Universitas ini didirikan pada tanggal 23 September 1963 dan menggunakan nama Jenderal Södirman untuk menghormati kontribusi Jenderal Södirman terhadap negara, bangsa dan rakyat, seorang pahlawan nasional yang lahir pada kehidupan mantan Söder Banyumas. . Merupakan universitas tertua di Jawa Tengah setelah Universitas Diponegoro, dan telah memantapkan dirinya sebagai salah satu universitas paling bergengsi di Indonesia, menghasilkan banyak kandidat terbaik tanah air setiap tahunnya. dan 245 meter di atas permukaan laut. Kaki Gunung Slamet sebelah utara Purwokerto tingginya 100 meter dan sejuk. Selain hebat, universitas ini termasuk universitas dengan proses belajar mengajar yang unggul dan biaya hidup yang rendah karena tidak berada di tengah kota dan tidak sibuk.
Universitas Södirman juga terdaftar. Merupakan salah satu dari 10 PTN terpopuler di Indonesia. Hal ini juga tercermin dari tingkat persaingan masuk, Unsoed menduduki peringkat ke-9 nasional pada tahun 2013 dan peringkat ke-16 universitas terbaik tahun 2016. Pada tahun 2020, Unsoed meraih peringkat 14 sebagai universitas negeri terfavorit dalam SBMPTN yang diselenggarakan LTMPT. Pada tahun 2021, Unsoed memperoleh peringkat ke-17 sebagai universitas terbaik versi SCImago Institutions Ranking (SIR) 2021 dan berada di jajaran 20 besar perguruan tinggi terbaik se-Indonesia. Pada tahun 2023, Unsoed mengalami kenaikan pesat peringkat dalam dan luar negeri menurut lembaga pemeringkatan internasional, yakni peringkat 17 se-Indonesia oleh Webometrics dan 14 se-Indonesia oleh UniRank 4ICU. Pusat keunggulan pemberdayaan perdesaan dan kearifan lokal sebagai identitas utama Unsoed dan peningkatan rekognisi internasional merupakan misi Universitas Jenderal Soedirman sebagai "World Class Civic University".
Universitas Jenderal Soedirman saat ini memiliki dua belas fakultas yang menyelenggarakan program pendidikan dalam jenjang vokasi, sarjana, magister, dan doktor.
Keresidenan Banyumas merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi tempat dinamika sosial, politik, dan kebudayaan yang signifikan sejak masa kolonial hingga awal kemerdekaan, utamanya di kawasan Jawa Tengah. Fakta ini berangkat dari beragam tokoh Banyumas yang memiliki pengaruh besar dalam peta perkembangan bangsa Indonesia, seperti Raden Mas Goembrek dan Raden Angka Prodjosoedirdjo yang merupakan salah satu tokoh pendiri gerakan Budi Utomo dan alumni Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra atau STOVIA, Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo sebagai pendiri Bank Negara Indonesia, Margono Soekarjo sebagai dokter ahli bedah pertama di Indonesia, dan Raden Bei Aria Wirjaatmadja sebagai pendiri Bank Rakyat Indonesia. Kontribusi tokoh nasional ini tidak sejalan dengan kondisi masyarakat Keresidenan Banyumas yang tidak mempunyai pusat pendidikan tinggi berkualitas dan bergengsi di Indonesia, di mana masyarakat Banyumas masih mengandalkan perguruan tinggi di kota lain seperti Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Universitas Diponegoro di Semarang, dan Universitas Indonesia di Jakarta. Adanya isu ini kemudian melahirkan kehendak masyarakat Banyumas untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi negeri agar calon mahasiswa bisa mengenyam pendidikan sarjana di wilayah Banyumas.
Menimbang amanat yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan desakan masyarakat Banyumas akan kebutuhan pendidikan tinggi tersebut, para pemimpin Banyumas menggagas ide pendirian perguruan tinggi di wilayah Banyumas. Melalui inisiatif oleh pemangku kepentingan di Banyumas, yakni Raden Soemardjito sebagai Residen Banyumas, Raden Kriharto, Raden Soetardjo S., M. Soemarmo, Raden Soeroso, S.H., dan Letnan Kolonel Soegiharto, yang merupakan sebagian dari 35 orang tokoh inisiator dari latar belakang militer dan masyarakat umum, digagas sebuah lembaga bernama Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman. Sebagai tindak lanjut atas gagasan ini, Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman resmi berdiri dengan Akta Notaris No. 32 tanggal 20 November 1961 di Yogyakarta yang ditandatangani oleh Notaris Raden Mas Wiranto.
Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman sebagai lembaga penanggung jawab pendirian perguruan tinggi di Banyumas ini kemudian berusaha mewujudkan berdirinya sebuah universitas. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 195 tanggal 23 September 1963 resmi berdiri Universitas Umum Soedirman (dahulu bernama Universitas Djenderal Sudirman berdasarkan keputusan presiden), ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan dibuka oleh Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). , Riset dan Teknologi) Profesor. dokter Saya Tojib Hadiwidjaja dari Dinas Perumahan Banyumas.
Sumber: id.wikipedia.org