Tiga Lensa Bahaya di Proyek Konstruksi: Pelajaran dari Dapur Nenek Saya

Dipublikasikan oleh Melchior Celtic

27 Oktober 2025, 13.10

Tiga Lensa Bahaya di Proyek Konstruksi: Pelajaran dari Dapur Nenek Saya

Prolog: Dapur Nenek Saya dan Pelajaran tentang Risiko Tersembunyi

Setiap kali Lebaran tiba, dapur nenek saya berubah menjadi zona yang saya sebut sebagai "kekacauan terkendali". Bayangkan ini: aroma opor ayam beradu dengan wangi kue nastar yang baru keluar dari oven. Di satu sudut, ibu saya sedang mengiris bawang dengan kecepatan kilat. Di sudut lain, seorang bibi membawa nampan berisi gelas-gelas panas. Sepupu-sepupu saya berlarian masuk dan keluar, kadang hanya untuk mencuri sepotong rengginang. Dapur itu, dalam skala kecil, adalah sebuah proyek konstruksi yang dinamis. Ada banyak "pekerja" dengan "tugas" yang berbeda, bergerak di ruang yang terbatas, dikelilingi oleh potensi bahaya.

Saat saya ikut membantu, saya sadar ada tiga jenis risiko yang selalu menghantui. Pertama, risiko yang saya ciptakan untuk diri sendiri—misalnya, jari saya teriris pisau saat melamun, atau tangan saya terciprat minyak panas. Ini adalah bahaya yang sumber dan korbannya adalah saya sendiri.

Kedua, dan ini yang paling membuat stres, adalah risiko yang datang dari orang lain. Bayangkan saya sedang hati-hati membawa sepanci besar kuah soto panas, lalu tiba-tiba seorang sepupu berlari dari belakang dan menyenggol lengan saya. Bahaya itu bukan berasal dari tindakan saya, melainkan dari interaksi tak terduga dengan "rekan kerja" di dapur. Ini adalah bahaya yang paling sulit diantisipasi.

Ketiga, ada risiko yang menimpa semua orang tanpa pandang bulu. Misalnya, jika tiba-tiba gas elpiji bocor atau listrik padam total. Dalam sekejap, seluruh dapur menjadi tempat yang berbahaya bagi semua orang di dalamnya, tak peduli apa yang sedang mereka kerjakan.

Saya tidak pernah menyangka bahwa pengalaman di dapur nenek ini akan memberi saya kerangka berpikir untuk memahami sebuah paper akademis yang brilian. Sebuah paper yang, menurut saya, bisa mengubah cara kita memandang keselamatan kerja di salah satu industri paling berbahaya di dunia.

Sebuah Industri yang Berdarah: Mengapa Zona Konstruksi Adalah Medan Perang Modern

Mari kita beranjak dari dapur dan melihat kenyataan yang suram. Industri konstruksi adalah industri yang berdarah, secara harfiah. Menurut data International Labor Organization yang dikutip dalam paper penelitian oleh Matej Mihić, sekitar 60.000 kematian terjadi di lokasi konstruksi setiap tahunnya di seluruh dunia. Itu bukan sekadar statistik; itu 60.000 keluarga yang hancur, 60.000 masa depan yang terenggut. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa pun, industri konstruksi menyumbang lebih dari 20% dari total kematian akibat kerja, padahal pekerjanya hanya sekitar 6-10% dari total tenaga kerja. Angka ini bahkan belum memperhitungkan cedera yang tidak dilaporkan, yang diperkirakan bisa mencapai 50%.   

Mengapa begitu berbahaya? Paper ini menjelaskan alasannya dengan sangat jernih. Lokasi konstruksi bukanlah pabrik. Pabrik adalah lingkungan yang terkendali, stasioner, dan repetitif. Pekerja berdiri di tempat yang sama, melakukan tugas yang sama, dengan alat yang sama, di dalam ruangan yang terlindung. Sebaliknya, lokasi konstruksi adalah medan pertempuran yang dinamis dan selalu berubah. Pekerja, material, dan alat berat terus bergerak. Kondisi lapangan berubah dari hari ke hari. Cuaca menjadi faktor yang tak terduga. Dan yang paling krusial, pekerja dari berbagai tim dengan tugas yang berbeda sering kali harus bekerja di ruang dan waktu yang tumpang tindih.   

Di sinilah letak masalah fundamentalnya. Metode identifikasi bahaya tradisional, seperti Job Hazard Analysis (JHA), dirancang untuk lingkungan pabrik yang statis. Metode ini mencoba mengidentifikasi bahaya dengan melihat hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan. Tapi bagaimana kamu bisa melakukannya secara efektif jika lingkungannya berubah setiap jam?   

Akibatnya, terjadi sebuah kegagalan sistemik yang mengerikan. Penelitian oleh Carter dan Smith (2006), yang dirujuk dalam paper ini, menemukan bahwa lebih dari 30% bahaya di lokasi konstruksi tidak teridentifikasi selama proses perencanaan keselamatan. Bayangkan, sepertiga dari potensi ranjau darat di medan perang bahkan tidak ada di peta. Ini bukan "unknown unknowns" (hal-hal yang mustahil kita ketahui), melainkan "knowable unknown unknowns"—bahaya yang sebenarnya bisa kita lihat, jika saja kita memakai kacamata yang tepat. Kita tidak perlu bekerja lebih keras dengan metode lama; kita butuh cara pandang yang sama sekali baru.   

Terobosan dari Sebuah Jurnal: Tiga Lensa untuk Melihat Bahaya yang Sama

Di tengah kebutuhan mendesak ini, paper berjudul "Classification of Construction Hazards for a Universal Hazard Identification Methodology" menawarkan sebuah terobosan. Penelitinya, Matej Mihić, tidak menawarkan alat canggih atau teknologi baru. Ia menawarkan sesuatu yang jauh lebih fundamental: sebuah klasifikasi baru, sebuah cara berpikir baru. Ia mengusulkan agar kita berhenti hanya membuat daftar bahaya (jatuh, terbentur, terpotong) dan mulai mengklasifikasikannya berdasarkan sumber dan korban dari bahaya tersebut.

Ini seperti memiliki tiga lensa berbeda untuk melihat pemandangan yang sama. Setiap lensa mengungkap detail yang sebelumnya tersembunyi.

Lensa Pertama: Cermin Diri (Bahaya yang Kita Ciptakan Sendiri)

Ini adalah lensa yang paling kita kenal, yang paling dasar. Self-induced hazards atau bahaya yang disebabkan oleh diri sendiri adalah bahaya yang berasal dari aktivitas yang dilakukan oleh pekerja yang pada akhirnya terdampak oleh bahaya itu sendiri. Saat seorang pekerja melakukan sebuah aktivitas, ia "memproduksi" bahaya. Jika ia terpapar oleh bahaya yang ia produksi sendiri, itulah self-induced hazard.   

  • 🚀 Konsepnya: Risiko yang berasal dari tindakanmu sendiri. Kamu adalah sumber sekaligus korban dari bahaya tersebut.

  • 🧠 Contoh dari paper: Terjatuh dari ketinggian saat memasang perancah, cedera karena salah memegang alat listrik, luka sayat saat memotong kayu, atau luka bakar karena menyentuh objek panas.   

  • 💡 Pelajaran: Ini adalah fondasi dari keselamatan pribadi. Kesadaran situasional, kompetensi teknis, dan kepatuhan pada prosedur adalah benteng pertahanan utamanya. Ini adalah jenis bahaya yang paling mudah diidentifikasi oleh metode JHA tradisional.

Lensa Kedua: Tarian Tak Terduga (Bahaya dari Rekan Kerja)

Di sinilah letak kejeniusan dan kontribusi terbesar dari paper ini. Peer-induced hazards atau bahaya yang disebabkan oleh rekan kerja adalah "materi gelap" dalam alam semesta keselamatan konstruksi. Ini adalah bahaya yang menimpa seorang pekerja, tetapi sumbernya adalah aktivitas yang dilakukan oleh pekerja atau tim lain di sekitarnya.   

Ini terjadi karena adanya tumpang tindih spasial (berada di tempat yang sama) dan tumpang tindih temporal (pada waktu yang sama). Bayangkan tim A sedang memasang bekisting di lantai 5. Salah satu material mereka terjatuh. Tepat di bawah, di lantai 4, tim B sedang memasang tulangan baja. Pekerja dari tim B yang tertimpa material tersebut adalah korban dari peer-induced hazard. Tim B mungkin punya rencana keselamatan yang sempurna untuk pekerjaan mereka sendiri, tapi rencana itu tidak memperhitungkan bahaya yang "diimpor" dari aktivitas tim A.   

Ini seperti mengemudi di persimpangan yang ramai tanpa lampu lalu lintas. Keselamatanmu tidak hanya bergantung pada caramu mengemudi, tapi juga pada manuver tak terduga dari puluhan pengemudi lain di sekitarmu. Metode JHA tradisional sering kali buta terhadap bahaya jenis ini karena ia menganalisis setiap pekerjaan secara terisolasi.

Lensa Ketiga: Langit yang Bisa Runtuh (Bahaya untuk Semua Orang)

Lensa terakhir adalah lensa sudut lebar. Global hazards atau bahaya global adalah jenis bahaya yang area dampaknya begitu luas sehingga mencakup seluruh lokasi proyek, mengancam semua orang yang ada di sana, terlepas dari apa pun pekerjaan mereka. Ini adalah peristiwa berisiko rendah-probabilitas namun berdampak sangat tinggi.   

Pikirkan tentang pengoperasian crane. Saat crane mengangkat material berat dan memindahkannya melintasi lokasi proyek, jalur di bawahnya menjadi zona bahaya. Karena tidak praktis untuk melacak posisi setiap pekerja setiap saat, maka seluruh area dianggap sebagai zona bahaya potensial. Semua pekerja, dari mandor hingga tukang gali, terpapar pada risiko yang sama: objek jatuh dari crane.   

Contoh lain dari paper ini termasuk keruntuhan perancah (scaffold collapse) skala besar, kegagalan struktur crane itu sendiri, kebakaran, atau ledakan. Bahaya-bahaya ini mengubah seluruh lokasi proyek menjadi zona bencana seketika.   

Kerangka kerja tiga lensa ini sangat kuat karena ia memaksa kita untuk berpikir secara relasional. Sebuah peristiwa tunggal bisa dilihat melalui ketiga lensa. Misalnya, bekisting yang roboh. Bagi pekerja yang salah memasangnya dan ikut terjatuh, itu adalah self-induced hazard. Bagi pekerja lain di dekatnya yang tertimpa, itu adalah peer-induced hazard. Jika kerobohan itu memicu efek domino yang meruntuhkan seluruh struktur perancah, itu menjadi global hazard. Keselamatan bukan lagi hanya tentang tanggung jawab individu atas dirinya sendiri, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif atas bagaimana tindakan kita menciptakan lingkungan yang aman atau tidak aman bagi orang lain.

Apa yang Membuat Saya Kagum (dan Sedikit Mengernyitkan Dahi)

Setelah membaca paper ini berulang kali, ada dua hal yang menonjol. Pertama, saya sangat kagum dengan keanggunan dan kekuatan intuitif dari klasifikasi ini. Mihić berhasil mengambil realitas yang sangat kompleks—kekacauan di lokasi konstruksi—dan menyajikannya dalam sebuah model mental yang sederhana namun sangat kuat. Ini bukan sekadar teori di menara gading. Kerangka kerja ini telah divalidasi melalui wawancara dengan 10 pakar industri K3 di Kroasia. Hasilnya? Semua pakar setuju bahwa klasifikasi ini jelas, bisa dipahami, dan cocok untuk digunakan dalam sistem identifikasi bahaya. Ini memberinya kredibilitas praktis yang luar biasa.   

Namun, ada satu hal yang membuat saya sedikit mengernyitkan dahi, bukan sebagai kritik, melainkan sebagai sebuah observasi. Meskipun kerangka kerja ini brilian, paper ini sendiri mengakui bahwa ini adalah sebuah prasyarat, sebuah langkah awal. Kekuatan penuh dari model ini, terutama untuk mengidentifikasi ribuan potensi interaksi bahaya antar-rekan kerja secara otomatis, bergantung pada pengembangan "Hazard Integration System" yang saat ini masih dalam tahap konsep.   

Dengan kata lain, paper ini bukan hanya sebuah studi; ia adalah cetak biru arsitektur data untuk sebuah perangkat lunak manajemen keselamatan masa depan yang belum ada. Klasifikasi ini adalah fondasi logis yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang lebih cerdas, yang kemungkinan besar akan terintegrasi dengan Building Information Modelling (BIM) untuk memvisualisasikan tumpang tindih spasial dan temporal. Jadi, ini adalah alat konseptual yang sangat kuat hari ini, dengan janji untuk menjadi mesin otomatis yang jauh lebih dahsyat di masa depan.

Mengubah Teori Menjadi Tindakan: Cara Menggunakan Tiga Lensa Ini Besok Pagi

Jadi, apa yang bisa kita lakukan dengan pengetahuan ini sekarang, sementara kita menunggu sistem otomatis itu diciptakan? Kita bisa menggunakannya sebagai alat kognitif, sebagai sebuah kebiasaan mental untuk meningkatkan kesadaran situasional kita.

Bayangkan kamu seorang manajer proyek atau pengawas lapangan. Coba lakukan latihan sederhana ini setiap pagi saat rapat koordinasi atau saat berjalan di lokasi:

  1. Pakai Kacamata Self-Induced: Tanyakan pada tim, "Melihat tugas kita hari ini, bahaya apa yang paling mungkin kita ciptakan untuk diri kita sendiri? Di mana titik paling rawan dari pekerjaan kita?"

  2. Pakai Kacamata Peer-Induced: Lihat jadwal kerja. "Di mana dan kapan pekerjaan tim kita akan bersinggungan dengan tim lain hari ini? Tim mana yang akan bekerja di atas atau di bawah kita? Bahaya apa yang bisa kita timbulkan untuk mereka, dan bahaya apa yang bisa mereka timbulkan untuk kita?"

  3. Pakai Kacamata Global: Lihat gambaran besarnya. "Apa aktivitas berskala besar yang dijadwalkan hari ini? Apakah ada pengangkatan crane besar? Apakah ada pekerjaan penggalian yang signifikan? Bagaimana aktivitas ini bisa berdampak pada semua orang di lokasi?"

Mengajukan tiga set pertanyaan ini secara rutin akan mengubah cara tim Anda melihat risiko. Ini menggeser fokus dari sekadar "patuhi aturan" menjadi "pahami dinamika".

Memahami kerangka kerja ini adalah langkah fundamental yang membuka mata. Namun, mengidentifikasi risiko hanyalah setengah dari pertempuran. Bagi Anda yang ingin melangkah lebih jauh dan belajar bagaimana merencanakan, merespon, dan mengendalikan risiko-risiko ini secara sistematis, mendalami (https://www.diklatkerja.com/course/prinsip-prinsip-manajemen-risiko-pada-proyek-konstruksi/) di Diklatkerja bisa menjadi investasi karir yang sangat cerdas. Kursus ini akan memberi Anda alat untuk mengubah wawasan dari tiga lensa ini menjadi tindakan yang terstruktur dan proaktif, persis seperti yang dijelaskan dalam tujuan pelatihannya: "mengidentifikasi, merespon, hingga mengendalikan risiko secara proaktif".   

Epilog: Jangan Hanya Percaya Kata-Kata Saya

Pada akhirnya, paper ini meninggalkan saya dengan satu pemikiran besar: keselamatan sejati di lingkungan kerja yang kompleks bukan tentang daftar periksa yang statis. Ini tentang memahami dinamika hubungan—hubungan antara manusia dengan alatnya, antara manusia dengan sesamanya, dan antara semua manusia dengan lingkungan kerja yang terus berubah.

Tiga lensa yang diusulkan oleh Mihić—self-inducedpeer-induced, dan global—memberi kita bahasa dan kerangka kerja untuk mulai memahami dinamika ini. Ini adalah sebuah kontribusi yang sederhana, elegan, dan berpotensi menyelamatkan banyak nyawa.

Jika tulisan ini memicu rasa ingin tahu Anda, saya sangat mendorong Anda untuk menyelami pemikiran sang peneliti secara langsung. Ini adalah bacaan yang padat, tetapi wawasan di dalamnya sangat berharga.

(https://doi.org/10.3846/jcem.2020.11932)