Transformasi Design-Bid-Build ke Integrated Project Delivery: Strategi Kolaborasi Menuju Kinerja Proyek yang Lebih Baik

Dipublikasikan oleh Anisa

20 Mei 2025, 11.43

Unplash.com

Mengapa Harus Berubah? Realitas Design-Bid-Build yang Kaku dan Kompetitif

Sistem pengadaan proyek konstruksi tradisional seperti Design-Bid-Build (DBB) telah menjadi tulang punggung pembangunan di banyak negara, termasuk Indonesia. Meski terstruktur dan legalitasnya sudah mapan, sistem ini mengandalkan kompetisi antar pihak sejak awal hingga akhir proyek. Hal ini menciptakan fragmentasi, ketidakpercayaan, dan hambatan kolaborasi.

Masalah utama dari sistem DBB adalah:

  • Hubungan yang berbasis kompetisi, bukan kolaborasi.

  • Minimnya koordinasi antara perancang dan pelaksana.

  • Rentan terhadap konflik saat desain harus disesuaikan di lapangan.

Menurut studi ini, kondisi tersebut diperparah saat proyek menghadapi tantangan besar seperti pandemi COVID-19, perubahan desain mendadak, keterlambatan pasokan material, atau keputusan manajerial yang lambat.

Apa Solusinya? Menuju Integrated Project Delivery (IPD) yang Kolaboratif

Perubahan Paradigma: Dari Kompetisi ke Kooperasi

Penelitian ini mengusulkan agar proyek DBB dapat meningkatkan kualitas “partnering”—atau hubungan kerja sama—menuju standar IPD, meskipun kontrak formal tetap berbasis DBB. Artinya, kolaborasi bisa dibangun tanpa mengubah sistem hukum atau bentuk kontrak.

Integrated Project Delivery (IPD) sendiri adalah sistem pengadaan yang berbasis kolaborasi mendalam sejak tahap paling awal proyek. IPD menuntut semua pihak—pemilik, kontraktor, perancang, dan pemasok—bekerja dalam satu kontrak multipihak, berbagi risiko dan keuntungan, serta berkontribusi sejak desain belum dimulai.

Metodologi Penelitian: Studi Proyek dan Pendekatan Delphi

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan:

  • Studi tiga proyek DBB di Indonesia bernilai di atas Rp 10 miliar.

  • Diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan 14 pakar (akademisi, kontraktor, konsultan).

  • Delphi Method untuk mencapai konsensus dalam rekomendasi strategi partnering.

Hasilnya menghasilkan model perubahan bertahap dari pola persaingan menuju kolaborasi.

Tingkatan Partnering: Dari Kompetisi ke Koalesensi

Studi Kasus: 3 Proyek DBB Indonesia dan Analisis Keterlambatan

Fakta Lapangan

Dari ketiga proyek yang diteliti:

  • Semuanya mengalami keterlambatan signifikan.

  • Penyebab utama: perubahan desain (rework), keterbatasan SDM, keterlambatan material, dan keputusan lambat oleh pemilik proyek.
    Data grafik menunjukkan penyimpangan standar tinggi dari rencana awal (lihat Gambar 6 & 7 dalam artikel), menandakan kinerja buruk.

Strategi Perubahan: Dari DBB Kompetitif ke DBB Kolaboratif

 Model Perubahan yang Direkomendasikan

Tanpa mengubah format kontrak DBB, hubungan kerja bisa ditransformasikan sebagai berikut:

  1. Pemilik proyek menunjuk desainer berdasarkan visi bersama, bukan hanya harga terendah.

  2. Kontraktor dilibatkan sejak tahap desain, tidak hanya setelah perencanaan selesai.

  3. Subkontraktor dipilih berdasarkan hubungan jangka panjang, bukan hanya lewat tender lepas.

  4. Bagi hasil keuntungan dan skema risiko bersama diperkenalkan sejak awal.

Model ini bertujuan meniru kualitas hubungan dalam IPD, walau tetap berada dalam kerangka hukum DBB.

Dampak Praktis: Manfaat Nyata Kolaborasi

Penelitian ini menegaskan bahwa transformasi menuju kolaborasi bukan sekadar konsep ideal. Berdasarkan berbagai referensi studi sebelumnya:

  • Produktivitas pekerja naik 10%.

  • Biaya proyek turun hingga 10%.

  • Jadwal proyek lebih tepat waktu (hingga 100% sesuai rencana).

  • Pekerjaan berulang (rework) turun 50%.

  • Hubungan kerja jangka panjang terbentuk

Kritik dan Tantangan Implementasi di Indonesia

Kendala Utama:

  • IPD belum dikenal luas dalam sistem pengadaan pemerintah.

  • Masih dominan paradigma tender harga terendah.

  • Budaya kerja yang terbiasa kompetisi, bukan kolaborasi.

  • Risiko tuduhan “pilih kasih” jika pemilik proyek menunjuk mitra tanpa tender.
     

Namun, justru karena tantangan inilah pendekatan “DBB kolaboratif” menjadi solusi pragmatis: tanpa melanggar aturan formal, tapi tetap mengadopsi semangat IPD.

Rekomendasi Strategis

  1. Revisi standar pengadaan proyek pemerintah untuk memungkinkan pendekatan kolaboratif.

  2. Sosialisasi konsep IPD ke pelaku industri dan regulator.

  3. Pilot project IPD terbatas di proyek-proyek strategis untuk uji coba.

  4. Bangun sistem evaluasi berbasis kinerja jangka panjang, bukan hanya capaian fisik.
    Kesimpulan: Jalan Menuju Proyek Berkelanjutan Ada pada Kolaborasi

Penelitian ini menyampaikan pesan kuat: untuk mencapai kinerja proyek yang optimal—baik dari sisi waktu, biaya, kualitas, maupun kesinambungan—diperlukan pergeseran paradigma dari persaingan ke kolaborasi. Meski sistem pengadaan belum berubah, cara kita membangun hubungan kerja bisa ditingkatkan.

DBB tidak harus dibuang, tapi harus dikembangkan. Melalui pendekatan strategis, nilai-nilai IPD bisa diadopsi, sehingga menciptakan proyek infrastruktur yang efisien, harmonis, dan berkelanjutan di masa depan.

Sumber:

Sari, E.M., Irawan, A.P., Wibowo, M.A., dkk. (2024). Design Bid Build to Integrated Project Delivery: Strategic Formulation to Increase Partnering. Journal of Infrastructure, Policy and Development, 8(1), 2242.
Tautan resmi: https://doi.org/10.24294/jipd.v8i1.2242