Strategi Meningkatkan Kesiapsiagaan Respons Darurat Kebakaran di Infrastruktur Kritis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

16 Maret 2025, 06.22

euroinnova.com

Keselamatan kebakaran dalam infrastruktur kritis merupakan aspek penting dalam mencegah bencana besar yang dapat mengancam nyawa dan aset berharga. Dalam analisis ini, penulis membandingkan sistem tanggap darurat di Amerika Serikat dengan wilayah lain serta menyarankan langkah-langkah mitigasi yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor, khususnya di terminal minyak dan gas.

Penelitian ini mengidentifikasi lima tantangan utama yang dihadapi dalam kesiapsiagaan respons darurat kebakaran di sektor infrastruktur kritis:

  1. Kurangnya Sistem Cadangan Air Pemadam
    • Banyak terminal tidak memiliki cadangan air pemadam yang memadai, sehingga tidak dapat menangani kebakaran besar.
    • Tidak adanya tangki penyimpanan air yang terhubung ke sistem pemadam utama.
  2. Kurangnya Pelatihan dan Standarisasi IMS (Incident Management System)
    • Minimnya latihan dan simulasi untuk menguji efektivitas sistem tanggap darurat.
    • Dampak pandemi COVID-19 menghambat pelaksanaan pelatihan reguler.
    • Tidak adanya sistem komando insiden yang seragam antara terminal dan departemen pemadam kebakaran.
  3. Kurangnya Sumber Daya dan Kolaborasi Antarinstansi
    • Terminal-terminal bekerja secara independen tanpa berbagi sumber daya, keahlian, atau informasi saat terjadi kebakaran.
    • Minimnya perjanjian kerja sama antara terminal dengan rumah sakit, kepolisian, atau ahli kimia untuk menangani insiden darurat.
  4. Keterlambatan Respons Akibat Kurangnya Pusat Kontrol Darurat
    • Tidak adanya ruang kontrol pemantauan kebakaran yang dapat segera mengirimkan bantuan pemadam kebakaran.
    • Ketidakefisienan dalam koordinasi respons insiden.
  5. Hambatan Akses dan Kendala Infrastruktur
    • Jalan masuk ke terminal terlalu sempit atau tidak memadai untuk mobil pemadam kebakaran.
    • Lalu lintas padat memperlambat respons tim pemadam.

Strategi untuk Meningkatkan Keselamatan Kebakaran

1. Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran yang Terintegrasi

  • Membangun sistem pemadam kebakaran berbasis cincin yang dapat memasok air secara merata ke semua terminal.
  • Menambahkan pompa pemadam kebakaran dan sistem tekanan operasional untuk menjaga ketersediaan air.
  • Standarisasi konektor pemadam kebakaran di semua terminal agar kompatibel dengan peralatan pemadam kebakaran setempat.

2. Peningkatan Pelatihan dan Simulasi Tanggap Darurat

  • Mendirikan pusat pelatihan kebakaran industri untuk melatih tim pemadam dan staf terminal.
  • Mengadakan latihan meja (tabletop exercises) secara virtual menggunakan platform seperti Zoom atau Microsoft Teams.
  • Melaksanakan latihan darurat antarinstansi untuk menguji keefektifan sistem respons kebakaran.

3. Penguatan Kerja Sama dan Perjanjian Kolaboratif

  • Membangun kemitraan dengan rumah sakit, kepolisian, dan lembaga terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan tanggap darurat.
  • Mengembangkan nota kesepahaman (MoU) antara terminal dan pemadam kebakaran untuk berbagi sumber daya.

4. Pembentukan Pusat Komando Insiden dan Ruang Kontrol Darurat

  • Mendirikan pusat kontrol insiden utama di kawasan industri untuk mempercepat koordinasi saat terjadi kebakaran.
  • Membentuk tim manajemen krisis yang terdiri dari perwakilan semua terminal.

5. Optimalisasi Infrastruktur Akses Darurat

  • Mendesain ulang jalur akses untuk memastikan kendaraan pemadam kebakaran dapat mencapai area insiden dengan cepat.
  • Berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membangun jalur darurat khusus bagi kendaraan pemadam kebakaran.

Penelitian ini menyoroti keunggulan sistem komando insiden (Incident Command System/ICS) yang diterapkan di Amerika Serikat. Sistem ini memungkinkan penyatuan semua sumber daya, tenaga kerja, dan informasi dalam satu pusat komando. Hal ini sangat kontras dengan banyak wilayah lain yang masih mengandalkan sistem independen tanpa koordinasi antarinstansi. Contohnya, pada kebakaran besar di fasilitas minyak dan gas di Texas, keberadaan pusat komando yang terpusat memungkinkan alokasi sumber daya yang cepat dan efisien, sehingga kebakaran dapat dikendalikan dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan kasus serupa di Timur Tengah yang mengalami keterlambatan respons akibat kurangnya koordinasi.

Paper ini memberikan rekomendasi yang sangat berharga bagi sektor infrastruktur kritis, khususnya dalam industri minyak dan gas. Namun, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Pemanfaatan Teknologi AI dan IoT dalam Deteksi Kebakaran: Sistem pemantauan berbasis sensor dan kecerdasan buatan dapat membantu mendeteksi kebakaran lebih dini.
  • Peningkatan Kesadaran Keselamatan di Lingkungan Kerja: Selain pelatihan teknis, perusahaan harus meningkatkan budaya keselamatan di kalangan pekerja agar mereka lebih proaktif dalam mengenali risiko kebakaran.
  • Penyusunan Standar Internasional untuk Kesiapsiagaan Darurat: Setiap negara memiliki regulasi yang berbeda. Perlu adanya standar internasional yang mengatur kesiapsiagaan kebakaran di sektor infrastruktur kritis.

Paper Emergency Response Preparedness oleh Sibanda dan Hansen memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam meningkatkan kesiapsiagaan respons darurat kebakaran di sektor infrastruktur kritis. Dengan menerapkan strategi seperti pembangunan sistem pemadam kebakaran yang terintegrasi, peningkatan pelatihan, serta pembentukan pusat komando insiden, risiko kebakaran dapat diminimalisir secara signifikan. Sistem komando insiden yang telah berhasil diterapkan di Amerika Serikat dapat menjadi model bagi negara lain dalam meningkatkan efektivitas tanggap darurat kebakaran. Penerapan teknologi modern serta kerja sama lintas sektor juga menjadi faktor kunci dalam membangun sistem keselamatan yang lebih tangguh dan adaptif terhadap tantangan masa depan.

Sumber Artikel

Sibanda, M. & Hansen, C.T. (2022). Emergency Response Preparedness; Fourteen Strategies to Increase Fire Safety in Critical Infrastructure Sectors in Response to the Five Discovered Challenges. University of Applied Research & Development, Auckland.