Dalam dunia pembangunan infrastruktur modern, skema Public-Private Partnership (PPP) atau kemitraan pemerintah-swasta menjadi salah satu pilihan strategis yang terus berkembang. Namun, keberhasilan PPP sangat bergantung pada satu faktor penting: alokasi dan pembagian risiko (Risk Allocation and Sharing, RAS). Paper yang ditulis oleh Khwaja Mateen Mazher (2025) berjudul “Review of Studies on Risk Allocation and Sharing in Public-Private Partnership Projects for Infrastructure Delivery” merupakan state-of-the-art literature review yang secara sistematis memetakan tren, pendekatan, dan kesenjangan riset dalam studi RAS selama lebih dari dua dekade terakhir. Artikel ini menyisir 80 studi akademik yang terseleksi secara ketat dari tahun 2000 hingga 2023, sehingga menyajikan potret komprehensif tentang bagaimana dunia akademik dan praktik menghadapi tantangan kompleks dalam pembagian risiko pada proyek infrastruktur PPP.
Tren Publikasi dan Negara Dominan dalam Riset PPP
Publikasi Tahunan dan Lonjakan Minat Global
Berdasarkan hasil analisis, lonjakan publikasi riset RAS dalam proyek PPP mulai meningkat signifikan sejak tahun 2010. Dari total 80 artikel yang ditinjau, sebagian besar dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ternama seperti:
- Journal of Construction Engineering and Management (13 publikasi),
- International Journal of Project Management (12 publikasi),
- Construction Management and Economics (11 publikasi).
Negara Kontributor Terbesar
China mendominasi riset dengan kontribusi 26% dari total studi, diikuti Australia dan Inggris. Hal ini mencerminkan tingkat partisipasi dan pengalaman tinggi negara-negara tersebut dalam pelaksanaan proyek infrastruktur berbasis PPP.
Kategori Infrastruktur dan Kekosongan Penelitian
Sektor transportasi (jalan tol, pelabuhan, bandara) menjadi yang paling banyak diteliti, menyumbang 30 dari 80 studi. Disusul sektor air dan energi. Namun, sektor infrastruktur sosial seperti rumah sakit, penjara, dan perumahan lansia masih sangat minim dijelajahi, menandakan peluang riset yang besar di masa depan.
Metodologi dan Data yang Digunakan dalam Studi RAS
Sebagian besar penelitian menggunakan metode studi kasus (42 studi), diikuti dengan literature review, survei kuesioner, wawancara, dan simulasi Monte Carlo. Dari sisi data, 37,5% menggunakan data primer seperti wawancara dan survei lapangan, 7,5% mengandalkan data sekunder, dan sisanya tidak dijelaskan secara eksplisit.
Klasifikasi Tematik Penelitian RAS dalam PPP
Penelitian RAS dalam PPP dikelompokkan ke dalam lima kategori utama:
1. Preferensi, Praktik, dan Model RAS (49%)
Kategori ini menjadi yang paling dominan. Studi-studi di dalamnya menyoroti persepsi para ahli PPP terhadap pembagian risiko yang adil. Sebagai contoh:
- Studi India dan Tiongkok mengungkapkan bahwa risiko konstruksi dan desain sebaiknya ditanggung swasta, sementara risiko politik dan regulasi lebih cocok dikelola pemerintah.
- Wang et al. (2023) mengembangkan model fuzzy evaluation untuk proyek daur ulang limbah konstruksi di Tiongkok.
- Ameyaw & Chan (2015, 2016) menggunakan fuzzy synthetic evaluation untuk proyek air di Ghana.
Model yang digunakan dalam analisis ini meliputi Multi-Criteria Decision Making (MCDM), Game Theory, Neuro-Fuzzy Models, hingga Genetic Algorithm, menunjukkan kecanggihan pendekatan kuantitatif dalam memahami keputusan alokasi risiko.
2. Peran Dukungan Pemerintah dan Jaminan (28%)
Pemerintah seringkali memberikan jaminan pendapatan, konversi mata uang asing, serta perlindungan dari risiko politik untuk menarik sektor swasta. Namun, terlalu banyak jaminan dapat membebani anggaran negara dan membuka peluang moral hazard dari swasta.
- Contoh kasus: Proyek di Tiongkok dan Spanyol menunjukkan bagaimana jaminan pemerintah justru menjadi bumerang bagi anggaran publik, akibat skema penjaminan yang tidak seimbang.
3. Pembagian Risiko melalui Konsesi dan Tarif (10%)
Studi ini menyoroti pentingnya panjang konsesi dan skema penyesuaian tarif dalam menyelaraskan insentif risiko antara sektor publik dan swasta. Misalnya, terlalu pendeknya masa konsesi membuat proyek tidak menarik bagi investor, sementara terlalu panjang bisa merugikan publik.
- Carbonara et al. (2014a) mengembangkan model Monte Carlo Simulation untuk menghitung panjang konsesi optimal yang adil.
- Ye dan Tiong (2003a) menggunakan simulasi untuk mengevaluasi skema penyesuaian tarif pada proyek PFI.
4. Penentu Keberhasilan RAS (7%)
Penelitian ini mendalami faktor-faktor teoretis dan praktis yang menentukan alokasi risiko yang efisien. Salah satunya adalah capability-based allocation—prinsip bahwa risiko harus diberikan kepada pihak yang paling mampu mengelolanya. Namun, dalam praktik, prinsip ini sering diabaikan.
- Shrestha et al. (2017) menggarisbawahi pentingnya monitoring, incentives, dan competition sebagai penentu efektivitas transfer risiko dalam proyek pengolahan limbah.
5. Pengaruh RAS terhadap Value for Money (VfM) dan Tata Kelola (6%)
Pembagian risiko yang tidak optimal berpotensi mengurangi VfM dan menyebabkan renegosiasi kontrak. Di Amerika Latin dan Portugal, lebih dari 50% kontrak mengalami renegosiasi, menunjukkan lemahnya struktur awal alokasi risiko.
- Dikmen et al. (2011) mengevaluasi tiga proyek PFI di Inggris, menegaskan pentingnya desain kontrak risiko yang matang demi menjaga transparansi dan akuntabilitas.
- Chen et al. (2023) mengembangkan model bargaining optimization untuk meminimalkan renegosiasi dengan pendekatan fairness concerns.
Studi Kasus Terkait Alokasi Risiko
Beberapa studi kasus menonjol yang dibahas dalam paper ini:
- Proyek Jalan Tol Chalus, Iran: Mengungkapkan distribusi risiko yang tidak proporsional menyebabkan keterlambatan dan biaya tambahan (Heravi & Hajihosseini, 2012).
- New Southern Railway, Sydney: Proyek ini menunjukkan bagaimana ketidaktepatan dalam alokasi risiko mengarah pada konflik antara sektor publik dan swasta (Ng & Loosemore, 2007).
- Pasar PPP di AS: Nguyen et al. (2018) meneliti 21 kontrak jalan raya dan menyoroti praktik penyaluran risiko yang terus berevolusi mengikuti dinamika hukum dan keuangan.
Kritik dan Kesenjangan Penelitian
Meski banyak pendekatan telah dikembangkan, peneliti mencatat sejumlah kekosongan dalam literatur:
- Minimnya studi RAS pada sektor sosial seperti rumah sakit, penjara, dan sekolah.
- Kurangnya eksplorasi terhadap risiko spesifik seperti inflasi dan risiko teknologi.
- Sedikitnya riset yang fokus pada pengaruh RAS terhadap masyarakat umum dan pengguna akhir (user-centric perspective).
- Kebutuhan akan model eks-ante dan eks-post yang dapat memprediksi serta mengevaluasi ulang VfM setelah renegosiasi kontrak.
Kesimpulan: Masa Depan RAS dalam PPP
Makalah ini menegaskan bahwa keberhasilan proyek PPP tidak hanya ditentukan oleh kelayakan finansial dan teknis, tetapi juga pada struktur pembagian risikonya. Studi ini memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana risiko harus dipetakan, dimodelkan, dan ditransfer secara adil untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan proyek.
Secara keseluruhan, Review of Studies on Risk Allocation and Sharing in Public-Private Partnership Projects for Infrastructure Delivery karya Khwaja Mateen Mazher menawarkan panduan strategis bagi akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan praktik RAS dan mendorong reformasi pada proyek-proyek infrastruktur berbasis kemitraan publik-swasta.
Sumber Asli : Mazher, K. M. (2025). Review of studies on risk allocation and sharing in public-private partnership projects for infrastructure delivery. Frontiers in Built Environment, 11:1505891. doi:10.3389/fbuil.2025.1505891.