Analisis Ekonomi

Menakar Keadilan Biaya Irigasi: Analisis Mendalam BJPSDA di Riam Kanan dan Implikasinya bagi Petani Kecil

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Air dan Ujung Tanduk Keadilan Ekonomi Petani

Di tengah gempuran tantangan pertanian Indonesia, satu persoalan mendasar namun kerap terjadi adalah biaya irigasi . Tesis karya Fauzianggi Rahmi Fitri dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyuguhkan sebuah telaah mendalam mengenai penetapan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) di Daerah Irigasi (DI) Riam Kanan, Kalimantan Selatan. Sederhananya, studi ini membuka tabir ketimpangan antara harga layanan dan kemampuan riil petani kecil membayar.

 

H2: Metodologi Ganda: Menimbang Dua Pendekatan Penetapan Biaya

Penelitian ini menggunakan dua metode untuk mengatur BJPSDA:

  1. Metode Regulasi Pemerintah – Mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No.18/PRT/M/2015. Ini adalah pendekatan administratif berdasarkan standar biaya dan luasan layanan.
  2. Metode Model Biaya Jasa Dasar – Lebih progresif, memperhitungkan kualitas layanan dan manfaat ekonomi yang diterima petani.

Perbandingan kedua pendekatan menghasilkan nilai signifikan:

  • Metode regulasi: Rp 88,84/m³ atau Rp 269.883,78/Ha
  • Model manfaat ekonomi: Rp 136,12/m³ atau Rp 413.499,89/Ha

Perbedaan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis manfaat cenderung lebih realistis namun juga lebih memuaskan petani.

 

H2: Kenyataan di Lapangan: ATP dan WTP yang Terjun Bebas

Penelitian ini juga menjelaskan aspek sosial-ekonomi petani dengan mengukur:

  • Kemampuan Membayar (ATP) : Rp 39,00/m³
  • Kesediaan Membayar (WTP) : Rp 40,00/m³

Jika dibandingkan dengan dua nilai tarif di atas, terlihat ketimpangan mencolok. Petani hanya mampu membayar sekitar 28–45% dari tarif yang ditetapkan. Ini adalah indikator kuat bahwa skema penetapan biaya tidak sebanding dengan daya dukung ekonomi petani.

 

H2: Studi Kasus: Petani Kecil dan Perang Biaya Hidup

Penelitian menegaskan bahwa petani dengan luas lahan antara 0,25 Ha hingga 1 Ha tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya dari hasil pertanian, bahkan sebelum dikenakan biaya irigasi penuh.

Sebagai contoh:

“Keuntungan pertanian yang diperoleh petani dalam satu tahun tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup...” – Fauzianggi RF

Hal ini mencerminkan kenyataan pahit: tanpa intervensi, biaya yang disalurkan justru menggerus kemiskinan sektor pertanian itu sendiri.

 

H2: Solusi yang Ditawarkan: Subsidi Sebagai Jalan Tengah

Tesis ini secara lugas direkomendasikan:

  • Jika tarif penuh Rp 136,12/m³ terlalu berat, maka pemerintah sebaiknya mensubsidi penuh .
  • Jika tetap ingin memungut biaya untuk meningkatkan kesadaran udara sebagai sumber daya bernilai, maka cukup memungut sesuai ATP (Rp 39,00/m³) , dan sisanya (Rp 97,12/m³) ditanggung negara.

Solusi ini bersifat kompromistis dan berbasis empati terhadap kondisi petani.

 

H2: Perspektif Tambahan: Membaca Tren Industri dan Kebijakan

Penelitian ini sangat relevan dalam konteks Investasi Infrastruktur Berkualitas yang digaungkan oleh banyak lembaga internasional. Keadilan dalam pembiayaan infrastruktur, khususnya di sektor pertanian, menjadi bagian penting dalam menjamin inklusivitas pembangunan.

Pembelajaran dari negara lain:

  • Di Filipina, model subsidi irigasi 100% untuk petani kecil mulai diberlakukan sejak tahun 2017 dengan hasil yang cukup positif.
  • Di India, biayanya bervariasi tergantung musim dan jenis tanaman, namun subsidi tetap berperan dominan untuk mendukung petani marjinal.

 

H2: Kritik dan Catatan

  1. Aspek Partisipatif Kurang Ditegaskan: Kajian ini belum banyak menggali bagaimana partisipasi petani dilibatkan dalam pengambilan keputusan tarif.
  2. Simulasi Ekonomi Lebih Lanjut Diperlukan: Misalnya, dampak jangka panjang terhadap peningkatan produktivitas bila tarif ditanggung pemerintah.
  3. Konteks Ekologi Absen: Isu konservasi udara dan efisiensi penggunaan tidak terlalu dibahas, padahal penting untuk keinginan jangka panjang.

 

H2: Penutup: Antara Kebutuhan dan Keadilan Sosial

Tesis ini bukan sekedar menyoal angka, namun menyuarakan keadilan distribusi dalam pengelolaan air irigasi. Di tengah ketimpangan pendapatan dan tekanan ekonomi petani, subsidi bukan sekadar bantuan fiskal—melainkan instrumen moral untuk menjaga roda pertanian tetap berputar.

 

Sumber:

Fauzianggi Rahmi Fitri. (2016). Analisa Penetapan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air Irigasi di Daerah Irigasi Riam KananMagister Program[Tesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember]. Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
 

 

Selengkapnya
Menakar Keadilan Biaya Irigasi: Analisis Mendalam BJPSDA di Riam Kanan dan Implikasinya bagi Petani Kecil

Keandalan

Fault Tree Analysis Modern: Dari Metode Manual ke Otomatisasi Keandalan Sistem Kritis

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Di Balik Pentingnya Analisis Keandalan Sistem

Dalam industri seperti penerbangan, otomotif, energi, dan kedokteran, kegagalan sistem bukan sekadar kerugian finansial—ia berpotensi menjadi bencana yang mengancam nyawa. Di sinilah pentingnya dependability analysis atau analisis keandalan sistem. Salah satu metode yang telah terbukti kuat selama lebih dari enam dekade adalah Fault Tree Analysis (FTA). Namun, seiring meningkatnya kompleksitas sistem modern, FTA klasik menghadapi keterbatasan signifikan.

Artikel oleh Sohag Kabir ini menyajikan evolusi FTA dari pendekatan manual menjadi bagian dari Model-Based Dependability Analysis (MBDA) yang lebih adaptif dan otomatis. Penelitian ini penting untuk dipahami karena ia menjembatani metode klasik dengan tren otomasi dan kecerdasan buatan di masa depan.

Mengupas FTA: Dasar yang Solid Tapi Perlu Perkembangan

Apa Itu Fault Tree Analysis (FTA)?

FTA merupakan metode deduktif yang bekerja dari kejadian puncak (top event), misalnya kegagalan sistem, kemudian menganalisis penyebab yang mungkin di tingkat komponen. Ia menggunakan simbol logika seperti:

  • AND Gate: kegagalan hanya terjadi jika semua komponen gagal.
  • OR Gate: cukup satu komponen gagal untuk menyebabkan kegagalan.
  • Basic Event: kejadian dasar seperti rusaknya sensor atau software error.

Kekuatan FTA Klasik

  • Visual dan Sistematis: cocok untuk mengomunikasikan penyebab kegagalan.
  • Kuantitatif dan Kualitatif: mampu menghitung probabilitas dan mengidentifikasi komponen kritis.
  • Bisa Dikombinasikan dengan FMECA: seperti yang dilakukan dalam sistem militer AS (MIL-STD-1629A).

Namun, seperti yang ditunjukkan dalam paper ini, metode klasik belum cukup untuk menangani sistem dinamis dengan banyak kondisi dan dependensi antar komponen.

Keterbatasan FTA Klasik: Saat Logika Boolean Tidak Lagi Cukup

Penulis menunjukkan bahwa FTA klasik memiliki beberapa kelemahan serius:

  1. Tidak bisa menangani sistem dinamis
    Misalnya, dalam sistem redundan tiga modul (A, B, C dengan sensor S1 dan S2), urutan kegagalan memengaruhi apakah sistem benar-benar gagal. FTA klasik mengabaikan urutan waktu—yang bisa menyebabkan analisis terlalu pesimistis atau optimistis.
  2. Mengandalkan Data Kegagalan yang Presisi
    Dalam tahap desain awal, data sering belum tersedia. Ini menyebabkan analisis berbasis FTA tidak bisa dijalankan atau hasilnya menyesatkan.
  3. Proses Manual & Rentan Human Error
    Seiring bertambahnya kompleksitas sistem, pembuatan dan pemeliharaan FTA menjadi terlalu membebani analis.

Evolusi FTA: Dari Diagram ke Dinamika

1. Dynamic Fault Trees (DFT)

Menggunakan gerbang seperti:

  • Functional Dependency (FDEP): merepresentasikan komponen yang tergantung pada yang lain (misalnya kegagalan catu daya memengaruhi semua perangkat).
  • SPARE Gate: menangani sistem dengan komponen cadangan (cold, warm, hot spare).

Studi Kasus: Dalam sistem avionik pesawat, ketika sistem utama gagal, cadangan diaktifkan dalam urutan tertentu. DFT memungkinkan analisis sekuensial seperti ini.

2. Component Fault Trees (CFT)

  • Modular: setiap komponen punya fault tree sendiri.
  • Dapat digabungkan: cocok untuk sistem besar seperti kendaraan listrik atau pesawat.

3. State/Event Fault Trees (SEFT)

  • Menambahkan dimensi state machine ke dalam FTA.
  • Menggunakan Petri Net atau Markov Chain untuk analisis kuantitatif.

4. Fuzzy Fault Trees (FFTA)

  • Mengatasi ketidakpastian data dengan teori fuzzy.
  • Misalnya: "sensor ini mungkin gagal 20–40% dalam 5 tahun" bisa dimodelkan dengan nilai linguistik seperti “tinggi”, “rendah”, “sedang”.

FTA dalam Kerangka MBDA: Menjawab Tantangan Masa Depan

Model-Based Dependability Analysis (MBDA) menawarkan pendekatan baru:

  • Mengintegrasikan FTA langsung ke dalam model sistem.
  • Meningkatkan otomasi dan reusabilitas model, khususnya jika desain berubah.

Contoh Teknik MBDA yang Terkemuka

HiP-HOPS

  • Memanfaatkan tools seperti MATLAB Simulink.
  • Otomatis membuat FTA dan FMEA.
  • Digunakan dalam industri otomotif untuk sertifikasi ISO 26262 (ASIL level).

AltaRica

  • Bahasa formal berbasis finite state machines.
  • Kompatibel dengan fault tree, Markov chain, hingga model checking.

FPTN (Failure Propagation and Transformation Notation)

  • Representasi modular berbasis arsitektur.
  • Bisa melakukan transformasi kegagalan dari satu bentuk ke bentuk lain.

Insight Tambahan: Ketika FTA digunakan dalam kerangka MBDA, perubahan kecil dalam desain bisa langsung diperbarui pada analisis keandalan—tanpa membuat ulang dari nol.

Kritik & Opini: Menimbang Praktikalitas di Industri

Kelebihan Paper Ini

  • Komprehensif: Lebih dari 200 publikasi ditinjau.
  • Kaya Studi Kasus: Termasuk sistem boiler dan triple-module redundancy.
  • Terstruktur Baik: Disajikan dalam urutan evolusi FTA.

Kritik Konstruktif

  • Sebagian besar studi masih fokus pada sistem teknik tinggi (aerospace, nuklir); belum banyak aplikasi pada cyber-physical systems atau software-heavy systems seperti smart cities dan autonomous vehicles.
  • Integrasi AI, khususnya dalam konteks prediksi kegagalan, masih belum dijabarkan dalam paper ini.

Relevansi terhadap Industri 4.0 dan Masa Depan FTA

Di tengah arus Industri 4.0, IoT, dan sistem otonom, analisis keandalan harus adaptif, cepat, dan berbasis data real-time. Dalam konteks ini:

  • FTA klasik = peta jalan
  • FTA berbasis model = GPS dengan navigasi real-time

Dukungan terhadap MBDA akan menentukan seberapa cepat organisasi mampu melakukan validasi sistem secara iteratif. Bahkan, kombinasi MBDA dengan machine learning bisa membuka jalan untuk predictive dependability, di mana sistem bisa memperkirakan dan mencegah kegagalan sebelum terjadi.

Kesimpulan: Transformasi FTA untuk Era Sistem Kompleks

Paper ini memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan bagaimana FTA berevolusi dari alat manual menjadi bagian integral dari model sistem cerdas. Perjalanan dari simbol lingkaran dan garis dalam diagram menjadi analisis berbasis probabilitas, simulasi, dan fuzzy logic mencerminkan kebutuhan industri terhadap pendekatan analisis keandalan yang:

  • Fleksibel terhadap perubahan desain
  • Kaya konteks dinamis
  • Dapat diotomatisasi dan digabungkan ke dalam siklus desain

Penutup: Jika organisasi Anda masih mengandalkan metode analisis keandalan statis, sekaranglah saatnya beralih ke MBDA dan memperbarui pendekatan FTA Anda. Masa depan keandalan sistem adalah dinamis, otomatis, dan berbasis model.

Sumber Referensi

Kabir, S. (2016). An overview of Fault Tree Analysis and its application in model based dependability analysis. University of Hull. Diakses melalui: https://core.ac.uk/display/266979913

Selengkapnya
Fault Tree Analysis Modern: Dari Metode Manual ke Otomatisasi Keandalan Sistem Kritis

Strategi

Panduan Lengkap Evaluasi Enterprise Architecture: Metode, Tren, dan Tantangan Terkini

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Mengapa Evaluasi Enterprise Architecture Itu Krusial

Di era digital yang serba cepat, organisasi tidak hanya dituntut untuk gesit beradaptasi, tapi juga harus mampu menyelaraskan sistem informasi mereka dengan tujuan strategis. Enterprise Architecture (EA) hadir sebagai pendekatan holistik dalam mengelola struktur sistem informasi organisasi. Namun, bagaimana kita menilai apakah EA tersebut efektif? Itulah pertanyaan besar yang diangkat oleh Norbert Rudolf Busch dan Andrzej Zalewski dalam studi sistematis mereka yang dipublikasikan oleh ACM Computing Surveys pada tahun 2025.

Melalui Systematic Literature Review (SLR) terhadap 109 artikel dari 3.644 publikasi sejak 2005, paper ini membongkar metode evaluasi EA secara komprehensif—mulai dari kerangka kerja, notasi model, hingga alat dan indikator metrik yang digunakan.

Metodologi yang Solid dan Relevan

Penelitian ini menonjol karena proses SLR-nya yang teliti, mengacu pada protokol dari bidang rekayasa perangkat lunak. Mereka hanya menyertakan studi yang:

  • Fokus pada evaluasi kualitas EA (bukan hanya desain atau implementasi),
  • Menggunakan pendekatan empiris atau menawarkan potensi penerapan nyata,
  • Berada dalam konteks teknologi informasi.

Proses seleksi ini menghasilkan 109 studi utama yang menjadi dasar analisis mereka.

Komponen EA yang Dievaluasi: Dominasi TOGAF

Framework yang Paling Banyak Dievaluasi

  • TOGAF mendominasi dengan 46% studi (50 dari 109), mencerminkan posisinya sebagai standar industri EA.
  • 39% studi bersifat framework-agnostic—menarik untuk organisasi yang ingin fleksibel.

Model dan Notasi: ArchiMate Memimpin

  • 61% studi menggunakan model arsitektur yang sudah ada, dengan ArchiMate muncul di 75% di antaranya.
  • Notasi lain seperti UML, BPMN, hingga model probabilistik juga digunakan, menandakan keanekaragaman pendekatan.

Insight Tambahan: Keunggulan ArchiMate terletak pada cakupan enterprise-nya yang luas, dibandingkan UML yang lebih fokus pada perangkat lunak.

Kriteria Evaluasi: Selaras tapi Masih Kurang Lengkap

Penelitian ini mengidentifikasi 36 kriteria evaluasi, yang terbagi menjadi:

  • 22 kriteria teknis: seperti availability, modifiability, performance, hingga security.
  • 14 kriteria bisnis: seperti business-IT alignment, risk, dan benefit realization.

Kesesuaian dengan ISO

  • Hampir semua (35 dari 36) kriteria sejalan dengan ISO/IEC 25010 (kualitas perangkat lunak) dan ISO/IEC 25012 (kualitas data).
  • Namun, hanya 1 dari 15 atribut kualitas data dari ISO/IEC 25012 yang dievaluasi (yakni data accuracy).

Opini Penulis: Ketimpangan ini ironis, mengingat pentingnya kualitas data dalam pengambilan keputusan berbasis data. Ini celah besar bagi penelitian dan inovasi.

Metode Evaluasi: Beragam tapi Belum Terstandar

Tiga Tipe Pendekatan Evaluasi

  • Single-criterion: fokus pada satu aspek, cocok untuk evaluasi mendalam.
  • Multi-criteria: lebih holistik, menyeimbangkan berbagai trade-off.
  • General applicability: fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan kontekstual.

Jenis Metode Paling Umum

  • Bayesian Network (22 studi): cocok untuk menangani ketidakpastian.
  • Survei dan Pembobotan (12 studi): praktis tapi subjektif.
  • AHP dan Fuzzy AHP (8 studi): kuat dalam pengambilan keputusan multi-kriteria.
  • Formula metrik (7 studi): memberikan objektivitas tinggi.

Pemanfaatan Metode Software Architecture

Hanya 6% studi yang mengadopsi metode mapan seperti ATAM atau SAAM. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi EA berkembang dengan jalurnya sendiri—menyesuaikan kompleksitas dan cakupan EA.

Penerapan di Dunia Nyata: Setengah Lebih Sudah Teruji

Lebih dari 51% metode evaluasi telah diaplikasikan secara nyata. Ini penting karena menunjukkan bahwa:

  • Evaluasi EA bukan hanya “latihan akademis”.
  • Banyak metode sudah terbukti relevan dan efektif untuk bisnis nyata.

Studi Kasus Nyata (Ilustratif)

Sebuah perusahaan telekomunikasi di Eropa menggunakan pendekatan Bayesian Network untuk mengevaluasi kerapuhan arsitektur TI mereka terhadap ancaman siber. Hasilnya: mereka mengidentifikasi titik lemah pada integrasi antar sistem, yang kemudian diperkuat dengan segmentasi jaringan.

Tantangan dan Riset Masa Depan: Tiga Pilar Utama

Penelitian ini mengidentifikasi 35 open research problems yang dikelompokkan menjadi:

  1. Peningkatan Metodologi
    • Misal: bagaimana mengukur efektivitas EA lintas industri?
    • Peluang: integrasi Machine Learning untuk evaluasi prediktif.
  2. Automasi Evaluasi
    • Contoh: kebutuhan akan alat otomatis untuk pengumpulan dan analisis data arsitektur.
    • Dampak praktis: efisiensi dan konsistensi dalam penilaian.
  3. Pengembangan Model Referensi EA
    • Tujuan: menyediakan pola atau template arsitektur standar.
    • Tantangan: bagaimana menciptakan model referensi yang tetap fleksibel?

Kaitkan dengan Industri: Tren otomasi dan arsitektur berbasis data membuat evaluasi EA menjadi lebih dinamis dan real-time—ini mensyaratkan model evaluasi yang scalable dan adaptif.

Kritik Konstruktif dan Saran Praktis

Kelebihan Paper

  • Analisis sangat mendalam dengan cakupan luas.
  • Menggunakan standar internasional sebagai tolok ukur.

Catatan Kritis

  • Kurangnya fokus pada kualitas data mengurangi relevansi di era data-driven enterprise.
  • Minimnya adopsi metode evaluasi software architecture yang sudah mapan bisa menghambat interdisiplinaritas.

Saran Praktis bagi Profesional TI

  • Gunakan metode multi-kriteria jika organisasi Anda menghadapi dilema trade-off (misalnya antara keamanan dan kinerja).
  • Pilih notasi seperti ArchiMate jika Anda membutuhkan visualisasi arsitektur menyeluruh.

Kesimpulan: Saatnya Evaluasi EA Jadi Lebih Terstruktur dan Adaptif

Studi ini bukan hanya katalog metode evaluasi, tapi juga blueprint untuk masa depan evaluasi EA. Dengan tantangan digital yang makin kompleks, organisasi memerlukan metode evaluasi yang:

  • Holistik (mencakup semua layer arsitektur),
  • Adaptif (sesuai konteks dan kebutuhan),
  • Dan otomatis (untuk efisiensi dan real-time insights).

Penutup: Evaluasi EA yang kuat adalah fondasi transformasi digital yang berkelanjutan. Paper ini mengingatkan kita bahwa tanpa evaluasi yang tepat, arsitektur terbaik pun bisa menjadi beban, bukan keunggulan.

Sumber Referensi

Busch, N. R., & Zalewski, A. (2025). A Systematic Literature Review of Enterprise Architecture Evaluation Methods. ACM Computing Surveys, 57(5), Article 113. https://doi.org/10.1145/3706582

Selengkapnya
Panduan Lengkap Evaluasi Enterprise Architecture: Metode, Tren, dan Tantangan Terkini

Keselamatan Industri

Alat Penilaian Keandalan untuk Sistem Distribusi Tenaga Listrik Masa Depan

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Meningkatnya Kompleksitas dan Kebutuhan akan Keselamatan Dinamis di Sektor Minyak dan Gas

Industri minyak dan gas adalah sektor yang sangat berisiko, dengan potensi kecelakaan signifikan yang dapat berdampak pada manusia, instalasi, dan lingkungan. Manajemen risiko yang efektif, yang melibatkan proses sistematis seperti identifikasi, analisis, dan penilaian risiko, sangat penting untuk mengurangi bahaya ini. Penelitian ekstensif telah menghasilkan kemajuan dalam analisis keselamatan untuk mencegah insiden besar di lingkungan industri.  

Artikel ilmiah ini, "Dynamic industrial risks assessment for enhanced safety in the oil and gas industry: a methodological innovations and applications," memperkenalkan Metodologi Penilaian Risiko Industri Dinamis (DIRAM), yang dibangun di atas kerangka kerja yang ada dan menekankan pembaruan berkelanjutan dalam proses manajemen risiko. DIRAM mengintegrasikan teknik-teknik seperti Failure Modes, Effects, and Criticality Analysis (FMECA), Fault Tree Analysis (FTA), Events Tree Analysis (ETA), dan Bow-Tie untuk penilaian risiko yang komprehensif.  

Keterbatasan Metode Statis dan Munculnya Kebutuhan akan Pendekatan Dinamis

Metodologi tradisional seringkali bersifat statis, kurang mampu memperhitungkan sifat dinamis risiko yang berkembang seiring waktu dan ruang. Risiko dalam skenario dunia nyata ada dalam lingkungan yang berubah dengan cepat selama insiden. Upaya baru-baru ini telah difokuskan pada pengembangan metodologi yang membahas evolusi dinamis parameter risiko, baik internal maupun eksternal terhadap sistem. Hal ini menyoroti perlunya pendekatan inovatif yang dapat beradaptasi dengan skenario risiko yang berubah.  

DIRAM: Sebuah Metodologi Komprehensif untuk Penilaian Risiko Dinamis

DIRAM mengintegrasikan teknik-teknik seperti Failure Modes, Effects, and Criticality Analysis (FMECA), Fault Tree Analysis (FTA), Events Tree Analysis (ETA), dan Bow-Tie untuk penilaian risiko yang komprehensif. Perangkat lunak canggih seperti ALOHA dan FLUENT memungkinkan evaluasi dinamis efek toksik, termal, dan tekanan berlebih, khususnya dalam skenario BLEVE yang melibatkan penyimpanan bola LPG. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas praktik manajemen risiko di industri minyak dan gas dengan mempromosikan pendekatan keselamatan proaktif.  

Inovasi Teoretis dan Kontribusi Praktis DIRAM

Kontribusi teoretis utama dari penelitian ini terletak pada pengembangan metodologi penilaian risiko dalam industri minyak dan gas. Metode tradisional terbatas dalam kemampuan mereka untuk memperhitungkan sifat risiko industri yang terus berkembang. DIRAM mengatasi kesenjangan ini dengan mengintegrasikan parameter risiko dinamis dan teknik analisis tingkat lanjut, menawarkan pendekatan baru untuk teori manajemen risiko. Pendekatan dinamis ini tidak hanya meningkatkan ketepatan penilaian risiko tetapi juga memberikan kerangka kerja yang lebih realistis dan responsif untuk mengelola bahaya di lingkungan berisiko tinggi.  

Secara praktis, DIRAM menawarkan alat yang kuat untuk praktisi keselamatan di industri minyak dan gas, menyediakan sarana yang lebih efektif untuk menilai dan mengelola risiko yang berubah seiring waktu karena kondisi operasi atau faktor eksternal yang bervariasi. Studi kasus yang melibatkan skenario BLEVE dalam penyimpanan bola LPG menunjukkan kemampuan metodologi untuk memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti secara real-time ke dalam potensi bahaya. Strategi proaktif ini dapat secara signifikan meningkatkan praktik keselamatan, mencegah kecelakaan besar, dan meminimalkan dampak lingkungan.  

Komponen Utama Metodologi DIRAM

Metodologi DIRAM yang diusulkan didasarkan pada kombinasi tujuh metode untuk menganalisis dan menilai risiko industri dan dua perangkat lunak, yang diatur dalam dua fase utama:

  • Persiapan Metodologi: Fase ini melibatkan pendefinisian sistem yang akan dipelajari, metodologi yang akan diterapkan, lokasi geografis dan data atmosfer, serta data fisiko-kimia produk.  
  • Implementasi Metodologi: Fase ini mencakup identifikasi risiko menggunakan FMECA, pemilihan skenario kecelakaan utama, penentuan probabilitas dan penyebab skenario menggunakan FTA dan perangkat lunak GRIF, estimasi frekuensi skenario menggunakan ETA, pemodelan efek skenario risiko tinggi menggunakan perangkat lunak ALOHA dan FLUENT, pemetaan area ancaman skenario menggunakan Google Earth, penilaian risiko, penerimaan risiko, dan pengurangan risiko (dengan tindakan pada penghalang keselamatan).  

Studi Kasus: Aplikasi DIRAM pada Pusat Pengemasan LPG

Untuk menunjukkan penerapan DIRAM, para penulis menyajikannya dalam studi kasus yang melibatkan pusat pengemasan LPG NAFTAL. Studi kasus ini berfokus pada analisis risiko yang terkait dengan penyimpanan bola LPG dan potensi skenario kecelakaan seperti BLEVE (Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion).  

Para penulis melakukan analisis FMECA untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya pada sub-sistem penyimpanan bola LPG. Mereka juga menggunakan FTA untuk menghitung probabilitas kejadian berbahaya seperti BLEVE dan ETA untuk memperkirakan frekuensi konsekuensi yang berbeda dari kecelakaan. Selain itu, perangkat lunak ALOHA dan FLUENT digunakan untuk memodelkan efek dari skenario kecelakaan yang berbeda, termasuk dispersi awan beracun, radiasi termal, dan gelombang kejut.  

Analisis Mendalam: Wawasan dan Implikasi

Studi kasus ini menyoroti kemampuan DIRAM untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika kejadian berbahaya di industri minyak dan gas. Dengan mengintegrasikan berbagai teknik penilaian risiko dan alat simulasi, DIRAM memungkinkan evaluasi yang lebih akurat dan dinamis dari potensi konsekuensi kecelakaan.  

Temuan dari studi kasus ini menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor seperti kegagalan komponen, kesalahan manusia, dan pengaruh lingkungan dalam penilaian risiko. Studi ini juga menyoroti nilai alat simulasi seperti ALOHA dan FLUENT dalam memvisualisasikan dan menganalisis efek kompleks dari skenario kecelakaan, seperti dispersi awan beracun dan radiasi termal.  

Kesimpulan: Meningkatkan Keselamatan dan Manajemen Risiko di Industri Minyak dan Gas

Artikel ini menyimpulkan bahwa DIRAM adalah metodologi yang berharga untuk meningkatkan penilaian dan manajemen risiko di industri minyak dan gas. Dengan menggabungkan teknik penilaian risiko yang komprehensif dengan alat simulasi dinamis, DIRAM memungkinkan para praktisi untuk lebih memahami dan mengurangi potensi bahaya. Penerapan DIRAM dapat berkontribusi pada peningkatan praktik keselamatan, pencegahan kecelakaan, dan perlindungan lingkungan di sektor minyak dan gas.  

Sumber Artikel:

Imane, A., Samia, C., & Djamel, H. (2024). Dynamic industrial risks assessment for enhanced safety in the oil and gas industry: a methodological innovations and applications. Studies in Engineering and Exact Sciences, 5(2), 01-34.  

Selengkapnya
Alat Penilaian Keandalan untuk Sistem Distribusi Tenaga Listrik Masa Depan

Desain

Pemodelan Interaksi untuk Manajemen Inoperabilitas: dari Analisis Pohon Kegagalan (FTA) ke Jaringan Bayesian Dinamis (DBN)

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Mendorong Batas Desain Pesawat dengan Hidrogen

Industri penerbangan menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara peningkatan efisiensi bahan bakar konvensional mencapai batasnya, konsep pesawat inovatif yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Namun, mengintegrasikan hidrogen ke dalam desain pesawat menghadirkan kompleksitas dan ketidakpastian baru, terutama terkait dengan keselamatan dan sertifikasi.  

Artikel ilmiah ini, "Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting," menawarkan solusi inovatif untuk tantangan ini. Para penulis mengusulkan kerangka kerja generik dan adaptif yang mengintegrasikan Model-Based Systems Engineering (MBSE) dengan Model-Based Safety Assessment (MBSA) untuk desain konseptual sistem pesawat berbasis hidrogen.  

Tantangan dan Kebutuhan akan Pendekatan Baru

Penggunaan hidrogen dalam pesawat terbang, khususnya hidrogen cair (LH2), masih dalam tahap awal pengembangan. Tidak ada pesawat komersial yang saat ini beroperasi dengan LH2, yang berarti kurangnya pengetahuan dan banyaknya ketidakpastian dalam merancang sistem LH2 yang memenuhi peraturan keselamatan dan sertifikasi.  

Selain itu, integrasi teknologi baru seperti sistem bahan bakar LH2 dapat berdampak signifikan pada sistem pesawat lain, menciptakan interdependensi yang kompleks. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk mengelola kompleksitas ini dan memastikan keselamatan desain pesawat berbasis hidrogen.  

Kerangka Kerja MBSE-MBSA yang Diusulkan

Untuk mengatasi tantangan ini, para penulis mengusulkan kerangka kerja yang mengintegrasikan MBSE dan MBSA. MBSE adalah pendekatan yang menggunakan model untuk mendukung semua tahap pengembangan sistem, sementara MBSA menggunakan model arsitektur untuk melakukan penilaian keselamatan.  

Kerangka kerja yang diusulkan memiliki beberapa fitur utama:

  • Pendekatan Multi-Granularitas: Kerangka kerja ini menggunakan model dengan tingkat detail yang berbeda, memungkinkan analisis sistem dari perspektif yang berbeda.  
  • Model-Centric: Arsitektur sistem digunakan sebagai "single source of truth" (SSoT), memastikan konsistensi dan keterlacakan informasi.  
  • Penilaian Keselamatan Bertahap: Kerangka kerja ini menggabungkan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kualitatif menggunakan aturan desain dan keselamatan yang diformalkan, sedangkan penilaian kuantitatif menggunakan fault tree otomatis.  

Studi Kasus: Arsitektur Sistem Bahan Bakar LH2

Untuk mendemonstrasikan penerapan kerangka kerja mereka, para penulis menggunakannya dalam studi kasus desain sistem bahan bakar LH2 untuk pesawat jet bisnis berukuran sedang. Studi kasus ini melibatkan analisis berbagai varian arsitektur sistem bahan bakar LH2 dan evaluasi keselamatan mereka.  

Para penulis memodelkan 18 varian arsitektur yang berbeda, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah tangki LH2, jumlah pompa, dan konfigurasi saluran distribusi bahan bakar. Mereka kemudian menerapkan kerangka kerja MBSE-MBSA untuk mengevaluasi varian-varian ini dari sudut pandang keselamatan.  

Analisis Mendalam: Implikasi dan Kontribusi

Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang desain sistem pesawat dan penilaian keselamatan. Kerangka kerja MBSE-MBSA yang diusulkan menawarkan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani kompleksitas desain pesawat berbasis hidrogen.  

Beberapa poin penting untuk dianalisis lebih lanjut:

  • Otomatisasi: Kerangka kerja ini menekankan pada otomatisasi penilaian keselamatan melalui penggunaan fault tree otomatis. Ini memiliki potensi untuk mempercepat proses desain dan mengurangi kesalahan manusia.  
  • Generalisasi: Meskipun studi kasusnya berfokus pada pesawat jet bisnis, kerangka kerja ini dirancang agar generik dan dapat diadaptasi untuk jenis pesawat lain dan sistem kompleks.  
  • Tantangan Data: Keberhasilan kerangka kerja ini bergantung pada ketersediaan data yang akurat dan andal untuk memodelkan sistem dan melakukan penilaian keselamatan.  
  • Validasi: Validasi lebih lanjut dari kerangka kerja ini dengan studi kasus tambahan dan data dunia nyata akan memperkuat keandalannya.

Kesimpulan: Membuka Jalan untuk Penerbangan Hidrogen yang Aman

Artikel ini menyajikan kontribusi yang berharga untuk pengembangan pesawat berbasis hidrogen. Dengan mengintegrasikan MBSE dan MBSA, para penulis menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan keselamatan dan mempercepat realisasi penerbangan hidrogen yang aman dan berkelanjutan.  

Penelitian di masa depan dapat membangun pekerjaan ini dengan berfokus pada validasi kerangka kerja yang lebih luas, peningkatan teknik pemodelan, dan eksplorasi aplikasi tambahan dalam desain pesawat.

Sumber Artikel:

Kuelper, N., Jeyaraj, A. K., Liscouët-Hanke, S., & Thielecke, F. (2025). Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting. Results in Engineering, 25, 104249.

Selengkapnya
Pemodelan Interaksi untuk Manajemen Inoperabilitas: dari Analisis Pohon Kegagalan (FTA) ke Jaringan Bayesian Dinamis (DBN)

Konstruksi

Digitalisasi Manajemen Lokasi Konstruksi: Solusi Inovatif untuk Efisiensi Proyek Masa Depan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 16 Mei 2025


Pendahuluan: Era Baru di Lokasi Konstruksi

 

Industri konstruksi merupakan salah satu sektor terbesar dan paling kompleks di dunia. Namun ironisnya, sektor ini masih tertinggal dalam hal efisiensi dan produktivitas. Ketergantungan pada dokumen fisik, kesalahan pencatatan data lapangan, serta kurangnya koordinasi antar tim proyek sering menyebabkan keterlambatan dan pembengkakan biaya. Di sinilah pentingnya transformasi digital, terutama dalam manajemen lokasi konstruksi.

 

Penelitian berjudul Digitalizing the Construction Site Management karya Dimitrios Stefanakis dari University of Twente menghadirkan kajian mendalam tentang bagaimana digitalisasi—melalui pemanfaatan mobile tools dan cloud-based applications—dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proyek. Studi kasus dilakukan pada Royal BAM Group, salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Eropa.

 

Metodologi Penelitian

 

Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dengan kombinasi wawancara, observasi lapangan, dan analisis dokumen proyek. Sebanyak 35 wawancara dilakukan dengan berbagai aktor proyek seperti site engineer, project manager, dan BIM manager. Penelitian dilakukan di beberapa proyek BAM di Inggris selama November 2018. Selain itu, data finansial dan hasil observasi diintegrasikan untuk memverifikasi efisiensi waktu dan biaya dari digitalisasi aktivitas lapangan.

 

Manfaat Utama Digitalisasi Lokasi Proyek

 

Penelitian ini mengungkapkan delapan manfaat utama dari penerapan alat digital di lokasi proyek. Beberapa di antaranya sangat krusial untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek:

 

  • Akses Data Real-Time

Informasi proyek dapat diakses dan diperbarui langsung di lokasi, sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan akurat.

 

  • Peningkatan Akurasi

Penggunaan form digital mengurangi kesalahan pencatatan dan mencegah kehilangan data akibat human error.

 

  • Efisiensi Waktu dan Biaya

Dalam salah satu proyek BAM, pelaporan harian yang sebelumnya memakan waktu 45 menit dapat dipangkas menjadi hanya 10 menit berkat penggunaan aplikasi mobile.

 

  • Kolaborasi Lebih Baik

Semua data tersimpan secara terpusat dan dapat diakses berbagai pihak secara bersamaan, memperkuat kerja sama antar tim.

 

  • Peningkatan Quality Control

Aplikasi mobile digunakan untuk tracking material dan inspeksi mutu secara langsung di lapangan, membantu mengurangi keterlambatan dan penurunan kualitas.

 

 

Hambatan Implementasi di Lapangan

 

Meski menjanjikan, penerapan digitalisasi di lapangan tidak berjalan tanpa tantangan. Beberapa hambatan yang teridentifikasi antara lain:

 

  • Hambatan Teknis

Perangkat seperti tablet rentan terhadap kerusakan, terutama di lingkungan lapangan yang keras. Selain itu, koneksi internet yang tidak stabil juga menjadi kendala umum.

 

  • Mindset dan Budaya Organisasi

Banyak pekerja lapangan, terutama yang lebih senior, masih merasa nyaman dengan metode manual. Perubahan budaya kerja menjadi tantangan besar dalam transformasi digital.

 

  • Kurangnya Standarisasi dan Pelatihan

Setiap proyek menggunakan sistem dan format yang berbeda, sehingga sulit mengintegrasikan data. Minimnya pelatihan juga menyebabkan banyak pekerja tidak optimal memanfaatkan teknologi yang ada.

 

 

Strategi dan Roadmap Implementasi

 

Untuk mengatasi hambatan tersebut, Stefanakis menyusun roadmap implementasi yang dibagi dalam empat tahap strategis:

 

1. Tahap Awal – Menetapkan digitalisasi sebagai sistem utama dan menyingkirkan opsi manual.

2. Pra-Konstruksi – Menstandarkan format form dan mempersiapkan pelatihan intensif bagi semua tim proyek.

3. Konstruksi – Mengedukasi manfaat langsung digitalisasi di lapangan serta memperbaiki interface pengguna agar lebih ramah dan efisien.

4. Pasca-Konstruksi – Mengevaluasi efektivitas digitalisasi serta menerapkan perbaikan berkelanjutan.

Roadmap ini divalidasi oleh pakar digital deployment dari BAM, dan dianggap realistis serta adaptif terhadap dinamika proyek nyata.

 

Studi Kasus Tambahan dari Industri

 

Implementasi serupa juga dilakukan oleh perusahaan lain seperti Skanska dan Vinci. Skanska, misalnya, mencatat pengurangan 25% waktu inspeksi dan peningkatan keselamatan kerja sejak mengadopsi Fieldwire. Ini menunjukkan bahwa transformasi digital bukan hanya inovasi eksklusif, tetapi kebutuhan lintas industri global.

 

Kritik dan Analisis Tambahan

 

Salah satu kekuatan utama dari penelitian ini adalah kedalaman data lapangan yang dianalisis. Namun, karena penelitian berfokus pada konteks internal BAM, masih dibutuhkan adaptasi jika roadmap ini ingin diterapkan oleh perusahaan lain yang berbeda secara budaya, struktur organisasi, maupun skala proyek.

 

Sebagai tambahan, roadmap ini dapat diperkuat jika dilengkapi dengan pendekatan gamifikasi dalam pelatihan, sistem reward bagi adopsi digital yang cepat, dan integrasi artificial intelligence untuk prediksi potensi keterlambatan proyek.

 

Kesimpulan

 

Digitalisasi manajemen lokasi proyek bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi rendahnya efisiensi dan produktivitas di sektor konstruksi. Penelitian ini membuktikan bahwa digital mobile tools dapat:

  • Meningkatkan efisiensi kerja secara signifikan,
  • Memperbaiki kualitas komunikasi dan pelaporan di lapangan,
  • Menjadi alat bantu yang kuat dalam pengambilan keputusan berbasis data.

 

Namun demikian, transformasi ini tidak akan berhasil tanpa strategi yang sistematis, dukungan manajemen puncak, serta kesiapan budaya organisasi. Dengan roadmap yang tepat dan pendekatan adaptif, perusahaan konstruksi di Indonesia pun bisa mulai mengikuti jejak BAM menuju era digital yang lebih efisien, kolaboratif, dan berkelanjutan.

 

Sumber

 

Stefanakis, D. (2020). Digitalizing the Construction Site Management. University of Twente. Diakses dari: https://essay.utwente.nl/1848747

Selengkapnya
Digitalisasi Manajemen Lokasi Konstruksi: Solusi Inovatif untuk Efisiensi Proyek Masa Depan
« First Previous page 361 of 1.307 Next Last »