Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam menghadapi tantangan lingkungan dan keberlanjutan, konsep Sustainable Supply Chain Management (SSCM) menjadi semakin penting bagi perusahaan di seluruh dunia. SSCM mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan kinerja ekonomi dalam seluruh rantai pasok.
Studi yang dilakukan oleh Anup Kumar, Santosh Kumar Shrivastav, Avinash K. Shrivastava, Rashmi Ranjan Panigrahi, Abbas Mardani, dan Fausto Cavallaro ini menyoroti peran teknologi digital dalam meningkatkan SSCM, serta mengusulkan framework pengukuran kinerja untuk mencapai keberlanjutan yang lebih baik.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan bibliometric analysis dan content analysis untuk menganalisis tren SSCM. Data yang digunakan berasal dari 543 artikel yang diambil dari database Scopus selama periode 2011-2022.
Penelitian ini meneliti hubungan antara SSCM, adopsi teknologi (Technology Adoption/TA), dan kinerja rantai pasok, serta mengidentifikasi kesenjangan dalam framework keberlanjutan yang ada.
Temuan Utama
1. SSCM dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Berkelanjutan
2. Tren Digitalisasi dalam SSCM
3. Studi Kasus: Implementasi SSCM dalam Industri
1. Walmart
2. General Motors (GM)
3. Alibaba Cainiao Smart Logistics
Keunggulan dan Tantangan dalam Implementasi SSCM
Keunggulan
✔ Meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya produksi.
✔ Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan energi.
✔ Memperkuat reputasi perusahaan sebagai bisnis ramah lingkungan.
Tantangan
⚠ Tingginya biaya investasi awal dalam teknologi keberlanjutan.
⚠ Kesulitan dalam menyusun framework pengukuran yang seragam.
⚠ Kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan rantai pasok digital.
Framework Pengukuran Kinerja SSCM
Penelitian ini mengusulkan framework SSCM yang mencakup tiga pilar utama:
1. Indikator Lingkungan
2. Indikator Sosial
3. Indikator Ekonomi
Strategi Optimal untuk Implementasi SSCM
1. Mengadopsi Teknologi Digital untuk Pemantauan Kinerja
2. Meningkatkan Kolaborasi dalam Rantai Pasok
3. Mengoptimalkan Desain Produk dan Proses Manufaktur
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa Sustainable Supply Chain Management (SSCM) merupakan strategi kunci bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan mengadopsi teknologi digital, optimasi rantai pasok, dan kolaborasi yang erat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan mempercepat transisi ke ekonomi hijau.
Dalam era ekonomi sirkular dan industri 4.0, SSCM bukan lagi opsi, melainkan keharusan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang.
Sumber : Anup Kumar, Santosh Kumar Shrivastav, Avinash K. Shrivastava, Rashmi Ranjan Panigrahi, Abbas Mardani, Fausto Cavallaro (2023). Sustainable Supply Chain Management, Performance Measurement, and Management: A Review. Sustainability, 15, 5290.
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Humas BRIN. Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika (PRTH) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) jalin kerja sama dengan PT Industri Kapal Indonesia/ PT IKI (Persero) terkait Riset Build Strategy dan Sistem Pengendalian Mutu untuk Pembangunan Kapal Mini Liquid Natural Gas. Penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dilaksanakan secara desk to desk melalui zoom meeting pada Selasa (15/11). Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan acuan penyiapan dokumen build strategy dan sistem pengendalian mutu berbasis Product-oriented Work Breakdown Structure (PWBS). Hal ini guna mendukung pembangunan kapal Mini LNG, yang merupakan kelanjutan PKS antara PRTH - OREM BRIN bersama PT IKI (Persero) tentang riset Shipbuilding Practices untuk mendukung teknologi produksi Kapal Mini Liquid Natural Gas (LNG) dengan Nomor 185/V/KS/11/2022 dan Nomor 330/D.01-IKI/SP/XI/2022.
Direktur Utama PT IKI, Diana Rosa menyampaikan, merupakan sebuah kehormatan dan kebanggan bagi PT IKI bisa bergabung dalam riset ini, karena bagaimanapun sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus menjunjung tinggi untuk bisa berkontribusi dalam kegiatan nasional. “Khusus dengan BRIN dalam riset pembangunan mini LNG ini, banyak tahapan yang kita telah lalui, satu tahun kemarin luar biasa, ini merupakan perpanjangan kerja sama. Saya harap IKI pembangunan mini LNG bisa dilaksanakan di Kawasan Timur Indonesia. Semoga dalam waktu dekat hal ini bisa terealisasi, apapun kendalanya insya Allah untuk Indonesia lebih maju kita bisa,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala PRTH BRIN, Widjo Kongko menyampaikan bahwa kerja sama ini adalah lanjutan dari sebelumnya yang hasilnya sangat baik. “Kami mengikuti monev, kita turut berbangga dengan era kerja sama. Tentu ini yang kita tunggu sesuai dengan amanat pemerintah terkait bagaimana meningkatkan produksi kandungan lokal, di mana Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bisa terwujud. Kami dari sisi riset dan inovasi mempunyai amanah semoga dengan periset bersama-sama bisa melanjutkan kerjasama ini dan bermanfaat kedepannya,” ujarnya.
Sasaran dari kerja sama ini adalah pertama, dihasilkannya sebuah kajian yang dapat menjadi acuan dalam penyiapan dokumen Build Strategy, pembangunan kapal mini LNG, dan kapal-kapal sejenis lainnya. Kedua, dihasilkannya sebuah kajian teknologi yang dapat menjadi acuan dalam penyiapan dokumen sistem pengendalian mutu proses produksi kapal mini LNG. Dan ketiga, dihasilkannya kajian awal produktivitas dan model bisnis pada pembangunan kapal Mini LNG.
Peneliti Ahli Utama PRTH BRIN selaku Ketua Periset dalam kerja sama ini, Buana Ma'ruf, juga menyampaikan tahun pertama pelaksanaan sudah melebihi ekspektasi berkat dukungan tim PT IKI. “Bukan hanya kapal mini LNG tetapi apa yang akan kita lakukan dan bahas nanti dapat diterapkan untuk kapal-kapal lainnya, antara lain Quality Plan, Inspection and Test Plan dan lainnya. Di tahun kedua ini kita akan fokus mengkaji dan menyusun built strategy dan sistem pengendalian mutu kapal Mini LNG. Harapan kita semua semoga kapal mini LNG benar-benar dapat dibangun oleh Pemerintah atau PT PLN ke depan,” jelasnya. Penandatangan PKS ini turut disaksikan secara daring oleh tim periset PRTH, Koordinator BHKS BRIN Jawa Timur, jajaran PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) dan Pimpinan PT Terafulk.
Sumber: www.brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Pemerintah Indonesia terus menggalakkan upaya hilirisasi produk minyak kelapa sawit untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas ini di pasar global. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui penelitian dan pengembangan (litbang) yang berfokus pada hilirisasi minyak kelapa sawit.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM), telah meningkatkan kolaborasi risetnya dengan PT Industri Nabati Lestari (INL) untuk menjalankan program hilirisasi produk minyak kelapa sawit. Kerja sama ini dituangkan dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) di KST BJ Habibie Serpong pada Selasa (14/11).
Kepala OREM BRIN, Haznan Abimanyu, menjelaskan bahwa tujuan kerja sama ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari produk turunan berbasis kelapa sawit. Haznan berharap bahwa kerja sama MoU yang akan berlangsung selama lima tahun ini akan menghasilkan teknologi baru yang dapat meningkatkan nilai tambah dari produk turunan tersebut.
Direktur PT Industri Nabati Lestari, Hasyim Toriq, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan dukungan terhadap Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam hilirisasi komoditi kelapa sawit. Dia menekankan bahwa PT INL berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dengan melakukan hilirisasi dalam produksi minyak, dengan harapan kerja sama ini dapat memajukan industri ini dan memberikan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
PT INL, sebagai anak perusahaan PTPN III dan PTPN IV, telah bergerak di bidang industri minyak goreng kelapa sawit sejak tahun 2014. Saat ini, perusahaan tersebut memiliki dua pabrik minyak goreng di Simalungun, Sumatera Utara, dan berencana untuk membangun pabrik di Gresik, Jawa Timur, sesuai dengan program strategis PTPN Group dalam implementasi hilirisasi komoditi kelapa sawit.
PKS antara PT INL dan Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur (PRTIPM) OREM BRIN akan berlangsung selama satu tahun, dengan fokus pada mensinergikan sumber daya dan kompetensi untuk mendukung tugas dan fungsi kedua belah pihak. Harapannya, kerja sama ini akan menghasilkan teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri hilirisasi kelapa sawit, serta meningkatkan nilai tambah produk turunan berbasis sawit guna mendukung kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
Sumber: www.brin.go.id
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Perkembangan pesat teknologi telah mendorong industri logistik untuk mengadopsi konsep smart warehouse, yang mengandalkan otomatisasi, IoT, dan kecerdasan buatan. Smart warehouse memungkinkan pengelolaan gudang yang lebih efisien, akurat, dan berkelanjutan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan daya saing di era digital.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Lu Zhen dan Haolin Li, menyajikan tinjauan sistematis tentang manajemen operasional smart warehouse, mengidentifikasi tren, tantangan, serta peluang dalam penerapannya.
Konsep Smart Warehouse
Smart warehouse bukan sekadar gudang otomatis, tetapi sistem yang mengintegrasikan berbagai teknologi untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan dalam manajemen rantai pasok. Beberapa elemen utama dalam smart warehouse meliputi:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan menelaah berbagai studi sebelumnya terkait smart warehouse. Analisis dilakukan berdasarkan empat perspektif utama:
Penelitian ini juga menganalisis data dari 657 publikasi untuk mengidentifikasi tren utama dalam pengelolaan smart warehouse.
Temuan Utama
1. Tren dan Perkembangan Smart Warehouse
2. Implementasi Teknologi dalam Smart Warehouse
3. Tantangan dalam Implementasi Smart Warehouse
⚠ Investasi awal yang tinggi untuk infrastruktur digital dan robotik.
⚠ Keamanan data dan ancaman siber akibat sistem berbasis IoT yang terhubung.
⚠ Keterbatasan tenaga kerja terampil dalam mengelola sistem berbasis AI dan otomatisasi.
Studi Kasus: Implementasi Smart Warehouse di Berbagai Industri
1. Alibaba Cainiao Smart Warehouse (China)
2. Amazon Robotics Fulfillment Center (Amerika Serikat)
3. Automated Container Terminal (Shanghai Yangshan)
Strategi Optimal untuk Mengimplementasikan Smart Warehouse
1. Menggunakan IoT dan Big Data untuk Efisiensi Operasional
2. Mengadopsi Robotika dan Sistem Otomatisasi
3. Menerapkan Prinsip Green Warehouse
4. Meningkatkan Kolaborasi dengan Ekosistem Digital
Kesimpulan
Smart warehouse telah menjadi solusi masa depan dalam manajemen rantai pasok dan logistik. Dengan memanfaatkan IoT, AI, robotika, dan Big Data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keberlanjutan operasional.
Penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam smart warehouse dapat meningkatkan produktivitas hingga 30%, sekaligus mengurangi biaya operasional. Namun, tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan risiko siber perlu dikelola dengan baik agar implementasi berjalan optimal.
Dalam dunia logistik yang semakin kompetitif, smart warehouse bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan bagi bisnis yang ingin bertahan dan berkembang di era digital.
Sumber : Lu Zhen, Haolin Li (2021). A Literature Review of Smart Warehouse Operations Management. Front. Eng. Manag. 2022, 9(1): 31–55.
Ilmu dan Teknologi Hayati
Dipublikasikan oleh Anisa pada 06 Maret 2025
Tidak hanya koleksi pohon, hutan - luas hijau yang mengelilingi sebagian besar dunia kita - adalah ekosistem dinamis yang penting untuk mempertahankan keseimbangan ekologi dan mendukung kehidupan di Bumi. Begitu beragam ekosistem itu sendiri, ada lebih dari 800 definisi hutan yang digunakan secara global. Tetapi pada dasarnya, hutan adalah sekelompok pohon yang padat yang membentuk ekosistem darat terbesar di Bumi, mencakup sekitar 31% dari area geografis planet ini.
Sebuah hutan didefinisikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai meliputi lebih dari 0,5 hektar dengan pohon-pohon yang lebih tinggi dari 5 meter dan penutup karang lebih dari 10%. Sementara meninggalkan daerah yang sebagian besar digunakan untuk tujuan pertanian atau perkotaan, definisi ini menekankan pentingnya pohon dalam karakterisasi hutan.
Latar belakang dan ketinggian hutan yang berbeda menghasilkan bioma yang berbeda yang dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan tingkat evapotranspirasi. Setiap biome, dari hutan hujan tropis dekat Ekuator hingga hutan boreal iklim subarktik, memiliki keanekaragaman hayati dan tujuan ekologisnya sendiri. Menariknya, hutan membentuk 80% dari biomassa tanaman di Bumi dan menyumbang 75% dari output primer bruto.
Tetapi aktivitas manusia – deforestasi menjadi penyebab utama – membahayakan keseimbangan yang rapuh dari hutan. Ekosistem hutan di seluruh dunia sangat terancam oleh deforestasi, penghapusan pohon untuk penggunaan seperti meningkatkan pertanian dan mendapatkan kayu. Hutan tropis terutama berada di bawah tekanan besar karena deforestasi yang meluas disebabkan oleh kultivasi komoditas termasuk kayu, ternak, kedelai, dan minyak kelapa sawit. Bagian-bagian besar hutan telah hilang selama beberapa abad terakhir, mengakibatkan pemisahan lanskap dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Selain efeknya pada ekologi, deforestasi mempengaruhi pola iklim dan kesejahteraan orang. Regulasi hujan dan stabilitas iklim sangat ditingkatkan oleh hutan. Penelitian di hutan Amazon menyoroti interaksi yang kompleks antara tanaman dan pola hujan, sehingga menekankan kemungkinan gangguan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan deforestasi.
Terlepas dari kesulitan ini, hutan terus menawarkan layanan ekosistem penting bagi manusia, termasuk pengaturan iklim dan penangkapan karbon serta pasokan air bersih dan rumah bagi banyak spesies. Hutan juga merupakan daerah budaya dan rekreasi yang menarik pengunjung dan mempromosikan hubungan dengan dunia alam.
Program global dan kelompok lokal telah mempercepat upaya untuk melindungi dan mengelola hutan secara berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir. Di antara banyak metode yang digunakan dalam strategi konservasi adalah deklarasi area yang dilindungi, inisiatif penanaman hutan, dan metode hutan berkelanjutan. Orang asli juga berkontribusi secara signifikan terhadap konservasi hutan dengan menggunakan pengetahuan tradisional mereka untuk mengelola ekosistem hutan secara berkelanjutan
Masalah lingkungan yang berfokus pada masa depan seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati sangat bergantung pada perlindungan hutan. Masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang tergantung pada kemampuan kita untuk mempertahankan hubungan damai antara masyarakat manusia dan hutan saat kita bernegosiasi tentang kompleksitas dunia modern.
Akhirnya, sebagai simbol interdependensi kompleks kehidupan di Bumi, hutan berfungsi sebagai batu penjuru keanekaragaman hayati, stabilitas iklim, dan kesejahteraan manusia. Hutan adalah ekosistem yang tak ternilai yang dapat kita pertahankan dan memulihkan dengan menyadari pentingnya dan bertindak bersama untuk melakukannya.
Sumber :
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 06 Maret 2025
Jakarta – Humas BRIN. Saat ini produktivitas kelapa sawit dunia berkisar 4 ton minyak perhektar pertahun, masih di bawah persyaratan standar nasional yaitu 6 ton perhektar pertahun. Bahkan masih jauh dari perkiraan potensi maksimum sebesar 18,5 ton perhektar pertahun jika mempertimbangkan semua atribut fisiologis optimal ujar Daryono Restu Wahono, Periset Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar (PR TPS) BRIN. “Salah satu upaya untuk mengoptimalkan mengoptimalkan produksi dan produktivitas sawit rakyat tanpa membuka lebih banyak lahan untuk budidaya adalah melakukan intensifikasi. Metode ini diharapkan bisa menjembatani kesenjangan antara target produksi dan perlindungan lingkungan,” jelas Daryono dalam Diskusi Panel dengan tema “Smart Farming For Subtainable Growth” pada Kamis (16/11).
Lebih lanjut Daryono menjelaskan bagaimana peranan SNI 8211-2023 sebagai pedoman bagi produsen dan pemulia benih kelapa sawit agar mampu menghasilkan benih unggul kelapa sawit dengan lebih baik. “Perusahaan perkebunan dan pekebun dapat memanfaatkan benih unggul tersebut untuk peremajaan tanaman sawit rakyat dan berumur lebih dari 25 tahun yang mempunyai produktivitas rendah menjadi tanaman sawit rakyat produktivitas tinggi yang berkelanjutan,” lanjutnya. Daryono pun mencontohkan perhitungan matematis terkait proyeksi peningkatan produksi kelapa sawit hingga tahun 2025. “Jika intensifikasi yang dilakukan dengan menggunakan SNI 8211:2023 yang sejalan dengan PP 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, maka produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai 89,976 juta ton pada tahun 2025,” pungkasnya.
Untuk mendukung terwujudnya hal tersebut Daryono menggarisbawahi bahwa pemerintah wajib mensertifikasi seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sesuai dengan Perpres 44 Tahun 2020, paling lambat 5 tahun setelah peraturan ini diundangkan. “Adanya persyaratan mutu pada produksi benih bertujuan untuk menjamin bahwa benih kelapa sawit mempunyai mutu yang baik secara genetik maupun fisik. Penggunaan benih kelapa sawit sesuai standar SNI 8211:2023 akan sangat membantu dalam meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia. Standar tersebut juga mengatur persyaratan mutu benih kelapa sawit hingga pelayanan purna jual. Selain itu dalam standar ini juga terdapat persyaratan pengemasan dan persyaratan benih siap tanam, serta persyaratan penanaman benih kelapa sawit,” terang Daryono.
Diakhir, Daryono menekankan bahwa dengan penggunaan SNI 8211:2023 untuk Benih Kelapa Sawit, akan menghasilkan bibit kelapa sawit berkualitas yang dapat digunakan untuk program intensifikasi. “Untuk mencapai hasil yang maksimal, program intensifikasi kelapa sawit nasional harus menggunakan SNI 8211:2023 untuk Benih Kelapa Sawit. Namun demikian, intensifikasi ini juga harus disertai dengan program sertifikasi yang diwajibkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia,” ujar Daryono. Ia pun lanjut menjelaskan bahwa intensifikasi kelapa sawit nasional dengan standar SNI 8211:2023 dapat mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi nasional yang diarahkan pada pengentasan kemiskinan, mengatasi pengangguran, peningkatan pendapatan, stabilisasi perekonomian, dan pemerataan Pembangunan, tutupnya.
Senada dengan apa yang dijelaskan Daryono, Analis Standardisasi Badan Standardisasi Nasional, Evan Buwana menyebutkan pentingnya keseimbangan antara standar dan perkembangan teknologi. “Pertanian berkelanjutan membutuhkan keseimbangan yang apik antara standar ketat dan perkembangan terus-menerus dalam inovasi teknologi. Standarisasi dan teknologi itu punya hubungan yang intim sebetulnya. Dengan demikian, penerapan standar ini akhirnya bisa meningkatkan daya saing dan kinerja,” jelas Evan. Diskusi Panel ini merupakan rangkaian dari Bulan Mutu Nasional 2023 yang mengangkat tema “Standardisasi Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkelanjutan”. Gelaran ini dilangsungkan di Jakarta Convention Center.
Sumber: www.brin.go.id