BANDUNG, itb.ac.id—Bulu tangkis merupakan cabang olahraga (cabor) yang populer di Indonesia. Banyak prestasi yang ditorehkan oleh atlet bulu tangkis Indonesia dalam ajang internasional, salah satunya olimpiade. Beberapa waktu yang lalu, Indonesia berhasil meraih medali emas pada cabor bulu tangkis sektor ganda putri dalam Olimpiade Tokyo 2020. Dengan demikian, lengkap sudah koleksi medali emas Indonesia di berbagai sektor bulu tangkis dalam laga olimpiade.
Namun, jika melihat kilas balik, sebetulnya ada fluktuasi pada prestasi bulu tangkis Indonesia dalam olimpiade. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa tim bulu tangkis Indonesia pernah membawa pulang 5 medali pada tahun 1992, tetapi gagal membawa medali pada tahun 2012. Artinya, persaingan untuk meraih medali menjadi semakin ketat.
Maka dari itu, Sports Science Research (SSR) Group ITB menyadari akan perlunya usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi cabor bulu tangkis Indonesia di masa yang akan datang. Mereka kemudian melakukan penelitian dengan mengolaborasikan berbagai disiplin ilmu. BWF (Badminton World Federation) juga telah mempercayakan SSR Group ITB untuk melaksanakan penelitian ini.
Tommy Apprianto, M. Sc., Ph.D. (KK Ilmu Keolahragaan dari SF ITB), sebagai kepala laboratorium Sport Science ITB, melakukan penelitian berjudul “Perancangan Validitas dan Reliabilitas Protokol Pelatihan Khusus pada Cabang Olahraga Bulu Tangkis Berbasis Teknologi Sports Sciece” bersama timnya.
Orang-orang yang tergabung dalam tim penelitiannya adalah Indira Herman, M. T., Ph.D. (KK Perancangan Mesin dari FTMD ITB), Dr. Widyawardana Adiprawita, M. T. (KK Teknik Biomedika dari STEI ITB), Khoirul Muslim, S. T., MSIE, Ph.D. (KK Ergonomi, Rekayasa Kerja, dan Keselamatan Kerja dari FTI ITB), dan dosen serta peneliti muda KK Ilmu Keolahragaan SF ITB.
Di dalam penelitian ini, Tommy dan timnya melakukan analisis terhadap 60 atlet junior berdasarkan ilmu fisiologi dan biomekanika. Dari sisi fisiologi, mereka menganalisis faktor-faktor yang mendukung jumlah kebutuhan fisiologi atlet ketika sedang bertanding ataupun berlatih. Kemudian, dari sisi biomekanika olahraga, penelitian ini mengaitkannya dengan risiko cedera atlet ketika sedang bertanding ataupun berlatih, secara khusus korelasi risiko cedera punggung ketika melakukan pukulan overhead.
Terdapat beberapa temuan menarik dari penelitian yang dilaksanakan. Hal tersebut sebagaimana ditulis Tommy dalam Rubrik Rekacipta ITB di Media Indonesia edisi Selasa, 8 Februari 2022.
“Pertama, diketahui bahwa bulu tangkis merupakan olahraga yang memiliki karakteristik intermittent dengan gerakan yang eksplosif—membutuhkan daya ledak atau power. Akibatnya, kemampuan aerobik dan anaerobik harus tinggi demi memberikan performa maksimal dalam pertandingan,” jelasnya.
Kedua, lanjut Tommy, VO2 max, atlet bulu tangkis Indonesia memiliki nilai yang tinggi dibandingkan atlet bulu tangkis mancanegara. VO2 max adalah volume maksimal oksigen yang dapat diproses tubuh saat melakukan kerja berat dan sering dijadikan indikator kebugaran jasmani.
“Ketiga, dari sudut pandang biomekanika, tim peneliti menyatakan bahwa pukulan overhead akan menyebabkan kecenderungan timbulnya ketidakstabilan pada bagian pinggang dan tungkai bawah. Hal ini diyakini dapat memicu terjadinya cedera punggung pada atlet bulu tangkis,” tambahnya.
Atas dasar penemuan tersebut, tim peneliti menyarankan para pelatih untuk menerapkan latihan yang berintensitas tinggi, secara spesifik, high-intensity interval training (HIIT) dan latihan kelincahan. Dengan demikian, pelatihan tidak hanya akan meningkatkan kemampuan aerobik, tetapi juga anaerobik. Selain itu, pelatih juga disarankan untuk menggunakan peranngkat teknologi terbaru dalam berlatih, misalnya smart speed sebagai pengganti stopwatch, takei flexibility untuk mengukur fleksibilitas, ataupun cosmed K5 untuk mengukur VO2 max.
Sumber: itb.ac.id/