Pendahuluan
Dalam industri rantai pasok agrikultur, efisiensi dan pengukuran kinerja menjadi faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan daya saing pasar. Shengda Market, salah satu rantai supermarket terbesar di Dongying, China, menerapkan strategi rantai pasok terintegrasi dengan Lijin Agricultural Base untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya operasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Huanhuan Ouyang dalam tesisnya di HAMK Forssa tahun 2012 meneliti model pengukuran kinerja rantai pasok agrikultur di China, khususnya pada kemitraan Shengda Market dan Lijin Agricultural Base. Studi ini mengevaluasi efektivitas model integrasi “Intermediary organization + agricultural cooperative organizations” dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara langsung dan kuesioner. Sebanyak 46 kuesioner efektif dikumpulkan untuk mengukur kinerja rantai pasok Shengda Market. Selain itu, analisis dilakukan menggunakan fuzzy comprehensive evaluation untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem yang diterapkan.
Temuan Utama
1. Model Integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations”
- Shengda Market beralih dari model rantai pasok tradisional ke model kemitraan langsung dengan petani, mengurangi ketergantungan pada perantara.
- Kemitraan ini memungkinkan supermarket mendapatkan produk lebih segar dengan harga lebih kompetitif, sementara petani memperoleh kepastian pasar.
- Hasil studi menunjukkan bahwa model ini dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20-30%.
2. Efisiensi Logistik dan Pengurangan Biaya
- Sebelumnya, proses distribusi membutuhkan waktu 2+ hari, tetapi dengan model baru, waktu ini dipangkas secara signifikan.
- Dengan memiliki pusat logistik berteknologi tinggi, Shengda Market mampu meningkatkan kapasitas pemrosesan hingga 30.000 ton produk segar per tahun.
- Keandalan pesanan meningkat menjadi 90%, meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Pengaruh terhadap Produksi Pertanian Lokal
- Produksi sayur dan buah meningkat hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya setelah sistem ini diterapkan.
- Petani mendapatkan akses ke teknologi pertanian dan informasi pasar yang lebih baik, mengurangi limbah hasil panen hingga 25-30%.
- Harga produk lebih stabil karena rantai distribusi yang lebih pendek dan biaya logistik yang lebih rendah.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok
1. Peningkatan Teknologi dalam Manajemen Rantai Pasok
- Menggunakan AI dan IoT dalam manajemen stok dan distribusi untuk mengurangi pemborosan.
- Mengintegrasikan sistem ERP untuk komunikasi yang lebih baik antara pemasok dan pengecer.
2. Optimalisasi Model Kemitraan
- Memperkuat kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk memastikan stabilitas pasokan.
- Mengembangkan sistem insentif berbasis kualitas dan efisiensi kepada petani yang berpartisipasi.
3. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Data
- Menggunakan Balanced Scorecard (BSC) dan Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk analisis performa rantai pasok.
- Meningkatkan transparansi data untuk memastikan keputusan bisnis lebih akurat dan cepat.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar. Model integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations” terbukti mampu mengurangi biaya distribusi, meningkatkan efisiensi logistik, dan memberikan manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem rantai pasok.
Dengan menerapkan strategi rantai pasok berbasis data dan teknologi, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional. Model ini menjadi contoh sukses bagaimana integrasi pemasok dan pengecer dapat menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.
Sumber Asli:
Huanhuan Ouyang (2012). Supply Chain Performance Measurement: The Integrated Project of Shengda Market Chain and Lijin Agricultural Base. HAMK Forssa.