REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemerintah Thailand dilaporkan tengah mempertimbangkan serangkaian pemotongan pajak, hingga subsidi untuk mengembangkan pasar kendaran listrik (EV). Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat memacu pembuat EV untuk berinvestasi lebih banyak di Thailand. Dengan demikian, negara Asia Tenggara ini akan menjadi pusat manufaktur untuk mobil yang lebih bersih.
Pemerintah Thailand mempertimbangkan subsidi antara 70.000 baht atau sekitar 2.145 dolar AS hingga 150.000 baht (4.605 dolar AS), tergantung pada jenis dan model kendaraan. Insentif yang lebih luas untuk impor akan berlangsung hingga 2025 ketika produksi lokal diharapkan untuk mengumpulkan momentum. Pemotongan pajak untuk pembuat mobil EV adalah dengan syarat bahwa perusahaan memproduksi jumlah kendaraan yang sama atau lebih pada 2025 yang diimpor pada tahun-tahun sebelumnya.
Supant Monkolsuthree, ketua Federasi Industri Thailand dan anggota komite kebijakan EV, membenarkan isi rancangan rencana tersebut. Sompop Pattanariyankool, juru bicara Kementerian Energi, menolak mengomentari rencana tersebut sebelum persetujuan kabinet.
Komite kebijakan EV adalah panel pejabat pemerintah dan industri yang bertanggung jawab untuk menyusun peta jalan kebijakan untuk membantu Thailand mencapai produksi kendaraan tanpa emisi 100 persen pada 2035. Thailand berupaya untuk mempertahankan statusnya sebagai pusat manufaktur mobil di Asia Tenggara karena pembuat mobil secara global beralih ke kendaraan listrik.
Thailand mengharapkan untuk menarik sebanyak 400 miliar baht dalam investasi manufaktur EV selama tahun-tahun mendatang.
Toyota Motor Corp, Foxconn Technology Group, China's Great Wall Motor Co, dan PTT Pcl termasuk di antara perusahaan yang berencana membangun pabrik di Thailand. Subsidi untuk EV impor akan dibayarkan kepada perusahaan lokal, yang pada gilirannya akan memberikan manfaat kepada pembeli.
Jika nanti perusahaan ditemukan melanggar aturan, mereka akan kehilangan semua insentif, kehilangan garansi bank dan harus membayar kembali subsidi dengan bunga yang masih harus dibayar, sesuai dengan proposal.
“Paket tersebut harus membantu dalam menciptakan permintaan lokal untuk EV dan juga mendorong produsen untuk mulai memproduksi EV atau mereka akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari pasar ini,” ujar Supant, dilansir BNN Bloomberg, Senin (14/2/2022).
Rincian lebih lanjut dari paket EV adalah dengan subsidi berkisar antara 70.000 baht dan 150.000 baht untuk mobil serta truk. Sementara, untuk sepeda motor listrik akan mendapat subsidi hingga 18.000 baht.
Proposal akan memotong pajak cukai menjadi dua persen dari delapan persen untuk mobil. Mobil dengan harga di bawah 2 juta baht ditetapkan untuk mendapatkan manfaat maksimal.
Sumber: internasional.republika.co.id