Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi isu kritis di industri konstruksi, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Artikel ini menganalisis studi kasus proyek Pembangunan Rumah Susun Lanjutan Provinsi Sumatera Utara I Medan, yang mengungkap rendahnya kesadaran pekerja terhadap K3 dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan data kuisioner dan observasi lapangan, penelitian ini menyoroti paradigma pekerja yang menganggap APD bukan prioritas, serta minimnya komitmen perusahaan dalam menerapkan program K3.
Temuan Utama
1. Rendahnya Kesadaran Pekerja
70% pekerja merasa tidak nyaman menggunakan APD seperti helm, sepatu boots, atau masker.
60% menganggap APD bukan kebutuhan dasar, dan lebih memilih bekerja "apa adanya" (Saragi & Sinaga, 2021).
Hanya 30% pekerja yang memahami jaminan K3 dari perusahaan.
2. Peran Perusahaan yang Lemah
Perusahaan cenderung memprioritaskan efisiensi biaya daripada keselamatan, dengan hanya 40% menyediakan pelatihan K3.
Pengawasan pemerintah dinilai tidak maksimal, sehingga sanksi pelanggaran K3 jarang diterapkan.
3. Fasilitas K3 yang Tidak Memadai
Meski 85% proyek menyediakan APD, hanya 50% pekerja yang konsisten menggunakannya.
Pemeriksaan kesehatan berkala hanya dilakukan oleh 20% perusahaan (Tabel 1, hasil kuisioner).
Studi Kasus & Angka Kecelakaan Kerja
Data Nasional: Hingga 2015, tercatat 110.285 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, dengan 1,8% mengakibatkan cacat permanen (BPS, 2021).
Proyek Rumah Susun Medan:
- Kategori risiko tinggi (40%), seperti kerja di ketinggian tanpa pengaman.
- Kategori risiko sedang (50%), termasuk penggunaan mesin tanpa pelatihan.
- Kategori risiko rendah (10%), seperti area administrasi.
Kendala & Solusi
Dari Sisi Pekerja:
- Kendala: Pola pikir tradisional, minimnya edukasi.
- Solusi: Sosialisasi K3 melalui pelatihan interaktif dan insentif bagi pekerja yang patuh.
Dari Sisi Perusahaan:
- Kendala: Biaya dianggap mahal, manajemen lemah.
- Solusi: Integrasi K3 dalam anggaran proyek dan audit rutin oleh pemerintah.
Kritik & Rekomendasi
Kritik: Penelitian ini belum menyertakan analisis biayamanfaat penerapan K3, yang bisa memperkuat argumen ekonomis.
Rekomendasi:
- Kolaborasi dengan universitas untuk program pelatihan K3.
- Penerapan teknologi seperti sensor IoT untuk memantau penggunaan APD.
Kesimpulan
Tantangan utama K3 di proyek konstruksi berasal dari budaya kerja dan kurangnya komitmen perusahaan. Perlu pendekatan holistik, mulai dari edukasi hingga regulasi ketat, untuk menekan angka kecelakaan kerja.
Sumber : Saragi, T. E., & Sinaga, R. E. (2021). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Lanjutan Provinsi Sumatera Utara I Medan. CONSTRUCT: Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 4148.