Work-Family Conflict (WFC) adalah fenomena yang banyak dialami pekerja di seluruh dunia, terutama perempuan di bidang teknik. Paper "Perceptions of Work–Family–Engineering Relationships Among Employed Female Engineers in Yemen: A Survey Study" mengeksplorasi bagaimana budaya konservatif Yaman memengaruhi keseimbangan kerja dan keluarga bagi perempuan insinyur. Studi ini berfokus pada tekanan sosial, ekonomi, dan budaya yang membentuk dinamika pekerjaan dan kehidupan keluarga mereka.
Faktor Penyebab WFC dalam Masyarakat Konservatif
- Pernikahan dan konsekuensinya menyumbang 26% alasan utama perempuan meninggalkan pekerjaan.
- Tanggung jawab keluarga mencapai 21%.
- Tekanan sosial secara kumulatif mencapai 50% penyebab utama konflik kerja-keluarga.
Dampak Pernikahan terhadap Karier dan Pendidikan
- Perempuan yang menikah sebelum atau selama kuliah memiliki nilai akademik 4,93% lebih rendah dibandingkan yang tidak menikah.
- Semua insinyur perempuan yang bekerja di sektor industri dan konstruksi berstatus lajang, sedangkan yang menikah memilih meninggalkan pekerjaan.
- 52% perempuan insinyur yang bekerja masih lajang, sedangkan 48% sudah menikah.
- 68% lulusan perempuan insinyur dalam dekade terakhir di negara bagian Taiz mendapatkan pekerjaan tetap atau sementara, tetapi sebagian besar bekerja di sektor pendidikan dengan status kontrak sementara.
Kesenjangan Gaji dan Peluang Karier
- Rata-rata gaji perempuan insinyur adalah USD 145,73 per bulan, sedangkan laki-laki mencapai USD 557.
- 21% laki-laki insinyur menghasilkan lebih dari USD 1000 per bulan, tetapi tidak ada perempuan dalam kategori ini.
- Hanya 3,5% perempuan insinyur yang berpenghasilan lebih dari USD 500 per bulan, dibandingkan dengan 31,6% laki-laki.
- Ini berarti laki-laki insinyur di Yaman berpenghasilan 3,822 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Perspektif Suami terhadap Karier Istri
Dari survei terhadap 20 suami perempuan insinyur, ditemukan beberapa kecenderungan:
- Dukungan untuk istri mencari pekerjaan di bidang teknik: 4,13 (skala 1-5).
- Penolakan terhadap pekerjaan dengan shift malam dan perjalanan dinas: 1,30.
- Dukungan terhadap pekerjaan tetap full-time: 2,83.
- Pandangan bahwa perempuan sebaiknya tinggal di rumah dan tidak bekerja: 3,11.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun suami mendukung istri mereka dalam mencari pekerjaan, banyak yang menolak pekerjaan dengan jam kerja panjang atau mobilitas tinggi.
Dampak Budaya Konservatif terhadap Perempuan Insinyur
Studi ini menunjukkan bahwa peran gender di Yaman masih sangat membatasi perempuan dalam dunia kerja, terutama di sektor teknik yang didominasi laki-laki. Meski ada dukungan terhadap pendidikan perempuan, budaya patriarki tetap menjadi penghalang utama dalam mempertahankan pekerjaan setelah menikah.
Kesempatan Karier yang Tidak Setara
Dengan adanya kesenjangan gaji yang cukup besar, perempuan insinyur cenderung memilih pekerjaan di sektor pendidikan atau administrasi daripada sektor industri. Ini mencerminkan hambatan struktural yang membatasi akses perempuan ke karier teknik yang lebih kompetitif.
Solusi yang Ditawarkan
Paper ini mengusulkan beberapa rekomendasi untuk mengatasi WFC bagi perempuan insinyur di Yaman:
- Kebijakan fleksibilitas kerja, seperti jam kerja fleksibel, kerja jarak jauh, dan pelacakan tugas secara online.
- Meningkatkan kesadaran sosial, terutama di kalangan suami dan keluarga, untuk lebih mendukung perempuan bekerja.
- Kebijakan insentif finansial bagi perempuan insinyur untuk mengurangi kesenjangan gaji.
- Peningkatan perlindungan hukum, termasuk penghapusan diskriminasi dalam rekrutmen dan promosi kerja.
Secara global, isu work-family balance juga menjadi perdebatan di banyak negara. Beberapa negara telah mengadopsi kebijakan ramah keluarga seperti cuti melahirkan yang lebih panjang, subsidi pengasuhan anak, dan fleksibilitas jam kerja. Studi ini memberikan wawasan bahwa tantangan serupa juga dihadapi perempuan di negara-negara berkembang, terutama di masyarakat konservatif.
Paper ini memberikan kontribusi penting dalam memahami tantangan perempuan insinyur di Yaman. Dengan data empiris yang kuat, penelitian ini memperlihatkan bagaimana faktor budaya, sosial, dan ekonomi saling berinteraksi dalam menciptakan tantangan bagi perempuan yang ingin berkarier di bidang teknik. Rekomendasi yang diberikan dapat menjadi dasar bagi kebijakan yang lebih inklusif untuk mendukung kesetaraan gender di dunia kerja.
Sumber Artikel:
Ghaleb, A.M.; Abdulkhaliq, L.; Al-nour, H.A.; Amrani, M.A.; Hebah, H.A.; Mejjaouli, S. "Perceptions of Work–Family–Engineering Relationships Among Employed Female Engineers in Yemen: A Survey Study." Societies 2025, 15, 13.