JAKARTA - Di hari tani Nasional, minggu (24/9/2023), PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali mengajak para petani di seluruh tanah air untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari bertani melalui program Makmur. Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menilai pertanian merupakan sektor strategis yang mendukung ketahanan pangan nasional.
Namun pada tahun 2023, pertanian dihadapkan pada kemarau panjang dan curah hujan yang rendah akibat dampak dari fenomena naiknya suhu permukaan air laut atau El Nino. “Momen Hari Tani Nasional ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus membantu petani menghadapi berbagai tantangan pertanian agar produktivitas pertanian mereka dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan secara berkelanjutan,” ujar Rahmad.
Dalam kondisi tersebut, salah satu upaya Pupuk Indonesia adalah mendukung intensifikasi pertanian, yaitu dengan menyediakan pupuk bersubsidi sesuai peruntukannya, meningkatkan ketersediaan pupuk nonsubsidi di berbagai daerah, memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat, hingga meningkatkan kualitas pengelolaan lahan melalui program Makmur.
Bagi Makmur, program ini merupakan sebuah ekosistem yang menghubungkan petani dengan sejumlah perusahaan BUMN. Makmur bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dari hasil pertanian. Program ini diluncurkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada tahun 2021.
Menurut Rahmad, petani yang bergabung dalam ekosistem Makmur akan mendapatkan banyak manfaat. Mulai dari bimbingan teknis dan budidaya, jaminan pasokan benih dan pupuk nonsubsidi, asuransi untuk melindungi dari ancaman gagal panen, kemudahan akses permodalan melalui perbankan, hingga jaminan pembelian hasil pertanian dengan harga yang kompetitif.
“Sehingga pengawasannya sangat lengkap dari hulu hingga hilir pertanian. “Karena Makmur merupakan ekosistem pertanian berbasis mandiri dengan pupuk non subsidi,” tambah Rahmad. Hingga Agustus 2023, Pupuk Indonesia telah melaksanakan program Makmur di lahan seluas 226.299 hektare atau 131 persen dari target 172.667 hektare.
Begitu juga dengan peningkatan produktivitas, seperti padi meningkat rata-rata 14 persen, jagung meningkat rata-rata 23 persen, tebu meningkat rata-rata 27 persen, kopi meningkat rata-rata 48 persen, dan kelapa sawit meningkat rata-rata 7 persen. Program yang merupakan singkatan dari Mari Kita Makmurkan Usaha Rakyat ini sangat diminati oleh berbagai kalangan petani.
Salah satunya adalah Mifta Huda, petani hortikultura kentang asal Dieng yang berharap program Makmur dapat menjawab berbagai kendala yang dihadapi petani. Ia mengatakan beberapa kendala yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan pupuk dan akses pasar. Menurutnya, produktivitas kentang di Indonesia belum optimal dan masih kalah bersaing dengan produk impor.
“Kami sadar bahwa pendapatan kami berfluktuasi karena dihadapkan dengan produk luar negeri seperti kentang impor. Kami berharap ada pengembangan untuk kentang dalam negeri agar bisa bersaing.
“Dengan adanya program Makmur yang menggunakan pupuk non subsidi ini, kami berharap benar-benar menjawab kendala yang selama ini kami hadapi. Kami berharap program Makmur ini juga dapat diperluas ke berbagai pelosok negeri,” ujar Huda. Selain program Makmur, Pupuk Indonesia juga terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada petani melalui pemanfaatan teknologi. Mulai dari digitalisasi distribusi dari produsen ke kios hingga penerapan precision agriculture, yaitu memberikan rekomendasi pupuk yang tepat, baik melalui drone bahkan citra satelit.
Tidak hanya itu, Pupuk Indonesia bersama Kementerian Pertanian juga terus memperbaiki tata kelola pupuk bersubsidi. Salah satunya melalui uji coba aplikasi i-Pubers di enam provinsi di Indonesia. Dengan adanya aplikasi ini, petani menjadi lebih mudah dalam menebus pupuk di kios-kios, karena cukup menunjukkan KTP.
Disadur dari: pupuk-indonesia.com