Insiden tersebut merupakan salah satu bencana udara terburuk dalam sejarah Indonesia, menewaskan 234 orang di dalamnya, termasuk 222 penumpang dan 12 awak. Saat bencana terjadi pada tanggal 26 September 1997, kabut tebal akibat panasnya hutan menyelimuti kota Medan, yang diduga menjadi penyebab bencana tersebut.
Linimasa kecelakaan
Penerbangan GA152 sedang dalam perjalanan transit. Pendekatan dengan instrumen standar (SPI) runway 05 di Bandara Polonia Medan. Setelah turun ke ketinggian 3.000 kaki, pilot diperintahkan berbelok ke kiri 240° untuk menghindari landasan 05. Namun, dua menit sebelum kecelakaan, pesawat diperintahkan menahan arah 215° dan turun ke ketinggian 2.000 kaki. , 500 kaki di bawah ketinggian pendekatan awal.
Pada pukul 13.30, kontrol lalu lintas udara (ATC) memerintahkan pesawat untuk berbelok kanan ke arah 045° dan menampilkan konfigurasi pelokalan. Namun personel ATC sempat bingung apakah pesawat harus berbelok ke kiri atau ke kanan. Hanya 10 detik setelah disuruh berbelok ke kanan, sayap kanan pesawat menabrak pohon, sebagian sayap pesawat putus, dan pesawat jatuh, jatuh dan terbakar di kawasan hutan. sayap kiri pesawat terbang rendah dan menghantam lembah pada suhu 220°. Hal ini mungkin mengkonfirmasi bahwa pilot salah menafsirkan instruksi ATC untuk berbelok ke kanan dan hampir menyimpang dari jalur yang sebelumnya dihindari yaitu 215°.
Sebelum kecelakaan, terjadi kebingungan di ATC Medan yang dioperasikan oleh Merpati Penerbangan 152. itu adalah apa adanya. Didekati bersama Garuda 152. Catatan komunikasi radio antara pesawat dan ATC menunjukkan kebingungan. Pengendali lalu lintas udara dengan cermat memeriksa pendekatan ke puncak Garuda Penerbangan 152 dan memberikan instruksi yang salah serta memandu pesawat ke daerah pegunungan pada ketinggian yang benar.
Penumpang kecelakaan terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia dan Jepang, Jerman, Taiwan, Inggris Raya, Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Malaysia, Belgia, Belanda, Italia, Swedia.
Sumber: id.wikipedia.com