Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi rantai pasok dalam industri manufaktur. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok dalam meningkatkan daya saing perusahaan, pengukuran kinerja yang akurat menjadi elemen kunci dalam mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan proses bisnis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok (SCPM Framework) yang dapat diterapkan dalam industri manufaktur. Studi ini berbasis pada studi kasus tunggal di industri baja, dengan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutis untuk menganalisis data operasional perusahaan.
Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
1. Mengapa SCPM Dibutuhkan?
- Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam rantai pasok.
- Memastikan keandalan pasokan dan efektivitas operasional.
- Mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan profitabilitas.
2. Elemen Kunci dalam SCPM
Penelitian ini mengusulkan empat elemen utama dalam framework pengukuran kinerja rantai pasok:
- Time Metrics – Mengukur kecepatan alur kerja dan lead time produksi.
- Profitability Metrics – Mengevaluasi profitabilitas berdasarkan biaya pengadaan dan produksi.
- Order Book Analysis – Menganalisis jumlah dan pola pemesanan pelanggan.
- Managerial Analysis – Menggunakan data operasional untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.
Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCPM:
- Kurangnya Transparansi Data
- Banyak perusahaan masih menggunakan sistem manual atau berbasis dokumen yang sulit diakses secara real-time.
- Integrasi Sistem yang Lemah
- Ketidakselarasan antara sistem informasi pemasok, manufaktur, dan distribusi menyebabkan keterlambatan dalam analisis data.
- Ketergantungan pada Pengukuran Finansial
- Banyak perusahaan hanya berfokus pada biaya operasional tanpa mempertimbangkan efisiensi proses produksi.
- Kurangnya Pemanfaatan Teknologi Digital
- Penggunaan AI, IoT, dan Big Data dalam pengukuran kinerja rantai pasok masih terbatas, sehingga pengambilan keputusan sering kali tidak berbasis data.
Studi Kasus Implementasi SCPM
- Industri Baja – Efisiensi Produksi di Rautaruukki Oyj
- Studi kasus dilakukan pada Rautaruukki Oyj, sebuah perusahaan baja yang memproduksi produk prefabrikasi untuk pelanggan industri.
- Hasil: Implementasi framework SCPM meningkatkan keandalan pasokan hingga 20%, serta mengurangi lead time produksi sebesar 15%.
- Analisis Order Book dan Profitabilitas
- Produk A: Analisis menunjukkan bahwa penundaan produksi menyebabkan penurunan profitabilitas sebesar 10%.
- Produk B: Efisiensi dalam rantai pasok meningkatkan kecepatan pemrosesan pesanan hingga 18%, menghasilkan pertumbuhan profitabilitas sebesar 12%.
- Optimasi Lead Time dan Manajemen Produksi
- Lead time rata-rata untuk produk baja berkurang dari 10 hari menjadi 8 hari, meningkatkan efisiensi produksi dan kepuasan pelanggan.
- Penerapan sistem ERP memungkinkan integrasi data yang lebih baik antara pemasok dan produsen, meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 25%.
Strategi untuk Meningkatkan SCPM
Berdasarkan temuan studi ini, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan efektivitas pengukuran kinerja rantai pasok:
✅ Menerapkan sistem digital berbasis AI dan IoT untuk meningkatkan transparansi data dan pengambilan keputusan real-time.
✅ Mengadopsi pendekatan hybrid, seperti kombinasi SCOR Model dan Balanced Scorecard, untuk menyelaraskan metrik operasional dan strategi bisnis.
✅ Memperkuat kolaborasi dengan pemasok strategis guna meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengoptimalkan proses produksi dengan analisis data berbasis waktu dan profitabilitas, sehingga keputusan manajerial lebih akurat.
Kesimpulan
Pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan framework SCPM yang berbasis data dapat mengurangi lead time, meningkatkan profitabilitas, dan memastikan stabilitas rantai pasok.
Dengan mengintegrasikan teknologi digital, membangun hubungan pemasok yang lebih kuat, serta menggunakan metrik berbasis waktu dan profitabilitas, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif.
Sumber Artikel : Sillanpää, Ilkka. (2010). Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry – A Single Case Study Research to Develop a Supply Chain Performance Measurement Framework. University of Oulu.