Revolusi Deteksi Cacat Permukaan Baja Tahan Karat dengan Deep Learning: Kajian Kritis Tesis Annis Rachmawati

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

20 Mei 2025, 08.36

pixabay.com

Pendahuluan: Tantangan Nyata Kualitas Air di Era Modern

Di tengah laju pertumbuhan penduduk dan industrialisasi yang terus meningkat, tantangan menjaga kualitas sumber daya air menjadi semakin nyata. Sungai Cipalabuan di Kabupaten Sukabumi menjadi potret mikro dari persoalan makro ini. Melalui tesis berjudul "Analisis Status Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Kualitas Air Sungai Cipalabuan Kabupaten Sukabumi" (Annis Rachmawati, 2023), isu pencemaran air dikaji secara menyeluruh—dengan pendekatan ilmiah dan pertimbangan sosial-ekonomi-lingkungan.

Metodologi: Kolaborasi Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan sequential explanatory, yakni penggabungan metode kuantitatif (pengujian kualitas air secara laboratorium) dan kualitatif (analisis strategi menggunakan AHP). Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik strategis (hulu, tengah, hilir) Sungai Cipalabuan. Parameter fisik (TSS, suhu, warna), kimia (BOD, COD, pH, nitrat, fosfat, DO), dan biologis (Fecal Coliform) dianalisis dengan acuan PP Nomor 22 Tahun 2021.

Temuan Kunci: Pencemaran di Semua Titik

1. Status Mutu: Cemar Ringan di Semua Titik

Sungai Cipalabuan diklasifikasikan dalam kelas mutu air kelas 3, artinya hanya cocok untuk irigasi, peternakan, dan ikan air tawar. Semua titik pantau menunjukkan status cemar ringan, baik pada musim hujan maupun kemarau.

2. Parameter Melampaui Baku Mutu

Beberapa indikator pencemaran melampaui ambang batas:

  • BOD: Musim kemarau mencapai 4,18 mg/l (baku mutu ≤ 2 mg/l)
  • COD: Tertinggi pada musim hujan, 21,78 mg/l (baku mutu ≤ 10 mg/l)
  • Fosfat: Melebihi 0,5 mg/l di titik hilir
  • TSS: 34,55 mg/l (kemarau) dan 78,90 mg/l (hujan)

Data ini menunjukkan bahwa kualitas air memburuk akibat pengaruh aktivitas domestik, pasar, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), serta sedimentasi.

Faktor Penyebab: Multidimensional dan Kompleks

1. Perilaku Masyarakat

Sungai dianggap sebagai tempat pembuangan, bukan sumber kehidupan.

2. Kurangnya Edukasi dan Kesadaran Lingkungan

Rendahnya pemahaman warga memperparah perilaku membuang limbah langsung.

3. Kelembagaan yang Tidak Sinkron

Tidak ada sinergi antara lembaga pengelola lingkungan dan air.

4. Ketidakkonsistenan Gerakan Penanggulangan

Upaya sporadis dan minim kontinuitas dari masyarakat maupun pemerintah.

Analytical Hierarchy Process (AHP): Menentukan Prioritas Strategi

Aspek Sosial, Ekonomi, Lingkungan Dijadikan Parameter

Tesis ini menggunakan AHP untuk menentukan strategi terbaik dari berbagai aspek. Tiga strategi utama yang diprioritaskan:

  1. Integrasi Pengelolaan DAS ke Penataan Ruang
  2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
  3. Pemantauan dan Pengawasan Kualitas Air secara Konsisten

AHP memungkinkan pendekatan sistematis yang mempertimbangkan persepsi para ahli terhadap urgensi strategi pengendalian.

Opini dan Kritik: Menuju Praktik Nyata

Kekuatan:

  • Pendekatan Metodologis Kuat: Kombinasi lab dan AHP menghasilkan gambaran objektif dan strategis.
  • Multiaspek: Memperhitungkan realitas sosial dan kebijakan, tidak hanya aspek teknis.

Kritik:

  • Minim Data Jangka Panjang: Tidak disediakan data historis kualitas air dalam rentang lebih panjang (misal 5 tahun).
  • Kurangnya Pemodelan Prediktif: Belum ada pendekatan prediktif berbasis machine learning yang kini makin relevan di manajemen lingkungan.

Relevansi Industri dan Regulasi: Dari Akademik ke Aksi

Hasil riset ini sangat relevan bagi:

  • Dinas Lingkungan Hidup: Sebagai dasar penyusunan rencana aksi kualitas air
  • Pemerintah Daerah: Menentukan alokasi APBD untuk sanitasi & edukasi
  • Industri Lokal: Menerapkan CSR berbasis ekologi di kawasan sungai

Rujukan ke PP No. 22/2021 memperkuat bahwa temuan ini tidak sekadar akademik, namun siap diintegrasikan ke kebijakan formal.

Penutup: Strategi Tanpa Aksi adalah Ilusi

Tesis ini memberikan gambaran yang utuh, ilmiah, dan aplikatif tentang persoalan pencemaran air sungai—yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan kita. Namun, strategi tanpa aksi akan sia-sia. Dibutuhkan komitmen lintas sektor untuk menyelamatkan Sungai Cipalabuan dan sungai-sungai lain di Indonesia dari kerusakan yang lebih jauh.

Sumber: Rachmawati, A. (2023). Analisis Status Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Kualitas Air Sungai Cipalabuan Kabupaten Sukabumi. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pakuan.