Menghadapi Krisis Air Global: Saatnya Manajemen Terintegrasi
Pengelolaan Sumber Daya Air Udara adalah kebutuhan mendasar yang semakin langka. Meski 70% permukaan bumi tertutup udara, hanya sebagian kecil yang dapat dikonsumsi manusia, dan itupun terancam oleh kontaminasi, perubahan iklim, serta tata kelola yang buruk. Dalam konteks inilah, konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) muncul sebagai pendekatan strategi yang menyatukan berbagai sektor dan pemangku kepentingan untuk menjamin pengelolaan air yang efisien, adil, dan berkelanjutan.
Dalam makalah berjudul “Integrated Water Resources Management: A Tool for Sustainable Development” , Dr. Helene Hanna Jazi dari Lebanese University menjabarkan bagaimana IWRM tidak hanya menjadi solusi teknis, tetapi juga alat transformasi sosial dan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang seperti Lebanon.
Apa Itu IWRM? Pendekatan Holistik untuk Masalah Kompleks
IWRM didefinisikan sebagai proses pengelolaan udara, tanah, dan sumber daya terkait secara terkoordinasi demi memaksimalkan kesejahteraan sosial dan ekonomi secara adil tanpa mengorbankan ekosistem vital. Konsep ini muncul dari konteks global yang berkembang sejak Konferensi Air Dunia di Mar del Plata tahun 1977 dan terus diperkuat dalam forum-forum seperti World Water Forum dan UNCED (Rio Summit 1992).
Prinsip-Prinsip Utama IWRM:
- Udara sebagai sumber ekonomi dan sosial.
- Pendekatan partisipatif melibatkan masyarakat.
- Pengakuan akan peran penting perempuan dalam pengelolaan udara.
- Keseimbangan antara konservasi dan eksploitasi sumber daya udara.
Dengan pendekatan lintas sektor, IWRM mendorong kolaborasi antara lembaga pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan pengguna air secara langsung.
Data Global: Mengapa IWRM Mendesak?
Meski dunia punya cukup air untuk 7 miliar orang, distribusinya sangat tidak merata. Laporan PBB tahun 2009 mencatat bahwa 2,3 miliar orang telah mendapat akses udara yang layak antara tahun 1990–2012, namun jutaan lainnya masih hidup di wilayah rentan. Ditambah lagi, perubahan iklim memicu kelangkaan udara secara fisik dan kualitas.Di kawasan Mediterania, contohnya, terjadi konflik antara memunculkan kebutuhan di musim panas dengan ketersediaan air yang justru tinggi di musim hujan. Ketimpang musiman ini menjadi alasan mengapa strategi seperti IWRM diperlukan — bukan hanya untuk mengatur pasokan, tetapi juga membentuk sistem adaptif terhadap pemanasan iklim.
Dampak IWRM: Sosial, Ekonomi, dan Ekologis
1. Sosial:
IWRM memperluas akses ke air bersih dan sanitasi yang bermanfaat, meningkatkan kesehatan, dan mengurangi ketergantungan pada bantuan luar. Di wilayah-wilayah terpencil seperti pulau kecil, pendekatan ini melindungi masyarakat dari guncangan iklim dan krisis pasokan udara.
2. Ekonomi:
Penelitian menunjukkan bahwa pasokan udara yang stabil berkontribusi pada pertumbuhan PDB. Negara-negara seperti Lebanon menghadapi dampak ekonomi dari kekurangan udara yang meningkat di musim panas, terutama dalam sektor pertanian dan pariwisata. Implementasi IWRM membantu menjaga produktivitas usaha kecil dan menengah serta mencegah biaya besar dari pembangunan infrastruktur reaktif.
3. Ekologis:
IWRM juga menjaga kelestarian ekosistem udara, mengurangi eksploitasi berlebih pada akuifer dan polusi dari limbah domestik. Misalnya, laporan IPCC menyebutkan bahwa strategi IWRM mampu memperkuat ketahanan terhadap kekeringan di wilayah-wilayah semi-kering seperti Afrika Timur.
Studi Kasus: IWRM di Lebanon — Harapan dan Hambatan
Lebanon adalah contoh penerapan IWRM di negara berkembang. Meski memiliki pasokan udara 1.000 m³/kapita/tahun—salah satu yang tertinggi di Timur Tengah—negara ini menghadapi tantangan besar: hanya 6% dari total hujan udara yang dapat disimpan dan digunakan saat musim kering.
Faktor penyebabnya:
- Topografi curam yang menyebabkan air cepat mengalir ke laut.
- Infrastruktur penyimpanan udara yang minim.
- Jaringan distribusi udara yang boros (tingkat kebocoran tinggi).
- Kesenjangan pasokan antara wilayah dan musim.
Melalui kerjasama dengan Global Water Partnership (GWP) dan MED EUWI, Lebanon merumuskan National Water Sector Strategy (NWSS) yang mengintegrasikan prinsipyang mengintegrasikan prinsip IWRM. Strategi ini mencakup:
- Peningkatan efisiensi WEs (Perusahaan Air Minum).
- Optimalisasi infrastruktur pengolahan air limbah.
- Modernisasi irigasi dengan teknologi hemat udara.
- Penyusunan tarif air berbasis konsumsi aktual.
Namun, tantangannya masih besar: lemahnya kapasitas lembaga teknis, rendahnya insentif penghematan bagi konsumen, dan tumpang tindihnya otoritas antarlembaga menjadi penghambat implementasi nyata.
Tantangan Umum Implementasi IWRM
Penulis menggarisbawahi bahwa penerapan IWRM bukanlah proses instan. Ia merupakan siklus berkelanjutan yang mencakup:
- Perencanaan:rencana Identifikasi permasalahan, tujuan nasional, dan pembuatan rencana aksi.
- Implementasi: Penguatan kapasitas kelemb3Penguatan kapasitas kelembagaan dan pelibatan pemangku kepentingan.
- Evaluasi: Pemantauan indikator keberPemantauan indikator keberhasilan dan penyusunan kebijakan tindak lanjut.
Tantangan terbesar datang dari fragmentasi struktur birokrasi dan rendahnya sinergi lintas sektor. Banyak negara yang masih menjalankan pengelolaan udara secara sektoral: pertanian sendiri, perkotaan sendiri, lingkungan sendiri — padahal air adalah medium lintas sektor.
Kritik & Bandingan: Apakah IWRM Realistis?
Meski secara teori IWRM sangat ideal, beberapa sejarawan menyebut pendekatan ini terlalu normatif dan sulit diukur. Dibandingkan pendekatan teknokratik seperti pembangunan atau teknologi desalinasi, IWRM membutuhkan lebih banyak waktu, kesabaran, dan komitmen politik.
Namun keunggulannya justru terletak pada keinginan jangka panjang. Misalnya, proyek WEAP di Lebanon memungkinkan simulasi berbagai skenario dan meramalkan dampaknya terhadap pasokan udara di masa depan. Ini jauh lebih preventif dibandingkan pendekatan reaktif.
Relevansi IWRM dengan Tren Global
Dengan krisis iklim yang semakin nyata dan target SDG 6 (akses air bersih untuk semua) semakin dekat, IWRM bisa menjadi pendekatan sistemik yang dibutuhkan banyak negara. Hal ini sejalan dengan strategi transisi menuju ekonomi hijau, di mana sumber daya alam dikelola secara bijak dan kolaboratif.
Kesimpulan: Membangun Ketahanan Air Melalui Kolaborasi
Makalah ini menunjukkan bahwa manajemen udara terintegrasi bukan hanya pilihan, tetapi keharusan di era modern. Dengan tantangan air yang semakin kompleks, solusi pun harus holistik. IWRM menawarkan pendekatan yang tidak hanya mengatasi kekurangan air, tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem.
Namun, implementasinya menuntut:
- Reformasi kelembagaan.
- Ketersediaan data dan sistem informasi.
- Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, pelajaran dari Lebanon dapat menjadi cermin: bahwa investasi pada sistem, bukan hanya infrastruktur, adalah kunci pengelolaan udara yang berkelanjutan.
Sumber Referensi:
Sistem Air Jazi, HH (2021). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu: Alat untuk Pembangunan BerkelanjutanJurnal Teknik T. Jurnal Teknik Masa Depan, 2(1), Artikel 1.