) dan Epocrates.

Pemasar langsung ke konsumen juga memahami perlunya beralih ke saluran digital seiring dengan semakin terfragmentasinya pemirsa dan jumlah saluran berita, hiburan, dan informasi yang meningkat. Iklan konvensional di TV, radio, dan media cetak direct-to-consumer (DTC) menjadi kurang penting dibandingkan sebelumnya, dan perusahaan mulai lebih fokus pada pemasaran digital seperti situs web produk, iklan bergambar online, dan pemasaran mesin pencari. , kampanye media sosial, dll. media berbasis lokasi dan iklan seluler menjangkau lebih dari 145 juta orang dewasa AS untuk mendapatkan informasi kesehatan online.

Pada tahun 2010, Divisi Pemasaran, Periklanan, dan Komunikasi Obat FDA mengeluarkan surat peringatan mengenai dua situs web konsumen generik yang disponsori oleh Novartis Pharmaceuticals Corporation yang mengiklankan obat untuk penggunaan di luar label. Situs web tersebut tidak mengungkapkan risiko yang terkait dengan penggunaan narkoba atau membuat klaim dosis yang tidak berdasar.

Disadur dari: en.wikipedia.org
 

 

Selengkapnya
Pengertian Pharmaceutical Marketing
« First Previous page 575 of 1.279 Next Last »