Dalam dunia konstruksi modern, keterlambatan proyek bukan hanya sebuah ketidakefisienan, melainkan potensi kerugian besar yang bisa berdampak pada reputasi, biaya, dan relasi antar pihak. Artikel “Analisis Faktor Risiko terhadap Keterlambatan Proyek Konstruksi The Himana Condotel” oleh Ni Made Sintya Rani dan Ni Kadek Sri Ebtha Yuni dari Politeknik Negeri Bali memberikan studi kasus konkret mengenai bagaimana risiko keterlambatan teridentifikasi dan diatasi secara sistematis melalui pendekatan manajemen risiko berbasis kuantitatif.
Artikel ini menjadi sangat relevan, terutama dalam konteks pertumbuhan industri konstruksi di kawasan wisata seperti Bali, di mana tekanan terhadap kualitas dan ketepatan waktu sangat tinggi. Resensi ini akan mengurai poin-poin utama dalam artikel tersebut dan mengaitkannya dengan praktik terbaik industri serta tren manajemen proyek global.
Proyek The Himana Condotel yang dikerjakan oleh PT. Jaya Kusuma Sarana Bali di Kabupaten Badung, Bali, dirancang untuk diselesaikan dalam waktu 18 bulan. Namun, dalam pelaksanaannya, proyek ini mengalami keterlambatan yang signifikan. Penelitian ini mengidentifikasi 48 uraian risiko yang dikategorikan ke dalam 5 variabel utama:
- Aspek Perencanaan
- Aspek Dokumen Pekerjaan dan Kontrak
- Aspek Pelaksanaan
- Aspek Sumber Daya
- Aspek Lingkungan
Dari kelima aspek tersebut, penelitian menemukan bahwa 17 uraian risiko memiliki tingkat risiko tinggi dengan persentase dominan sebesar 36%, menjadikan risiko ini sebagai perhatian utama dalam proses mitigasi.
Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui:
- Kuesioner dengan skala semantic differential (1–5)
- Wawancara langsung dengan tujuh responden kunci (Direktur proyek, manajer proyek, site manager, supervisor, dan quality control)
Dengan dominasi responden berpengalaman (57,14% memiliki pengalaman kerja 10–15 tahun), keandalan data menjadi kekuatan utama studi ini.
Analisis Risiko: Apa Saja Faktor Paling Menentukan?
1. Risiko Perencanaan
Salah satu risiko dominan adalah penentuan durasi waktu kerja yang kurang terperinci. Ini menimbulkan efek domino yang menghambat berbagai tahapan pelaksanaan proyek. Hal ini menunjukkan pentingnya penyusunan jadwal berbasis metode seperti CPM (Critical Path Method) dan integrasi dengan tools seperti BIM 4D.
2. Risiko Dokumen dan Kontrak
Termasuk di antaranya:
- Spesifikasi dan gambar yang tidak jelas
- Permintaan perubahan pekerjaan setelah pekerjaan selesai
- Penambahan pekerjaan di luar lingkup awal
Masalah-masalah ini berkorelasi kuat dengan lemahnya manajemen perubahan (change management), yang dalam proyek konstruksi seharusnya diatur melalui dokumen formal seperti addendum kontrak dan SOP persetujuan desain.
3. Risiko Pelaksanaan
- Kecelakaan kerja akibat pengabaian K3
- Buruknya kualitas manajerial di tim kontraktor
- Volume pekerjaan yang melenceng dari rencana
Hal ini menegaskan pentingnya sertifikasi dan pelatihan SDM, serta kontrol kualitas yang kuat.
4. Risiko Sumber Daya
- Keterlambatan pembayaran oleh owner
- Kekurangan pekerja dan keahlian teknis
- Ketidaksiapan alat dan material
Dalam tren industri, penggunaan metode Just-in-Time (JIT) seringkali menjadi pisau bermata dua. Tanpa dukungan sistem logistik dan procurement yang kuat, metode ini justru meningkatkan risiko keterlambatan.
5. Risiko Lingkungan
Risiko ini bersifat eksternal:
- Bencana alam
- Kerusuhan
- Hari libur adat yang tidak terduga
Proyek yang berada di wilayah dengan aktivitas adat tinggi seperti Bali memang membutuhkan analisis sosial-budaya sebagai bagian dari feasibility study dan perencanaan awal.
Berdasarkan skala kemungkinan (likelihood) dan dampak (consequences), risiko-risiko diklasifikasikan sebagai berikut:
- 36% risiko tinggi (17 risiko)
- 25% risiko ekstrem (12 risiko)
- 29% risiko rendah
- 10% risiko sedang
Risiko yang masuk kategori ekstrem memerlukan tindakan langsung, sementara risiko tinggi harus menjadi fokus perhatian manajemen tingkat atas.
Strategi Mitigasi: Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
Penulis menawarkan berbagai tindakan mitigasi berbasis hasil wawancara dan best practices, seperti:
- Perencanaan
- Dokumen & Kontrak
- Pelaksanaan
- Sumber Daya
- Lingkungan
Pendekatan ini tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dan partisipatif, sesuai dengan prinsip manajemen risiko modern.
Kritik & Opini: Apakah Sudah Cukup?
Secara umum, artikel ini menyajikan struktur risiko yang solid. Namun, ada beberapa catatan:
- Kurangnya integrasi digital: Tidak ada pembahasan terkait penggunaan software manajemen proyek (misalnya Primavera, MS Project, BIM).
- Tidak membedakan bobot risiko per stakeholder: Risiko yang signifikan bagi kontraktor belum tentu krusial bagi pemilik proyek.
- Tidak dijelaskan eskalasi risiko secara dinamis: Misalnya, bagaimana risiko minor bisa meningkat jika tidak diatasi sejak awal.
Sebagai perbandingan, penelitian oleh Sukirno (2015) menekankan bahwa risiko desain dan perubahan spesifikasi dapat meningkat drastis akibat kelalaian komunikasi dalam tim proyek.
Hubungan dengan Tren Global
Penelitian ini relevan dengan tren global konstruksi yang mengedepankan:
- Sustainability dan adaptive scheduling
- Manajemen risiko berbasis digital dan AI
- Kolaborasi antar pihak (contractor, client, consultant) melalui platform terintegrasi
Misalnya, implementasi Building Information Modeling (BIM) dengan fitur 4D dan 5D memungkinkan perencanaan dan pemantauan risiko yang lebih akurat dan real-time. Dalam konteks proyek seperti The Himana Condotel, BIM dapat membantu memvisualisasikan dampak keterlambatan terhadap seluruh urutan kerja.
Penelitian ini menunjukkan bahwa:
- Identifikasi risiko sejak awal adalah kunci dalam mengurangi keterlambatan
- Risiko dominan perlu ditindaklanjuti dengan mitigasi praktis dan terukur
- Koordinasi lintas fungsi dan perencanaan detail sangat krusial untuk menjaga proyek tetap on-track
Namun, untuk proyek-proyek ke depan, perlu dipertimbangkan pendekatan berbasis digital serta peran stakeholder yang lebih partisipatif dalam proses manajemen risiko.
Saran Strategis untuk Praktisi Konstruksi
- Terapkan software manajemen proyek dan risk tracking
- Kembangkan SOP mitigasi berdasarkan jenis risiko (internal vs eksternal)
- Perkuat pelatihan SDM terutama dalam hal manajemen perubahan dan K3
- Bangun relasi kuat dengan komunitas lokal guna meminimalkan gangguan eksternal
Referensi Asli Artikel:
Ni Made Sintya Rani & Ni Kadek Sri Ebtha Yuni. (2021). Analisis Faktor Risiko terhadap Keterlambatan Proyek Konstruksi The Himana Condotel. PADURAKSA: Volume 10, Nomor 1, Juni 2021. P-ISSN: 2303-2693, E-ISSN: 2581-2939.