Strategi Terobosan Tingkatkan Proyek Konstruksi: Studi Kasus Hong Kong

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

18 Juni 2025, 09.12

pixabay.com

Pendahuluan: Industri Konstruksi Hong Kong di Titik Kritis

Hong Kong dikenal sebagai pusat ekonomi Asia dengan infrastruktur kelas dunia. Namun, dalam dekade terakhir, industri konstruksinya menghadapi krisis produktivitas akibat tingginya biaya, kekurangan tenaga kerja, lambatnya adopsi digital, dan kompleksitas prosedural. Laporan ini merupakan hasil studi komprehensif oleh Arcadis Hong Kong yang dipesan oleh Construction Industry Council (CIC), bertujuan mengatasi akar masalah dan merancang 13 strategi prioritas demi peningkatan waktu, biaya, dan kualitas (time-cost-quality/TCQ) proyek konstruksi.

Empat Fokus Utama Strategi Peningkatan Kinerja

1. Peralihan ke Konstruksi Produktivitas Tinggi

Pendekatan ini menekankan modularisasi dan fabrikasi off-site, termasuk MiC (Modular Integrated Construction) dan MiMEP (Multi-trade Integrated MEP).

Studi kasus penting:

  • Proyek perumahan publik Tung Chung Area 99 dan Lam Tin memanfaatkan MiC.
  • Peningkatan efisiensi hingga 60% dalam produktivitas dan pemotongan waktu proyek sebesar 30% saat 70% komponen dibangun di luar lokasi.

Strategi Unggulan:

  • Pengembangan perpustakaan digital komponen bangunan.
  • Promosi dan pelatihan industri terkait MiC dan MiMEP.
  • Revisi kontrak untuk mendorong adopsi luas teknologi modular.

2. Mendorong Inovasi

Tujuan utama adalah membangun ekosistem inovasi konstruksi berkelanjutan.

Contoh strategi:

  • Platform Inovasi Konstruksi (CIP) untuk mendanai dan menguji teknologi baru.
  • Tender berbasis nilai dan inovasi untuk mendorong penggunaan teknologi hijau, otomatisasi, dan keselamatan kerja.

Benchmark: Singapura dan Inggris telah berhasil membentuk entitas seperti Innovation Advisory Board dan Construction Innovation Hub untuk fungsi serupa.

3. Menyederhanakan Proses Persetujuan

Masalah perizinan sering menjadi hambatan utama keterlambatan proyek di Hong Kong.

Solusi utama yang diusulkan:

  • Integrasi proses perizinan digital berbasis BIM (Building Information Modelling).
  • Pengembangan sistem e-inspeksi dan automated design checking.
  • Ekspansi daftar pekerjaan minor yang tidak membutuhkan persetujuan formal.

Target: Mewujudkan sistem regulasi yang lebih terbuka, transparan, dan efisien.

4. Meningkatkan Manajemen Proyek dan Pengadaan

Manajemen proyek yang lemah dan praktik pengadaan yang ketinggalan zaman memperlambat kinerja industri.

Strategi Unggulan:

  • Pengembangan platform digital proyek terintegrasi.
  • Penerapan kerangka kompetensi manajer proyek, sertifikasi profesional, dan jalur karier berbasis keterampilan.
  • Skema sertifikasi material untuk mempercepat pengujian dan approval.
  • Penerapan konsep Early Contractor Involvement (ECI) untuk kualitas desain lebih baik.

Temuan Utama dan Rekomendasi Strategis

Diagnosa Masalah

Laporan ini mengidentifikasi 10 akar penyebab utama keterlambatan dan pemborosan biaya, antara lain:

  • Kurangnya kemampuan manajerial.
  • Ketergantungan pada metode desain-bangun konvensional.
  • Tidak adanya insentif terhadap inovasi.
  • Proses perizinan konservatif dan birokratis.
  • Minimnya daya tarik bagi generasi muda dan tenaga kerja terampil.

Strategi Prioritas:

  • 13 strategi kunci diseleksi melalui konsultasi 40+ pemangku kepentingan dan benchmark internasional.
  • Kriteria seleksi berdasarkan dampak, kelayakan implementasi, dan dukungan industri.

Dampak Potensial:

  • Waktu proyek: berpotensi dipangkas hingga 30%.
  • Biaya proyek: dapat ditekan melalui efisiensi proses dan material.
  • Kualitas proyek: ditingkatkan lewat pengawasan digital dan keterlibatan awal kontraktor.

Analisis Kritis dan Komparatif

Dibandingkan dengan Singapura yang telah menerapkan CITF dan CORENET, Hong Kong masih tertinggal dalam integrasi sistem digital penuh. Namun, keunikan ekosistem Hong Kong seperti keterbatasan lahan dan urbanisasi ekstrem menuntut solusi lokal yang adaptif namun berbasis global.

Kelebihan pendekatan ini:

  • Kombinasi reformasi teknis dan kelembagaan.
  • Partisipatif, berbasis hasil wawancara mendalam dengan regulator, kontraktor, pengembang, dan akademisi.
  • Tegas dan actionable, dengan roadmap jangka pendek-menengah yang jelas.

Kekurangannya:

  • Beberapa strategi tergantung pada kemauan politik dan sinergi lintas lembaga.
  • Ketergantungan pada adopsi teknologi oleh pelaku swasta, yang memerlukan insentif jangka panjang.
  • Belum menyentuh secara dalam aspek lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang, misalnya integrasi dengan target emisi nol karbon.

Kesimpulan: Mewujudkan Lompatan Produktivitas Konstruksi

Hong Kong perlu mentransformasi industrinya agar tetap kompetitif dan berkelanjutan. Laporan ini memberikan cetak biru yang kuat, komprehensif, dan berbasis praktik global yang sukses untuk mendorong revolusi konstruksi di kota ini.

Dengan sinergi antara digitalisasi, modularisasi, dan profesionalisasi manajemen proyek, sektor konstruksi Hong Kong dapat memotong waktu proyek, memangkas biaya tanpa mengorbankan kualitas, dan meningkatkan daya tarik bagi talenta baru. Namun, implementasi strategi ini menuntut kepemimpinan kolektif lintas sektor dan komitmen terhadap perubahan jangka panjang.

Sumber : Katsanos, A., Penny, J., & Chan, C. K. (2021). Improving Time, Cost, and Quality Performance of the Hong Kong Construction Industry: Final Report. Arcadis Hong Kong untuk Construction Industry Council.