Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Lean, Agility, dan Resilience dalam Rantai Pasok: Studi Kinerja Ritel Makanan di Arab Saudi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Abdullah Mohammed Alharbi, membahas dampak dari supply chain leanness (efisiensi), agility (kelincahan), dan resilience (ketahanan) terhadap kinerja ritel makanan di Arab Saudi. Studi ini mengkaji bagaimana ketiga elemen ini dapat diintegrasikan untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor ritel makanan.

Kerangka Konseptual dan Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan teori kapabilitas dinamis untuk mengembangkan model konseptual. Studi dilakukan melalui metode campuran (mixed-methods):

  • Studi kualitatif: Wawancara dengan 15 pengambil keputusan di sektor ritel makanan.
  • Studi kuantitatif: Survei terhadap 296 responden dari departemen rantai pasok dan logistik.
  • Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Squares (PLS) untuk menguji hubungan antara variabel.

Studi Kasus: Tantangan Rantai Pasok di Sektor Ritel Makanan

  • Pandemi COVID-19 – Menyebabkan gangguan distribusi makanan dan kenaikan harga hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Mengakibatkan penurunan produksi pangan sebesar 42,3%.
  • Ketergantungan ImporArab Saudi mengimpor lebih dari 80% kebutuhan pangannya, membuatnya rentan terhadap gangguan global.

Penelitian ini menunjukkan bahwa agility dan resilience berperan penting dalam menjaga stabilitas rantai pasok di tengah krisis.

Strategi Meningkatkan Efisiensi, Kelincahan, dan Ketahanan Rantai Pasok

1. Lean Supply Chain untuk Efisiensi

  • Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi pemborosan stok.
  • Optimasi transportasi dan distribusi guna menekan biaya operasional.

2. Agile Supply Chain untuk Respons Cepat

  • Penggunaan teknologi AI dalam analisis permintaan pelanggan.
  • Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada satu sumber.

3. Resilient Supply Chain untuk Ketahanan Jangka Panjang

  • Investasi dalam penyimpanan dan distribusi berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi.
  • Strategi multi-sourcing guna memastikan ketersediaan bahan baku.

Temuan Utama dan Implikasi bagi Manajemen Rantai Pasok

  • Leanness dan agility berkontribusi signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya dalam industri ritel makanan.
  • Agility menjadi faktor mediasi utama dalam hubungan antara leanness dan resilience.
  • Resilience memiliki dampak langsung terbesar terhadap kinerja ritel, menunjukkan bahwa kemampuan bertahan dan pulih dari gangguan lebih krusial dibandingkan hanya efisiensi.

Kritik dan Evaluasi

Beberapa keterbatasan dari penelitian ini:

  • Kurangnya eksplorasi mengenai digitalisasi rantai pasok – Peran IoT dan big data belum dianalisis secara mendalam.
  • Fokus hanya pada sektor ritel makanan – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor lain seperti farmasi dan manufaktur.
  • Tidak mempertimbangkan kebijakan pemerintah sebagai faktor eksternal – Kebijakan impor dan tarif dapat memengaruhi efisiensi rantai pasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi lean, agility, dan resilience sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor ritel makanan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan stabilitas rantai pasok dalam jangka panjang.

Sumber Artikel:

  • Alharbi, A. M. (2022). Effects of Lean, Agile and Resilient Supply Chain on Retail Performance – The Case of Food Sector in Saudi Arabia. Curtin University.

 

Selengkapnya
Integrasi Lean, Agility, dan Resilience dalam Rantai Pasok: Studi Kinerja Ritel Makanan di Arab Saudi

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Peran Teknologi Digital dalam Meningkatkan Resiliensi dan Kinerja Operasional Rantai Pasok di Sektor Manufaktur Yordania

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Saleh Fahed Alkhatib dan Rahma Asem Momani, membahas hubungan antara resiliensi rantai pasok (SCR) dan kinerja operasional, dengan fokus pada peran teknologi digital dalam sektor manufaktur di Yordania. Studi ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana agility (kelincahan), flexibility (fleksibilitas), dan collaboration (kolaborasi) dalam rantai pasok memengaruhi kinerja operasional, serta bagaimana teknologi digital memperkuat hubungan tersebut.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga dimensi utama dari resiliensi rantai pasok:

  • Supply Chain Agility (SCA) – Kemampuan rantai pasok merespons perubahan pasar dengan cepat.
  • Supply Chain Flexibility (SCF) – Kemampuan rantai pasok untuk menyesuaikan operasi dengan kondisi yang berubah.
  • Supply Chain Collaboration (SCC) – Kolaborasi antara mitra rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis dan menganalisis 372 kuesioner dari 71 perusahaan manufaktur di Yordania.

Studi Kasus: Gangguan Global dan Dampaknya pada Rantai Pasok

Paper ini menyoroti dampak beberapa gangguan besar terhadap rantai pasok manufaktur:

  • Pandemi COVID-19 – Mengganggu produksi dan meningkatkan biaya logistik hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Gangguan Geopolitik di Timur Tengah – Menghambat perdagangan lintas negara dan memperlambat distribusi bahan baku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SCR berkontribusi positif terhadap kinerja operasional, dan penggunaan teknologi digital semakin memperkuat hubungan ini.

Strategi Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Teknologi Digital

1. Supply Chain Agility (SCA) untuk Respons Cepat

  • Penggunaan sistem berbasis AI untuk mempercepat pengambilan keputusan.
  • Automasi gudang dan transportasi untuk meningkatkan kecepatan distribusi.

2. Supply Chain Flexibility (SCF) untuk Adaptasi Cepat

  • Diversifikasi pemasok guna mengurangi risiko keterlambatan pasokan.
  • Penerapan teknologi cloud computing untuk meningkatkan fleksibilitas operasional.

3. Supply Chain Collaboration (SCC) untuk Efisiensi yang Lebih Baik

  • Integrasi sistem informasi antar perusahaan untuk mempercepat pertukaran data.
  • Penggunaan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan rantai pasok.

Metrik Keberhasilan Integrasi Teknologi Digital dalam SCR

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam menilai efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Reduction – Waktu yang dibutuhkan untuk memproses pesanan dan pengiriman.
  • Operational Cost Efficiency – Penurunan biaya operasional setelah implementasi teknologi digital.
  • Customer Satisfaction Index – Tingkat kepuasan pelanggan terhadap keandalan rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan berharga, ada beberapa aspek yang bisa diperbaiki:

  • Minimnya eksplorasi dampak jangka panjang teknologi digital – Studi ini lebih banyak menyoroti efek jangka pendek.
  • Kurangnya analisis sektor non-manufaktur – Studi ini hanya fokus pada industri manufaktur.
  • Belum membahas tantangan adopsi teknologi digital – Perlu eksplorasi lebih lanjut mengenai kendala implementasi digitalisasi.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa resiliensi rantai pasok memiliki dampak signifikan terhadap kinerja operasional, dan teknologi digital memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan ini. Dengan mengadopsi strategi yang berbasis digital, perusahaan manufaktur di Yordania dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan mempercepat pemulihan dari gangguan.

Sumber Artikel:

  • Alkhatib, S. F., & Momani, R. A. (2023). Supply Chain Resilience and Operational Performance: The Role of Digital Technologies in Jordanian Manufacturing Firms. Administrative Sciences, 13(40).

 

Selengkapnya
Peran Teknologi Digital dalam Meningkatkan Resiliensi dan Kinerja Operasional Rantai Pasok di Sektor Manufaktur Yordania

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Menyeimbangkan Lean, Agile, dan Resilience dalam Rantai Pasok untuk Ketahanan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Maryam Lotfi, ManMohan Sodhi, dan Canan Kocabasoglu-Hillmer, membahas bagaimana usaha untuk mencapai resiliensi dapat selaras atau bertentangan dengan praktik lean dan agile dalam rantai pasok. Studi ini penting karena perusahaan sering menghadapi dilema antara efisiensi, fleksibilitas, dan ketahanan.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga elemen utama dalam manajemen rantai pasok:

  • Leanness (Keringkasan) – Fokus pada efisiensi dan pengurangan pemborosan.
  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan merespons cepat terhadap perubahan pasar.
  • Resilience (Ketahanan) – Kapasitas untuk bertahan dan pulih dari gangguan besar.

Penelitian ini menyoroti potensi konflik antara lean dan resilience, di mana strategi lean yang terlalu ekstrem dapat membuat rantai pasok lebih rentan terhadap guncangan eksternal.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menunjukkan pentingnya keseimbangan antara lean, agile, dan resilience:

  • Pandemi COVID-19 – Mengungkap kelemahan rantai pasok yang terlalu lean, menyebabkan keterlambatan pasokan hingga 252% di beberapa sektor.
  • Gempa Jepang 2011 – Menghentikan produksi Toyota global hingga 30%, menunjukkan risiko dari rantai pasok yang terlalu ramping.
  • Krisis Keuangan 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.

Studi ini menemukan bahwa kombinasi lean, agile, dan resilience dapat menciptakan rantai pasok yang lebih seimbang dan tangguh.

Strategi Meningkatkan Integrasi Lean, Agile, dan Resilience

1. Menghindari Lean yang Berlebihan

  • Menjaga buffer stock minimal untuk menghadapi lonjakan permintaan mendadak.
  • Memperkuat hubungan dengan pemasok alternatif guna mengurangi risiko keterlambatan pasokan.

2. Mengadopsi Agility untuk Fleksibilitas

  • Peningkatan sistem digitalisasi untuk mempercepat pengambilan keputusan berbasis data real-time.
  • Diversifikasi jaringan pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

3. Membangun Resilience untuk Stabilitas Jangka Panjang

  • Investasi dalam teknologi pemantauan risiko untuk mengidentifikasi potensi gangguan lebih awal.
  • Strategi dual sourcing guna memastikan ketersediaan bahan baku dari berbagai lokasi.

Metrik Keberhasilan Integrasi Lean, Agile, dan Resilience

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Business Continuity Readiness – Kesiapan perusahaan dalam menghadapi gangguan besar.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun paper ini memberikan wawasan mendalam, terdapat beberapa aspek yang dapat diperbaiki:

  • Kurangnya studi empiris berbasis data kuantitatif – Sebagian besar temuan berasal dari tinjauan literatur.
  • Minimnya eksplorasi teknologi AI dan blockchain – Teknologi ini dapat meningkatkan ketahanan rantai pasok secara signifikan.
  • Fokus utama pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor lain seperti e-commerce dan jasa.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa usaha untuk mencapai resiliensi harus selaras dengan strategi lean dan agile agar tidak menciptakan ketidakseimbangan dalam rantai pasok. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel:

  • Lotfi, M., Sodhi, M., & Kocabasoglu-Hillmer, C. (2024). How Efforts to Achieve Resiliency Fit with Lean and Agile Practices. Cass Business School, London.

 

Selengkapnya
Menyeimbangkan Lean, Agile, dan Resilience dalam Rantai Pasok untuk Ketahanan

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Melalui Agility, Digitalization, dan Localization

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Ramadas Thekkoote, membahas bagaimana agility (kelincahan), digitalization (digitalisasi), dan localization (lokalisasi) berkontribusi terhadap resiliensi rantai pasok. Studi ini menyoroti bahwa pandemi COVID-19 memperlihatkan kelemahan rantai pasok global dan menekankan pentingnya strategi adaptasi yang lebih tangguh.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi resiliensi rantai pasok:

  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan pasar.
  • Digitalization (Digitalisasi) – Penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.
  • Localization (Lokalisasi) – Mengurangi ketergantungan pada pemasok global dengan memperkuat ekosistem rantai pasok lokal.

Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor tersebut dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menguji ketahanan rantai pasok:

  • Pandemi COVID-19 – Mengganggu rantai pasok global, menyebabkan keterlambatan produksi dan peningkatan biaya logistik hingga 252%.
  • Krisis Keuangan 2008 – Mengakibatkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Gangguan Pasokan China-Korea – Hyundai terpaksa menghentikan produksi akibat kesulitan memperoleh suku cadang dari pemasok di Tiongkok.

Perusahaan yang mengadopsi strategi agility, digitalization, dan localization mampu mengurangi dampak gangguan dan mempercepat pemulihan.

Strategi Meningkatkan Agility, Digitalization, dan Localization dalam SCM

1. Agility untuk Respons Cepat

  • Penerapan sistem prediksi permintaan berbasis AI untuk mengoptimalkan perencanaan produksi.
  • Kemitraan strategis dengan pemasok lokal untuk mempercepat respons terhadap perubahan pasar.

2. Digitalization untuk Efisiensi dan Transparansi

  • Implementasi teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran produk.
  • Penggunaan Internet of Things (IoT) guna memantau kondisi logistik secara real-time.

3. Localization untuk Mengurangi Ketergantungan Global

  • Relokasi fasilitas produksi lebih dekat ke pasar utama untuk meningkatkan kecepatan distribusi.
  • Optimalisasi penggunaan sumber daya lokal guna mengurangi ketergantungan pada pemasok asing.

Metrik Keberhasilan Integrasi Agility, Digitalization, dan Localization

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam pengelolaan persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.
  • Digital Integration Score – Tingkat adopsi teknologi digital dalam rantai pasok.

Kritik dan Evaluasi

Walaupun penelitian ini memberikan wawasan yang kaya, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki:

  • Minimnya studi kasus kuantitatif – Sebagian besar temuan didasarkan pada konsep teoretis.
  • Kurangnya eksplorasi teknologi AI dalam mitigasi risiko – AI dapat memainkan peran lebih besar dalam meningkatkan prediksi dan pengelolaan risiko rantai pasok.
  • Fokus terbatas pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor jasa dan e-commerce.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa strategi agility, digitalization, dan localization berperan penting dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan pendekatan ini, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel: Thekkoote, R. (2022). Agility, Digitalization, and Localization: A Framework for Supply Chain Resilience. KTU.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Melalui Agility, Digitalization, dan Localization

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Agility dan Robustness Rantai Pasok Melalui Kapabilitas dan Strategi yang Tepat

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Christoph Alexander Pickert, membahas bagaimana kapabilitas dan strategi rantai pasok memengaruhi agility (kelincahan) dan robustness (ketahanan struktural) dalam menghadapi gangguan. Penelitian ini menyoroti bahwa banyak rantai pasok saat ini terlalu efisien sehingga rentan terhadap guncangan eksternal.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi dua dimensi utama dari resiliensi rantai pasok:

  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan fleksibel.
  • Robustness (Ketahanan Struktural) – Kemampuan untuk tetap stabil dalam menghadapi gangguan besar.

Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis dampak kapabilitas tertentu terhadap kedua dimensi ini.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global terhadap Rantai Pasok

Paper ini menyoroti beberapa contoh gangguan yang menguji ketahanan rantai pasok:

  • Gempa Jepang 2011 – Menghentikan produksi Toyota global hingga 30%, membutuhkan 6 bulan untuk pulih sepenuhnya.
  • Krisis Keuangan 2008 – Menyebabkan penurunan produksi industri sebesar 42,3% di sektor transportasi dan 40,3% di manufaktur logam dasar.
  • Pandemi COVID-19 – Meningkatkan biaya logistik hingga 252% dan menyebabkan kekurangan bahan baku di berbagai industri.

Perusahaan yang memiliki kapabilitas rantai pasok yang kuat mampu mengurangi dampak gangguan dan mempercepat pemulihan.

Strategi Meningkatkan Agility dan Robustness dalam SCM

1. Kapabilitas Teknologi dan Informasi

  • Implementasi sistem ERP dan IoT untuk meningkatkan visibilitas rantai pasok.
  • Prediksi berbasis AI guna mengidentifikasi risiko sebelum terjadi gangguan.

2. Strategi Manajemen Risiko

  • Diversifikasi pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.
  • Buffer stock strategis sebagai cadangan menghadapi ketidakpastian pasar.

3. Rekayasa Ulang Rantai Pasok

  • Fasilitas produksi fleksibel untuk memungkinkan perpindahan produksi cepat saat terjadi gangguan.
  • Kolaborasi strategis dengan pemasok guna meningkatkan keandalan pasokan.

Metrik Keberhasilan Integrasi Agility dan Robustness

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam mengelola persediaan.
  • Lead Time Variability – Konsistensi waktu pengiriman dan produksi.
  • Supplier Reliability Index – Keandalan pemasok dalam memenuhi permintaan.

Kritik dan Evaluasi

Walaupun penelitian ini memberikan wawasan yang kaya, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki:

  • Kurangnya studi kasus industri spesifik – Studi ini menggunakan data perusahaan Thailand tanpa perbandingan dengan negara lain.
  • Minimnya eksplorasi peran blockchain – Teknologi ini dapat meningkatkan transparansi rantai pasok.
  • Fokus hanya pada sektor manufaktur – Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sektor lain seperti layanan dan e-commerce.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa strategi dan kapabilitas rantai pasok yang tepat dapat meningkatkan agility dan robustness, sehingga memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi lebih cepat dan bertahan dalam kondisi penuh ketidakpastian. Dengan mengintegrasikan teknologi, manajemen risiko, dan rekayasa ulang rantai pasok, bisnis dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan mempertahankan daya saing.

Sumber Artikel: Pickert, C. A. (2014). Supply Chain Resilience – Influence of Supply Chain Capabilities and Strategies on Agility and Robustness. Sirindhorn International Institute of Technology, Thammasat University.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Agility dan Robustness Rantai Pasok Melalui Kapabilitas dan Strategi yang Tepat

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Peran Agility dan Resilience dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan Rantai Pasok Manufaktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Cenk Tufan, Şemsettin Çiğdem, Yunus Kılıç, dan Gökçen Sayar, membahas peran agility (kelincahan) dan resilience (ketahanan) dalam rantai pasok serta dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur. Dengan meningkatnya ketidakpastian global, perusahaan perlu mengoptimalkan manajemen rantai pasok untuk mempertahankan daya saing mereka.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini mengidentifikasi tiga elemen utama dalam hubungan antara manajemen rantai pasok (SCM) dan kinerja keuangan (FP):

  • Agility (Kelincahan) – Kemampuan rantai pasok untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
  • Resilience (Ketahanan) – Kemampuan untuk pulih dari gangguan besar dan menjaga stabilitas operasional.
  • Supply Chain Management (SCM) – Praktik strategis dalam mengelola aliran sumber daya untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.

Penelitian ini menyoroti bagaimana kombinasi antara agility dan resilience dapat meningkatkan daya tahan perusahaan terhadap risiko eksternal.

Studi Kasus: Dampak Gangguan Global pada Kinerja Keuangan

Paper ini membahas berbagai contoh gangguan rantai pasok dan dampaknya:

  • Tsunami Thailand 2010 – Menghancurkan dua fasilitas manufaktur Seagate dan menyebabkan penurunan produksi hard disk global sebesar 29%.
  • Perang Dagang AS-Tiongkok 2018 – Meningkatkan ketidakpastian pasokan, mendorong perusahaan mencari pemasok alternatif.
  • Pandemi COVID-19 – Menyebabkan lonjakan biaya logistik hingga 252% dan gangguan distribusi global.

Dengan menerapkan strategi SCM yang agile dan resilient, perusahaan dapat meminimalkan dampak gangguan dan meningkatkan stabilitas keuangan.

Strategi Meningkatkan Agility dan Resilience dalam SCM

1. Strategi Agility untuk Respons Pasar

  • Peningkatan visibilitas rantai pasok menggunakan teknologi digital dan AI.
  • Diversifikasi pemasok untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu sumber.

2. Strategi Resilience untuk Ketahanan Operasional

  • Buffer stock strategis guna mengantisipasi fluktuasi permintaan.
  • Automasi dan analitik prediktif untuk mengidentifikasi potensi gangguan lebih awal.

3. Optimalisasi Manajemen Risiko

  • Model SCM berbasis AI untuk prediksi dan mitigasi risiko secara proaktif.
  • Penguatan hubungan dengan pemasok utama untuk meningkatkan stabilitas pasokan.

Metrik Keberhasilan Integrasi Agility dan Resilience

Paper ini mengidentifikasi beberapa KPI utama untuk menilai efektivitas strategi SCM:

  • Inventory Turnover – Efisiensi dalam mengelola stok barang.
  • Lead Time Variability – Konsistensi dalam waktu pengiriman dan produksi.
  • Financial Growth Rate – Pertumbuhan keuangan akibat implementasi SCM yang efektif.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun paper ini memberikan wawasan mendalam, ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki:

  • Kurangnya studi kuantitatif jangka panjang – Analisis berbasis data historis dapat memperkuat temuan penelitian.
  • Fokus terbatas pada sektor manufaktur – Studi lebih lanjut diperlukan untuk sektor jasa dan e-commerce.
  • Minimnya eksplorasi teknologi blockchain – Teknologi ini berpotensi meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa integrasi agility dan resilience dalam rantai pasok dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, bisnis dapat mengurangi dampak gangguan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempertahankan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel: Tufan, C., Çiğdem, Ş., Kılıç, Y., & Sayar, G. (2024). Agility and Resilience in Supply Chains: Investigating Their Roles in Enhancing Financial Performance. Sustainability, 16, 7842.

 

Selengkapnya
Peran Agility dan Resilience dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan Rantai Pasok Manufaktur
« First Previous page 559 of 1.274 Next Last »