Risiko Getaran Tangan-Lengan di Konstruksi Swedia: Persepsi Tukang Kayu dan Tantangan Manajemen K3

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

22 Mei 2025, 14.05

pixabay.com

Mengapa Masalah Getaran Tangan-Lengan Jadi Urgensi dalam Industri Konstruksi

Dalam dunia konstruksi modern, teknologi dan alat bantu kerja memang mempercepat proses. Namun, justru di situlah muncul tantangan baru: paparan getaran dari alat genggam seperti bor dan gerinda yang dapat menyebabkan gangguan neurologis, pembuluh darah, dan musculoskeletal. Kondisi ini dikenal sebagai Hand–Arm Vibration Syndrome (HAVS).

Penelitian oleh Fisk, Nordander, dan Ek (2023) di Swedia menyoroti isu ini secara spesifik melalui studi persepsi tukang kayu terhadap manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam menangani paparan getaran di lokasi konstruksi. Fokus utamanya adalah sejauh mana sistem K3 benar-benar diterapkan secara praktis dan apakah pekerja merasa mendapatkan informasi dan perlindungan yang layak.

Tujuan dan Rancangan Studi

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Menilai persepsi tukang kayu mengenai manajemen K3 yang bersifat proaktif terkait getaran tangan-lengan.
  2. Menganalisis pengaruh usia, ukuran perusahaan, tingkat paparan harian, dan gejala cedera terhadap persepsi pekerja.
  3. Mengetahui apakah kelompok tertentu merasa dapat memengaruhi kondisi kerja mereka.

Sebanyak 194 tukang kayu dari 18 lokasi proyek dan 4 perusahaan konstruksi (2 besar, 2 menengah) ikut serta. Mereka mengisi kuesioner tentang:

  • Gejala neurologis dan vaskular akibat getaran (misal: mati rasa, jari memutih saat dingin).
  • Durasi dan jenis alat bergetar yang digunakan.
  • Persepsi terhadap komitmen manajemen terhadap K3, pelibatan pekerja, informasi yang diterima, dan risiko kecelakaan.

Hasil Kunci: Antara Optimisme dan Kenyataan di Lapangan

1. Komitmen Manajemen Diakui, Tapi Tidak Konsisten di Lapangan

  • 79% responden menyatakan manajemen mendorong kerja aman.
  • 81% merasa mandor menganggap keselamatan sebagai bagian kerja harian.

Namun, 36% mengatakan aturan dan prosedur K3 tidak berjalan di praktik. Bahkan, 40% merasa tidak pernah atau jarang menerima informasi yang cukup tentang paparan getaran dan risikonya.

2. Paparan Getaran Sangat Tinggi dan Tidak Terpantau

  • 48% tukang kayu memiliki paparan harian di atas batas aman A(8) ≥ 5 m/s².
  • 59% mengalami gejala seperti mati rasa atau jari putih.
  • Meski begitu, hanya sebagian yang mendapat pemeriksaan kesehatan rutin sesuai mandat EU Directive 2002/44/EC.

3. Persepsi Lebih Negatif pada Pekerja Muda dan Perusahaan Kecil-Menengah

  • Tukang kayu usia <40 tahun cenderung lebih negatif terhadap manajemen K3.
  • Pekerja di perusahaan besar lebih positif daripada di perusahaan menengah.
  • Kelompok dengan gejala dan paparan tinggi menunjukkan persepsi paling buruk, terutama terkait peluang mereka mengubah kondisi kerja.

4. Persepsi Umum Akan Risiko Tetap Tinggi

  • 74% tukang kayu merasa pekerjaan mereka memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan atau cedera.
  • Namun ironisnya, sebagian besar masih bekerja tanpa pemahaman penuh atas bahaya getaran dan perlindungan yang diperlukan.

Analisis Kritis: Apa yang Salah dan Apa yang Bisa Diperbaiki

Kelemahan Praktik K3 Saat Ini:

  • Kurangnya pelatihan spesifik tentang getaran dan cara kerjanya.
  • Tidak adanya sistem pemantauan eksposur yang akurat dan rutin.
  • Fokus K3 masih dominan pada pencegahan kecelakaan kasat mata (jatuh, tersandung), bukan risiko jangka panjang seperti HAVS.

Persepsi Positif Bisa Menyesatkan
Banyak tukang kayu yang merasa manajemen mendukung keselamatan. Namun, perasaan ini tidak selalu diikuti tindakan nyata, seperti pelatihan, alat kerja ergonomis, atau rotasi kerja. Ini menunjukkan adanya "kesenjangan persepsi dan kenyataan" di lapangan.

Perusahaan Kecil-Medium Butuh Dukungan Ekstra
Perusahaan berskala menengah tidak memiliki sumber daya seperti perusahaan besar untuk membangun sistem K3 terstruktur. Pekerja di sana merasa paling tidak didengar, paling sedikit mendapat informasi, dan paling besar risiko kesehatannya.

Rekomendasi Strategis untuk Industri Konstruksi

1. Wajibkan Pelatihan K3 Spesifik Terkait Getaran
Informasi mengenai efek neurologis dan vaskular harus menjadi materi wajib pelatihan awal dan lanjutan.

2. Terapkan Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Sesuai EU Directive 2002/44/EC, perusahaan harus:

  • Melakukan penilaian risiko paparan getaran
  • Menyediakan pemeriksaan kesehatan reguler
  • Menyimpan dokumentasi paparan tiap pekerja

3. Gunakan Alat Ukur Getaran dan Manajemen Paparan Digital
Evaluasi paparan tidak boleh hanya berbasis estimasi pekerja. Sensor getaran dan sistem manajemen eksposur bisa memberi data objektif.

4. Libatkan Pekerja dalam Perbaikan Lingkungan Kerja
Dorong pekerja untuk menyampaikan saran, mencatat gejala awal, dan terlibat dalam diskusi K3 secara aktif. Libatkan mereka dalam seleksi alat baru.

5. Fokus pada Kelompok Risiko Tinggi
Pekerja muda, dengan paparan tinggi, dan yang sudah menunjukkan gejala harus jadi prioritas intervensi.

Kesimpulan: Kesehatan Tangan, Masa Depan Konstruksi

Paparan getaran dari alat genggam bukan hanya soal kenyamanan kerja—ini adalah risiko serius yang dapat mengubah hidup seseorang secara permanen. Penelitian ini memperlihatkan bahwa meski komitmen manajemen terhadap keselamatan dinilai tinggi, penerapannya masih lemah, terutama di perusahaan kecil dan bagi pekerja muda.

HAVS adalah penyakit yang bisa dicegah. Namun, untuk itu dibutuhkan:

  • Informasi yang cukup
  • Pelatihan yang berkualitas
  • Sistem pemantauan paparan yang akurat
  • Komitmen nyata dari manajemen

Jika tidak ada perubahan, kita bukan hanya kehilangan pekerja karena cedera, tapi juga menciptakan generasi pekerja yang tidak percaya pada sistem perlindungan mereka sendiri.

Sumber : Fisk, K., Nordander, C., & Ek, Å. (2023). Hand–arm vibration: Swedish carpenters’ perceptions of health and safety management. Occupational Medicine, 73, 85–90.