Strategi Nasional Menghadapi Kesenjangan Keterampilan Digital di Industri Konstruksi untuk Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

12 September 2025, 20.41

Pendahuluan

Industri konstruksi secara perlahan mulai mengadopsi digitalisasi seiring dengan revolusi Industri 4.0. Namun, kemajuan ini berjalan lambat karena adanya kesenjangan keterampilan digital yang signifikan di antara para pemangku kepentingan. Jurnal ini menyoroti permasalahan tersebut dengan mengembangkan taksonomi komprehensif dari 35 keterampilan digital yang esensial untuk keberhasilan digitalisasi. Dengan menganalisis literatur global, penelitian ini memberikan landasan yang kuat bagi akademisi dan praktisi industri untuk merencanakan strategi pengembangan keterampilan yang terfokus, yang sangat dibutuhkan untuk memacu transformasi industri.

Kesenjangan Keterampilan sebagai Hambatan Utama Digitalisasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa adopsi teknologi digital dan transisi menuju Industri 4.0 terhambat oleh kurangnya keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan di kalangan pekerja. Kesenjangan ini bukan hanya masalah kecil, tetapi juga memiliki dampak langsung pada produktivitas dan biaya proyek. Sebagai contoh, ada laporan yang menunjukkan bahwa sekitar

7.5% waktu kerja hilang akibat malfungsi perangkat ICT yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan ICT di kalangan pekerja.

Meskipun kesenjangan ini nyata, ada juga tantangan lain, seperti kurangnya kolaborasi antar lembaga penelitian, universitas, dan industri. Hal ini menyebabkan upaya pengembangan keterampilan menjadi terisolasi dan kurang efektif. Selain itu, kurikulum pendidikan saat ini sering kali tidak sejajar dengan kebutuhan keterampilan yang terus berkembang di lapangan, menciptakan ketidaksesuaian antara lulusan baru dan tuntutan pekerjaan.

Taksonomi Keterampilan Digital untuk Industri Konstruksi

Studi ini berhasil menyusun taksonomi yang mengkategorikan 35 keterampilan digital ke dalam beberapa kelompok utama. Taksonomi ini sangat membantu para pemangku kepentingan untuk memiliki pemahaman yang jelas dan terstruktur tentang apa saja yang perlu dipelajari. Kategori-kategori tersebut meliputi:

  • Otomasi dan Robotika: Keterampilan terkait penggunaan 3D printing, kendaraan otonom, dan drones untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi di lokasi kerja.

  • Pengodean dan Pemrograman: Kemampuan dalam pengodean dan algoritma yang diperlukan untuk menerapkan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning).

  • Pemodelan dan Simulasi: Keterampilan menggunakan perangkat lunak seperti BIM (Building Information Modeling) untuk desain, pemodelan, dan simulasi, yang merupakan salah satu keterampilan digital yang paling menonjol dan penting.

  • Akuisisi dan Integrasi Data Digital: Keterampilan menggunakan IoT, sensor pintar, dan teknologi wearable untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan data penting di lokasi proyek.

  • Literasi Digital: Pengetahuan dasar dan penggunaan perangkat lunak umum seperti Microsoft Office, serta pemahaman tentang teknologi konstruksi terkini.
  • Perencanaan dan Estimasi: Keterampilan menggunakan perangkat lunak perencanaan dan estimasi canggih seperti Navisworks dan Primavera untuk meningkatkan produktivitas.

Rekomendasi Kebijakan Publik

  1. Pengembangan Kurikulum Berbasis Taksonomi Keterampilan Digital: Pemerintah, melalui kementerian terkait, harus mendorong institusi pendidikan tinggi untuk merevisi kurikulum mereka agar sesuai dengan taksonomi keterampilan digital ini. Kolaborasi dengan asosiasi industri harus menjadi bagian dari proses ini untuk memastikan kurikulum relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

  2. Pelatihan dan Sertifikasi Berkelanjutan: Perusahaan harus diwajibkan atau didorong melalui insentif kebijakan untuk menyediakan pengembangan profesional berkelanjutan bagi karyawannya. Ini akan membantu menutup kesenjangan keterampilan yang terus berkembang dan memastikan tenaga kerja tetap kompetitif.

  3. Membangun Jaringan Kolaborasi Lintas-Sektor: Untuk mengatasi kurangnya kolaborasi, pemerintah harus memfasilitasi pembentukan jaringan penelitian dan praktik yang melibatkan akademisi, industri, dan pemerintah. Jaringan ini dapat menjadi platform untuk berbagi pengetahuan dan sumber daya, yang pada akhirnya akan mempercepat digitalisasi di seluruh sektor.

Kesimpulan

Taksonomi keterampilan digital yang disajikan dalam penelitian ini adalah alat praktis yang sangat dibutuhkan untuk memandu industri konstruksi menuju era digital. Kesenjangan keterampilan adalah tantangan nyata yang memerlukan respons terpadu dari semua pemangku kepentingan. Dengan mengimplementasikan rekomendasi kebijakan ini, Indonesia dapat membangun fondasi yang kuat untuk transformasi digital yang berhasil, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan mempromosikan keberlanjutan di sektor konstruksi.

Sumber

  • Siddiqui, F.H.; Thaheem, M.J.; Abdekhodaee, A. A Review of the Digital Skills Needed in the Construction Industry: Towards a Taxonomy of Skills.