Pemerintah Indonesia telah menjadikan perangkat elektronik sebagai salah satu dari enam prioritas manufaktur di sektor industri yang sedang berkembang pesat.
Sejak tahun 2018, pemerintah telah mengidentifikasi elektronik sebagai salah satu sektor industri utama yang akan dikembangkan.
Beberapa sektor industri mencatatkan kinerja pertumbuhan yang cemerlang pada Triwulan-III tahun 2022, dengan industri barang logam, komputer, barang elektronik, peralatan optik, dan peralatan listrik mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,56%.
"Pesatnya pertumbuhan di subsektor ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestik. Di antaranya, saat kami merelaksasi PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), yang berdampak luar biasa terhadap pasar, dan juga program P3DN yang turut mendorong penyerapan produk dalam negeri," ujar Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian.
Indonesia masih mengimpor barang elektronik senilai US$ 25,5 miliar
Namun, Indonesia masih mengimpor banyak produk elektronik pada tahun 2022 yang mencapai US$ 25,5 miliar.
Sebanyak 53% atau US$ 13 miliar dari total impor tersebut berupa komponen untuk industri elektronika dan telematika. Indonesia masih mengimpor sejumlah komoditas elektronik tersebut karena beberapa hal krusial.
Pertama, kurangnya pemasok komponen dalam negeri, sebagian produksi elektronik Indonesia untuk pasar domestik, dan integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk pasar global yang masih minim. Sebanyak 80 dari 510 UKM bergerak di sektor manufaktur peralatan listrik.
Kedua, infrastruktur yang tidak memadai. Mayoritas operasi manufaktur di Indonesia hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Batam.
Ketiga, sumber daya manusia yang kurang terampil. Hanya 1,4% yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, Indonesia masih didominasi oleh populasi yang tidak terampil. Pada tahun 2018, 11,4% lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menganggur, dan 5,2% lulusan universitas menganggur.
Peluang bisnis melalui pertumbuhan industri elektronik
Saat ini, produk domestik bruto (PDB) industri elektronik akan tumbuh 6,71% pada tahun 2022. Peningkatan ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi.
Segmen elektronik konsumen di Indonesia adalah yang paling berkembang, hal ini disebabkan oleh pasar rumah tangga yang besar, yaitu 64 juta orang.
Pada tahun 2020, pendapatan di industri elektronik sekitar US$ 5.553 juta, meningkat 39,4% dari tahun ke tahun.
Pada segmen ini, diperkirakan akan ada peningkatan sebesar 12,2% dari tahun 2020 hingga 2025 dengan nilai transaksi mencapai US$ 9.988 juta.
Sementara itu, rumah tangga di Indonesia menghabiskan 9% dari pengeluaran rumah tangganya untuk membeli barang elektronik audio video.
Selain itu, pendapatan di sektor peralatan rumah tangga mencapai US$ 866 juta pada tahun 2020. Diperkirakan pertumbuhannya akan mencapai 15,7% dari tahun 2020-2025.
Sementara itu, penetrasi smartphone di Indonesia telah meningkat menjadi 70% dari populasi di tahun 2020 dan akan mencapai 89% di tahun 2025.
Di sisi lain, dengan berkembangnya penggunaan smartphone dan digitalisasi, di sektor e-commerce, tercatat pada tahun 2022 penggunaan transaksi elektronik e-commerce telah mencapai Rp 476,3 triliun atau meningkat 18,7%.
Disadur dari: indonesiabusinesspost.com