Keselamatan kerja di laboratorium pendidikan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan, terutama dalam penggunaan bahan biologis dan kimia berbahaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif. Sembilan laboratorium yang diteliti mencakup bidang bioteknologi, ekologi, mikrobiologi, zoologi, kedokteran molekuler, dan farmasi. Variabel yang diamati meliputi SOP penggunaan bahan biologis (7 komponen) dan bahan kimia berbahaya (8 komponen). Data diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan asisten laboratorium.
Dari tujuh komponen SOP yang diamati, laboratorium mikrobiologi, biologi molekuler dan bioteknologi, serta kedokteran molekuler menerapkan 6 dari 7 komponen. Beberapa komponen utama yang telah diterapkan meliputi:
- Mencuci tangan setelah kontak dengan bahan biologis
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan dan jas laboratorium
- Menutup pintu laboratorium saat eksperimen berlangsung
- Dekontaminasi limbah sebelum pembuangan
Namun, ditemukan bahwa beberapa laboratorium belum optimal dalam mengurangi pembentukan aerosol dan bekerja dengan benda tajam.
Dalam aspek bahan kimia, laboratorium biologi molekuler dan bioteknologi serta laboratorium kedokteran molekuler menunjukkan penerapan SOP yang cukup baik, dengan 6 dari 8 komponen telah dijalankan. Beberapa komponen penting yang telah diterapkan meliputi:
- Penyimpanan bahan kimia sesuai standar
- Penyediaan alat pemadam kebakaran yang sesuai
- Penggunaan APD saat menangani bahan kimia berbahaya
- Dekontaminasi limbah sebelum dibuang
Namun, masih ditemukan laboratorium yang belum optimal dalam memahami sifat bahan kimia yang digunakan serta penerapan Material Safety Data Sheet (MSDS).
Dari hasil analisis, tingkat risiko di laboratorium dikategorikan sebagai berikut:
- Risiko rendah: 8 dari 9 laboratorium
- Risiko sedang: Laboratorium zoologi karena kurangnya penerapan SOP dalam penggunaan bahan kimia berbahaya.
Faktor yang menyebabkan masih adanya risiko di laboratorium meliputi kurangnya pelatihan tenaga laboratorium serta keterbatasan fasilitas untuk pengelolaan limbah.
Untuk meningkatkan keselamatan kerja di laboratorium, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan antara lain:
- Meningkatkan pelatihan dan edukasi tenaga laboratorium tentang standar keamanan bahan biologis dan kimia.
- Memastikan kepatuhan terhadap SOP dengan pengawasan ketat dan audit rutin.
- Mengoptimalkan sistem pengelolaan limbah untuk mengurangi dampak lingkungan dan risiko kontaminasi.
- Melengkapi laboratorium dengan fasilitas keamanan yang lebih baik, seperti alat pemadam kebakaran, ventilasi yang memadai, serta peralatan dekontaminasi yang lebih efektif.
Sebagian besar laboratorium di Universitas Jember telah menerapkan standar keselamatan kerja dalam penggunaan bahan biologis dan kimia, meskipun masih terdapat beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Dengan menerapkan rekomendasi yang diberikan, diharapkan keselamatan kerja di laboratorium dapat lebih terjamin dan risiko kecelakaan dapat diminimalkan.
Sumber Artikel: Hanif Murnia Atma, Anita Dewi Prahastuti Sujoso, Ari Satia Nugraha, "Risk Identification of Hazardous Biological and Chemical Substances in Work Safety Efforts", Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 23(2), 2024, pp. 191-199.